Anda di halaman 1dari 16

SIKAP BAHASA MAHASISWA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


UNIVERSITAS AL-MUSLIM TERHADAP BAHASA INDONESIA
DI KABUPATEN BIREUEN

oleh
Saifannur1

Magister Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Abstract: This study entitled “the English students’ language attitudes toward Indonesian language. This
study was carried out in Al-Muslim University, Bireuen Regency. The study aims to describe the English
students’ language attitude and to find out the factor which causing the language attitudes itself. The
method used is field survey involving questionnaire distribution and observation. The sample was randomly
selected and the data were analyzed with likert scale data analysis. The study indicated that most of English
student program of Al-Muslim University (71,82 %) have a positive attitude toward Indonesian language.
Meanwhile, there are several factors that influence the causing of language attitudes such as; the ability of
listener and speaker; environment, social status and role-contact. The understanding toward language
attitudes is the most important things to cultivate the language attitudes with the result that formed the three
types of language attitudes with state by Garvin and Mathiot (in chaer and agustina, 2010: 153): language
loyalty; language pride’ and awareness of the norm. In data finding, English students’ have a correct
attitudes toward Indonesian language with awareness of the norm, there’s dissimilarity in language use
between the male students and female students in the way of interactions (language code) but this case
doesn’t influenced their language attitudes toward in Indonesian language in negative aspects cause the
interaction process only take place among them (English students) like using a word combination words.
The result of this study indicated that English students’ language attitudes toward Indonesian language are
positive.

Keywords: Language attitudes, English student Program, Indonesian language.

Abstrak: Penelitian ini berkaitan dengan sikap bahasa dan faktor penyebab terjadinya sikap mahasiswa
program studi bahasa Inggris terhadap bahasa Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
sikap bahasa dan faktor terjadinya sikap bahasa mahasiswa program studi bahasa Inggris terhadap bahasa
Indonesia di Universitas Al-Muslim. Penelitian ini dilakukan di Universitas Al-Muslim, Kabupaten
Bireuen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei lapangan dengan menyebarkan
kuesioner serta melakukan pengamatan. Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara acak dengan
analisis data menggunakan skala likert dengan jumlah sampel terdiri dari 111 mahasiswa program studi
bahasa Inggris Universitas Al-Muslim di Kabupaten bireuen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar mahasiswa program studi bahasa Inggris (71,82%) memiliki sikap positif terhadap bahasa
Indonesia. Selanjutnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya sikap bahasa mahasiswa
program studi bahasa Inggris yakni faktor kemampuan penutur, kemampuan pendengar, status sosial,
tempat dan bentuk hubungan-peran. Pemahaman terhadap sikap bahasa merupakan salah satu hal yang
penting untuk dapat membina sikap bahasa yang positif sehingga terwujudnya 3 ciri sikap bahasa yang
disebutkan oleh Garvin dan Mathiot (dalam Chaer dan Agustina, 2010: 153), yaitu: Kesetiaan
Bahasa (Language Loyalty); Kebanggaan Bahasa (Language Pride); dan Kesadaran Adanya Norma
Bahasa (Awareness Of The Norm). Temuan terakhir dalam penelitian ini adalah mahasiswa program studi
bahasa Inggris menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah bahasa yang
berlaku, terdapat perbedaan penggunaan bahasa (campur kode) antara mahasiswa dan mahasiswi dalam
cara berinteraksi seperti mengkombinasikan 2 kosata. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sikap
bahasa mahasiswa program studi bahasa Inggris Universitas Al-Muslim terhadap bahasa Inggris memiliki
sikap bahasa yang positif.

Kata Kunci : Sikap Bahasa, Mahasiswa Program Studi Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia.

1
Mahasiswa Magister Linguistik Universitas Sumatera Utara-Medan, Alumni UIN Ar-Raniry-Banda Aceh,
Instruktur Bahasa Inggris.
PENDAHULUAN lagi rasa bangga terhadap Bahasa Indonesia, bahkan
kadangkala kita lebih bangga terhadap bahasa asing
Bahasa merupakan alat komunikasi inti yang lainnya, misalnya bahasa inggris. Bahasa Inggris
berfungsi untuk menyatakan, memberikan, merupakan bahasa internasional, penggunaannya juga
menyampaikan perasaan; informasi, dan berbagai hal hampir menyeluruh dalam sistem komunikasi global.
lainnya yang ingin disampaikan baik dalam bentuk Hal tersebut menjadi dasar bagi kebanyakan negara-
ucapan kata, isyarat maupun simbol. Dengan memiliki negara maju, berkembang maupun sebaliknya untuk
fungsi seperti itu bahasa dapat digunakan untuk meningkatkan penggunaan dan pembelajaran bahasa
mengekspresikan diri, berkomunikasi, berinteraksi, inggris dalam sistem pendidikan. Seperti halnya, di
beradaptasi sosial dan sebagai alat kontrol sosial dalam lingkungan Universitas atau perguruan tinggi, dewasa
kehidupan sehari-hari. Dalam berbahasa sudah tentunya ini peningkatan pembelajaran terhadap bahasa Inggris
setiap orang memiliki cara dalam mengekspresikan dapat dikatakan sangat maju, baik dari segi fasilitas,
bahasanya terhadap objek interaksinya. Hal ini mengacu laboratorium bahasa dan materi-materi
pada suatu perbuatan atau tindakan yang disebut sikap pembelajarannya. Sehingga pada hasilnya menjadikan
yang lahir berdasarkan pandangan (pendirian, bahasa tersebut dapat dikategorikan mudah untuk
keyakinan, atau pendapat) sebagai reaksi atas adanya dipelajari dan digunakan dalam komunikasi sehari-hari.
suatu hal atau kejadian dari proses interaksi tersebut. Salah satu universitas yang dimaksud yaitu di
Perbuatan atau tindakan tersebut merupakan suatu sikap Universitas Al-Muslim yang menjadi tempat
yang dimiliki oleh seseorang dalam berbahasa. berlangsungnya penelitian ini.
Sejalan dengan uraian tersebut, Kridalaksana Berdasarkan observasi awal penelitian,
(2001: 197) mengatakan sikap bahasa adalah posisi pemahaman dan penggunaan bahasa Inggris yang
mental atau perasaan terhadap bahasa sendiri atau terdapat dikalangan mahasiswa khususnya mahasiswa
bahasa orang lain. Sikap bahasa juga merupakan Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI)
peristiwa kejiwaan sehingga tidak dapat diamati secara lumayan memuaskan. Hal tersebut dilihat dari segi
langsung. Sikap bahasa dapat diamati melalui perilaku komunikasi sesamanya di lingkungan kampus dan kelas.
berbahasa atau perilaku tutur (Chaer dan Agustina, Akan tetapi, pada saat observasi awal penelitian,
2010: 149). Seperti halnya, bahasa Indonesia yaitu peneliti menemukan bahwa para mahasiswa lebih
bahasa negara yang mempunyai dasar hukum. Dalam dominan menggunakan bahasa Indonesia dalam
teks sumpah pemuda tahun 1928 berisikan tentang komunikasinya di lingkungan kampus. Akan tetapi,
pengakuan bahwa Bahasa Indonesia merupakan bahasa bagaimanakah (ciri) dari sikap bahasa dan faktor
nasional. Begitu pula dalam UUD 1945 pasal 36 terjadinya sikap bahasa mereka terhadap bahasa
menyatakan bahwa Bahasa Indonesia merupakan bahasa indonesia masih belum diketahui. Hal ini disebabkan,
bangsa. Fungsi Bahasa Indonesia sebagai bahasa mahasiswa PBI merupakan salah satu komunitas yang
nasional yaitu sebagai lambang kebanggaan bangsa, juga mampu dalam menggunakan bahasa Inggris dalam
lambang identitas nasional, alat perhubungan antar komunikasi sehari-hari mereka. Sehingga sikap bahasa
daerah, alat pemersatu berbagai suku bangsa yang ada mereka terhadap bahasa Indonesia perlu untuk diketahui
di nusantara. mengarah ke ciri (sikap bahasa) positif atau negatif dan
Sedangkan fungsi Bahasa Indonesia sebagai faktor apa saja penyebab terjadinya sikap bahasa
bahasa negara yaitu sebagai bahasa resmi kenegaraan, tersebut. Berbicara tentang sikap bahasa, dewasa ini
bahasa pengantar di lembaga pendidikan, alat banyak penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan
perhubungan pada tingkat nasional, alat pengembangan oleh masyarakat Indonesia dalam sikap bahasanya
budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Sebagai terhadap bahasa Indonesia, yakni baik penggunaan
bahasa nasional dan bahasa negara, sudah seharusnya dalam bahasa lisan maupun bahasa tulisan.
kita selaku warga negara indonesia yang baik menyadari Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi bisa berupa
akan adanya norma dalam Bahasa Indonesia. Sudah interferensi, alih kode, campur kode, dan sebagainya.
selayaknya dalam berkomunikasi kita menggunakan Contoh sederhananya, masyarakat Indonesia lebih
Bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai kaidah bangga ketika berbicara menggunakan Bahasa Inggris
yang telah ditetapkan. Namun seiring berkembangnya daripada berbicara menggunakan Bahasa Indonesia atau
zaman, bahasa Indonesia kini mulai dipandang sebelah bahasa daerahnya, atau lebih senang berbicara dengan
mata, kesetiaan bangsa Indonesia dalam menggunakan menggunakan bahasa tidak baku daripada berbicara
Bahasa Indonesia mulai melemah, tidak mempunyai dengan menggunakan bahasa baku. Itu semua terjadi
bukan bukan karena alamiah, namun karena disebabkan Untuk menganalisis sikap bahasa mahasiswa Program
oleh banyak faktor, salah satunya adalah faktor dari Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Al-Muslim
sikap negatif terhadap Bahasa Indonesia. Faktor tersebut terhadap Bahasa Indonesia. (2) Untuk menganalisis
bisa saja terjadi berdasarkan lingkungan dan interaksi faktor penyebab terjadinya sikap bahasa mahasiswa
sesama penuturnya. Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas
Garvin dan Mathiot (dalam Chaer dan Agustina, Al-Muslim terhadap Bahasa Indonesia. tujuan dari
2010: 153) merumuskan ciri-ciri terjadinya sikap bahasa penelitian ini diharapkan akan bermanfaat baik secara
negatif itu meliputi; Tidak ada gairah atau dorongan teoritis maupun praktis. Adapun manfaat meliputi
untuk mempertahankan kemandirian bahasanya; beberapa hal yaitu Manfaat Teoritis (1) Hasil  penelitian
Kesetiaan bahasanya mulai melemah; dan Tidak ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan
mempunyai rasa bangga terhadap bahasanya. Ciri-ciri pengetahuan dibidang ilmu kebahasaan, khususnya
tersebut pada akhirnya dapat menimbulkan tidak Sosiolinguistik. (2) Hasil  penelitian ini diharapkan
pedulinya penutur terhadap norma-norma dalam dapat menambah pengetahuan mengenai penyimpangan
berbahasa. Disamping itu, sudah seharusnya setiap dalam menggunakan Bahasa Indonesia baik
penutur suatu bahasa itu haruslah memiliki sikap positif penyimpangan dalam bentuk lisan maupun tulisan.
terhadap bahasa yang meliputi tingkah laku yang tidak Adapun manfaat praktisnya yaitu: (1) Bagi peneliti,
bertentangan dengan kaidah atau norma yang melalui penelitian ini peneliti dapat mengetahui sikap
kebahasaan yang berlaku (Awareness Of The Norm), bahasa yang dimiliki oleh mahasiswa Pendidikan
atau suatu sikap setia (Language Loyalty) dan bangga Bahasa Inggris terhadap Bahasa Indonesia. (2) Bagi
terhadap suatu bahasa (Language Pride). Weinreich pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat
(1970: 99) juga menambahkan bahwa dorongan dari diri menumbuhkan kecintaan dan kebanggaan dalam
masyarakat pemakai bahasa itu untuk memakai menggunakan dan berkomunikasi menggunakan Bahasa
bahasanya secara baik, benar, santun, korek dengan Indonesia, baik lisan maupun tulisan.
kaidah-kaidah yang berlaku merupakan sikap kesadaran Dalam sebuah penelitian sudah seharusnya
akan norma. Selama observasi awal, peneliti mengamati ditentukan beberapa hal penting yang berkaitan dengan
beberapa hal antara lain yakni sikap bahasa mahasiswa pembahasan dalam penelitian. Untuk membuat
program studi bahasa Inggris terhadap bahasa Indonesia penelitian ini berada pada satu pembahasan yang baik
dalam komunikasi sehari-hari dengan teman se-program dan benar peneliti menerapkan pembatasan masalah
studinya (kelas, lingkungan kampus). Menurut peneliti agar jalur penelitian berada pada pokok pembahasan
hal-hal yang berkaitan dengan sikap bahasa mahasiswa utama dan tidak keluar dari objek penelitian.
program studi bahasa Inggris terhadap bahasa Indonesia Pembatasan masalah dalam penelitian ini hanya
perlu untuk diketahui lebih lanjut dikarenakan membahas tentang sikap bahasa mahasiswa Program
disamping menguasai bahasa Indonesia mereka juga Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Al-Muslim
menguasai bahasa Inggris. Hal ini disebabkan apakah terhadap Bahasa Indonesia di Kecamatan Peusangan,
ada pengaruh dari bahasa asing yang mereka kuasai Kabupaten Bireuen, Aceh Tahun 2016. Hipotesis dalam
terhadap bahasa Indonesia yang menjadi bahasa penelitian ini diajukan hipotesis berupa Perangkat
nasional dalam konteks sikap bahasa. Oleh karena itu, Pengukur Tingkat Sikap Bahasa Mahasiswa Program
peneliti tertarik untuk untuk mengetahui bagaimanakah Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Al-Muslim
sikap bahasa mereka terhadap bahasa Indonesia Kabupaten Bireuen Terhadap Bahasa Indonesia tahun
disamping dalam keseharian mereka mempelajari dan 2016. Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan adalah:
menguasai bahasa Inggris. terdapat ciri positif dari Sikap Bahasa Mahasiswa
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peniliti Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas
akan mencoba merumuskan masalah sebagai berikut. Al-Muslim Kabupaten Bireuen Terhadap Bahasa
(1) Bagaimana sikap bahasa mahasiswa Program Studi Indonesia.
Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Al-Muslim
terhadap Bahasa Indonesia? (2) Apakah faktor penyebab Sikap (Attitudes)
terjadinya sikap bahasa mahasiswa Program Studi Istilah sikap (attitude) berasal dari kata bahasa
Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Al-Muslim Latin ‘apitude’ dan bahasa Itali ‘atto’ (Latin = actus)
terhadap Bahasa Indonesia di Universitas Al-Muslim yang makna dasarnya adalah kemampuan alamiah
melakukan suatu tindakan (aptitude for action), dengan
terhadap Bahasa Indonesia? Rumusan masalah dalam
kata lain maknanya adalah memiliki kecenderungan
penelitian ini, maka tujuan dari penilitian ini adalah: (1) terhadap tindakan tertentu. Definisi ini dapat dilihat dari
pandangan mentalis, Baker (1992) yang mengatakan kebahasaan yang berlaku, atau suatu sikap setia
bahwa sikap merupakan keadaan dimana perwujudan dan bangga terhadap suatu bahasa.
mental tidak bisa diuji dan diobservasi secara langsung b. Sikap Negatif
melainkan dapat dilihat dari pola pergerakan. Hal itu
Sikap negaif bahasa akan menyebabkan
berkenaan dengan konsep hipotesis yang menjelaskan
tujuan dan keyakinan dari perilaku manusia. sehingga orang acuh tak acuh terhadap pembinaan dan
nantinya akan menunjukkan pikiran mendalam, pelestariaan suatu bahasa. Mereka menjadi
perasaan dan kecenderungan terhadap cara berperilaku tidak bangga lagi memakai bahasa sendiri
antar lingkungan. Dawes (1975:15-16) dan Mar’at sebagai penanda jati diri, bahkan mereka
(1984: 20-21) menyajikan kembali rangkuman merasa malu memakai bahasa terebut.
pengertian tentang sikap seperti sudah dikemukan
Allport, yaitu sebagai berikut: Ciri-ciri Sikap Bahasa
Anderson (1974) membagi sikap atas dua
a. Sikap diperoleh dengan cara dipelajari; sikap
tidak diperoleh secara turun-temurun; macam, yaitu (1) sikap kebahasaan dan (2) sikap
b. Sikap diperoleh dari pergaulan kita dengan nonkebahasaan, seperti sikap politis, sikap keagamaan,
orang-orang disekitar kita, baik melalui dan lain-lain. Menurut Anderson, sikap bahasa adalah
perilaku yang kita lihat maupun melalui tata keyakinan atau kognisi yang relatif berjangka
komunikasi verbal; panjang, sebagian mengenai bahasa, mengenai objek
c. Sikap selalu berkaitan dengan objek sikap bahasa, yang memberikan kecenderungan seseorang
yang dapat berupa benda konkret atau pun
untuk bereaksi dengan cara tertentu yang disenanginya.
benda abstrak;
d. Sikap selalu megandung kesiagaan untuk Namun sikap tersebut dapat berupa sikap positif dan
bertindak dengan cara tertentu terhadap objek negatif, maka sikap terhadap bahasa pun demikian.
sikap; Garvin dan Mathiot (dalam Chaer dan Agustina, 2010:
e. Sikap bersifat afektif, artinya sikap mencakup 153) merumuskan tiga ciri sikap bahasa yaitu:
juga perasaan yang dapat terungkap, melalui a. Ciri Sikap Bahasa Positif
pilihan seseorang terhadap objek sikap 1) Kesetiaan Bahasa (Language Loyalty)
(positif, negatif atau netral)
Kesetiaan bahasa yang mendorong
f. Sikap mengandung unsur dimensi waktu,
artinya sikap itu dapat sesuai untuk waktu masyarakat suatu bahasa mempertahankan
tertentu tetapi tidak sesuai untuk waktu yang bahasanya dan apabila perlu mencegah adanya
lain. pengaruh bahasa lain. Hal ini didukung oleh
g. Sikap mengandung unsur kelangsungan, rumusan Weinreich yang menunjukkan bahwa
artinya sikap itu berlangsung lama secara taat kesetiaan bahasa yang mengandung aspek mental
asas; dan emosi sangat menentukan bentuk tingkah laku
h. Sikap diketahui melalui penafsiran
berbahasa. Kesetiaan berbahasalah yang terutama
Sikap Bahasa (Language Attitudes) mendorong usaha-usaha mempertahankan bahasa
(Weinreich, 1974:99) karena kesetiaan bahasa
Sikap bahasa adalah posisi mental atau perasaan mempunyai akar emosional yang kuat pada bahasa
terhadap bahasa sendiri atau bahasa orang lain ibu (mother tongue) dan terinternalisasi sejak
(Kridalaksana, 2001:197). Dalam bahasa Indonesia kata kecil. Selanjutnya Weinreich (1979:99) juga
“sikap” dapat mengacu pada bentuk tubuh, posisi berdiri menyatakan bahwa kesetiaan bahasa adalah
yang tegak, perilaku atau gerak-gerik, dan perbuatan keinginan masyarakat pendukung bahasa itu untuk
atau tindakan yang dilakukan berdasarkan pandangan memelihara dan mempertahankan bahasa itu.
(pendirian, keyakinan, atau pendapat) sebagai reaksi Bahkan kalau perlu, mencegahnya dari pengaruh
atas adanya suatu hal atau kejadian. bahasa lain, mencegah adanya interferensi dari
bahasa asing.
Jenis-jenis Sikap Bahasa
Jenis Sikap bahasa diklasifikasikan menjadi dua 2) Kebanggaan Bahasa (Language Pride)
macam, yaitu sikap positif dan sikap negatif. Kebanggaan bahasa yang mendorong
a. Sikap Positif orang mengembangkan bahasanya dan
Sikap bahasa positif yaitu sikap yang menggunakannya sebagai lambang identitas dan
berhubungan dengan tingkah laku yang tidak kesatuan masyarakat. Kebanggaan bahasa yang
bertentangan dengan kaidah atau norma yang disebut juga linguistic pride (lihat Wijana, 2006)
mendorong orang mengembangkan bahasanya dan bahasa yang digunakan oleh penutur itu sendiri.
menggunakannya sebagai lambang identitas dan Menurut Fasold (1984) berdasarkan beberapa faktor
kesatuan masyarakat. Seseorang yang merasa yang mempengaruhi pemilihan bahasa dibawah ini juga
bangga dengan bahasanya tidak akan mengalihkan menjadi dasar-dasar faktor penyebab terjadinya sikap
bahasanya kepada bahasa lain yang bukan bahasa seorang penutur, antara lain: Kemampuan
miliknya. Akan tetapi seseorang atau masyarakat penutur; Kemampuan pendengar; Umur; Status sosial;
tutur yang merasa tidak berkewajiban atau merasa Derajat hubungan; Hubungan etnis; Tekanan dari luar;
malu menunjukkan identitasnya dengan Tempat.
bahasanya, dan cenderung mengalihkan
kebanggaannya kepada bahasa lain yang bukan Kerangka Konsep Penelitian
miliknya, maka orang atau masyarakat tutur seperti Penelitian ini mengungkapkan terdapat ciri sikap
itu disebut memiliki sikap negatif terhadap bahasa dan faktor penyebab terjadinya sikap bahasa
bahasanya. mahasiswa program studi bahasa Inggris terhadap
3) Kesadaran Adanya Norma bahasa Indonesia di Universitas Al-Muslim. Sikap
Bahasa (Awareness Of The Norm) bahasa diukur dengan skala Likert, sedangkan untuk
Kesadaran Adanya Norma Bahasa yang mengetahui faktor penyebab terjadinya sikap bahasa
mendorong orang menggunakan bahasanya dengan digunakan intrumen berupa lembar observasi.
cermat dan santun; dan merupakan faktor yang Berdasarkan kajian teoritis, variabel pertama dari
sangat besar pengaruhnya terhadap perbuatan yaitu penelitian ini adalah sikap bahasa mahasiswa program
kegiatan menggunakan bahasa (language use). studi bahasa Inggris terhadap bahasa Indonesia. Sikap
Dengan kata lain, Kesadaran akan norma bahasa bahasa itu berkenaan dengan tiga ciri pokok, yakni
mendorong masyarakat pemakai bahasa untuk kebanggan berbahasa, kesetian berbahasa, dan
memakai bahasanya secara baik, benar, dan santun kesadaran akan norma bahasa (Garvin dan Mathiot,
sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku. 1972:72). Jika ketiga ciri sikap bahasa tersebut menguat
Kesadaran berbahasa itu tercermin dalam tanggung maka dapat dikatakan bahwa sikap bahasa tersebut
jawab, sikap, perasaan memiliki bahasa yang pada sikap positif.
gilirannya menimbulkan kemauan untuk membina Namun, apabila ketiga ciri sikap bahasa tersebut
dan mengembangkan bahasa. Weinreich (1970: sudah melemah, hal itu merupakan pertanda adanya
99) berpendapat bahwa dorongan dari diri sikap negatif. Ada beberapa indikator yang berkenaan
masyarakat pemakai bahasa itu untuk memakai dengan sikap negatif terhadap bahasa Indonesia.
bahasanya secara baik, benar, santun, korek Indikator pertama, menganggap bahasa Indonesia ada
dengan kaidah-kaidah yang berlaku merupakan secara alamiah. Artinya, bahasa Indonesia akan tumbuh
sikap kesadaran akan norma. Sikap kesadaran dengan sendirinya saat orang mulai berbahasa, sehingga
demikian merupakan faktor yang sangat pembinaan bahasa Indonesia tidak diperlukan. Indikator
menentukan perilaku tutur dalam ujud pemakaian kedua, menganggap bahasa Indonesia itu mudah dan
bahasa (language use). karena itu tidak perlu dipelajari, tanpa belajar pun
b. Ciri Sikap Bahasa Negatif semua orang Indonesia dapat berbahasa Indonesia.
1. Tidak ada gairah atau dorongan untuk Indikator ketiga, menganggap bahasa Indonesia lebih
mempertahankan kemandirian bahasanya; rendah daripada bahasa asing.
2. Kesetiaan bahasanya mulai melemah; Sikap ini memperkuat anggapan bahwa bahasa
3. Tidak mempunyai rasa bangga terhadap Indonesia tidak mampu mendukung ilmu pengetahuan
bahasanya. modern, tidak seperti bahasa Inggris atau bahasa asing
lainnya. Akibatnya, kemampuan berbahasa asing
Faktor yang Menyebabkan terjadinya Sikap Bahasa
dijadikan barometer keterpelajaran seseorang. Dengan
Berdasarkan sikap bahasa yang terlahir dari demikian, hasrat untuk mempelajari bahasa asing lebih
posisi mental atau perasaan terhadap bahasa sendiri atau tinggi dibandingkan dengan hasrat terhadap bahasa
bahasa orang lain. Maka dari hal itu akan terdapat Indonesia. Indikator keempat berkenaan dengan
beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya sikap penggunaan bahasa Indonesia yang tidak cermat, atau
bahasa tersebut baik berdasar pada kemampuan penutur tidak tepat. Berikut gambar kerangka konsep penelitian
atau lingkungan terjadinya interaksi bahasa. Jika dalam penelitian ini, yaitu:
dikaitkan hal ini sangat berkaitan dengan pemilihan
dipilih menjadi anggota sampel secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
Sikap Bahasa Dari jumlah populasi sebanyak 555 mahasiswa
(Language Attitudes) Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (sampel data
kuantitatif), ditentukan persentasi jumlah sampel
sebesar 20% sehingga survei tentang sikap bahasa ini
menggunakan 111 mahasiswa. Dalam penelitian ini,
kuesioner digunakan sebagai instumen untuk
memperoleh data kuantitatif. Kuesioner terbagi atas dua
Mahasiswa
Sikap Positif Sikap Negatif bagian, yaitu bagian pertama (Kuesioner A) untuk
Program Studi
Bahasa Inggris menemukan data mengenai latar belakang responden
dan bagian kedua (Kuesioner B) untuk menemukan data
mengenai sikap bahasa responden terhadap bahasa
Indonesia. Pada bagian pertama, data tentang latar
belakang responden meliputi identitas diri, jenis
Bahasa
Indonesia kelamin, usia, latar belakang pendidikan, IPK (Indeks
Prestasi Kumulatif), dan pelatihan yang pernah diikuti.
Sedangkan pada bagian kedua mengenai sikap bahasa
responden yang meliputi tiga subbagian, yaitu
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sikap kebanggan bahasa (6 butir pertanyaan), kesetiaan
Bahasa bahasa (13 butir pertanyaan), dan kesadaran akan norma
bahasa (11 butir pertanyaan).
Berdasarkan hasil data yang ditemukan
Hasil Penelitian
dilapangan, dari 111 kuesioner yang dikembalikan
terdapat 110 kuesioner yang dapat diolah, sedangkan
Kerangka Konsep Penelitian satu kuesioner tidak dapat diolah disebabkan tidak
memenuhi persyaratan, yaitu pengisiannya tidak
lengkap. Instrumen lain yang digunakan dalam
penelitian ini adalah lembar pengamatan. Lembar
METODE PENELITIAN
pengamatan berisi kolom tempat mencatat dan/atau
Penelitian tentang Sikap Bahasa Mahasiswa berisi keterangan-keterangan singkat yang dapat di
Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Terhadap diberi tanda centang (√). Instrumen penyediaan data
Bahasa Indonesia di Universitas Al-Muslim Kabupaten melalui lembar pengamatan ini digunakan untuk
Bireuen menggunakan pendekatan sosiolinguistik. menjaring informasi yang berkaitan dengan faktor-
Penelitian ini dikategorikan ke dalam penelitian faktor yang menyebabkan terjadinya sikap bahasa.
deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode Pertama, teknik yang digunakan dalam penelitian
survey (Chaer, 2007: 138). Penelitian ini dilakukan di ini adalah teknik survei. Melalui penyebaran kuesioner
Universitas Al-Muslim yang terletak di Kota atau daftar pertanyaan terbuka untuk memperoleh
Matangglumpang Dua, Kecamatan Peusangan, informasi dari responden yang dipandang representasif
Kabupaten Bireuen. Salah satu alasan peneliti mewakili populasi penelitian (Wiseman dan Aron dalam
melakukan penelitian di Universitas Al-Muslim Mahsun, 2007). Responden diminta untuk mengisi
dikarenakan letak lokasi tempat penelitian dan kuesioner yang tersedia. Dalam kegiatan penyediaan
lingkungan memudahkan peneliti untuk melaksanakan data, kuesioner didistribusikan langsung oleh peneliti
penelitian. Penelitian ini berlangsung selama 10 bulan, kepada responden di lingkungan universitas. Data ini
yaitu mulai bulan Januari 2016 sampai dengan bulan diperoleh langsung melalui para mahasiswa program
Oktober 2016 di Universitass Al-Muslim. Berdasarkan studi bahasa Inggris yang telah ditentukan sebagai
penjelasan di atas, penelitian ini mengambil sampel dari sampel. Tanggapan responden terhadap setiap
populasi  dengan menggunakan teknik Probability pernyataan yang ada dalam perangkat penelitian
Sampling (Simple Random Sampling) yaitu teknik diserahkan langsung oleh para responden kepada
pengambilan sampel yang memberikan peluang yang peneliti. Prosedur kerja ini dimaksudkan untuk menjaga
sama bagi setiap unsur (responden) populasi untuk objektivitas tanggapan responden. Selanjutnya yang
kedua teknik pengamatan menggunakan berupa lembar responden yang diamati langsung oleh peneliti yang
observasi yang berisikan tentang pernyataan dalam dibagi dalam 3 setting tempat yaitu:
bentuk check list untuk menjaring data mengenai
perilaku bahasa responden, yaitu faktor-faktor yang 1. Ruangan Kelas (Pada saat proses
menyebabkan terjadinya sikap bahasa. Pada tahap pembelajaran berlangsung)
observasi ini, peneliti terjun langsung ke lapangan untuk 2. Lingkungan Kampus (Kantin)
mengamati setiap perilaku responden dalam hal 3. Laboratorium Bahasa (Pada saat proses
berkomunikasi (perilaku bahasa) khususnya. pembelajaran berlangsung)

Data yang terkumpul melalui kuesioner dan HASIL


observasi dianalisis unutk mendukung tujuan penelitian.
Data yang terkumpul itu merupakan satu kesatuan yang Deskripsi Data tentang Sikap Bahasa Mahasiswa
saling mendukung, walaupun diperoleh dengan Program Studi Bahasa Inggris terhadap Bahasa
menggunakan cara yang berbeda. Dengan kata lain, data Indonesia
yang diperoleh dari hasil kuesioner dideskripsikan
dengan diikuti pertimbangan-pertimbangan lain yag Berdasarkan kuesioner yang didistribusikan,
didapatkan dari hasil observasi (lembar observasi). terdapat 30 pernyataan yang hasilnya dapat digunakan
Dalam penelitian ini, terdapat tiga pilihan jawaban S sebagai indikator untuk mengetahui sikap responden
adalah Setuju (S); sedangkan N/Ne adalah netral atau terhadap bahasa Indonesia. Dari 30 pernyataan, enam
ragu-ragu kemudian TS adalah tidak setuju. Sistem butir (1-6) menyangkut sikap yang berkaitan dengan
penskoran untuk setiap pernyataan adalah nilai 4 dan 5 kebanggaan berbahasa nasional, bahasa Indonesia; 13
untuk Setuju, 3 untuk Netral/ragu-ragu dan 1-2 Tidak butir (7-19) merupakan pernyataan sikap yang
Setuju. Selanjutnya, peneliti akan melakukan berhubungan dengan kesetiaan terhadap bahasa
pemersentasean terhadap jawaban-jawaban yang dipilih, Indonesia; dan 11 butir (20-30) yang lain berisi
yaitu: pernyataan sikap yang berkenaan dengan kesadaran
akan norma bahasa. Berkaitan dengan sikap bahasa,
a) Setuju (S) diberi nilai 5 kuesioner tersebut mengandung isi pernyataan yang
b) Netral (Ne) diberi nilai 3 dimintakan kesetujuan atau ketidaksetujuan responden.
c) Tidak Setuju (TS) diberi nilai 1 Setiap pernyataan disediakan tiga pilihan jawaban, yaitu
S adalah setuju, jawaban Ne adalah netral atau ragu-
Kemudian, Berdasarkan jawaban yang diberikan ragu, sedangkan TS adalah tidak setuju.
responden inilah nantinya akan diketahui nilai rata-rata
(mean) untuk setiap pertanyaan. Nilai rata-rata itu Kebanggaan Bahasa (Language Pride)
diperoleh dengan menggunakan Rumus:
Table 4.1. Nilai Persantase dari Lembaran Kuesioner Bag. A
( n 1 x 1 )+ …(n 5 x 5)
S Ne TS TOTAL
n1+... n 5 No.
N % N % N % N %
Berdasarkan pada rumus tersebut, n1 adalah
1 109 99,09 - - 1 0,91 110 100
jumlah responden yang memberikan nilai 1 untuk
2 108 98,18 1 0,91 1 0,91 110 100
karakteristik yang bersangkutan dan begitu seterusnya
sampai n5. Sedangkan n5 adalah jumlah responden yang 3 106 96,36 4 3,64 - - 110 100

memberikan nilai 5 untuk karakteristik yang 4 55 50,00 26 23,64 29 26,3 110 100

bersangkutan. Selanjutnya nilai rata-rata ini 5 83 75,45 20 18,18 7 6,36 110 100

dikelompokkan ke dalam dua bagian, misalnya untuk 6 71 64,55 15 13,64 24 21,8 110 100
nilai terendah dikategorikan dengan nilai 3,03 dan untuk Rata-
80,61 10,00 9,39 100
rata
nilai tertinggi dikategorikan dengan nilai 4,94.
Selanjutnya data yang diperoleh melalui observasi
berupa hasil dari lembar observasi yang berupa tuturan- Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa rata-rata
tuturan, kegiatan perilaku dalam bahasa responden akan kesetujuan responden terhadap kebanggaan bahasa
dianalisis secara kualitatif yang bersifat deskriptif. Data adalah 80,61%, ketidaksetujuan 9,39%, dan sikap netral
tersebut terjaring melalui hasil pengamatan terhadap 10%. Hal ini menunjukkan bahwa sikap bahasa
mahasiswa program studi bahasa Inggris Unimus
terhadap kebanggaan bahasa pada umumnya bersifat 25 94 85,45 11 10,00 5 4,55 110 100
sikap bahasa yang positif terhadap bahasa Indonesia.
26 99 90,00 11 10,00 - - 110 100
Kesetiaan Bahasa (Language Loyalty)
27 72 65,45 27 24,55 11 10,00 110 100
Table 4.2 Nilai Persantase dari Lembaran Kuesioner Bag. B
28 64 58,18 26 23,64 20 18,18 110 100

No. S Ne TS TOTAL
29 104 94,55 5 4,55 1 0,91 110 100

N % N % N % N %
30 98 89,09 11 10,00 1 0,91 110 100
10
7 91,82 8 7,27 1 0,91 110 100
1 Rata
83,27 12,90 3,81 100
10 -rata
8 92,73 5 4,55 3 2,73 110 100
2
10
9 90,91 5 4,55 5 1,82 110 100
0
10 Dari Tabel 4.3 tentang kesadaran norma bahasa
10 93,64 5 4,55 2 1,82 110 100
3
diketahui bahwa rata-rata kesetujuan responden
10
11
2
92,73 5 5,45 2 1,82 110 100 terhadap kesadaran akan norma bahasa adalah 83,27%,
12 70 63,64
1
16,36 22 20,00 110 100 ketidaksetujuan 3,81 %, dan ragu-ragu 12,90%. Artinya,
8
10
sikap responden terhadap kesadaran akan norma bahasa
13 92,73 5 4,55 3 2,73 110 100
2 pada umumnya positif. Berdasarkan sikap bahasa
14 90 89,09
1
1
10,00 1 0,91 110 100 responden terhadap kebanggaan bahasa, kesetiaan
15
10
98,36 2 1,82 - - 110 100
bahasa, dan kesadaran akan norma bahasa, rata-rata
8
sikap bahasa secara keseluruhan adalah 80,41%
1
16 95 86,36
5
13,64 - - 110 100 (kesetujuan), 1,53 % (ketidak setujuan), dan 10,65 %
17 92 83,64
1
16,36 - - 110 100 (sikap ragu-ragu). Hal ini berarti, sikap bahasa
8
2
responden terhadap bahasa Indonesia pada dasarnya
18 86 78,18 21,82 - - 110 100
4 positif. Selanjutnya. Sajian data di depan
10
19
1
91,82 7 6,36 2 1,82 110 100 menggambarkan sikap bahasa responden terhadap
Rata- bahasa Indonesia yang didistribusikan dalam tiga aspek,
88,12 9.02 2,65 100
rata
yakni kebanggaan bahasa, kesetiaan bahasa, dan
kesadaran akan norma bahasa. Rata-rata hasil pilihan
Dari Tabel 4.2 terlihat bahwa rata-rata responden yang berkaitan dengan tiga aspek tersebut
kesetujuan responden terhadap kesetiaan bahasa adalah dapat dilihat lebih jelas pada tabel berikut ini:
88,12%, ketidak setujuan 2,65%, dan netral atau ragu
ragu 9,02%. Hal ini menujukkan, sikap responden Table 4.4 Total Nilai Persantase dari Lembaran Kuesioner
terhadap kesetiaan bahasa pada berada pada sifat sikap A B C
Kebanggaan Kesetiaan Kesadaran Rata-rata
bahasa yang positif terhadap bahasa Indonesia Bahasa Bahasa Norma Bahasa
khususnya sikap bahasa mahasiswa program studi S 80.61 % 88.12 % 83.27 % 80.41 %
bahasa Inggris terhadap bahasa Indonesia.
N 10.00 % 9.02 % 12.90 % 10.65 %

Kesadaran akan Norma Bahasa T


S
9.39 % 2.65 % 3.81 % 01.53 %

Table 4.3 Nilai Persantase dari Lembaran Kuesioner Bag. C


Berdasarkan sikap bahasa responden terhadap
No. S Ne TS TOTAL
kebanggaan bahasa, kesetiaan bahasa, dan kesadaran
akan norma bahasa, rata-rata sikap bahasa secara
N % N % N % N % keseluruhan adalah 80,41% (kesetujuan), 01.53%
(ketidak setujuan), dan 10,65 % (sikap ragu-ragu). Hasil
20 96 87,27 14 12,73 - - 110 100
dari persentase ini menunjukkan bahwa sikap bahasa
21 91 82,73 18 16,36 1 0,91 110 100 responden terhadap bahasa Indonesia pada dasarnya
positif. Berdasarkan hasil analisis data tersebut, dapat
22 102 92,73 5 4,55 3 2,73 110 100 diketahui bahwa mahasiswa program studi bahasa
23 93 84,55 17 15,45 - - 110 100
Inggris di Universitas Al-Muslim Kabupaten Bireuen
pada dasarnya memiliki sikap yang positif terhadap
24 101 91,82 8 7,27 1 0,91 110 100 bahasa Indonesia. Dari hasil persentase yang di dapat
bahwa sikap bahasa responden terhadap bahasa
Indonesia pada dasarnya memiliki sikap bahasa positif, yang berlangsung di ruangan kelas pada saat
baik dilihat dari aspek kebanggaan bahasa maupun pembelajaran ditemukan yaitu sebagai berikut:
aspek kesetiaan bahasa dan kesadaran akan norma Tabel 4.5 Hasil Pengamatan-Lembaran Pengamatan 1
bahasa.
Tempat Pengamatan : Kelas
Dari 111 jumlah responden yang ada, 79
Tanggal Pengamatan : Juni 2016
orang (71,82%) menyatakan sikap yang positif, 12
orang (10,91%), sedangkan 19 orang (17,27%) merasa No.
Aspek yang
Ya Tidak Deskripsi
Diamati
ragu-ragu atau bersikap netral. Dengan demikian, Pada saat proses pembelajaran dosen
& mahasiswa menggunakan bahasa
responden pada umumnya memiliki sikap yang positif Apakah Indonesia sebagai bahasa pengantar.
mahasiswa selalu Para mahasiswa juga menggunakan
terhadap bahasa Indonesia. Para mahasiswa program 1. menggunakan √ bahasa Indonesia antar sesama teman
bahasa Indonesia sekelasnya, hanya sebagian kecil saja
studi bahasa Inggris Universitas Al-Muslim memiliki di dalam kelas? yang menggunakan bahasa campuran
sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang dibuktikan (Inggris, Indonesia dan Aceh).
(Faktor Hubungan-peran)
dengan hasil dari isi pernyataan kuesioner. Berdasarkan 2. Apakah
mahasiswa
Selama proses pembelajaran di
ruangan kelas berlangsung, bahasa
hasil analisis data tersebut, dapat diketahui bahwa kadang-kadang Indonesia merupakan bahasa
menggunakan pengantar utama yang digunakan oleh
mahasiswa program studi bahasa Inggris di Universitas bahasa Indonesia mahasiswa. Hal ini dapat dilihat dari
di kelas? √ interaksi mereka dengan teman
Al-Muslim Kabupaten Bireuen pada dasarnya memiliki sekelasnya pada saat berdiskusi soal
materi pembelajaran.
sikap yang positif terhadap bahasa Indonesia. Dari hasil (Faktor Tempat)

analisis skala likert, terlihat bahwa rata-rata keseluruhan


3. Apakah tulisan Pada saat dosen memberikan materi
skor sikap bahasa responden terhadap bahasa Indonesia mahasiswa di dikte dalam bahasa Indonesia, peneliti
buku catatannya mengamati hasil tulisan mahasiswa
berada pada sikap bahasa yang positif, baik dilihat dari menggunakan dalam bahasa Indonesia yang
ejaan dan tanda menunjukkan ejaan dan tanda baca
aspek kebanggaan bahasa maupun aspek kesetiaan baca yang tepat?

yang tepat.
(Faktor Kemampuan Penutur &
bahasa dan kesadaran akan norma bahasa. pendengar)

4. Apakah Peneliti melihat tulisan mahasiswa


Deskripsi Data tentang Faktor Penyebab terjadinya penggunaan dalam bahasa Indonesia sudah
struktur bahasa menggunakan struktur yang
Sikap Bahasa Mahasiswa Program Studi Bahasa Indonesia sudah memadai.

Inggris terhadap Bahasa Indonesia memadai? (Faktor Kemampuan Penutur &
pendengar)

Hasil analisis data berdasarkan observasi 5. Apakah kalimat


yang digunakan
Pada saat mahasiswa berdiskusi di
dalam kelas, setiap tuturan kalimat
menunjukkan beberapa faktor penyebab terjadinya sikap menggambarkan
pemahaman yang
yang diucapkan menggambarkan
pemahaman yang utuh. Dilihat dari
bahasa para mahasiswa terhadap bahasa Indonesia, hal utuh? √ hasil komunikasi mereka antar
sesama (lampiran 2b).
ini diketahui berdasarkan pada pengamatan saat para (Faktor Kemampuan Penutur &
pendengar)
mahasiswa berinteraksi dengan menggunakan bahasa
Indonesia dalam komunikasi sehari-hari. Pengamatan 6. Apakah tuturan Pada saat mereka berada di kelas
yang berlangsung tuturan yang diucapkan para
yang berlangsung dilakukan di beberapa tempat yaitu di di kelas mahasiswa tidak bersifat candaan
memperlihatkan atau olok-olok, hal ini menunjukkan
ruang kelas, lingkungan kampus (kantin, dsb), dan penalaran yang √ bahwa setiap tuturan mereka
logis? menggambarkan makna yang logis.
laboratorium bahasa. (Status Sosial)

Berdasarkan hasil observasi menunjukkan


beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya sikap
bahasa pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Berdasarkan hasil pengamatan pertama di kelas
Bahasa Inggris Terhadap Bahasa Indonesia di pada tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa mahasiswa
Universitas Al-Muslim Kabupaten Bireuen yakni faktor program studi bahasa Inggris menggunakan bahasa
kemampuan penutur, kemampuan pendengar, umur, Indonesia dengan baik dan benar pada saat proses
status sosial, derajat hubungan, tekanan dari luar, tempat pembelajaran berlangsung, berikut juga beberapa faktor
semuanya dalam bentuk hubungan-peran. yang yang menyebabkan terjadinya perilaku bahasa
dilakukan peneliti saat penelitian berlangsung. mahasiswa selama berada di kelas yaitu faktor
Observasi yang dilakukan dibagi dalam 3 Kemampuan Penutur & pendengar); faktor hubungan-
tempat yang berbeda dengan menggunakan lembar peran; faktor status sosial dan faktor tempat.
observasi yaitu; di ruangan kelas pada saat Selanjutnya, dari setiap faktor yang menyebabkan
pembelajaran berlangsung, dilingkungan kampus terjadinya perilaku bahasa para mahasiswa PBI
(kantin), dan laboratorium bahasa. Dari hasil observasi menunjukkan sikap yang positif terhadap bahasa
Indonesia selama berada di kelas.
ketimbang bahan candaan atau
sebaliknya.
(Faktor Kemampuan Penutur &
pendengar)
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan-Lembaran Pengamatan 2
Tempat Pengamatan : Kantin
Tanggal Pengamatan : Juni 2016 Berdasarkan, tabel pengamatan kedua di
lingkungan kampus (kantin), peneliti menemukan
No.
Aspek yang
Ya Tidak Deskripsi beberapa indikasi yang menunjukkan bahwa faktor
Diamati
Kantin merupakan tempat yang
penyebab terjadinya sikap bahasa mahasiswa terhadap
sangat aktif dalam hal komunikasi
atau terjadinya perilaku bahasa. Pada
bahasa Indonesia, yaitu faktor Kemampuan Penutur &
saat mahasiswa PBI berada di kantin pendengar; faktor status sosial; faktor hubungan-peran.
peneliti melihat aktivitas mereka,
sebagian besar dari mahasiswa PBI Ketiga faktor tersebut menunjukkan sikap bahasa yang
Apakah mahasiswa menggunakan bahasa Indonesia dan
selalu hanya sebagian kecil saja yang positif terhadap bahasa Indonesia. Kemudian, pada
1. √ menggunakan bahasa campuran
menggunakan
bahasa Indonesia? (Aceh, Inggris). Hal ini menunjukkan faktor hubungan-peran yang terjadi antara mahasiswa
bahwa kebanyakan dari mereka
memang lebih aktif menggunakan dengan dosen dalam hal mengkombinasikan bahasa
bahasa Indonesia sebagai bahasa
pengantar. (Indonesia dan Inggris) hal ini disebabkan tuntutan
(Faktor Status Sosial)
kemampuan para mahasiswa yang mampu dalam
Pada saat percakapan antar berbahasa Inggris. Akan tetapi, hal tersebut tidak
mahasiswa berlangsung, peneliti juga
sempat ikut berpartisipasi dengan berlaku pada saat mereka berkomunikasi dengan sesama
berkomunikasi sesama mereka. Pada
tahap ini 7 mahasiswa dari 10 teman sekelasnya, sebagian besar dari para mahasiswa
Apakah mahasiswa mahasiswa lebih sering menggunakan
bahasa Indonesia, hanya 3 orang yang
lebih sering aktif dalam bahasa Indonesia yang baik dan
kadang-kadang
2.
menggunakan
√ jarang berkomunikasi dengan bahasa
Indonesia, hal ini menunjukkan
benar, hanya sebagian kecil saja yang non-aktif.
bahasa Indonesia?
bahwa bahasa Indonesia lebih sering
digunakan oleh kebanyakan
Selanjutnya, peneliti melakukan pengamatan tahap
mahasiswa PBI.
(Faktor Status Sosial)
kedua pada saat mahasiswa berada di lingkungan
kampus yaitu di kantin. Selama pengamatan
Pengkombinasian bahasa terjadi berlangsung, peneliti ikut terjun langsung dan
disebabkan faktor hubungan-peran
antar mahasiswa, disini yang menjadi berpartisipasi bersama mahasiswa. Untuk lebih jelasnya
pelakunya adalah mahasiswa PBI
dengan dosennya (PBI). Pada saat dapat dilihat pada deskripsi tabel 4.6 dibawah ini:
Apakah mahasiswa mereka bertemu terkadang kombinasi
3. mengkombinasikan √ antara bahasa Indonesia terjadi, akan
bahasa? tetapi hal tersebut tidak berlaku
dengan sesama mahasiswa lainnya.
Tabel 4.7 Hasil Pengamatan-Lembaran Pengamatan 3
hal ini dilihat peneliti pada saat
proses perilaku bahasa berlangsung.
(Faktor Hubungan-Peran) Tempat Pengamatan : Laboratorium Bahasa
Tanggal Pengamatan : Juni 2016
Pada saat mereka berkomunikasi
dengan bahasa Indonesia, para Mahasiswa yang diamati : Mahasiswa program studi
mahasiswa menunjukkan bahwa
bahasa Indonesia yang digunakannya bahasa Inggris
bukan bahasa yang bersifat negatif
Apakah dalam hal kaidah dan norma. Hal ini
penggunaan dilihat pada saat mereka
4. mahasiswa sesuai √ berkomunikasi dengan sesama yang Tida
No. Aspek yang Diamati Ya Deskripsi
dengan kaidah menunjukkan bahwa kemampuan k
norma? mereka dalam berbahasa Indonesia
memadai. Pada saat berada di lab. Bahasa
(Faktor Kemampuan Penutur & Inggris, kebanyakan para mahasiswa
pendengar) terlihat lebih sering menggunakan
bahasa Indonesia, hanya sebagian
Apakah mahasiswa kecil yang mengkombinasikan
Selama berada di kantin, sekalipun bahasa. Hal ini terjadi karena
perilaku bahasa yang terjadi disana 1. selalu menggunakan √
bahasa Indonesia? didalam ruang kelas (lab. Bahasa)
termasuk bahan candaan atau jenaka, bahasa Indonesia merupakan bahasa
Apakah kalimat akan tetapi setiap kalimat yang Pengantar.
yang digunakan digunakan menggambarkan (Faktor Tempat)
5. menggambarkan √ pemahaman yang utuh dan tidak
pemahaman yang membingungkan lawan bicaranya.
utuh? (Faktor Kemampuan Penutur & Berdasar pada hasil pengamatan,
pendengar) para mahasiswa lebih sering
Apakah mahasiswa menggunakan bahasa Indonesia,
kadang-kadang kecuali pada saat proses tuntutan
6. Apakah tuturan √ Dalam hal ini, setiap ucapan yang 2. √ kelas berlangsung seperti tugas
yang berlangsung diutarakan memang harus logis untuk menggunakan bahasa
Indonesia? percakapan dalam bahasa Inggris.
di kantin membuat lawan bicara mengerti dan (Faktor Tempat)
memperlihatkan memahami tentang pembahasan apa
penalaran yang yang sedang dibahas. Selama berada
logis? di kantin, peneliti melihat setiap 3. Apakah mahasiswa √ Selama berada di ruang
tuturan dari mahasiswa PBI dengan mengkombinasikan laboratorium, para mahasiswa
sesama rekannya menunjukkan bahasa (Indo- memang lebih sering
penalaran yang logis. Hal ini english)? mengkombinasikan bahasa
disebabkan mereka lebih sering (Indonesia-Inggris) hal ini
membahas isu-isu yang berwawasan disebabkan tuntutan situasi yang
mengharuskan mereka lebih banyak
menggunakan bahasa Inggris.
Kebanggaan bahasa yang mendorong orang
(Faktor Tempat) mengembangkan bahasanya dan
Selama pengamatan berlangsung
menggunakannya sebagai lambang identitas
peneliti melihat penggunaan bahasa
Indonesia sudah memadai dan
dan kesatuan masyarakat. Kebanggaan bahasa
Apakah penggunaan
bahasa mahasiswa
sesuai dengan kaidah dan norma. yang disebut juga linguistic pride (lihat Wijana,
4. √ Hal ini disebabkan pengetahuan
sesuai dengan kaidah mahasiswa terhadap bahasa tidak 2006) mendorong orang mengembangkan
norma? minim.
(Faktor kemampuan) bahasanya dan menggunakannya sebagai
lambang identitas dan kesatuan masyarakat.
Percakapan yang terjadi selama di
lab. Bahasa merupakan isi dari 3. Kesadaran Adanya Norma Bahasa (Awareness
pembahasan tentang materi
Apakah kalimat yang
digunakan pembelajaran yang mereka pelajari, Of The Norm)
maka dari itu setiap kalimat dan
5. menggambarkan
pemahaman yang

diskusi yang terjadi menunjukkan 4. Kesadaran Adanya Norma Bahasa yang
pemahaman yang utuh.
utuh?
(faktor tempat) mendorong orang menggunakan bahasanya
dengan cermat dan santun; dan merupakan
Tuturan yang terjadi selama di lab.
Bahasa merupakan isi dari faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap
pembahasan tentang materi
Apakah tuturan yang
pembelajaran yang mereka pelajari, perbuatan yaitu kegiatan menggunakan
berlangsung di
maka dari itu setiap kalimat dan
6. laboratorium bahasa √
diskusi yang terjadi menunjukkan
bahasa (language use). Dengan kata lain,
memperlihatkan
penalaran yang logis? penalaran yang logis.
(faktor tempat)
Kesadaran akan norma bahasa mendorong
masyarakat pemakai bahasa untuk memakai
bahasanya secara baik, benar, dan santun sesuai
dengan kaidah-kaidah yang berlaku.
Berdasarkan pada tabel 4.6 diatas peneliti Selanjutnya, ketiga ciri sikap bahasa yang positif
menemukan beberapa indikasi yang menunjukkan tersebut dilihat terdapat pada hasil jawaban kuesioner
bahwa faktor penyebab terjadinya sikap bahasa mahasiswa PBI yang menunjukkan 79 (71,82%)
mahasiswa terhadap bahasa Indonesia selama berada di mahasiswa dari 110 mahasiswa memiliki sikap yang
ruang laboratorium bahasa, yaitu faktor Kemampuan positif terhadap bahasa Indonesia, sedangkan 12
Penutur & pendengar; faktor tempat. Kedua faktor mahasiswa (10,92 %) bersikap negatif dan 19 (17,27 %)
tersebut menunjukkan sikap bahasa yang positif mahasiswa bersikap netral atau ragu-ragu. Berdasarkan
terhadap bahasa Indonesia. jumlah mahasiswa dan persentase hasil dari jawaban
pernyataan pada kuesioner menunjukkan bahwa sikap
PEMBAHASAN bahasa mahasiswa PBI terhadap bahasa Indonesi positif,
diikuti dengan tiga aspek bagian yang telah ditentukan
Sikap Bahasa Mahasiswa Program Studi Bahasa yaitu:
Inggris Terhadap Bahasa Indonesia
Berdasarkan pada pembahasan di bab II landasan A. Kebanggaan Bahasa (Language Pride)
teori (hal.14) sebelumnya. Jenis sikap bahasa Pada subbagian kuesioner B, terdapat tiga aspek
diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu sikap positif yang dikelompokkan, untuk aspek yang pertama yaitu
dan sikap negatif. Berdasarkan pada sikap positif yang aspek kebanggan bahasa yang dimiliki mahasiswa.
dijelaskan oleh Garvin dan Mathiot (dalam Chaer dan Berdasarkan hasil jawaban kuesioner no 1-6
Agustina, 2010: 153) yang merumuskan tiga ciri sikap menunjukkan rata-rata 80,61 % jawaban dari
bahasa yaitu: mahasiswa setuju. Selanjutnya, 10,00 % yang
1. Kesetiaan Bahasa (Language Loyalty), memilih jawaban netral atau ragu-ragu dan 9,39 %
Kesetiaan bahasa yang mendorong masyarakat yang memilih tidak setuju.
suatu bahasa mempertahankan bahasanya dan Berdasar pada hasil persentase tersebut,
apabila perlu mencegah adanya pengaruh kebanyakan dari mahasiswa dinyatakan memiliki
bahasa lain. Hal ini didukung oleh rumusan sikap bahasa positif yang tergolong dalam aspek
Weinreich yang menunjukkan bahwa kesetiaan kebanggaan bahasa, dalam hal ini khususnya
bahasa yang mengandung aspek mental dan kebanggaan bahasa para mahasiswa terhadap bahasa
emosi sangat menentukan bentuk tingkah laku Indonesia.
berbahasa
2. Kebanggaan Bahasa (Language Pride) B. Kesetiaan Bahasa (Language Loyalty)
Pada aspek kedua yang berisikan pernyataan terjadinya sikap bahasa mahasiswa terhadap Bahasa
tentang kesetiaan bahasa mahasiswa menunjukkan Indonesia. Beberapa faktor yang telah disebutkan di bab
83,11 % hasil dari jawaban mahasiswa dari kuesioner II landasan teorinya (hal. 18) sebelumnya menjelaskan,
no. 7-19 yang menyatakan setuju, 9,02 % memilih Menurut Fasold (1984) berdasarkan beberapa faktor
netral atau ragu-ragu dan 2,87 % merasa tidak setuju. yang mempengaruhi pemilihan bahasa dibawah ini juga
Persentase tertinggi tersebut menunjukkan bahwa menjadi dasar-dasar faktor penyebab terjadinya sikap
mahasiswa PBI memang memiliki sikap bahasa yang bahasa seorang penutur, antara lain:
positif, khususnya terhadap bahasa Indonesia, 1. Faktor tempat
sekalipun mereka mampu berbahasa dalam bahasa 2. Faktor kemampuan penutur
Inggris maupun bahasa daerah, hal ini menunjukkan 3. Faktor kemampuan pendengar
bahwa mereka memahami kapan dan dimana harus 4. Faktor umur
menggunakan bahasa tersebut. Dari hasil kuesioner 5. Faktor status sosial
tersebut peneliti menyimpulkan bahwa mahasiswa 6. Faktor derajat hubungan
PBI memiliki sikap bahasa yang positif terhadap 7. Faktor hubungan etnis
bahasa Indonesia, dalam aspek kesetiaan bahasa. 8. Faktor tekanan dari luar
Dari hasil pengamatan yang dilakukan di tiga
C. Kesadaran Adanya Norma Bahasa (Awareness tempat selama penelitian berlangsung yaitu di ruangan
Of The Norm) kelas, lingkungan kampus (kantin) dan laboratorium
Pernyataan no. 20-30 merupakan bagian dari bahasa maka peneliti menemukan beberapa peristiwa
aspek kesadaran adanya normah bahasa. Hasil dari terjadinya sikap bahasa yang disebabkan oleh beberapa
jawaban para mahasiswa secara keseluruhan faktor, yaitu:
menunjukkan 83,80 % menyatakan setuju, 12,64 %
memilih bersikap netral atau ragu-ragu dan 3,55 % 1. Faktor Tempat (lokasi)
merasa tidak setuju. Dari hasil jawaban kuesioner
Hasil dari pengamatan di tiga tempat menunjukkan
tersebut peneliti menyimpulkan bahwa mahasiswa
bahwa salah satu faktor terjadinya sikap bahasa
PBI memiliki sikap bahasa yang positif terhadap
disebabkan oleh faktor tempat. Hal ini disebabkan
bahasa Indonesia, dalam aspek kesadaran akan
karena para mahasiswa lebih mengkondisikan kapan
adanya bahasa.
dan dimana mereka menggunakan bahasa tersebut
Berdasarkan pada uraian pembahasan hasil dari
(bahasa Indonesia) salah satunya yang paling dominan
seluruh jawaban kuesioner tersebut, diketahui bahwa
mereka lebih sering aktif menggunakan bahasa
mahasiswa program studi bahasa Inggris pada dasarnya
Indonesia selama berada di laboratorium bahasa
memiliki sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Akan
dikarenakan bahasa Indonesia merupakan bahasa
tetapi, sikap positif tersebut masih perlu dibuktikan lagi
pengantar di ruangan kelas (laboratorium bahasa). Akan
melalui alat penilaian yang dapat digunakan untuk
tetapi, ada juga sebagian kecil dari mereka yang
mengukur sikap bahasa mereka terhadap bahasa
mengkombinasikan bahasa (Indonesia-Inggris) dan
Indonesia. Hal ini dirasakan penting karena sikap
berbahasa Inggris dikarenakan tuntutan situasi pada saat
bahasa yang positif tidak selamanya mencerminkan
mereka mengikuti mata kuliah bahasa inggris (Speaking
perilaku bahasa yang positif pula. Sebaliknya, sikap
class, Listening class) hal ini tidak menjadikan sikap
bahasa yang negatif tidak selalu menunjukkan perilaku
bahasa mereka menjadi negatif dikarenakan terjadinya
yang negatif pula. Berdasarkan hal tersebut, peneliti
bukan karena kesengajaan akan tetapi karena ada
melakukan beberapa pengamatan.
tuntutan.
Faktor Penyebab Terjadinya Sikap Bahasa Disamping itu, faktor tempat juga menjadi salah satu
Mahasiswa PBI Terhadap Bahasa Indonesia penentu terjadinya sikap bahasa mahasiswa PBI
Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya terhadap bahasa, khususnya bahasa Indonsia. Dalam hal
sikap bahasa pada mahasiswa pendidikan program studi ini, peneliti hanya meneliti sikap bahasa mahasiswa PBI
bahasa Inggris maka peneliti menggunakan instrument terhadap bahasa Indonesia di lingkungan kampus.
berupa lembar observasi/pengamatan yang dilakukan Selanjutnya hasil dari pengamatan ditiga tempat tersebut
pada saat penelitian berlangsung di Universitas Al- menunjukkan faktor tempat merupakan salah satu faktor
Muslim Kabupaten Bireuen. Pengamatan tesebut terjadinya sikap bahasa mahasiswa PBI-Unimus
dilakukan untuk menjaring data tentang faktor penyebab terhadap bahasa Indonesia.
2. Faktor Hubungan-Peran kemampuan penutur dan pendengar disini menjelaskan
bahwa para kemampuan mahasiswa dalam berbahasa
Faktor hubungan-peran adalah suatu ikatan hak Indonesia sudah memadai, akan tetapi pembinaan lebih
(status) dan kewajiban seseorang di dalam suatu lanjut juga diperlukan dilihat dari hasil jawaban
lembaga, yang ditentukan oleh nilai-nilai dan norma pernyataan pada kuesioner nomor 22 sebelumnya, yaitu
sosialbudaya suatu masyarakat, misalnya dosen- “Pembinaan bahasa Indonesia penting untuk seluruh
mahasiswa. Berdasarkan hasil pengamatan di tiga mahasiswa untuk melestarikan persatuan bangsa.”
tempat menunjukkan bahwa faktor hubungan-peran 92,73 % hasil dari jawaban mahasiswa menyatakan
hanya terjadi pada saat mahasiswa berinteraksi dengan setuju dengan pernyataan tersebut. Hasil dari
dosen (PBI) atau sesama rekan sekelasnya. Pada faktor pengamatan ditiga tempat tersebut menunjukkan faktor
hubungan-peran tersebut terdapat bahwa terkadang kemampuan merupakan salah satu faktor terjadinya
mahasiswa PBI mengkombinasikan bahasa (Indonesia- sikap bahasa mahasiswa PBI-Unimus terhadap bahasa
Inggris) saat berinteraksi dengan dosen (PBI) dan teman Indonesia dan tempat yang paling dominan terjadinya
sekelasnya. Akan tetapi mereka tidak melakukannya saat mereka beradi di lingkungan ruangan kelas dan
saat melakukan interaksi dengan mahasiswa lainnya dan laboratorium bahasa.
dosen diluar program studinya.
Dari kedelapan faktor penyebab terjadinya sikap
Faktor ini tidak menunjukkan sikap negatif dari para bahasa yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka
mahasiswa PBI dikarenakan perilaku bahasanya hanya peneliti menemukan bahwa ada 4 faktor yang
terjadi dengan orang-orang tertentu tidak dengan semua menyebabkan terjadinya sikap bahasa mahasiswa PBI
lawan bicara lainnya. Hasil dari pengamatan ditiga terhadap bahasa Indonesia. Selanjutnya, faktor yang
tempat tersebut menunjukkan faktor hubungan-peran paling dominan terjadinya perilaku bahasa yang
merupakan salah satu faktor terjadinya sikap bahasa menyebabkan terjadinya sikap bahasa pada mahasiswa
mahasiswa PBI-Unimus terhadap bahasa Indonesia dan program studi bahasa Inggris terdapat pada faktor lokasi
faktor tersebut menunjukkan sikap bahasa yang positif (tempat) dan faktor kemampuan (dosen-mahasiswa).
terhadap bahasa Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, kedua faktor tersebut terjadi
karena mahasiswa PBI akan lebih mengkondisikan
3. Faktor Status Sosial
dimana dan kapan mereka harus menggunakan bahasa
Faktor selanjutnya yaitu faktor sosial yang inggris atau bahasa daerah (tempat) selanjutnya, para
menunjukkan para mahasiswa lebih sering berinteraksi kemampuan berbahasa Indonesia mahasiswa PBI sudah
juga dengan suku lainnya pada saat mereka berada di memadai sehingga kemampuan mereka saat berinteraksi
luar lingkungan kampus, hal ini menyebabkan mereka tidak berlawanan dengan kaidah dan norma bahasa.
sering aktif menggunakan bahasa Indonesia sebagai Pada tahapan akhirnya, peneliti menyimpulkan bahwa
bahasa pengantar, berdasarkan pada hasil percakapan keseluruhan dari 4 faktor tersebut yang menjadi faktor
pada saat pengamatan berlangsung antar peneliti dengan penyebab terjadinya sikap bahasa mahasiswa PBI-
mahasiswa di kantin menunjukkan bahwa mereka Unimus terhadap bahasa Indonesia dan faktor-faktor
terkadang sering berada di luar daerah (Aceh), hal ini tersebut menunjuk pada 3 ciri positif sikap bahasa yang
juga merupakan salah satu penyebab bahwa mereka telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya (hal.57 ).
lebih aktif dalam berbahasa Indonesia. Hasil dari
Temuan Penelitian
pengamatan ditiga tempat tersebut menunjukkan faktor
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti
status sosial merupakan salah satu faktor terjadinya
menemukan beberapa jawaban dari pertanyaan
sikap bahasa mahasiswa PBI-Unimus terhadap bahasa
penelitian dan beberapa hal baru selama penelitian
Indonesia dan tempat yang paling dominan terjadinya
berlangsung di Universitas Al-Muslim, yaitu:
saat mereka beradi di lingkungan kampus (kantin).
a. Berdasarkan data hasil jawaban pernyataan pada
4. Faktor Kemampuan (Penutur & Pendengar) kuesioner yang berisikan pernyataan tentang sikap
bahasa mahasiswa yang dikategorikan dalam tiga
Faktor kemampuan merupakan salah satu faktor aspek yaitu: kebanggaan bahasa; kesetian bahasa
yang dominan terjadinya pada tiga tempat pengamatan dan kesadaran akan adanya norma bahasa. Peneliti
yang dilakukan peneliti, hal ini dapat dilihat pada tabel menyatakan bahwa sikap bahasa mahasiswa PBI
hasil pengamatan (lampiran2a). Pada faktor hubungan
terhadap bahasa Indonesia memiliki sikap bahasa Simpulan
yang positif.
b. Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan 4 faktor Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan
dari 8 faktor yang menjadi penyebab terjadinya hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada
sikap bahasa mahasiswa. Beberapa faktor tersebut umumnya mahasiswa program studi bahasa Inggris di
adalah faktor tempat, faktor hubungan-peran, Universitas Al-Muslim Kabupaten Bireuen memiliki
faktor status sosial dan faktor kemampuan penutur sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Hal ini terlihat
dan pendengar. dari rata-rata keseluruhan sikap responden 4,17 (positif),
c. Pada saat pengamatan dilakukan peneliti dengan rata-rata skor kebanggaan bahasa (4,17),
menemukan adanya keunikan dalam perilaku kesetiaan bahasa (4,26), dan kesadaran akan norma
bahasa, khususnya saat mahasiswa PBI berada di bahasa (4,09). Dari 110 responden, 71,82% menyatakan
kantin bersama dengan mahasiswa umum lainnya. sikap yang positif, 10,91% bersikap negatif, dan 17,27%
Keunikan tersebut yaitu mahasiswa PBI hanya merasa ragu-ragu atau bersikap netral. Artinya, sikap
menggunakan bahasa Inggris dengan teman mahasiswa program studi bahasa Inggris terhadap
sekelasnya untuk hal-hal tertentu yang bersifat bahasa Indonesia pada dasarnya positif. Hasil temuan
rahasia saat mereka berinteraksi dalam satu meja penelitian menunjukkan bahwa sikap bahasa mahasiswa
bersama dengan mahasiswa umum lainnya. program studi bahasa Inggris terhadap bahasa Indonesia
d. Alasan mahasiwa PBI mengkombinasikan bahasa pada dasarnya positif. Hasil pengamatan menunjukkan
(Indonesia-Inggris) adalah karena tuntutan situasi adanya beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
saat mereka berhadapan dengan dosen atau berada Sikap bahasa mahasiswa yaitu faktor kemampuan
pada kelas mata kuliah bahasa Inggris. penutur, kemampuan pendengar, umur, status sosial,
e. Terdapat perbedaan dari cara mahasiswa PBI laki- derajat hubungan, hubungan etnis, tekanan dari luar dan
laki dengan perempuan saat berinteraksi. tempat. Dari kedelapan faktor penyebab terjadinya sikap
Perbedaan tersebut terletak pada “campur kode” bahasa yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka
bahasa yang mereka gunakan, akan tetapi hal ini peneliti menemukan 4 faktor yang menyebabkan
hanya terkadang saja terjadi, seperti mereka terjadinya peristiwa bahasa dari sikap bahasa mahasiswa
mengkombinasi frasa dalam 2 kosa kata (please program studi bahasa Inggris terhadap bahasa Indonesia
dong!; thanks ya!;dll). yaitu: 1) faktor tempat 2)faktor hubungan-peran 3)
faktor status sosial dan 4) faktor Kemampuan (Penutur
Jawaban Hipotesis Penelitian & Pendengar).
Hipotesis yang diajukan pada penelitian adalah:
terdapat ciri-ciri positif dari Sikap Bahasa Mahasiswa Saran
Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas
Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini,
Al-Muslim Kabupaten Bireuen Terhadap Bahasa
peneliti dapat menyampaikan beberapa saran, yaitu
Indonesia. berdasarkan penjaringan data hasil jawaban
sebagai berikut:
kuesioner mengenai pernyataan tentang sikap bahasa
1. Pihak akademisi, khususnya para dosen yang
yang dikategorikan dalam tiga aspek yaitu; kebanggaan
mengajar di bidang bahasa Indonesia hendaknya
bahasa, kesetiaan bahasa, dan kesadaran akan norma
lebih mengamati dan melakukan pembinaan
bahasa, diketahui bahwa sikap mahasiswa PBI terhadap
terhadap para mahasiswa, terutama kepada
bahasa Indonesia pada umumnya memiliki sikap bahasa
mahasiswa yang berlatar belakang program studi
yang positif. Sedangkan beberapa faktor penyebab
bahasa asing. Sehingga dengan perlahan para
terjadinya sikap bahasa pada Mahasiswa Program Studi
mahasiswa pasti akan memahami bagaimana ciri
Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Al-Muslim
sikap bahasa positif dan negatif.
Kabupaten Bireuen Terhadap Bahasa Indonesia yakni
2. Para mahasiswa seharusnya lebih memikirkan
dari faktor tempat, faktor bentuk hubungan-peran, faktor
tentang bagaimana menggunakan bahasa
status sosial dan faktor kemampuan yang ditemukan
Indonesia dengan baik dan benar.
selama pengamatan berlangsung. Hal ini dapat dilihat
3. Penelitian ini masih bersifat studi kasus,
dari hasil observasi dan lembar pengamatan yang
sehingga perlu diadakan penelitian lainnya yang
dilakukan peneliti saat penelitian berlangsung.
dapat menunjang ilmu dan teori-teori baru
kedepannya.
SIMPULAN DAN SARAN
4. Diharapkan dengan adanya pemahaman terhadap Fishman, J.A. 1972. The Sociology of Language. Rawly
sikap bahasa akan lebih membuat kita Massachusett: Newbury House.
memahami bagaimana pentingnya menjaga Garvin, P.L. & Mathiot M. 1968. The Urbaization of
Guarani Language. Problem in Language and
keutuhan suatu bahasa, contohnya bahasa
Culture, dalam Fishman, J.A. (Ed) Reading in Tes
Indonesia yang menjadi bahasa bangsa negara Sosiology of Language. Mounton. Paris: The
Indonesia. Hague.
Garvin, P.L. dan Madeleine Mathiot. 1972. “The
DAFTAR PUSTAKA Urbanization of the Guarani Language: Problem
in Language and Culture”, dalam Fishman (ed.).
Allport, G. W. 1935. Attitudes. Dalam C. Murchison Reading in the Sociology of Language. Paris:
(Ed.), A Handbook of Social Psychology (pp. Mouton the Hague.
798-844). Worcester, Mass.: Clark University Hanifudin, Hani. (2012). Tips Memilih Tema Skripsi
Press. plus Menggarapnya dengan Tuntas. Jogjakarta:
Allport, G. W. 1954. “Attitude in the History of Social Diva Press.
Psychology”. Dalam warren and Jahoda. 1973. Hudson, R.A. 1995. Sosiolinguistik. Jakarta: Pusat
Hlm. 10-24. Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Anderson, Edmund A. 1974. “Language Attitude, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Belief, and Values: A Study in Linguistic Cognitive Keraf, Gorys. (1984). Tata Bahasa Indonesia. Jakarta:
Frameworks.” Disertasi. Georgetown University. Nusa Indah.
Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian: Suatu Kridalaksana, Harimurti. 1974. Fungsi Bahasa dan
Pendekatan Praktek. Jakarta: Bina Aksara. Sikap Bahasa. Ende: Nusa Indah.
Baker. Collin. 1992. Key Issues in Bilingualism and Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik.
Bilingual Education. Clevedon: Multilingual Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Matter Lambert, W.E. 1967. The Social Psychology of
Bartram, B. 2010. Attitudes to Modern Foreign Bilingualism. Dalam: Journal of Social Issues 23.
language Learning : Insights from Comparativ Hal. 91—109.
Education. London: Continuum International Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan
Publishing Group. Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: Raja
Bloomfield, Leonard. 1933. Language. New York: Holt. Grafindo Persada.
Bohner, G. & Wanke, M. 2002. Attitudes and attitude Munsyi, Alif Danya. 2005. Bahasa Menunjukkan
change. Hove: Psychology Press. Bangsa. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Brooks, William D. 1974. Speech Communication. C. Muslich, Masnur. 2006. “Bahasa Indonesia dan Era
Brown Company Publisher, (Online: Globalisasi”. (Online:http://re-
http://musakazhim.wordpress.com/2008/01/06/ searchengines.com/1006masnur.html). Diakses, 21
budaya-indonesia-sebuah-otokritik-4/. Diakses, 19 Mei 2015.
Desember 2015). Nawawi, H dan M. Nawawi. 1992. Instrumen Penelitian
Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada
2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: University Press.
Rineka Cipta Rahadi, Kunjana. 2001. Sosiolinguistik Kode dan Alih
Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik, Kajian Teoretik. Kode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jakarta: Rineka Cipta. Sobur, Alex. (2011). Psikologi Umum. Bandung:
Chaer, Abdul. 2007. Kajian Bahasa: Struktur Internal, Pustaka Setia
Pemakaian dan Pemelajaran. Jakarta: Rineka Sugihastuti. 2000. Bahasa Laporan Penelitian.
Cipta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Culler, J. 1977. Ferdinand de Saussure. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif,
Harmondsworth: Penguin. Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Dawes, Robyn 1972. Fundamentals of Attitude Sumarsono. 2008. Sosiolinguistik. Yogyakarta: SABDA
Measurement. New York: John Wiley & Sons, Inc. dan Pustaka Pelajar.
Dittmar, N. 1976. Sociolinguistics : a Critical Survey of Tiandis, Harry. C, 1971. Attitude and Attitude Change.
the Theory and Application. London: Arnold. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Edwards, John. 1985. Language, Society, and Identity. Tim Penyusun. 2011. Katalog Jurusan Pendidikan
Oxford: Basil Blacwell. Bahasa Inggris Edisi 2014. Bireuen : Fakultas
Fasold, Ralp. 1984. The Sociolinguistics of Society. Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Al-Muslim.
Oxford: Basil Blackwell. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang
Fasold, Ralph. 1991. The Sociolinguistics of Society. Bendera, Bahasa, dan Lambang, serta Lagu
Cambridge: Basil Balckwell. Kebangsaan. Jakarta: Lembaran Negara Republik
Fasold, Ralph. 1994. The Sociolinguistics of Language. Indonesia.
Cambridge: Basil Balckwell.
Usman, Husaini dan Akbar, Setiady. (2011). Metodologi
Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
Waidl, A. 2000. “Pendidikan yang Memahami
Manusia”, dalam Atmadi & Setiyaningsih (ed.).
Transformasi Pendidikan Memasuki Milenium
Ketiga. Yogyakarta: Kanisius, hal. 17-29.
Walgito, Bimo. 1990. Psikologi Sosial: Suatu
Pengantar. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan
Fakultas Psikologi UGM.
Weinreich, Uriel. 1979. Language in Contact. The
Hague_Paris:Mouton.
Widodo, Supriyanto. 2008. “Sikap Mahasiswa Kota
Jayapura terhadap Bahasa Daerah/Ibunya”.
Kongres Bahasa Indonesia IX. Jakarta: Pusat
Bahasa.
Wijana, Dewa Putu & Muhammad Rohmadi. 2006.
Sosiolinguistik Kajian Teori dan Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai