Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh:
Muhammad Syaud Faisal
18NS263
JUDUL KASUS :
NAMA MAHASISWA : MUHAMMAD SYAUD FAISAL
NIM : 18NS263
Menyetujui,
…………………………………. ………………………………
NIK. NIK.
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL KASUS :
NAMA MAHASISWA : MUHAMMAD SYAUD FAISAL
NIM : 18NS263
Menyetujui,
…………………………………. ………………………………
NIK. NIK.
Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan
Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia
.........................................
LAPORAN PENDAHULUAN
DHF (Dangue Haemorragic Fever)
A. Anatomi
1. Hematologi
B. Definisi
Dengue Haemorraghic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti. Dengue Haemorrrhagic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot
dan nyeri sendi yang disertai lokopenia, ruam, limfadenopati, tromsitopenia
dan diathesis hemoragik (Suriadi dan Rita Yuliani, 2010).
C. Etiologi
E. Patofiologi
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah komplek
virus antibodi, dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen. Akibat
aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya
untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan
plasma melalui endotel dinding itu. Terjadinya trombositopenia, menurunnya
fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagalasi (protambin, faktor V, VII, IX,
X dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat,
terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF. Yang menentukan
beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah,
menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan
diatesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut. Nilai hematokrit meningkat
bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh
darah. Dengan hilangnya plasma pasien mengalami hypovolemik. Apabila
tidak diatasi bisa terjadi anoksia jangan asidosis dan kematian (Widoyono,
2011).
F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Dangue Haemoragic Fever (DHF) yaitu (Suriadi dan Rita
Yuliani, 2010) :
1. Demam tinggi selama 5-7 hari
Demam terbagi berberapa macam, demam diartikan suatu keadaan
dimana suhu tubuh di atas 37,2ºC. Hipereksia adalah suatu keadaan
dimana suhu tubuh di atas 41,2ºC. Beberapa tipe demam yang mungkin
ditemukan, antara lain:
a. Pembagian menurut derajatnya :
1) Subfebris : 37,3-38°C
2) Febris : 38-40°C
3) Hipertermi : > 41,1°C
4) Hipertermi maligna : 39-42°C
b. Pembagian menurut jenisnya :
1) Demam septik
Demam setiap hari (>2°C) dan tapi tidak sampai normal
Contoh : Demam Thypoid
2) Remitten fever
Suhu turun setiap hari (2°C) dan tapi tidak sampai normal
3) Intermitten fever
Suhu turun setiap hari sampai normal dan variasi suhu >2°C
Contoh : Malaria
4) Sustained fever (kontinyu)
Sepanjang hari demam dan variasi suhu <1°C
5) Relapsing fever/Siklik fever
Demam beberapa hari, normal beberapa hari, demam beberapa hari
Contoh : Malaria, peny dan hodgkin (keganasan)
6) Factitious fever/Self Induced fever
Demam yang dibuat-buat untuk tes/kontrol dan suhu urine sesuai
dengan suhu tubuh
c. Pembagian menurut tipe demam :
1) Demam septik
Suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam
hari , dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pada pagi
hari.
2) Demam remitten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai
suhu badan normal. Perbedaan suhu tidak sebesar demam septik.
3) Demam intermitten
Suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam
dalam satu hari.
4) Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hati tidak berbeda satu derajat. Terjadi
kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh periode
bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh
kenaikan suhu seperti semula.
2. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit :petekie, ekimosis, dan
hematoma
Cara menggunakan rumple leed dan hasilnya :
a. Pasang ikatan spigmomanometer pada lengan atas dan pump sampai
tekanan 100 mmHg (jika tekanan sistolik pesakit < 100
mmHg, pump sampai tekanan ditengah-tengah nilai sistolik dan
diastolik).
b. Biarkan tekanan itu selama 10 menit (jika test ini dilakukan sebagai
lanjutan dari test IVY, 5 menit sudah mencukupi).
c. Lepas ikatan dan tunggu sampai tanda-tanda statis darah hilang
kembali. Statis darah telah berhenti jika warna kulit pada lengan yang
telah diberi tekanan tadi kembali lagi seperti warna kulit sebelum diikat
atau menyerupai warna kulit pada lengan yang satu lagi (yang tidak
diikat).
d. Cari dan hitung jumlah petekie yang timbul dalam lingkaran bergaris
tengah 5 cm kira-kira 4 cm distal dari fossa cubiti
Catatan:
1) Jika ada > 10 petechiae dalam lingkaran bergaris tengah 5 cm kira-
kira 4 cm distal dari fossa cubiti test Rumple Leede dikatakan positif.
Seandainya dalam lingkaran tersebut tidak ada petechiae, tetapi
terdapat petekie pada distal yang lebih jauh daripada itu, test Rumple
Leede juga dikatakan positif.
2) Warna merah didekat bekas ikatan tensi mungkin bekas jepitan, tidak
ikut diikut sebagai petekie
3) Pasien yg “tek” darahnya tdk diketahui, tensimeter dapat dipakai
pada “tek” 80 mmHg
4) Pasien tidak boleh diulang pada lengan yang sama dalam waktu 1
minggu.
Derajat laporan :
(-) = Tidak di dapatkan petekie
(+1) = Timbul beberapa petekie dipermukaan pangkal lengan
(+2) = Timbul banyak petekie dipermukaan pangkal lengan
(+3) = Timbul banyak petekie diseluruh permukaan pangkal lengan &
telapak Tangan muka & belakang
(+4) = Banyak sekali petekie diseluruh permukaan lengan, telapak
tangan & jari, muka dan belakang. Ukuran normal: negative atau
jumlah petekie tidak lebih dari 10
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita Dangue Haemorrhagic Fever
(DHF), yaitu (Widoyono, 2011) :
1. Dehidrasi
2. Perdarahan
3. Hipotensi
4. Bradikardi
5. Kerusakan hati
6. Kelainan ginjal
7. Gangguan kesadaran yang disertai kejang
8. Jumlah platelet yang rendah
9. Kelainan ginjal
10. Prognosa buruk:
a. Syok
Pada Dengue Hemorrhagic Fever derajat IV akan terjadi syok yang
disebabkan kehilangan banyak cairan melalui pendarahan yang
diakibatkan oleh ekstravasasi cairan intravaskuler.
b. Ikterus pada kulit dan mata
Adanya perdarahan akan menyebabkan terjadinya hemolisis dimana
hemoglobin akan dipecah menjadi bilirubin. Ikterus disebabkan oleh
adanya deposit bilirubin.
c. Kematian
Kematian merupakan komplikasi lebih lanjut dari Dengue Hemorrhagic
Fever apabila terjadi Dengue Shock Syndrom (DSS) yang akan
berakibat kepada kematian.
H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan hematologi pasien Dangue Haemoragic Fever (DHF) yaitu
(Widoyono, 2011) :
1. HB dan PCV meningkat ( > 20 % )
2. Trombositopenia ( < 100.000/ml ) dan leukopenia (lekositosis )
3. Pemeriksaan Imunoglobulin / antidangue
4. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan: hipoproteinemi, hipokloremia
dan hiponatremia
5. Urium dan PH darah mungkin meningkat
6. Asidosis metabolik: pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3 rendah
7. SGOT/SGPT mungkin meningkat
I. Penatalaksanaan
1. Medis
Penatalaksanaan Dangue Haemoragic Fever (DHF) terbagi 4, yaitu
(Widoyono, 2011) :
a. Derajat I
1) Tirah baring
2) Pemberian makanan lunak
3) Pemberian cairan melalui infus
4) Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl) ringer
laktat merupakan cairan intravena yang paling sering digunakan,
mengandung Na + 130 mEq/liter, K + 4 mEq/liter, korekter basa 28
mEq/liter, Cl 109mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.
5) Pemberian obat-obatan : antibiotik dan antipiretik
6) Anti konvulusi jika terjadi kejang
7) Monitor tanda-tanda vital (TD, N, R dan T)
8) Monitor adanya tanda-tanda rejatan
9) Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
10) Pemeriksa HB, HT, dan Trombosit setiap hari
b. Derajat II
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 75
ml/kgBB/hari untuk anak dengan berat badan kurang dari 10kg atau
bersama diberikan oralit, air buah atau susu secukupnya, atau
pemberian cairan dalam jangka waktu 24 jam antara lain sebagai
berikut :
a) 100 ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB ≤ 25 kg
b) 75 ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB 26-30 kg
c) 60 ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 kg
d) 50 ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 kg
2) Pemberian obat antibiotik apabila adanya infeksi sakunder
3) Pemberian antipieritika untuk menurunkan panas
4) Apabila ada perubahan hebat maka berikan darah 15 cc/kgBB/hari
c. Derajat III
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 20
ml/kgBB/jam, apabila ada perbaikan lanjut pemberian RL 10
ml/kgBB/jam, jika nadi dan tensi tidak stabil lanjutkan jumlah cairan
berdasarkan kebutuhan dalam waktu 24 jam dikurangi cairan yang
sudah masuk.
2) Pemberian plasma atau ekspander (dekstran L) sebanyak
10ml/kgBB/jam dan dapat di ulang maksimal 30ml/kgBB/24 jam,
apabila setelah 1 jam pemakaian RL 20 ml/kgBB/jam keadaan
tekanan darah kurang dari 80 mmHg dan nadi lemah, maka berikan
cairan yang cukup berupa infus RL dengan dosis 20 ml/kgBB/jam
jika baik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan diatas.
d. Derajat IV
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 30
ml/kgBB/jam, apabila keadaan tekanan darah baik lanjutkan RL
sebanyak 10 ml/kgBB/jam
2) Apabila keadaan tensi memburuk maka harus dipasang 2 saluran
infus dengan tujuan satu untuk RL 10 ml/kgBB/1 jam dan satunya
pemberian plasma ekspander atau dextran L sebanyak 20
ml/kgBB/1 jam
3) Apabila keadaan masih juga buruk, maka berikan plasma
ekspander 20 ml/kgBB/jam
4) Apabila masih tetap memburuk maka berikan plasma ekspander 10
ml/kgBB/jam di ulangi maksimum 30 ml/kgBB/24 jam
5) Jika setelah 2 jam pemberian plasma dan RL tidak menunjukan
perbaikan maka konsultasikan kebagian anastesi untuk perlu
tidaknya dipasang central vaskuler pressure atau CVP.
2. Keperawatan
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan
penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,
observasi, pemeriksaan fisikm sebagai berikut (Suriadi dan Rita Yuliani,
2009) :
a. Identitas pasien
Nama, umur (Secara eksklusif, DHF paling sering menyerang anak-anak
dengan usia kurang dari 15 tahun terjadi di daerah tropis saat musim
hujan), jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk RS
dan No RMK
b. Riwayat keperawatan
1) Keluhan utama
Panas atau demam
2) Riwayat kesehatan / penyakit sekarang
Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai mengigil
dengan kesadaran composmentis. Turunnya panas terjadi antara hari
ke 3 dan ke 7 dan keadaan anak semakin lemah. Kadang disertai
keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, diare/konstipasi, sakit kepala,
nyeri otot, serta adanya manifestasi klinis perdarahan pada kulit.
3) Riwayat kesehatan / penyakit dahulu
Penyakit apa saja yang pernah di derita pasien, apa pernah
mengalami serangan ulang DHF.
4) Riwayat kesehatan / penyakit keluarga
Apakah di dalam keluarga atau di sekitar lingkungan ada yang
pernah terkena DHF.
5) Riwayat tumbuh kembang (usia 2 tahun)
Menayakan riwayat imunisasi apabila pasien umurnya dibawa 2
tahun.
J. Diagnosa Keperawatan
Menurut Heather Herdman dan S. Kamitsuru (2018) diagnosa keperawatan
pada pasien Dangue Haemoragic Fever (DHF), yaitu:
1. Hipertermia b.d proses penyakit (Domain 11. Kelas 6. Kode Diagnosis
00007)
2. Ketidakefektifan termoregulasi b.d proses penyakit (Domain 11. Kelas 6.
Kode Diagnosis 00008)
3. Defesien volume cairan b.d asupan cairan yang kurang: kehilangan cairan
aktif (Domain 2. Kelas 5. Kode Diagnosis 00027)
4. Nyeri akut b.d agen agen cidera fisik: virus dangue (Domain 12. Kelas 1.
Kode Diagnosis 00132)
5. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d asupan diet
kurang (Domain 2. Kelas 1. Kode Diagnosis 00002)
6. Ansietas b.d stresor yang meningkat (Domain 9. Kelas 2. Kode Diagnosis
00146)
7. Resiko syok dengan faktor risiko infeksi (Domain 11. Kelas 2. Kode
Diagnosis 00205)
8. Gangguan pola tidur b.d kendala lingkungan (Domain 4. Kelas 1. Kode
Diangnosis 00198).
K. Intervensi Keperawatan
Intrevensi keperawatan pada pasien dengan Dangue Haemoragic Fever
(DHF) yaitu (Gloria M. Bulechek et al, 2013) :
DAFTAR PUSTAKA
Nurasalam et al. (2009). Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak. Jakarta. EGC.
Suriadi dan Rita Yuliani. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak edisi 2.Jakarta
: Penebar Swadaya.
Syaifuddin, Haji. (2011). Anatomi fisiologi: kurikulum berbasis kompetensi untuk
keperawatan dan kebidanan. Jakarta:ECG.