Journal Sikap Bahasa Mahasiswa (Linguistics)
Journal Sikap Bahasa Mahasiswa (Linguistics)
oleh
Saifannur1
Abstract: This study entitled “the English students’ language attitudes toward Indonesian language. This
study was carried out in Al-Muslim University, Bireuen Regency. The study aims to describe the English
students’ language attitude and to find out the factor which causing the language attitudes itself. The
method used is field survey involving questionnaire distribution and observation. The sample was randomly
selected and the data were analyzed with likert scale data analysis. The study indicated that most of English
student program of Al-Muslim University (71,82 %) have a positive attitude toward Indonesian language.
Meanwhile, there are several factors that influence the causing of language attitudes such as; the ability of
listener and speaker; environment, social status and role-contact. The understanding toward language
attitudes is the most important things to cultivate the language attitudes with the result that formed the three
types of language attitudes with state by Garvin and Mathiot (in chaer and agustina, 2010: 153): language
loyalty; language pride’ and awareness of the norm. In data finding, English students’ have a correct
attitudes toward Indonesian language with awareness of the norm, there’s dissimilarity in language use
between the male students and female students in the way of interactions (language code) but this case
doesn’t influenced their language attitudes toward in Indonesian language in negative aspects cause the
interaction process only take place among them (English students) like using a word combination words.
The result of this study indicated that English students’ language attitudes toward Indonesian language are
positive.
Abstrak: Penelitian ini berkaitan dengan sikap bahasa dan faktor penyebab terjadinya sikap mahasiswa
program studi bahasa Inggris terhadap bahasa Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
sikap bahasa dan faktor terjadinya sikap bahasa mahasiswa program studi bahasa Inggris terhadap bahasa
Indonesia di Universitas Al-Muslim. Penelitian ini dilakukan di Universitas Al-Muslim, Kabupaten
Bireuen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei lapangan dengan menyebarkan
kuesioner serta melakukan pengamatan. Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara acak dengan
analisis data menggunakan skala likert dengan jumlah sampel terdiri dari 111 mahasiswa program studi
bahasa Inggris Universitas Al-Muslim di Kabupaten bireuen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar mahasiswa program studi bahasa Inggris (71,82%) memiliki sikap positif terhadap bahasa
Indonesia. Selanjutnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya sikap bahasa mahasiswa
program studi bahasa Inggris yakni faktor kemampuan penutur, kemampuan pendengar, status sosial,
tempat dan bentuk hubungan-peran. Pemahaman terhadap sikap bahasa merupakan salah satu hal yang
penting untuk dapat membina sikap bahasa yang positif sehingga terwujudnya 3 ciri sikap bahasa yang
disebutkan oleh Garvin dan Mathiot (dalam Chaer dan Agustina, 2010: 153), yaitu: Kesetiaan
Bahasa (Language Loyalty); Kebanggaan Bahasa (Language Pride); dan Kesadaran Adanya Norma
Bahasa (Awareness Of The Norm). Temuan terakhir dalam penelitian ini adalah mahasiswa program studi
bahasa Inggris menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah bahasa yang
berlaku, terdapat perbedaan penggunaan bahasa (campur kode) antara mahasiswa dan mahasiswi dalam
cara berinteraksi seperti mengkombinasikan 2 kosata. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sikap
bahasa mahasiswa program studi bahasa Inggris Universitas Al-Muslim terhadap bahasa Inggris memiliki
sikap bahasa yang positif.
Kata Kunci : Sikap Bahasa, Mahasiswa Program Studi Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia.
1
Mahasiswa Magister Linguistik Universitas Sumatera Utara-Medan, Alumni UIN Ar-Raniry-Banda Aceh,
Instruktur Bahasa Inggris.
PENDAHULUAN lagi rasa bangga terhadap Bahasa Indonesia, bahkan
kadangkala kita lebih bangga terhadap bahasa asing
Bahasa merupakan alat komunikasi inti yang lainnya, misalnya bahasa inggris. Bahasa Inggris
berfungsi untuk menyatakan, memberikan, merupakan bahasa internasional, penggunaannya juga
menyampaikan perasaan; informasi, dan berbagai hal hampir menyeluruh dalam sistem komunikasi global.
lainnya yang ingin disampaikan baik dalam bentuk Hal tersebut menjadi dasar bagi kebanyakan negara-
ucapan kata, isyarat maupun simbol. Dengan memiliki negara maju, berkembang maupun sebaliknya untuk
fungsi seperti itu bahasa dapat digunakan untuk meningkatkan penggunaan dan pembelajaran bahasa
mengekspresikan diri, berkomunikasi, berinteraksi, inggris dalam sistem pendidikan. Seperti halnya, di
beradaptasi sosial dan sebagai alat kontrol sosial dalam lingkungan Universitas atau perguruan tinggi, dewasa
kehidupan sehari-hari. Dalam berbahasa sudah tentunya ini peningkatan pembelajaran terhadap bahasa Inggris
setiap orang memiliki cara dalam mengekspresikan dapat dikatakan sangat maju, baik dari segi fasilitas,
bahasanya terhadap objek interaksinya. Hal ini mengacu laboratorium bahasa dan materi-materi
pada suatu perbuatan atau tindakan yang disebut sikap pembelajarannya. Sehingga pada hasilnya menjadikan
yang lahir berdasarkan pandangan (pendirian, bahasa tersebut dapat dikategorikan mudah untuk
keyakinan, atau pendapat) sebagai reaksi atas adanya dipelajari dan digunakan dalam komunikasi sehari-hari.
suatu hal atau kejadian dari proses interaksi tersebut. Salah satu universitas yang dimaksud yaitu di
Perbuatan atau tindakan tersebut merupakan suatu sikap Universitas Al-Muslim yang menjadi tempat
yang dimiliki oleh seseorang dalam berbahasa. berlangsungnya penelitian ini.
Sejalan dengan uraian tersebut, Kridalaksana Berdasarkan observasi awal penelitian,
(2001: 197) mengatakan sikap bahasa adalah posisi pemahaman dan penggunaan bahasa Inggris yang
mental atau perasaan terhadap bahasa sendiri atau terdapat dikalangan mahasiswa khususnya mahasiswa
bahasa orang lain. Sikap bahasa juga merupakan Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI)
peristiwa kejiwaan sehingga tidak dapat diamati secara lumayan memuaskan. Hal tersebut dilihat dari segi
langsung. Sikap bahasa dapat diamati melalui perilaku komunikasi sesamanya di lingkungan kampus dan kelas.
berbahasa atau perilaku tutur (Chaer dan Agustina, Akan tetapi, pada saat observasi awal penelitian,
2010: 149). Seperti halnya, bahasa Indonesia yaitu peneliti menemukan bahwa para mahasiswa lebih
bahasa negara yang mempunyai dasar hukum. Dalam dominan menggunakan bahasa Indonesia dalam
teks sumpah pemuda tahun 1928 berisikan tentang komunikasinya di lingkungan kampus. Akan tetapi,
pengakuan bahwa Bahasa Indonesia merupakan bahasa bagaimanakah (ciri) dari sikap bahasa dan faktor
nasional. Begitu pula dalam UUD 1945 pasal 36 terjadinya sikap bahasa mereka terhadap bahasa
menyatakan bahwa Bahasa Indonesia merupakan bahasa indonesia masih belum diketahui. Hal ini disebabkan,
bangsa. Fungsi Bahasa Indonesia sebagai bahasa mahasiswa PBI merupakan salah satu komunitas yang
nasional yaitu sebagai lambang kebanggaan bangsa, juga mampu dalam menggunakan bahasa Inggris dalam
lambang identitas nasional, alat perhubungan antar komunikasi sehari-hari mereka. Sehingga sikap bahasa
daerah, alat pemersatu berbagai suku bangsa yang ada mereka terhadap bahasa Indonesia perlu untuk diketahui
di nusantara. mengarah ke ciri (sikap bahasa) positif atau negatif dan
Sedangkan fungsi Bahasa Indonesia sebagai faktor apa saja penyebab terjadinya sikap bahasa
bahasa negara yaitu sebagai bahasa resmi kenegaraan, tersebut. Berbicara tentang sikap bahasa, dewasa ini
bahasa pengantar di lembaga pendidikan, alat banyak penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan
perhubungan pada tingkat nasional, alat pengembangan oleh masyarakat Indonesia dalam sikap bahasanya
budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Sebagai terhadap bahasa Indonesia, yakni baik penggunaan
bahasa nasional dan bahasa negara, sudah seharusnya dalam bahasa lisan maupun bahasa tulisan.
kita selaku warga negara indonesia yang baik menyadari Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi bisa berupa
akan adanya norma dalam Bahasa Indonesia. Sudah interferensi, alih kode, campur kode, dan sebagainya.
selayaknya dalam berkomunikasi kita menggunakan Contoh sederhananya, masyarakat Indonesia lebih
Bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai kaidah bangga ketika berbicara menggunakan Bahasa Inggris
yang telah ditetapkan. Namun seiring berkembangnya daripada berbicara menggunakan Bahasa Indonesia atau
zaman, bahasa Indonesia kini mulai dipandang sebelah bahasa daerahnya, atau lebih senang berbicara dengan
mata, kesetiaan bangsa Indonesia dalam menggunakan menggunakan bahasa tidak baku daripada berbicara
Bahasa Indonesia mulai melemah, tidak mempunyai dengan menggunakan bahasa baku. Itu semua terjadi
bukan bukan karena alamiah, namun karena disebabkan Untuk menganalisis sikap bahasa mahasiswa Program
oleh banyak faktor, salah satunya adalah faktor dari Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Al-Muslim
sikap negatif terhadap Bahasa Indonesia. Faktor tersebut terhadap Bahasa Indonesia. (2) Untuk menganalisis
bisa saja terjadi berdasarkan lingkungan dan interaksi faktor penyebab terjadinya sikap bahasa mahasiswa
sesama penuturnya. Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas
Garvin dan Mathiot (dalam Chaer dan Agustina, Al-Muslim terhadap Bahasa Indonesia. tujuan dari
2010: 153) merumuskan ciri-ciri terjadinya sikap bahasa penelitian ini diharapkan akan bermanfaat baik secara
negatif itu meliputi; Tidak ada gairah atau dorongan teoritis maupun praktis. Adapun manfaat meliputi
untuk mempertahankan kemandirian bahasanya; beberapa hal yaitu Manfaat Teoritis (1) Hasil penelitian
Kesetiaan bahasanya mulai melemah; dan Tidak ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan
mempunyai rasa bangga terhadap bahasanya. Ciri-ciri pengetahuan dibidang ilmu kebahasaan, khususnya
tersebut pada akhirnya dapat menimbulkan tidak Sosiolinguistik. (2) Hasil penelitian ini diharapkan
pedulinya penutur terhadap norma-norma dalam dapat menambah pengetahuan mengenai penyimpangan
berbahasa. Disamping itu, sudah seharusnya setiap dalam menggunakan Bahasa Indonesia baik
penutur suatu bahasa itu haruslah memiliki sikap positif penyimpangan dalam bentuk lisan maupun tulisan.
terhadap bahasa yang meliputi tingkah laku yang tidak Adapun manfaat praktisnya yaitu: (1) Bagi peneliti,
bertentangan dengan kaidah atau norma yang melalui penelitian ini peneliti dapat mengetahui sikap
kebahasaan yang berlaku (Awareness Of The Norm), bahasa yang dimiliki oleh mahasiswa Pendidikan
atau suatu sikap setia (Language Loyalty) dan bangga Bahasa Inggris terhadap Bahasa Indonesia. (2) Bagi
terhadap suatu bahasa (Language Pride). Weinreich pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat
(1970: 99) juga menambahkan bahwa dorongan dari diri menumbuhkan kecintaan dan kebanggaan dalam
masyarakat pemakai bahasa itu untuk memakai menggunakan dan berkomunikasi menggunakan Bahasa
bahasanya secara baik, benar, santun, korek dengan Indonesia, baik lisan maupun tulisan.
kaidah-kaidah yang berlaku merupakan sikap kesadaran Dalam sebuah penelitian sudah seharusnya
akan norma. Selama observasi awal, peneliti mengamati ditentukan beberapa hal penting yang berkaitan dengan
beberapa hal antara lain yakni sikap bahasa mahasiswa pembahasan dalam penelitian. Untuk membuat
program studi bahasa Inggris terhadap bahasa Indonesia penelitian ini berada pada satu pembahasan yang baik
dalam komunikasi sehari-hari dengan teman se-program dan benar peneliti menerapkan pembatasan masalah
studinya (kelas, lingkungan kampus). Menurut peneliti agar jalur penelitian berada pada pokok pembahasan
hal-hal yang berkaitan dengan sikap bahasa mahasiswa utama dan tidak keluar dari objek penelitian.
program studi bahasa Inggris terhadap bahasa Indonesia Pembatasan masalah dalam penelitian ini hanya
perlu untuk diketahui lebih lanjut dikarenakan membahas tentang sikap bahasa mahasiswa Program
disamping menguasai bahasa Indonesia mereka juga Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Al-Muslim
menguasai bahasa Inggris. Hal ini disebabkan apakah terhadap Bahasa Indonesia di Kecamatan Peusangan,
ada pengaruh dari bahasa asing yang mereka kuasai Kabupaten Bireuen, Aceh Tahun 2016. Hipotesis dalam
terhadap bahasa Indonesia yang menjadi bahasa penelitian ini diajukan hipotesis berupa Perangkat
nasional dalam konteks sikap bahasa. Oleh karena itu, Pengukur Tingkat Sikap Bahasa Mahasiswa Program
peneliti tertarik untuk untuk mengetahui bagaimanakah Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Al-Muslim
sikap bahasa mereka terhadap bahasa Indonesia Kabupaten Bireuen Terhadap Bahasa Indonesia tahun
disamping dalam keseharian mereka mempelajari dan 2016. Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan adalah:
menguasai bahasa Inggris. terdapat ciri positif dari Sikap Bahasa Mahasiswa
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peniliti Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas
akan mencoba merumuskan masalah sebagai berikut. Al-Muslim Kabupaten Bireuen Terhadap Bahasa
(1) Bagaimana sikap bahasa mahasiswa Program Studi Indonesia.
Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Al-Muslim
terhadap Bahasa Indonesia? (2) Apakah faktor penyebab Sikap (Attitudes)
terjadinya sikap bahasa mahasiswa Program Studi Istilah sikap (attitude) berasal dari kata bahasa
Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Al-Muslim Latin ‘apitude’ dan bahasa Itali ‘atto’ (Latin = actus)
terhadap Bahasa Indonesia di Universitas Al-Muslim yang makna dasarnya adalah kemampuan alamiah
melakukan suatu tindakan (aptitude for action), dengan
terhadap Bahasa Indonesia? Rumusan masalah dalam
kata lain maknanya adalah memiliki kecenderungan
penelitian ini, maka tujuan dari penilitian ini adalah: (1) terhadap tindakan tertentu. Definisi ini dapat dilihat dari
pandangan mentalis, Baker (1992) yang mengatakan kebahasaan yang berlaku, atau suatu sikap setia
bahwa sikap merupakan keadaan dimana perwujudan dan bangga terhadap suatu bahasa.
mental tidak bisa diuji dan diobservasi secara langsung b. Sikap Negatif
melainkan dapat dilihat dari pola pergerakan. Hal itu
Sikap negaif bahasa akan menyebabkan
berkenaan dengan konsep hipotesis yang menjelaskan
tujuan dan keyakinan dari perilaku manusia. sehingga orang acuh tak acuh terhadap pembinaan dan
nantinya akan menunjukkan pikiran mendalam, pelestariaan suatu bahasa. Mereka menjadi
perasaan dan kecenderungan terhadap cara berperilaku tidak bangga lagi memakai bahasa sendiri
antar lingkungan. Dawes (1975:15-16) dan Mar’at sebagai penanda jati diri, bahkan mereka
(1984: 20-21) menyajikan kembali rangkuman merasa malu memakai bahasa terebut.
pengertian tentang sikap seperti sudah dikemukan
Allport, yaitu sebagai berikut: Ciri-ciri Sikap Bahasa
Anderson (1974) membagi sikap atas dua
a. Sikap diperoleh dengan cara dipelajari; sikap
tidak diperoleh secara turun-temurun; macam, yaitu (1) sikap kebahasaan dan (2) sikap
b. Sikap diperoleh dari pergaulan kita dengan nonkebahasaan, seperti sikap politis, sikap keagamaan,
orang-orang disekitar kita, baik melalui dan lain-lain. Menurut Anderson, sikap bahasa adalah
perilaku yang kita lihat maupun melalui tata keyakinan atau kognisi yang relatif berjangka
komunikasi verbal; panjang, sebagian mengenai bahasa, mengenai objek
c. Sikap selalu berkaitan dengan objek sikap bahasa, yang memberikan kecenderungan seseorang
yang dapat berupa benda konkret atau pun
untuk bereaksi dengan cara tertentu yang disenanginya.
benda abstrak;
d. Sikap selalu megandung kesiagaan untuk Namun sikap tersebut dapat berupa sikap positif dan
bertindak dengan cara tertentu terhadap objek negatif, maka sikap terhadap bahasa pun demikian.
sikap; Garvin dan Mathiot (dalam Chaer dan Agustina, 2010:
e. Sikap bersifat afektif, artinya sikap mencakup 153) merumuskan tiga ciri sikap bahasa yaitu:
juga perasaan yang dapat terungkap, melalui a. Ciri Sikap Bahasa Positif
pilihan seseorang terhadap objek sikap 1) Kesetiaan Bahasa (Language Loyalty)
(positif, negatif atau netral)
Kesetiaan bahasa yang mendorong
f. Sikap mengandung unsur dimensi waktu,
artinya sikap itu dapat sesuai untuk waktu masyarakat suatu bahasa mempertahankan
tertentu tetapi tidak sesuai untuk waktu yang bahasanya dan apabila perlu mencegah adanya
lain. pengaruh bahasa lain. Hal ini didukung oleh
g. Sikap mengandung unsur kelangsungan, rumusan Weinreich yang menunjukkan bahwa
artinya sikap itu berlangsung lama secara taat kesetiaan bahasa yang mengandung aspek mental
asas; dan emosi sangat menentukan bentuk tingkah laku
h. Sikap diketahui melalui penafsiran
berbahasa. Kesetiaan berbahasalah yang terutama
Sikap Bahasa (Language Attitudes) mendorong usaha-usaha mempertahankan bahasa
(Weinreich, 1974:99) karena kesetiaan bahasa
Sikap bahasa adalah posisi mental atau perasaan mempunyai akar emosional yang kuat pada bahasa
terhadap bahasa sendiri atau bahasa orang lain ibu (mother tongue) dan terinternalisasi sejak
(Kridalaksana, 2001:197). Dalam bahasa Indonesia kata kecil. Selanjutnya Weinreich (1979:99) juga
“sikap” dapat mengacu pada bentuk tubuh, posisi berdiri menyatakan bahwa kesetiaan bahasa adalah
yang tegak, perilaku atau gerak-gerik, dan perbuatan keinginan masyarakat pendukung bahasa itu untuk
atau tindakan yang dilakukan berdasarkan pandangan memelihara dan mempertahankan bahasa itu.
(pendirian, keyakinan, atau pendapat) sebagai reaksi Bahkan kalau perlu, mencegahnya dari pengaruh
atas adanya suatu hal atau kejadian. bahasa lain, mencegah adanya interferensi dari
bahasa asing.
Jenis-jenis Sikap Bahasa
Jenis Sikap bahasa diklasifikasikan menjadi dua 2) Kebanggaan Bahasa (Language Pride)
macam, yaitu sikap positif dan sikap negatif. Kebanggaan bahasa yang mendorong
a. Sikap Positif orang mengembangkan bahasanya dan
Sikap bahasa positif yaitu sikap yang menggunakannya sebagai lambang identitas dan
berhubungan dengan tingkah laku yang tidak kesatuan masyarakat. Kebanggaan bahasa yang
bertentangan dengan kaidah atau norma yang disebut juga linguistic pride (lihat Wijana, 2006)
mendorong orang mengembangkan bahasanya dan bahasa yang digunakan oleh penutur itu sendiri.
menggunakannya sebagai lambang identitas dan Menurut Fasold (1984) berdasarkan beberapa faktor
kesatuan masyarakat. Seseorang yang merasa yang mempengaruhi pemilihan bahasa dibawah ini juga
bangga dengan bahasanya tidak akan mengalihkan menjadi dasar-dasar faktor penyebab terjadinya sikap
bahasanya kepada bahasa lain yang bukan bahasa seorang penutur, antara lain: Kemampuan
miliknya. Akan tetapi seseorang atau masyarakat penutur; Kemampuan pendengar; Umur; Status sosial;
tutur yang merasa tidak berkewajiban atau merasa Derajat hubungan; Hubungan etnis; Tekanan dari luar;
malu menunjukkan identitasnya dengan Tempat.
bahasanya, dan cenderung mengalihkan
kebanggaannya kepada bahasa lain yang bukan Kerangka Konsep Penelitian
miliknya, maka orang atau masyarakat tutur seperti Penelitian ini mengungkapkan terdapat ciri sikap
itu disebut memiliki sikap negatif terhadap bahasa dan faktor penyebab terjadinya sikap bahasa
bahasanya. mahasiswa program studi bahasa Inggris terhadap
3) Kesadaran Adanya Norma bahasa Indonesia di Universitas Al-Muslim. Sikap
Bahasa (Awareness Of The Norm) bahasa diukur dengan skala Likert, sedangkan untuk
Kesadaran Adanya Norma Bahasa yang mengetahui faktor penyebab terjadinya sikap bahasa
mendorong orang menggunakan bahasanya dengan digunakan intrumen berupa lembar observasi.
cermat dan santun; dan merupakan faktor yang Berdasarkan kajian teoritis, variabel pertama dari
sangat besar pengaruhnya terhadap perbuatan yaitu penelitian ini adalah sikap bahasa mahasiswa program
kegiatan menggunakan bahasa (language use). studi bahasa Inggris terhadap bahasa Indonesia. Sikap
Dengan kata lain, Kesadaran akan norma bahasa bahasa itu berkenaan dengan tiga ciri pokok, yakni
mendorong masyarakat pemakai bahasa untuk kebanggan berbahasa, kesetian berbahasa, dan
memakai bahasanya secara baik, benar, dan santun kesadaran akan norma bahasa (Garvin dan Mathiot,
sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku. 1972:72). Jika ketiga ciri sikap bahasa tersebut menguat
Kesadaran berbahasa itu tercermin dalam tanggung maka dapat dikatakan bahwa sikap bahasa tersebut
jawab, sikap, perasaan memiliki bahasa yang pada sikap positif.
gilirannya menimbulkan kemauan untuk membina Namun, apabila ketiga ciri sikap bahasa tersebut
dan mengembangkan bahasa. Weinreich (1970: sudah melemah, hal itu merupakan pertanda adanya
99) berpendapat bahwa dorongan dari diri sikap negatif. Ada beberapa indikator yang berkenaan
masyarakat pemakai bahasa itu untuk memakai dengan sikap negatif terhadap bahasa Indonesia.
bahasanya secara baik, benar, santun, korek Indikator pertama, menganggap bahasa Indonesia ada
dengan kaidah-kaidah yang berlaku merupakan secara alamiah. Artinya, bahasa Indonesia akan tumbuh
sikap kesadaran akan norma. Sikap kesadaran dengan sendirinya saat orang mulai berbahasa, sehingga
demikian merupakan faktor yang sangat pembinaan bahasa Indonesia tidak diperlukan. Indikator
menentukan perilaku tutur dalam ujud pemakaian kedua, menganggap bahasa Indonesia itu mudah dan
bahasa (language use). karena itu tidak perlu dipelajari, tanpa belajar pun
b. Ciri Sikap Bahasa Negatif semua orang Indonesia dapat berbahasa Indonesia.
1. Tidak ada gairah atau dorongan untuk Indikator ketiga, menganggap bahasa Indonesia lebih
mempertahankan kemandirian bahasanya; rendah daripada bahasa asing.
2. Kesetiaan bahasanya mulai melemah; Sikap ini memperkuat anggapan bahwa bahasa
3. Tidak mempunyai rasa bangga terhadap Indonesia tidak mampu mendukung ilmu pengetahuan
bahasanya. modern, tidak seperti bahasa Inggris atau bahasa asing
lainnya. Akibatnya, kemampuan berbahasa asing
Faktor yang Menyebabkan terjadinya Sikap Bahasa
dijadikan barometer keterpelajaran seseorang. Dengan
Berdasarkan sikap bahasa yang terlahir dari demikian, hasrat untuk mempelajari bahasa asing lebih
posisi mental atau perasaan terhadap bahasa sendiri atau tinggi dibandingkan dengan hasrat terhadap bahasa
bahasa orang lain. Maka dari hal itu akan terdapat Indonesia. Indikator keempat berkenaan dengan
beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya sikap penggunaan bahasa Indonesia yang tidak cermat, atau
bahasa tersebut baik berdasar pada kemampuan penutur tidak tepat. Berikut gambar kerangka konsep penelitian
atau lingkungan terjadinya interaksi bahasa. Jika dalam penelitian ini, yaitu:
dikaitkan hal ini sangat berkaitan dengan pemilihan
dipilih menjadi anggota sampel secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
Sikap Bahasa Dari jumlah populasi sebanyak 555 mahasiswa
(Language Attitudes) Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (sampel data
kuantitatif), ditentukan persentasi jumlah sampel
sebesar 20% sehingga survei tentang sikap bahasa ini
menggunakan 111 mahasiswa. Dalam penelitian ini,
kuesioner digunakan sebagai instumen untuk
memperoleh data kuantitatif. Kuesioner terbagi atas dua
Mahasiswa
Sikap Positif Sikap Negatif bagian, yaitu bagian pertama (Kuesioner A) untuk
Program Studi
Bahasa Inggris menemukan data mengenai latar belakang responden
dan bagian kedua (Kuesioner B) untuk menemukan data
mengenai sikap bahasa responden terhadap bahasa
Indonesia. Pada bagian pertama, data tentang latar
belakang responden meliputi identitas diri, jenis
Bahasa
Indonesia kelamin, usia, latar belakang pendidikan, IPK (Indeks
Prestasi Kumulatif), dan pelatihan yang pernah diikuti.
Sedangkan pada bagian kedua mengenai sikap bahasa
responden yang meliputi tiga subbagian, yaitu
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sikap kebanggan bahasa (6 butir pertanyaan), kesetiaan
Bahasa bahasa (13 butir pertanyaan), dan kesadaran akan norma
bahasa (11 butir pertanyaan).
Berdasarkan hasil data yang ditemukan
Hasil Penelitian
dilapangan, dari 111 kuesioner yang dikembalikan
terdapat 110 kuesioner yang dapat diolah, sedangkan
Kerangka Konsep Penelitian satu kuesioner tidak dapat diolah disebabkan tidak
memenuhi persyaratan, yaitu pengisiannya tidak
lengkap. Instrumen lain yang digunakan dalam
penelitian ini adalah lembar pengamatan. Lembar
METODE PENELITIAN
pengamatan berisi kolom tempat mencatat dan/atau
Penelitian tentang Sikap Bahasa Mahasiswa berisi keterangan-keterangan singkat yang dapat di
Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Terhadap diberi tanda centang (√). Instrumen penyediaan data
Bahasa Indonesia di Universitas Al-Muslim Kabupaten melalui lembar pengamatan ini digunakan untuk
Bireuen menggunakan pendekatan sosiolinguistik. menjaring informasi yang berkaitan dengan faktor-
Penelitian ini dikategorikan ke dalam penelitian faktor yang menyebabkan terjadinya sikap bahasa.
deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode Pertama, teknik yang digunakan dalam penelitian
survey (Chaer, 2007: 138). Penelitian ini dilakukan di ini adalah teknik survei. Melalui penyebaran kuesioner
Universitas Al-Muslim yang terletak di Kota atau daftar pertanyaan terbuka untuk memperoleh
Matangglumpang Dua, Kecamatan Peusangan, informasi dari responden yang dipandang representasif
Kabupaten Bireuen. Salah satu alasan peneliti mewakili populasi penelitian (Wiseman dan Aron dalam
melakukan penelitian di Universitas Al-Muslim Mahsun, 2007). Responden diminta untuk mengisi
dikarenakan letak lokasi tempat penelitian dan kuesioner yang tersedia. Dalam kegiatan penyediaan
lingkungan memudahkan peneliti untuk melaksanakan data, kuesioner didistribusikan langsung oleh peneliti
penelitian. Penelitian ini berlangsung selama 10 bulan, kepada responden di lingkungan universitas. Data ini
yaitu mulai bulan Januari 2016 sampai dengan bulan diperoleh langsung melalui para mahasiswa program
Oktober 2016 di Universitass Al-Muslim. Berdasarkan studi bahasa Inggris yang telah ditentukan sebagai
penjelasan di atas, penelitian ini mengambil sampel dari sampel. Tanggapan responden terhadap setiap
populasi dengan menggunakan teknik Probability pernyataan yang ada dalam perangkat penelitian
Sampling (Simple Random Sampling) yaitu teknik diserahkan langsung oleh para responden kepada
pengambilan sampel yang memberikan peluang yang peneliti. Prosedur kerja ini dimaksudkan untuk menjaga
sama bagi setiap unsur (responden) populasi untuk objektivitas tanggapan responden. Selanjutnya yang
kedua teknik pengamatan menggunakan berupa lembar responden yang diamati langsung oleh peneliti yang
observasi yang berisikan tentang pernyataan dalam dibagi dalam 3 setting tempat yaitu:
bentuk check list untuk menjaring data mengenai
perilaku bahasa responden, yaitu faktor-faktor yang 1. Ruangan Kelas (Pada saat proses
menyebabkan terjadinya sikap bahasa. Pada tahap pembelajaran berlangsung)
observasi ini, peneliti terjun langsung ke lapangan untuk 2. Lingkungan Kampus (Kantin)
mengamati setiap perilaku responden dalam hal 3. Laboratorium Bahasa (Pada saat proses
berkomunikasi (perilaku bahasa) khususnya. pembelajaran berlangsung)
memberikan nilai 5 untuk karakteristik yang 4 55 50,00 26 23,64 29 26,3 110 100
bersangkutan. Selanjutnya nilai rata-rata ini 5 83 75,45 20 18,18 7 6,36 110 100
dikelompokkan ke dalam dua bagian, misalnya untuk 6 71 64,55 15 13,64 24 21,8 110 100
nilai terendah dikategorikan dengan nilai 3,03 dan untuk Rata-
80,61 10,00 9,39 100
rata
nilai tertinggi dikategorikan dengan nilai 4,94.
Selanjutnya data yang diperoleh melalui observasi
berupa hasil dari lembar observasi yang berupa tuturan- Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa rata-rata
tuturan, kegiatan perilaku dalam bahasa responden akan kesetujuan responden terhadap kebanggaan bahasa
dianalisis secara kualitatif yang bersifat deskriptif. Data adalah 80,61%, ketidaksetujuan 9,39%, dan sikap netral
tersebut terjaring melalui hasil pengamatan terhadap 10%. Hal ini menunjukkan bahwa sikap bahasa
mahasiswa program studi bahasa Inggris Unimus
terhadap kebanggaan bahasa pada umumnya bersifat 25 94 85,45 11 10,00 5 4,55 110 100
sikap bahasa yang positif terhadap bahasa Indonesia.
26 99 90,00 11 10,00 - - 110 100
Kesetiaan Bahasa (Language Loyalty)
27 72 65,45 27 24,55 11 10,00 110 100
Table 4.2 Nilai Persantase dari Lembaran Kuesioner Bag. B
28 64 58,18 26 23,64 20 18,18 110 100
No. S Ne TS TOTAL
29 104 94,55 5 4,55 1 0,91 110 100
N % N % N % N %
30 98 89,09 11 10,00 1 0,91 110 100
10
7 91,82 8 7,27 1 0,91 110 100
1 Rata
83,27 12,90 3,81 100
10 -rata
8 92,73 5 4,55 3 2,73 110 100
2
10
9 90,91 5 4,55 5 1,82 110 100
0
10 Dari Tabel 4.3 tentang kesadaran norma bahasa
10 93,64 5 4,55 2 1,82 110 100
3
diketahui bahwa rata-rata kesetujuan responden
10
11
2
92,73 5 5,45 2 1,82 110 100 terhadap kesadaran akan norma bahasa adalah 83,27%,
12 70 63,64
1
16,36 22 20,00 110 100 ketidaksetujuan 3,81 %, dan ragu-ragu 12,90%. Artinya,
8
10
sikap responden terhadap kesadaran akan norma bahasa
13 92,73 5 4,55 3 2,73 110 100
2 pada umumnya positif. Berdasarkan sikap bahasa
14 90 89,09
1
1
10,00 1 0,91 110 100 responden terhadap kebanggaan bahasa, kesetiaan
15
10
98,36 2 1,82 - - 110 100
bahasa, dan kesadaran akan norma bahasa, rata-rata
8
sikap bahasa secara keseluruhan adalah 80,41%
1
16 95 86,36
5
13,64 - - 110 100 (kesetujuan), 1,53 % (ketidak setujuan), dan 10,65 %
17 92 83,64
1
16,36 - - 110 100 (sikap ragu-ragu). Hal ini berarti, sikap bahasa
8
2
responden terhadap bahasa Indonesia pada dasarnya
18 86 78,18 21,82 - - 110 100
4 positif. Selanjutnya. Sajian data di depan
10
19
1
91,82 7 6,36 2 1,82 110 100 menggambarkan sikap bahasa responden terhadap
Rata- bahasa Indonesia yang didistribusikan dalam tiga aspek,
88,12 9.02 2,65 100
rata
yakni kebanggaan bahasa, kesetiaan bahasa, dan
kesadaran akan norma bahasa. Rata-rata hasil pilihan
Dari Tabel 4.2 terlihat bahwa rata-rata responden yang berkaitan dengan tiga aspek tersebut
kesetujuan responden terhadap kesetiaan bahasa adalah dapat dilihat lebih jelas pada tabel berikut ini:
88,12%, ketidak setujuan 2,65%, dan netral atau ragu
ragu 9,02%. Hal ini menujukkan, sikap responden Table 4.4 Total Nilai Persantase dari Lembaran Kuesioner
terhadap kesetiaan bahasa pada berada pada sifat sikap A B C
Kebanggaan Kesetiaan Kesadaran Rata-rata
bahasa yang positif terhadap bahasa Indonesia Bahasa Bahasa Norma Bahasa
khususnya sikap bahasa mahasiswa program studi S 80.61 % 88.12 % 83.27 % 80.41 %
bahasa Inggris terhadap bahasa Indonesia.
N 10.00 % 9.02 % 12.90 % 10.65 %