Anda di halaman 1dari 93

GUNCANGAN

PENAWARAN DAN PERMINTAAN

COVID-19 TERHADAP KEHIDUPAN


EKONOMI

PETANI KECIL
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 28 TAHUN 2014
TENTANG HAK CIPTA

PASAL 113
KETENTUAN PIDANA
SANKSI PELANGGARAN

1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak


ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i
untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta
atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi
Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c,
huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).

3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta
atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi
Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a,
huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).

4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada


ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar
rupiah).
GUNCANGAN
PENAWARAN DAN PERMINTAAN

COVID-19 TERHADAP KEHIDUPAN


EKONOMI

PETANI KECIL
GUNCANGAN
PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19
TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL

Diterbitkan pertama kali dalam bahasa Indonesia


oleh Penerbit Global Aksara Pers

ISBN: 978-623-462-037-5
xiv + 79 hal.; Ukuran A5 (14,8 x 21 cm)
Cetakan Pertama, Maret 2022

Copyright © Maret 2022 Global Aksara Pers

Penulis : Andi Irawan, Fekri Candra Wijaya


Ari Kurniawan, Tadika Rastridaya Putri
Penyunting : Muhamad Basyrul Mufid
Desain Sampul : Hamim Thohari M.
Layouter : Hamim Thohari M.

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dengan
bentuk dan cara apa pun tanpa izin tertulis dari penulis dan penerbit.

Diterbitkan oleh:
CV. Global Aksara Pers
Anggota IKAPI, Jawa Timur, 2021,
No. 282/JTI/2021
Jl. Wonocolo Utara V/18 Surabaya
+628977416123/+628573269334
globalaksarapers@gmail.com
KATA
PENGANTAR

lhamdulillahi rabbil a’lamin. Kami memanjatkan


A syukur yang tiada terhingga kepada Allah yang maha
Rahman dan Rahim karena ijin dan kemudahan yang diberikan-Nya
kami bisa menyelesaikan buku ini sesuai dengan skedul waktu yang
direncanakan.
Pandemi COVID-19 adalah fenomena dua tahun terakhir
yang banyak ditelaah oleh para peneliti dan pakar dalam beragam
sudut pandang. Melalui buku ini kami mencoba menelaah dampak
pandemi COVID-19 terhadap kehidupan ekonomi rumahtangga
petani kecil. Pandemi secara konseptual menimbulkan fenomena
guncangan sisi penawaran bagi sektor pertanian karena menurunkan
produksi. Ada tiga implikasi guncangan penawaran pada sektor
pertanian; 1) COVID-19 menyebabkan tenaga kerja terinfeksi
sehingga tidak bisa beraktivitas di usahatani atau aktivitas di
usahatani terganggu karena harus melakukan karantina mandiri dan
pembatasan gerak tenaga kerja, yang selanjutnya menurunkan
produksi dan produktivitas usahataninya; 2) Pandemi juga
menyebabkan akses petani terhadap input produksi penting terganggu
yang lebih lanjut bisa merusak produksi dan produktivitas usahatani

Andi Irawan, dkk v


mereka; 3) Menyebabkan terjadi pergeseran dari menggunakan tenaga
kerja dalam rumahtangga yang tidak berbayar khususnya wanita dan
anak-anak, berubah menjadi ke pekerjaan yang bersifat menghasilkan
uang atau cash earning, dari bekerja di pertanian menjadi ke non
pertanian khususnya diperdagangan dan jasa, dari pekerjaan
rumahtangga menjadi ke kerja luar rumahtangga dimana setiap
anggota rumahtangga yang bisa bekerja termasuk wanita dan anak
akan mencari pekerjaan yang menghasilkan uang. Tapi karena
pandemi menerpa semua aktivitas ekonomi di semua usahatani,
industri dan ekonomi lainnya menyebabkan pergeseran tenaga kerja
ini pun akan sulit untuk terjadi.
Fenomena lain yang terjadi dan dialami petani adalah
guncangan sisi permintaan yakni berkurangnya kemampuan
rumahtangga petani sebagai konsumen untuk membeli barang dan jasa
pada harga tertentu. Guncangan permintaan yang negatif terjadi ketika
hilang atau berkurang secara drastis pendapatan petani karena
gangguan pada rantai pasok. Gangguan rantai pasok menyebabkan
petani tidak bisa menjual output yang mereka hasilkan sehingga
pendapatan dari usahatani secara keseluruhan anjlok.
Melalui buku ini kami menyampaikan kepada para pembaca
bagaimana fenomena guncangan penawaran dan permintaan akibat
pandemi ini menerpa rumahtangga petani dan bagaimana hal yang
harus dilakukan pemerintah ke depan dalam rangka mengantisipasi
bentuk-bentuk guncangan penawan dan permintaan ini jika terjadi lagi

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


vi TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
pandemi di masa mendatang. Kami berharap buku ini bermanfaat
menjadi referensi bagi banyak orang khususnya para peneliti dan
pengambil kebijakan yang ingin memahami dampak COVID-19
terhadap kehidupan para petani kecil.

Tim Penulis

Andi Irawan, dkk vii


SINOPSIS

Buku ini memberikan bukti empiris tentang bagaimana


dampak COVID-19 terhadap ekonomi rumahtangga petani kecil.
Dampak yang dominan adalah dalam bentuk guncangan permintaan
dimana para petani mengalami anjlok pendapatan rumahtangga karena
mereka tidak bisa menjual produk-produk usahataninya akibat
gangguan rantai pasok saat COVID-19. Hal ini terjadi karena; 1)
gangguan transportasi yang menyebabkan produk yang dihasilkan
tidak bisa diangkut ke pasar dengan lancar.; 2) tengkulak tidak bisa
mendatangi petani karena pembatasan gerak oleh pemerintah sehingga
tidak ada yang membeli produk petani. Guncangan sisi permintaan ini
berdampak besar karena bisa menyebabkan rumahtangga petani
kesulitan memenuhi kebutuhan pangan dan non pangan mereka.
Sedangkan guncangan dari sisi produksi relatif tidak besar dimana
umumnya tidak terjadi perubahan produksi usahatani dari sebelum
COVID-19 dibanding saat wabah COVID-19.
Gangguan suplai terjadi pada beberapa komoditas karena
harga jual komoditas yang turun saat terjadi wabah atau terjadi
kesulitan mendapatkan pupuk. Kajian dampak COVID-19 terhadap
ekonomi rumahtangga petani memberi sinyal antisipasi kebijakan jika

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


viii TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
terjadi guncangan serupa di masa mendatang baik karena wabah
penyakit, atau faktor lain seperti bencana alam atau gangguan
eksternal lainnya yakni; 1) pentingnya diversifikasi usahatani atau
diversifikasi sumber penghasilan dari non usahatani untuk
menimalisasi resiko guncangan permintaan atau produksi terhadap
satu komoditas pertanian sehingga petani tidak mengalami gangguan
pendapatan rumahtangga; dan 2) Kelompok petani kecil adalah
kelompok yang seharusnya masuk dalam kelompok yang dibantu
melalui bantuan sosial atau jaringan pengaman sosial ketika terjadi
gangguan eksternal yang menimbulkan guncangan permintaan dan
suplai dalam perekonomian.

Andi Irawan, dkk ix


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................. v


SINOPSIS .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................... x
BAB I. KETIKA COVID-19 MENJADI PANDEMI .............. 1
BAB II. GUNCANGAN SISI PENAWARAN DAN
PERMINTAAN ........................................................... 5
BAB III. DAMPAK COVID TERHADAP EKONOMI
RUMAHTANGGA PETANI PAGAR ALAM............ 10
3.1. Pengetahuan Petani Terhadap COVID-19 ............ 14
3.2. Jenis Usaha Tani ................................................... 16
3.3. Penjualan Hasil Pertanian Sebelum dan Saat
COVID-19 ............................................................ 17
3.4. Pengeluaran Rumah Tangga Petani Sebelum
dan Saat COVID-19 ............................................. 21
3.5. Persepsi Petani Terhadap Dampak COVID–19 .... 23
3.6. Pendapatan Rumah Tangga Petani Sebelum
dan Saat COVID-19 ............................................. 34
BAB IV. DAMPAK COVID TERHADAP EKONOMI
RUMAHTANGGA PETANI MUKO-MUKO ............ 35
4.1. Pengetahuan Petani Tentang COVID-19 .............. 35

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


x TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
4.2. Penerimaan dan Pendapatan Usahatani
Sebelum dan saat COVID-19 ............................... 36
4.3. Pengeluaran Rumah Tangga Sebelum dan Saat
COVID-19 ............................................................. 40
4.4. Persepsi Petani Terhadap Dampak COVID- 19 .... 43
4.5. Pendapatan Diluar Usahatani Saat COVID-19 ..... 46
BAB V. DAMPAK COVID TERHADAP EKONOMI
RUMAH TANGGA PETANI KAUR ......................... 48
5.1. Penerimaan Usahatani Sebelum dan Saat
COVID-19 ............................................................ 48
5.2. Produksi Usahatani Sebelum dan Saat
COVID-19 ............................................................ 52
5.3. Harga Komoditi Pertanian Sebelum dan Saat
COVID-19 ............................................................ 54
5.4. Pengeluaran Rumahtangga Pertanian
Sebelum dan Saat COVID-19 .............................. 56
5.5. Persepsi Petani terhadap Dampak COVID-19 ...... 60
BAB VI. PELAJARAN DAN REKOMENDASI
KEBIJAKAN ............................................................... 66
6.1. Pelajaran dari Tiga Daerah ................................... 66
6.2. Rekomendasi Kebijakan....................................... 69
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 72
SEPINTAS TENTANG PENULIS ............................................. 76

Andi Irawan, dkk xi


DAFTAR TABEL

1. Perbandingan Kasus Infeksi, Kematian Dan Sebaran


Area oleh Pandemi COVID-19 Dibandingkan dengan
Pandemi Lainnya ................................................................. 3
2. Sebaran Identitas Responden Petani Sayuran,
Perkebunan, Padi dan Peternakan di Kota Pagar Alam ....... 12
3. Pengetahuan Petani Terhadap COVID-19 Secara
Umum .................................................................................. 14
4. Jenis Usaha Tani .................................................................. 16
5. Rata–rata Penjualan Hasil Pertanian Usaha Tani
Sebelum dan Pada Masa Pandemi COVID -19 ................... 18
6. Rata-rata Pengeluaran Rumah Tangga Petani Perbulan
Sebelum dan Adanya COVID – 19...................................... 21
7. Persepsi Para Petani Terhadap Dampak COVID-19
Terhadap Usaha Tani .......................................................... 23
8. Rata–rata Penerimaan per Musim Usahatani Komoditi
Kelapa Sawit, Karet dan Padi di Kabupaten Mukomuko
Pada Sebelum dan Pada Masa Adanya COVID-19 ............. 37

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


xii TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
9. Rata-rata Pendapatan per Bulan dan per Musim
Usahatani Komoditi Kelapa Sawit, Karet dan Padi di
Kabupaten Mukomuko pada Sebelum dan Pada Masa
Adanya COVID-19 .............................................................. 39
10. Rata -rata Pengeluaran dari Setiap Responden Sebelum
dan saat COVID-19 ............................................................. 41
11. Rata – rata Pengeluaran Pangan dan Non Pangan pada
Sebelum Adanya COVID-19 dan pada Masa Adanya
COVID-19 ........................................................................... 42
12. Rata-rata Penerimaan per Musim Usahatani Kelapa
Sawit, Karet dan Padi di Kabupaten Kaur Sebelum dan
Saat Pandemik COVID-19................................................... 48
13. Rata-rata Pendapatan per Bulan dan per Musim
Usahatani Kelapa Sawit, Karet dan Padi di Kabupaten
Kaur Sebelum dan Saat Wabah COVID-19......................... 51
14. Besar Produksi Kelapa Sawit, Karet dan Padi Rumah
Tangga Petani Sebelum dan Saat Wabah COVID-19 .......... 52
15. Harga Rata-rata Kelapa Sawit, Karet dan Padi Yang
Diterima Usahatani Sebelum dan Saat wabah COVID-
19 ......................................................................................... 55

Andi Irawan, dkk xiii


16. Jumlah Total Pengeluaran Rumah Tangga Petani, Rata-
rata Pengeluaran Pangan dan Nonpangan pada Sebelum
dan pada Masa Adanya COVID-19 di Kabupaten Kaur ...... 57
17. Persepsi Petani Terhadap Dampak COVID-19 pada
Kinerja Usahatani dan Rumah Tangga Petani ..................... 61

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


xiv TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
BAB I
KETIKA COVID-19 MENJADI
PANDEMI

P ada 7 Januari 2020, otoritas Tiongkok mengumumkan


deteksi terbaru betacoronavirus manusia, pada waktu itu
dinamakan 2019-nCoV oleh WHO (kemudian dinamai SARS-CoV-
2), sebagai penyebab wabah pneumonia di Wuhan. Pada 10 Januari
2020, genom virus dirilis dan diterbitkan sebagai COVID-19 (Marty
& Jones 2020). Penamaan virus menjadi COVID-19 dan tidak
menempelkan nama lokasi/negara awal munculnya virus agar virus
penyebab wabah tidak menimbulkan xenophobia atau pandangan rasis
bahwa virus atau penyebab virus adalah melekat pada etnis atau
wilayah tertentu karena menurut White (2020) membuat framing
penyakit berhubungan dengan etnis dari Africa dan Asia mempunyai
landasan sejarah yang panjang di Barat.
Memang jangkauan dampak dari serangan COVID-19
merambah keseluruh dunia dengan cepat. WHO mencatat per 7 Mei
2020 virus ini telah menyerang tanpa memandang ras dan negara
dimana dalam waktu 5 bulan sejak diprediski hadir telah menginfeksi
215 area, terotori atau negara di dunia. Berdasarkan pada angka saat
jumlah kasus dan kematian yang terkonfirmasi serta jangka waktu
terjadinya maka COVID-19 jauh lebih besar dampaknya
dibandingkan pandemi lainnya (lihat Tabel 1). Pandemik COVID-19

Andi Irawan, dkk 1


jika dikomparasikan dengan beberapa jenis pandemik di era milenium
tampak bahwa pandemi sebarannya COVID-19 jauh lebih besar
dibanding jenis wabah lainnya. COVID-19 menyebar di 215 negara
bandingkan dengan pandemi lainnya yang menyebar kurang dari 30
negara. COVID-19 juga memakan korban jiwa yang jauh lebih besar
dibandingkan pandemi yang ada sebelumnya (396 kali lebih besar
dibanding korban MERS, 328 kali lebih besar dibanding korban
SARS dan 119 kali lebih besar dibandingkan dengan Ebola)
Pandemi COVID-19 Sudah diprediksi akan menimbulkan
krisis ekonomi besar di tahun 2020. Kajian prediksi pertumbuhan
ekonomi negara-negara OECD saat itu sudah memprediksikan turun
menjadi 2,4 persen pada tahun 2020, dimana sebelumnya
pertumbuhan ekonomi sebesar 2,9 persen di tahun 2019. Kontraksi
ekonomi saat itu diprediksi terjadi pada kuartal pertama tahun 2020
(Lucchese & Pianta 2020). Pertumbuhan PDB di Cina bisa di bawah
5 persen tahun 2020. Bahkan, ada bukti bahwa segala sesuatunya akan
bertambah buruk. Data terbaru tentang saat awal merebak COVID-19
Cina menunjukkan bahwa indeks produksi industri turun 13,5 persen
dalam dua bulan pertama tahun 2020, penurunan paling dramatis sejak
awal 1990-an. Penyebaran pandemi di Eropa dan AS dapat membuat
penurunan PDB jauh lebih besar dengan stagnasi atau resesi di seluruh
Eropa, dengan penurunan yang signifikan yang bisa mencapai range 5
persen- wilayah yang paling rentan adalah Eropa Selatan (Lucchese &
Pianta 2020).

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


2 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
Tabel 1. Perbandingan Kasus Infeksi, Kematian dan Sebaran Area
oleh Pandemi COVID-19 Dibandingkan Dengan Pandemi Lainnya
Jumlah
wilayah
Wilayah/Negara
Korban yang Jumlah atau Lamanya
Jenis Pandemi dan Waktu Awal
Terkonfirmasi Kematian teritori Pandemic
Merebak
yang
terpapar
COVID-19 3.679.499 254.199 Wuhan, China, 31 215 (data December
atau SARS- Desember 2019 per Mei 2019-
CoV-2) 2020) sekarang
Middle East 2.494 858 Saudi Arabia, 27 April 2012-
Respiaratory April 2012 November
Syndrome 2109
(MERS)
SARS 8.096 774 Vietnam 26 29 26 Februari –
Februari 2003 31 Desember
2003
Ebola 3.462 2.134 Provinsi North Afrika Merebak
Kivu, Democratic Barat dan pertama di
Republic of Tengah desa
Congo pedalaman
Afrika
Tengah
1976, wabah
kedua di
2014-2016 di
Afrika Barat
lebih
kompleks
dan paling
besar

Sumber:(Irawan & Alamsyah 2021)

Andi Irawan, dkk 3


Sejarah epidemi telah menunjukkan menghadirkan
eksternalitas negatif regional yang kuat, yang mencakup peningkatan
jumlah infeksi virus dan efek spillover negatif pada tingkat ekonomi.
Sebagai contoh selama wabah Ebola, penyebaran Ebola di Afrika
terbatas, kecuali untuk tiga negara Afrika barat, dengan sejumlah kecil
kasus di Nigeria (20 kasus), Mali (8 kasus) dan Senegal (1 kasus),
yang semuanya dengan cepat dikendalikan. Namun, ekonomi Afrika
Sub-Sahara secara keseluruhan menderita karena melemahnya
kepercayaan konsumen dan investor, serta gangguan pariwisata dan
perdagangan lintas batas. Menurut laporan Bank Dunia, selain tiga
negara yang secara langsung terkena virus Ebola, kerugian kumulatif
negara-negara lain pada tahun 2015 melebihi $ 500 juta. Mengambil
pariwisata sebagai contoh, wabah Ebola telah menyebabkan sejumlah
besar pembatalan oleh turis internasional ke Afrika, meskipun epidemi
ini di sebagian besar negara Afrika belum parah atau bahkan ada
negara yang konfirmasi saty kasus. Tren ini mirip dengan wabah
SARS pada tahun 2003. Asian Development Bank (ADB) pada awal
Mei 2003 memperkirakan bahwa pertumbuhan PDB di Asia Timur
dan Tenggara berkurang 0,2% menjadi 1,8%. Industri pariwisata,
katering, hotel, ritel dan lainnya di seluruh Asia terkena dampak
negatif selama periode SARS (Gong et al. 2020)

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


4 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
BAB II
GUNCANGAN SISI PENAWARAN
DAN PERMINTAAN

P ada bab sebelumnya telah dibahas tentang implikasi


pandemi COVID-19 terhadap kinerja ekonomi makro
negara bahkan global. Pada bab ini akan dieksplorasi bagaimana
COVID-19 mempengaruhi sisi mikro perekonomian khususnya dari
persepektif sektor pertanian yakni bagaimana dampak COVID-19
terhadap petani baik sebagai konsumen maupun sebagai produsen.
Dalam skala mikro ada dua fenomena dampak COVID-19 yang
diistilahkan sebagai fenomena guncangan sisi suplai (fenomena supply
shock) dan guncangan sisi permintaan (fenomena demand shock).
COVID menyebabkan terjadi supply shock. Suplai shock adalah
segala sesuatu yang bisa mengurangi kapasitas ekonomi untuk
memproduksi barang dan jasa. Contoh klasik dari suppy shock dalam
perekonomian adalah fenomena gagal panen (Denslow & Mark 1989).
Pandemi menghadirkan supply shock bagi sektor pertanian karena
menurunkan produksi. Ada tiga implikasi supply shock pada sektor
pertanian. 1) COVID-19 menyebabkan tenaga kerja terinfeksi
sehingga tidak bisa beraktivitas di usahatani (Wegerif 2021) atau
aktivitas di usahatani terganggu karena harus melakukan karantina
mandiri dan pembatasan gerak tenaga kerja (Altieri & Nicholls 2020),
yang selanjutnya menurunkan produksi dan produktivitas

Andi Irawan, dkk 5


usahataninya. Sedangkan (Mishra et al. 2020) and (Hobbs 2020)
menyatakan dampak COVID mengurangi produksi produk pertanian
karena terjadinya hilang panen (crop losses), masalah penyimpanan
(storage), dan gangguan jaringan transportasi. Produksi yang turun
berimplikasi penerimaan dan pendapatan yang diterima dari usahatani
juga turun. 2) Pandemi ini juga menyebabkan akses petani terhadap
input produksi penting terganggu yang lebih lanjut bisa merusak
produksi dan produktivitas usahatani mereka (Hossain 2020). 3)
Menyebabkan terjadi pergeseran dari menggunakan tenaga kerja
dalam rumahtangga yang tidak berbayar secara self sufficiency atau
sepenuhnya bersumber dari rumahtangga khususnya wanita dan anak-
anak, berubah menjadi ke pekerjaan yang bersifat menghasilkan uang
atau cash earning, 2) dari bekerja di pertanian menjadi ke non
pertanian khususnya diperdagangan dan jasa, 3) dari pekerjaan
rumahtangga menjadi ke kerja luar rumahtangga dimana setiap
anggota rumahtangga yang bisa bekerja termasuk wanita dan anak
akan mencari pekerjaan yang menghasilkan uang (Bryceson &
Fonseca 2006) (Tibaijuka 1997). Tapi karena pandemi menerpa semua
aktivitas ekonomi, menyebabkan pergeseran tenaga kerja ini pun akan
sulit untuk terjadi. Artinya sumber pendapatan dari luar usahatani juga
sulit didapatakan petani dan keluarganya.
Sebagai contoh merujuk penelitian (Nchanji et al. 2021)
dampak pandemi menyebabkan akses terhadap tenaga kerja dan suplai
input yang terdisrupsi paling parah, dan transportasi. Harga input

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


6 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
meroket dan permintaan grain (pangan) anjlok. Tutupnya aktivitas
ekonomi karena rantai suplai yang terdisrupsi menyebabkan
pengumpul atau tengkulak mengalami kesulitan akses ke pusat
produksi dan kesulitan mengirim produknya ke daerah-daerah
penjualan. Kalangan prosesor yang berstatus usaha kecil menengah
mengalami pengurangan tenaga kerja dan biaya yang tinggi untuk
mendapatkan tenaga kerja. Pola konsumsi komoditas pangan berubah
secara moderat di daerah urban dan peri-urban disebabkan tutupnya
pasar dan transportasi yang mengalami pembatasan dan harga pangan
yang lebih tinggi.
Fenomena lain yang terjadi dan dialami petani adalah demand
shock. Yang dimaksud dengan demand shock adalah berkurangnya
kemampuan atau kesediaan konsumen untuk membeli barang dan jasa
pada harga tertentu (Brinca, Duarte & Faria-e-Castro 2021).
Fenomena demand shock yang negatif terjadi ketika hilang atau
berkurang secara drastis pendapatan petani karena gangguan pada
rantai pasok (Irawan et al. 2021). Gangguan rantai pasok
menyebabkan petani tidak bisa menjual output yang mereka hasilkan
sehingga pendapatan dari usahatani secara keseluruhan anjlok.
Anjloknya pendapatan rumahtangga petani juga bisa terjadi karena
COVID-19 menyebabkan permintaan tenaga kerja untuk luar
usahatani berkurang atau hilang yang menyebabkan sumber
pendapatan di luar usahatani juga anjlok atau hilang. Saat pandemi
COVID-19, petani dilaporkan pendapatan mereka anjlok lebih besar

Andi Irawan, dkk 7


dibanding dengan mereka yang bekerja menerima gaji atau upah tetapi
di sisi lain lebih tidak rentan terhadap gangguan ketahanan pangan
rumatangga dibanding kelompok penerima gaji atau upah (Kansiime
et al. 2021) .,
Penelitian Wegerif (2021) yang dilakukan dengan pendekatan
kualitatif, menunjukkan terjadinya variasi bentuk disrupsi terhadap
ketersediaan tenaga kerja. Pada saat awal lockdown keras, sejumlah
tenaga kerja tidak bisa ke usahatani, setelah selesai lockdown keras
sejumlah petani menyatakan bahwa pekerja mereka tidak kembali ke
usahatani karena khawatir terhadap COVID-19 sejumlah petani
lainnya mendapat permintaan kenaikan upah dari pekerjanya karena
resiko COVID-19 dan kesulitan transportasi. Ada 2 usahatani yang
pekerjanya meninggal karena COVID-19 dan yang lainnya kehilangan
keluarga dekat. Ada 9 petani mengurangi jumlah pekerja yang mereka
pekerjakan karena turunnya aktivitas bisnis saat COVID-19. Sepuluh
petani mengalami disrupsi akses input karena tokoh yang menjual
tutup, keterbatasan transportasi, dan ketersediaan input itu sendiri
berkurang dan 12 lainnya merasakan naiknya harga input. Benih
adalah input yang paling dipengaruhi sering tidak didapatkan atau
harganya naik.
Lebih dari setengah atau 21 petani melaporkan terjadi
penurunan produksi termasuk 6 yang terpaksa menghentikan untuk
berproduksi karena; 1) kenaikan harga input; 2) disrupsi suplai input;
3) disrupsi ketersediaan pekerja; 4) kematian akibat COVID-19; 5)

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


8 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
penyuluh yang tidak berani mendatangi usahatani untuk menyuluh
para petani; 6) gangguan perjalanan; and 7) ketidakpastian dan
kecemasan.
Walaupun demikian gangguan permintaan (demand shock) bisa
juga berdampak positif yakni meningkatkan permintaan domestik dan
ekspor. Merujuk pada (Gray 2020) yang menyatakan bahwa di Canada
akses pertanian terhadap kargo laut, penggunaan jasa angkutan kereta
api, dan angkutan via truk meningkat karena pandemi karena
berkurangnya sektor lain yang menggunakan jasa-jasa angkutan
tersebut.
Yang paling dirugikan dari pandemi adalah kelompok
masyarakat miskin dan marjinal (Zurayk 2020), (Siche 2020) dan
(Power et al. 2020). Jika merujuk pada dampak Ebola di Negara-
negara Afrika Barat, pandemi telah merusak sistem pangan dan mata
pencaharian petani kecil (Mhlanga & Ndhlovu 2020). Dengan
demikian kajian tentang bagaimana dampak empiris dari pandemic
terhadap kinerja usahatani dan kesejahteraan smallholder farmer
penting untuk ditelaah untuk mendapatkan besaran dampak pandemi
ini kepada kelompok sosial yang paling rentan di sektor pertanian
tersebut.

Andi Irawan, dkk 9


BAB III
DAMPAK COVID TERHADAP EKONOMI
RUMAHTANGGA PETANI PAGAR ALAM

B ab ini membicarakan dampak empiris yang terjadi di


lapangan apa yang dialami petani di Kota Pagar Alam,
provinsi Sumatera Selatan. Dampak COVID – 19 terhadap ekonomi
rumahtangga petani di dapat dari data primer melalui wawancara
kepada petani. Data tersebut meliputi identitas responden,
pengetahuan responden terhadap COVID-19 secara umum. Untuk
melihat dampak COVID-19 terhadap ekonomi rumahtangga petani.
Data harga, produksi, pengeluaran rumahtangga dan pendapatan
petani sebelum dan saat COVID-19 dilakukan uji beda statistiik untuk
mengkonfirmasi apakah ada perbedaan yang nyata secara statistik
pada saat dan pada sebelum COVID-19. Disamping itu dikumpulkan
juga data pemasaran , persepsi dan penilaian para petani terhadap
wabah COVID -19 terhadap usahatani serta penghasilan lainnya saat
wabah COVID - 19. Dari data tersebut kemudian dianalisis, sehingga
didapat suatu kesimpulan dampak COVID – 19 terhadap usaha tani.
Berikut hasil analisis dampak COVID – 19 terhadap rumahtangga
petani di Kota Pagar Alam.
Sejumlah data yang menggambarkan karakteristik petani yang
diteliti rumahtangganya terhadap dampak COVID-19 di Pagar Alam
adalah seperti yang tertera dalam tabel 2 yakni sebagai berikut: Asal

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


10 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
responden telah mengakomodir semua kecamatan yang ada di kota
Pagar Alam yakni responden berasal dari Kecamatan Pagar Alam
Utara sebanyak 21 responden atau 26,25 persen, Pagar Alam Selatan
14 responden atau 17,5 persen, Kecamatan Dempo Tengah 18
responden atau 22,5 persen, Kecamatan Dempo Utara 14 responden
atau 17,5 persen, dan Kecamatan Dempo selatan 13 responden atau
16,25 persen dari total petani yang menjadi responden (100 orang).
Kelompok umur responden terdiri dari kelompok umur 20 –
35 tahun sebanyak 22 responden atau 27,5 persen, 36–50 tahun
sebanyak 30 responden atau 37,5 persen dan kelompok umur di atas
umur 51 tahun sebanyak 28 orang atau 35 persen dari total petani
sampel (100 orang). Sedangkan tingkat pendidikan responden terdiri
dari yang berpendidikan SD sebanyak 35 responden atau sama dengan
43,75 persen, SMP 13 responden atau 16,25 persen, SMA sebanyak
25 responden atau 31,25 persen, Diploma/S1 7 responden atau 8,75
persen. Jumlah anggota rumah tangga terdiri dari kelompok yang
anggota rumahtangganya 1–2 orang berjumlah 11 responden atau
13,75 persen, kelompok 3–4 anggota rumahtangga sebanyak 52
responden atau 65 persen, dan kelompok 5–6 anggota rumahtangga
sebanyak 17 responden atau setara dengan 21,25 persen dari total
petani sampel. Tabel 2 mendeskripsikan karakteristik dari para petani
yang dijadikan sampel untuk penarikan data dampak COVID-19
terhadap ekonomi rumahtangga mereka.

Andi Irawan, dkk 11


Tabel 2. Sebaran Identitas Responden Petani Sayuran, Perkebunan,
Padi dan Peternakan di Kota Pagar Alam.
No Karakteristik Jumlah Persentase (%)
1 Alamat Responden
Pagar Alam Utara 21 26,25
Pagar Alam Selatan 14 17,5
Dempo Tengah 18 22,5
Dempo Utara 14 17,5
Dempo Selatan 13 16,25
Total 100
2 Kelompok Umur (Tahun)
20 – 35 22 27,5
36 – 50 30 37,5
51 > 28 35
Total 100
3 Tingkat Pendidikan
Tidak Sekolah 0 0
SD 35 43,75
SMP 13 16,25
SMA 25 31,25
Diploma S1 7 8,75
Total 100
4 Jumlah Anggota
RumahTangga

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


12 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
No Karakteristik Jumlah Persentase (%)
1–2 11 13,75
3–4 52 65
5–6 17 21,25
Total 100
5 Luas Lahan (Ha)
0,0006 – 0,25 18 22,5
0,5 – 1 52 65
1,1 – 2 7 8,75
2,5 > 3 3,75
Total 100
6 Status lahan yang
dimiliki
Punya sendiri 54 67,5
Menyewa dari pihak lain 6 7,5
Bagi hasil 20 25
Total 100
Sumber: Olahan data primer, 2022
Luas lahan terdiri dari, kelompok dengan luas 0,0006 – 0,25
Ha sebanyak 18 respnden atau setara dengan 22,5 ,persen, kelompok
luas lahan 0,5 – 1 52 Ha sebanyak 65 persen, kelompok luas lahan 1,5
– 2 7 Ha, sebanyak 8,75%, dan kelompok luas lahan di atas 2,5 Ha
sebanyak 3 responden atau 3,75 persen dari total responden (100
orang).

Andi Irawan, dkk 13


Status kepemilikan lahan terdiri dari kelompok milik sendiri 54
responden atau 67,5 persen dari total petani sampel, yang melakukan
sewa lahan ada 8 responden atau 7,5 persen dan yang melakukan bagi
hasil 20 responden atau 2.5 persen.

3.1. Pengetahuan Petani Terhadap COVID-19


Pengetahuan responden terhadap COVID – 19 dalam penelitian
ini meliputi beberapa pertanyaan pemahaman responden mengenai
jaga jarak (physical distancing) dan bagaimana responden menyikapi
adanya kebijakan jaga jarak yang dianjurkan pemerintah pada masa
pandemi COVID – 19, yang disajikan dalam tabel 3 sebagai berikut :

Tabel 3. Pengetahuan petani terhadap COVID-19 secara umum


Persentase
No Karakteristik Keterangan Jumlah
(%)
1 Apakah bapak/ibu Tidak 0 0
tahu yang dimaksud Mengetahui
dengan jaga jarak Mengetahui 80 100
atau physical
distancing untuk
pencegahan
penularan virus

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


14 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
Persentase
No Karakteristik Keterangan Jumlah
(%)
2 Dengan kebijakan Tidak 14 17,5
jaga jarak tersebut berkerumun
apa yang ibu/bapak
Di rumah 42 52,5
lakukan
saja
Menjaga 11 13,75
jarak
Memakai 13 16,25
Masker
Total 100

Dari tabel di atas dapat dilihat pengetahuan responden terhadap


COVID – 19 secara umum dengan karakteristik yaitu apakah
bapak/ibu tahu yang dimaksud dengan jaga jarak atau physical
distancing untuk pencegahan penularan virus? Semua petani ternyata
mengetahui apa yang dimaksud dengan physical distancing tersebut
karena di Kota Pagar Alam pemerintah langsung turun tangan melalui
sosialisai kepada masyarakat untuk menjaga jarak (physical
distancing) dan mengunakan masker setiap keluar rumah agar dapat
mencegah penularan virus COVID – 19.
Pertanyaan dengan kebijakan jaga jarak tersebut apa yang
ibu/bapak lakukan? Yang menjawab tidak berkerumun sebanyak 14
petani atau 17,5 persen, 14 responden memilih untuk tidak

Andi Irawan, dkk 15


berkerumun agar tidak tertular virus COVID – 19. Sedangkan yang
menjawab dirumah saja ada 42 petani atau 52,5 persen. Masyarakat
takut keluar rumah agar tidak terpapar virus COVID – 19 dan hanya
beraktivitas keluar rumah seperlunya seperti berkebun dan untuk
memenuhi kehidupan sehari – hari. Sedangkan yang melakukan jaga
jarak sebanyak 11 responden (13,75 persen) karena menjaga jarak
merupakan salah satu tindakan pencegahan menularnya virus COVID
– 19. Yang menjawab dengan memakai masker ada 13 petani atau
16,25 persen karena menurut mereka memakai masker merupakan
salah satu pencegahan menularnya virus COVID – 19.

3.2. Jenis Usaha Tani


Secara umum usaha tani yang dilakukan petani adalah
peternakan, perkebunan, padi dan sayuran. Adapun jenis usaha tani
peternakan ini meliputi ternak sapi, ternak lele, kambing. Selain itu
ada juga usahatani kopi, salak, padi, tomat, cabai, sawi dan kacang
buncis.
Tabel 4. Jenis Usaha Tani
Persentase
No Karakteristik Jumlah
(%)
1 Peternak 12 15
2 Perkebunan 25 31,25
3 Padi 21 26,25
4 Sayuran 22 27,5

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


16 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
Persentase
No Karakteristik Jumlah
(%)
Total 80 100
Sumber: Olahan data primer, 2022
Dari tabel 4 dapat dilihat jenis usaha tani yaitu peternakan 12
responden atau 15 persen, perkebunan 25 responden (31,25 persen)
padi 21 responden (26,25 persen), sayuran 22 responden 27,5 persen.
Dengan demikian dapat diketahui usahatani yang paling mendominasi
adalah kopi.

3.3. Penjualan Hasil Pertanian Sebelum dan Saat COVID-19


Rata – rata penjualan hasil pertanian dalam penelitian ini
meliputi rata – rata penjualan sebelum adanya wabah COVID – 19 dan
saat wabah COVID – 19 dapat dilihat pada tabel 5. Dari tabel 5 dapat
dilihat data rata – rata penjualan perkilogram hasil pertanian usaha tani
sebelum dan pada masa pandemi COVID -19. Harga rata – rata cabai
sebelum COVID – 19 17.500 rupiah per kg, setelah adanya COVID –
19 rata – rata harga cabai menurun dengan harga 10.000 rupiah per kg.
Harga rata – rata sayuran tomat sebesar 5.400 rupiah per kg, setelah
adanya COVID – 19 harga sayuran tomat menurun dengan harga
sebesar 1.900 rupiah per kg. Harga rata – rata sayuran kacang buncis
sebesar 6.700 rupiah per kg, setelah adanya COVID – 19 harga rata –
rata kacang buncis menurun menjadi harga 4.300 rupiah per kg. Harga
rata – rata sawi sebesar 4.000 rupiah per kg, setelah adanya COVID -

Andi Irawan, dkk 17


19 harga rata – rata sawi menurun menjadi 3.500 rupiah per kg,
menurut petani ada beberapa hal yang mengakibatkan harga sayuran
di Kota Pagar Alam menurun yang pertama terputusnya saluran
pemasaran yang ada di Kota Pagar Alam yang diakibatkan adanya
COVID – 19, sayuran tidak bisa di kirim keluar kota sehingga
menumpuk di dalam kota dan berdampak ke harga yang menurun di
setiap komoditi sayuran di Kota Pagar Alam. Yang kedua panen
serentak yang berdampak melimpahnya sayuran sehingga harga
sayuran di Kota Pagar Alam menurun.

Tabel 5. Rata – rata penjualan hasil pertanian usaha tani sebelum dan
pada masa pandemic COVID -19
Rata – rata
Rata – rata
Harga
Hargapenjualan
Jenis Usaha penjualan
No Karakteristik usaha tani pada
Tani usaha tani
masa Pandemi
sebelum
COVID - 19
COVID – 19
1 Sayuran Cabai 17.500 10.000
Tomat 5.400 1.900
Kacang 6.700 4.300
Buncis
Sawi 4.000 3.500
2 Perkebunan Kopi 19.000 18.000
Salak 14.000 11.000

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


18 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
3 Peternakan Sapi 24.000.000 20.000.000
Kambing 2.500.000 2.200.000
Ikan lele 19.000 22.500
4 Padi 9.200 8.950
Total 26.594.000 22.280.150
Sumber: Olahan data primer, 2022
Data rata – rata penjualan hasil perkebunan yang terdiri dari
kopi dengan harga rata – rata 19.000 rupiah per kg, setelah adanya
wabah COVID –19 harga kopi menurun dengan harga 18.000 rupiah.
Harga rata – rata salak sebelum adanya COVID -19 sebesar 14.000
rupiah per kg, setelah adanya COVID – 19 harga salak menurun
dengan harga 11.000 rupiah per kg. dapat dilihat harga rata – rata kopi
menurun saat informasinyaq COVID – 19 yang disebabkan terputusya
saluran pemasaran antar kota yang berdampak melimpahnya kopi
sehingga harga kopi menurun. Dan dapat dilihat bahwa harga rata –
rata jual salak menurun, menurut petani konsumen salak berasal dari
orang – orang yang berlibur di tempat wisata Kota Pagar Alam.
Adanya COVID – 19, pemerintah Kota Pagar Alam menetapkan
pembatasan sosial dan menutup tempat wisata di kota Pagar Alam
yang berdampak tidak adanya wisatawan yang berlibur sehingga
berkurangnya pembeli dan melimpahnya hasil salak menyebabkan
harga salak menurun.
Data harga penjualan ternak sapi sebelum adanya COVID –
19 sebesar Rp 24.000.000 per ekor, setelah adanya COVID – 19 harga

Andi Irawan, dkk 19


rata - rata sapi menurun dengan harga Rp 20.000.000 per ekor. Harga
kambing sebelum adanya COVID – 19 sebesar Rp 2.500.000 per ekor,
setelah adanya COVID – 19 harga rata – rata kambing per ekor
menurun menjadi Rp 2.200.000 per ekor. Harga ikan lele sebelum
adanya COVID – 19 sebesar Rp 19.000 per kg, setelah adanya COVID
– 19 harga rata – rata lele menaik Rp 21.000 per kg. Harga jual sapi
dan kambing menurun, menurut petani adanya COVID – 19
permintaan sapi dan kambing anjlok yang menyebabkan harga sapi
dan kambing menurun. Harga lele menaik dikarenakan putusnya
saluran pemasaran yang menyebabkan pemasok ikan lele tidak dapat
masuk ke Kota Pagar Alam, menaiknya permintaan ikan lele dan
minimnya pasokan ikan lele dari luar menyebabkan naiknya harga jual
ikan lele.
Harga penjualan hasil padi sebelum adanya COVID – 19
sebesar Rp 9.200 per kg, setelah adanya COVID – 19 harga rata–rata
padi menurun menjadi Rp 8.950 per kg. Menurut petani hal yang
menyebabkan turunnya harga karena petani harus menjual hasil
panennya dengan harga yang relatif lebih murah dikarenakan tututan
akan kebutuhan serta tuntutan untuk modal usaha tani.

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


20 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
3.4. Pengeluaran Rumah Tangga Petani Sebelum dan Saat
COVID-19
Rata-rata pengeluaran rumah tangga petani dalam penelitian ini
meliputi rata–rata pengeluaran perbulan sebelum adanya COVID – 19
dan saat COVID-19 terjadi disajikan dalam tabel 6.
Tabel 6. Rata - rata Pengeluaran Rumah Tangga Petani Perbulan
Sebelum dan Adanya COVID – 19
Rata – rata
Rata – rata
pengeluaran
No Karakteristik Pengeluaran saat
Sebelum
COVID – 19
COVID – 19
1 Berobat dan 46.000 53.000
kesehatan
2 Pendidikan 1.463.000 460.000
3 Pangan 1.230.000 1.220.000
4 Perumahan 85.000 75.000
(termasuk
perbaikan, kredit
rumah perbaikan
dan listrik)
Total 2.824.000 1.808.000
Sumber: Olahan data primer, 2022
Dari tabel 6 dapat dilihat rata - rata pengeluaran rumah tangga
petani perbulan sebelum dan adanya COVID – 19, dengan

Andi Irawan, dkk 21


karakteristik yaitu pengeluaran berobat dan kesehatan sebelum
adanya COVID -19 rata – rata pengeluaran yang dikeluarkan sebesar
Rp 46.000 perbulan, setelah adanya COVID –19 pengeluaran rata –
rata berobat dan kesehatan naik sebesar Rp 53.000 perbulan.
Pengeluaran pendidikan sebelum adanya COVID – 19 rata – rata
sebesar Rp 1.463.000 perbulan, setelah adanya COVID – 19,
pengeluaran pendidikan perbulan menurun sebesar Rp 460.000
perbulan. Pengeluaran pangan sebelum adanya COVID – 19 rata – rata
perbulan sebesar Rp 1.230.000 perbulan, setelah adanya COVID – 19
pengeluaran rata – rata pangan menurun sebesar Rp 1.220.000
perbulan. Dan untuk pengeluaran perumahan (Perbaikan, kredit rumah
dan listrik) perbulan sebelum COVID – 19 sebesar Rp 85.000, dan
menurun menjadi Rp 75.000 saat wabah COVID – 19.
Pandemi menyebabkan pengeluaran rumahtangga petani
meningkat untuk obat dan kesehatan sekitar 15 persen yakni dari Rp
46.000 menjadi Rp 53.000. Ini bisa dimengerti karena pada saat
pandemi mereka berusaha menjaga kesehatan dan imunitas tubuh
disamping untuk tindakan pengobatan itu sendiri. Sedangkan
pengeluaran rumahtangga untuk pendidikan menurun dengan proporsi
yang besar (68 persen) dikarenakan perubahan metode pembelajaran
dari di kelas menjadi belajar di rumah karena tidak lagi pengeluaran
harian untuk jajan anak sekolah, transportasi dan belanja keperluan
sekolah lainnya, sedangkan biaya internet untuk pembelajaran online
sudah disubsidi oleh pemerintah.

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


22 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
3.5. Persepsi Petani Terhadap Dampak COVID – 19
Persepsi dan penilaian petani adanya COVID – 19 yang
berdampak pada usahatani, penelitian ini meliputi beberapa
pertanyaan tentang bagaimana dampak wabah COVID – 19 yang
terjadi saat ini terhadap usaha tani. Persepsi dan penilaian petani
disajikan dalam Tabel 7.
Tabel 7. Persepsi Para Petani Terhadap Dampak COVID-19
Terhadap Usaha Tani
Persentasi
No Persepsi Keterangan Jumlah
(%)
1 Persepsi Usaha tani kami -- 0
bapak/ibu mengalami
terhadap keuntungan saat
kerugian dan adanya wabah
keuntungan COVID – 19
usaha tani saat Usaha tani kami 75 93,75
COVID-19 mengalami kerugian
saat adanya wabah
COVID – 19
Usaha tani kami 5 6,25
tidak mengalami
kerugian maupun
keuntungan
Total 100

Andi Irawan, dkk 23


Tabel 7. Lanjutan
Persentasi
No Persepsi Keterangan Jumlah
(%)
2 Menurut pandangan Ya 15 18,75
bapak/ibu apakah
wabah covid ini
menaikan belanja Tidak 65 81,25
rumah tangga
Total 100
3 Menurut penilaian Sangat 19 23,75
bapak/ibu dampak Buruk
wabah COVID-19 ini
pada usahatani Buruk 55 68,75
bapak/ibu Biasa saja 6 7,5
Baik
Sangat Baik
Total 100
4 Menurut penilaian Sangat 14 17,5
bapak/ibu dampak Buruk Buruk
wabah COVID-19 ini
pada pendapatan
rumah tangga bapak Buruk 53 66,25

ibu Biasa – biasa 11 13,75


saja

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


24 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
Persentasi
No Persepsi Keterangan Jumlah
(%)
Baik 2 2,5
Sangat baik
Total 100
5 Menurut penilaian Sangat 1 1,25
bapak/ibu kami Buruk
kesulitan mendapatkan
tenaga kerja luar
keluarga di banding
Buruk 45 56,25
sebelum wabah
Biasa saja 29 36,25
COVID-19
Baik 5 6,25

Sangat Baik
Total

Andi Irawan, dkk 25


Tabel 7. Lanjutan
Persentasi
No Persepsi Keterangan Jumlah
(%)
6 Menurut penilaian Sangat Buruk 1 1,25
bapak/ibu kami menjadi
lebih sulit mendapatkan
pupuk dan sarana
prodoksi pertanian di
banding sebelum wabah
corona
Buruk 8 10
Biasa saja 33 41,25
Baik 36 45
Sangat Baik 2 2,5
Total 100
7 Terjadi gangguan dalam Sangat Buruk 1 1,25
transportasi pengiriman
produksi kami ke pasar
dibanding sebelum
wabah COVID-19 Buruk 5 6,25
Biasa saja 36 45
Baik 34 42,5
Sangat baik
Total

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


26 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
8 Kami menjadi lebih sulit Sangat Buruk 2 2,5
mendapatkan pinjaman
dana segar dibandingkan
sebelum adanya
COVID-19 Buruk 9 11,25
Biasa Saja 33 41,25
Baik 32 40
Sangat Baik 4 5
Total 100
9 Kami kesulitan Sangat Buruk 11 13,75
memasarkan produk
kami di banding
sebelum adanya wabah
COVID-19 Buruk 33 41,25
Biasa Saja 20 25

Baik 15 18,75
Sangat Baik 1 1,25
Total 100

Andi Irawan, dkk 27


Tabel 7. Lanjutan
Persentasi
No Persepsi Keterangan Jumlah
(%)
10 Tengkulak berkurang Sangat Buruk 6 7,5
membeli produksi Buruk 23 28,75
kami dibanding Biasa saja 34 42,5
sebelum adanya Baik 13 16,25
wabah COVID-19 Sangat Baik 3 3,75
Total
11 Kami kesulitan Sangat Buruk 4 5
menjual produk kami
Buruk 33 41,25
ke pasar
Biasa Saja 29 36,25
Baik 13 16,25
Sangat Baik 1 1,25
Total 100
Sumber: Olahan data primer, 2022.
Dari tabel 7 dapat terlihat persepsi pertama saat adanya
COVID – 19, tidak ada responden mengalami keuntungan, 75
responden mengalami kerugian, dan 5 responden tidak mengalami
kerugian maupun keuntungan. Menurut 75 responden yang
mengalami keugian adanya wabah COVID – 19 dikarenakan petani
susah untuk beraktifitas, saluran pemasaran terputus, dan harga jual
hasil usaha tani menurun saat adanya COVID – 19. Serta 5 responden
menjawab “tidak ada kerugian maupun keuntungan karena menurut

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


28 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
petani penurunan dan kenaikan yang terjadi sudah biasa di setiap
tahun”.
Persepsi kedua, 15 responden menjawab wabah COVID – 19
menaikan belanja rumah tangga, “menurut petani harga barang pokok
dan keperluan rumah tangga naik saat adanya COVID – 19”. Dan 65
responden menjawab adanya COVID – 19 tidak menaikan belanja
rumah tangga mereka “menurut petani saat adanya COVID – 19
memang menaikan harga barang pokok dan keperluan rumah tangga,
akan tetapi adanya COVID – 19 menyebabkan petani takut keluar
rumah dan berpergian kepasar untuk membeli kebutuhan bahan pokok
maka dari itu saat adanya COVID – 19 petani hanya menunggu
penjual sayur keliling yang sering berada di desa sekitar untuk
membeli bahan pokok “itu pun jika ada yang berjualan jika tidak ada
kami hanya memanfaatkan tanaman sayuran di sekitar untuk menjadi
lauk” ujar petani.
Persepsi ketiga, 19 responden menjawab dampak pandemi
terhadap usaha tani sangat buruk, 55 petani menjawab dampak
COVID – 19 terhadap usaha tani buruk, 6 responden menjawab
dampak COVID – 19 biasa saja, tidak ada responden yang menjawab
baik dan sangat baik. Menurut petani yang mengatakan bahwa usaha
tani mereka terdampak sangat buruk dan buruk dikarenakan harga jual
hasil usaha tani menurun, saluran pemasaran antar kota terganggu dan
petani susah untuk beraktifitas adanya wabah COVID – 19. Menurut
responden yang mengatakan dampak COVID – 19 biasa saja untuk

Andi Irawan, dkk 29


usaha taninya dikarenakan harga naik turunnya harga jual sudah biasa
di alami sebelum adanya COVID – 19.
Persepsi keempat, 14 responden menjawab dampak COVID –
19 sangat buruk pada pendapatan rumah tangga, 53 responden
menjawab COVID – 19 buruk pada pendapatan rumah tangga, 11
responden menjawab COVID – 19 biasa saja pada pendapatan rumah
tangga. Dua responden menjawab COV berdampak baik pada
pendapatan rumah tangga dan tidak ada responden menjawab COVID
- 19 berdampak sangat baik pada pendapatan rumah tangga. Menurut
67 responden yang menjawab dampak COVID – 19 sangat buruk dan
buruk pada pendapatan rumah tangga dikarenakan pendapatan hasil
usaha tani merupakan penunjang pokok kehidupan. Dan bagi 13
responden yang memilih biasa saja karena hasil usaha tani merupakan
hasil pendapatan sampingan yang menunjang pendapatan utama
mereka.
Persepsi kelima, 1 responden menjawab sangat buruk, 45
responden menjawab buruk, 29 responden menjawab biasa saja, 5
responden menjawab baik dan tidak ada responden menjawab sangat
baik untuk pernyataan “kami kesulitan mendapatkan tenaga kerja saat
adanya COVID – 19”. Menurut petani yang menjawab sangat buruk
dan buruk saat adanya COVID – 19 mereka tidak bisa mendapatkan
tenaga kerja dari luar sedangkan tenaga kerja dari dalam sangat minim
sehingga membuat proses panen atau pun menanam memakan waktu
yang cukup lama. Sedangkan untuk responden yang menjawab biasa

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


30 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
saja dan baik mereka tetap bisa mendapatkan tenaga kerja dari luar
saat adanya COVID – 19.
Persepsi keenam 1 responden menjawab sangat buruk, 8
responden menjawab buruk, 33 responden menjawab biasa saja, 36
responden menjawab baik, 2 responden menjawab sangat baik untuk
jawaban pertanyaan bahwa mendapatkan pupuk dan sarana produksi
pertanian saat adanya wabah COVID – 19 menjadi sulit. Menurut
petani yang menjawab sangat buruk dan buruk langkahnya pupuk dan
naiknya harga pupuk menjadi salah satu dampak yang ditimbulkan
semenjak adanya wabah COVID – 19. Sedangkan petani yang
menjawab biasa saja, baik dan sangat baik menurut mereka tidak ada
gangguan dari mendapatkan pupuk dan sarana prasarana pertanian
saat adanya COVID – 19.
Persepsi ketujuh, 1 responden menjawab sangat buruk, 5
responden menjawab buruk, 36 responden menjawab biasa saja, 34
responden menjawab baik dan tidak ada responden menjawab sangat
baik untuk mendapatkan tranportasi pengiriman produksi ke pasar saat
adanya COVID – 19. Menurut responden yang menjawab sangat
buruk dan buruk adanya COVID – 19 disebabkan petani takut akan
menjual hasil pertanian keluar desa dan kota dikarenakan adanya
COVID – 19. Dan menurut responden yang menjawab biasa saja dan
baik menurut mereka tidak ada gangguan transportasi pengiriman
produksi pertanian.

Andi Irawan, dkk 31


Persepsi kedelapan, 2 responden menjawab sangat buruk, 9
responden menjawab buruk, 33 responden menjawab biasa saja, 32
responden menjawab baik, 4 responden menjawab sangat baik untuk
menjawab pertanyaan kemudahan mendapatkan pinjaman dana segar
saat adanya COVID – 19. Menurut petani yang menjawab sangat
buruk dan buruk karena sangat sulit untuk mendapatkan pinjaman
terutama dari tengkulak dikarenakan tengkulak merupakan tempat
petani meminjam dana, dan pinjaman tersebut dikembalkan setelah
musim panen. Responden yang menjawab biasa saja, baik dan sangat
baik mereka sebagian tidak meminjam uang untuk mengolah usaha
tani mereka dan ada juga sebagian dari mereka yang masih seperti
sebelum pandemi masih bisa mendapatkan pinjaman.
Persepsi kesembilan, 11 responden menjawab sangat buruk, 33
responden menjawab buruk, 20 responden menjawab biasa saja, 15
responden menjawab baik dan 1 responden menjawab sangat baik
menjawab persepsi terkait untuk memasarkan produk hasil pertanian
saat adanya COVID – 19. Menurut responden yang menjawab sangat
buruk dan buruk karena saat COVID – 19 memasarkan produk hasil
pertanian sangat sulit dimana harga yang begitu murah dan petani
susah untuk keluar kota karena adanya COVID – 19. Dan responden
yang menjawab biasa saja, baik dan sangat baik menurut mereka
memasarkan produk mereka adanya COVID – 19 tidak menganggu
kegiatan pemasaran mereka.

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


32 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
Persepsi kesepuluh, 6 responden menjawab sangat buruk, 23
responden menjawab buruk, 34 petani menjawab biasa saja, 13
responden menjawab baik dan 3 sangat baik ketika diajukan
pertanyaan adanya COVID – 19 menyebabkan tengkulak berkurang
membeli produk petani.
Persepsi kesebelas, 4 responden menjawab sangat buruk, 33
responden menjawab buruk, 29 responden menjawab biasa saja, 13
responden menjawab baik dan 1 responden menjawab sangat baik
untuk jawaban atas pernyataan kesulitan menjual produk pertanian
mereka ke pasar saat adanya COVID – 19. Menurut petani yang
menjawab buruk dan sangat buruk dimana petani kesulitan
memasarkan produk hasil pertanian saat adanya wabah COVID–19
dikarenakan tengkulak berkurang untuk membeli produk hasil
pertanian, petani tidak mau ambil resiko untuk pergi keluar kota atau
pun desa karena akan adanya COVID – 19. Sedangkan responden
yang menjawab biasa saja, baik dan sangat baik menurut mereka
memasarkan hasil produk pertanian berjalan seperti biasa saat adanya
COVID – 19.

Andi Irawan, dkk 33


3.6. Pendapatan Rumah Tangga Petani Sebelum dan Saat
COVID-19
Dampak pandemi COVID – 19 terhadap pendapatan rumah
tangga petani dapat diketahui dari hasil hasil uji beda pendapatan
usahatani pada sebelum dan saat COVID-19 menunjukkan hasil
Thitung = 8,9 dan Ttabel = 1,66488, angka Thitung yang lebih besar
dari T tabel menunjukkan terima hipotesis alternatif yakni ada
perbedaan pendapatan saat COVID-19 dan sebelumnya atau tolak
hipotesis nol bahwa tidak ada perbedaan pendapatan antara saat
COVID-19 dan sebelumnya.

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


34 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
BAB IV
DAMPAK COVID TERHADAP EKONOMI
RUMAHTANGGA PETANI MUKOMUKO

4.1. Pengetahuan Petani Tentang COVID-19


Langkah WHO yang menyatakan wabah COVID-19 sebagai
pandemi tentu mempengaruhi pembentukan kebijakan pemerintah di
seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sebagai negara yang juga terkena
wabah COVID-19, pemerintah Indonesia mengeluarkan berbagai
kebijakan untuk menekan penyebaran wabah tersebut. Langkah yang
diambil pemerintah Indonesia juga sejalan dengan arahan dan
imbauan WHO antara lain sosialisasi kewajiban cuci tangan, pakai
masker dan hindari menyentuh wajah sebagai langkah pencegahan
penyebaran COVID-19 di masyarakat. Selain itu, pemerintah
Indonesia juga telah mencanangkan himbauan untuk tidak melakukan
pertemuan atau berkerumunnya masyarakat dan menerapkan
kebijakan working from home (bekerja dari rumah) yang merupakan
bentuk tindakan physical distancing. Istilah physical distancing
diciptakan oleh WHO. Istilah ini mengacu pada aktivitas menghindari
kontak fisik atau interaksi antar individu yang dicapai dengan tidak
bertemu orang lain atau isolasi di rumah.
Merujuk pada perilaku antisipasi pandemi sebagaimana yang
disampaikan WHO tersebut maka bisa dinyatakan bahwa sebagian

Andi Irawan, dkk 35


besar petani sudah mengetahui apa itu physical distancing/ jaga jarak
secara umum akan tetapi pada pelaksanaanya masyarakat masih
banyak yang belum bisa melakukan kebijakan tersebut. Hal tersebut
sejalan dengan fakta yang ditemui di lapangan dimana masyarakat
masih banyak yang tidak menggunakan masker dan tidak melakukan
anjuran untuk physical distancing sehingga untuk pengetahuan
tentang physical distancing sebagian besar petani sudah
mengetahuinya tetapi tidak melaksanakannya.

4.2. Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Sebelum dan saat


COVID-19
Penerimaan suatu usahatani adalah hasil kali harga output dikali
dengan jumlah output yang dihasilkan. Sedangkan pendapatan adalah
penerimaan usahatani tersebut dikurangi dengan total biaya usahatani.
Dari data primer yang diperoleh dari melakukan wawancara dengan
responden didapat untuk harga jual memiliki perbedaan antara
sebelum dan sewaktu adanya COVID-19. Harga jual ketiga komoditi
yang diusahakan para petani menurun pada saat pandemi. Harga
kelapa sawit per kilogramnya adalah Rp. 1.300,- menjadi Rp. 1.000,-
/kilogramnya, begitupun dengan harga komoditi karet yang harga per
kilogramnya adalah Rp. 8.000,- turun menjadi Rp. 7.500,-
/kilogramnya dan harga jual komoditi padi juga menurun yang dengan
harga per kilogramnya adalah Rp. 5.000,- hingga menjadi Rp. 4.000,-
/kilogramnya pada saat pandemi.

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


36 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
Produksi usahatani di Kabupaten Mukomuko cenderung
menurun karena adanya kebijakan pemerintah terkait COVID-19 ini
yang sedikit banyak berpengaruh kepada aktifitas petani seperti
membuat petani segan untuk berkerumun sehingga pemeliharaan
usahatani pun sedikit terabaikan. Tabel 8 menunjukkan rata–rata
penerimaan per musim usahatani komoditi kelapa sawit, karet dan
padi di Kabupaten Mukomuko pada sebelum dan dimasa adanya
COVID-19 :
Tabel 8 Rata – Rata Penerimaan per musim Usahatani Komoditi
Kelapa Sawit, Karet dan Padi di Kabupaten Mukomuko pada
Sebelum dan pasa Masa adanya COVID-19.
Komoditi Penerimaan Sebelum Penerimaan adanya
COVID-19 COVID-19
Kelapa sawit Rp. 4.299.479,- Rp. 3.202.569,-
Karet Rp. 4.376.000,- Rp. 4.087.500,-
Padi Rp. 30.056.250,- Rp. 23.374.687,-
Sumber: Olahan data primer, 2022
Dari tabel 8 dapat diketahui bahwa penerimaan usahatani padi
memiliki jumlah penerimaan terbanyak dibandingkan komoditi karet
dan komoditi kelapa sawit. Hal itu dikarenakan satu musim atau satu
kali panen padi memiliki jangka waktu yang lama yaitu 4 bulan sekali
sehingga wajar apabila komoditi padi memiliki penerimaan yang
paling besar. Penerimaan yang paling kecil dimiliki oleh komoditi
kelapa sawit dikarenakan harga jual dari komoditi karet pun lebih
rendah dibanding harga jual komoditi kelapa sawit dengan lama waktu

Andi Irawan, dkk 37


pemanenan yang sama. Tabel 8 juga menunjukkan semua usahatani
mengalami penurunan penerimaan saat terjadi pandemi yakni kelapa
sawit turun penerimaannya saat COVID-19 sebesar 25,51 persen,
penerimaan karet turun 6,59 persen dan penerimaan padi turun saat
pandemi sebesar 22,33 persen.
Dampak COVID-19 tidak hanya berdampak mengubah
kebiasaan sosial dari masyarakat seperti contohnya dengan adanya
physical distancing, tetapi juga mengubah kondisi ekonomi dari
masyarakat tersebut seperti penurunan hasil penerimaan dari usahatani
yang sedang dikerjakan oleh petani tersebut. Dengan adanya
penurunan penerimaan maka kondisi ini berdampak pada
menurunnya juga pendapatan yang diterima oleh petani. Penurunan
jumlah pendapatan rumahtangga kemudian akan mempengaruhi
petani dalam pembiayaan usahatani selanjutnya. Berikut adalah tabel
rata – rata pendapatan per bulan usahatani komoditi kelapa sawit, karet
dan padi di Kabupaten Mukomuko pada sebelum dan dimasa adanya
COVID-19 :

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


38 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
Tabel 9. Rata – rata pendapatan per bulan dan per musim usahatani
kelapa sawit, karet dan padi di Kabupaten Mukomuko pada sebelum
dan pada masa adanya COVID-19.
Sebelum adanya COVID-19 Masa adanya COVID-19
Komoditi per Musim per Bulan per Musim per Bulan
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Kelapa 3.812.500 7.625.000 3.104.861 6.209.722
Sawit
Karet 3.650.000 7.300.000 3.060.000 6.120.000
Padi 23.250.000 5.812.500 18.675.000 4.668.750
Sumber: olahan data primer, 2022.
Dari tabel 9 maka dapat ditunjukkan adanya perbedaan hasil
pendapatan dari per musim menjadi per bulan komoditi perkebunan
(kelapa sawit dan karet) dan komoditi tanaman pangan (padi). Hal ini
dipengaruhi oleh masa panen kelapa sawit dan karet dilakukan per 2
minggu sehingga dalam satu bulan diperolah 2 kali pemanenan.
Sedangkan apabila tanaman padi dipanen dalam jangka waktu 4 bulan
sekali sehingga untuk mendapatkan pendapatan per bulannya dapat
dibagi dengan 4.
Untuk pendapatan terbanyak untuk ketiga komoditi ini secara
per musim panennya tentu saja padi menyumbangkan pendapatan
terbanyak dengan Rp. 23.250.000 sebelum COVID-19 menjadi
Rp.18.675.000 pada masa adanya COVID-19 dan komoditi karet
merupakan pendapatan yang paling kecil per musim panennya yaitu
dengan Rp.3.650.000 pada sebelum COVID-19 menjadi Rp.3.060.000

Andi Irawan, dkk 39


pada masa adanya COVID-19. Akan tetapi apabila dilihat secara per
bulannya, komoditi kelapa sawit memiliki pendapatan terbanyak
dengan Rp.7.625.000 pada sebelum adanya COVID-19 menjadi
Rp.6.209.722 pada masa adanya COVID-19. Komoditi padi
memberikan pendapatan yang paling kecil per bulannya yakni
Rp.5.812.500 pada sebelum adanya COVID-19 menjadi Rp.4.668.750
pada masa adanya COVID-19.
Tabel 9 juga menunjukkan semua usahatani mengalami
penurunan pendapatan saat terjadi pandemi yakni pendapatan
usahatani kelapa sawit turun saat COVID-19 sebesar 18,56 persen,
pendapatan karet turun 16,16 persen dan penerimaan padi turun saat
pandemi sebesar 19,67 persen.

4.3. Pengeluaran Rumahtangga Sebelum dan Saat COVID-19


Pengeluaran rumah tangga terdiri dari pengeluaran pangan dan
non pangan. Pengeluaran rumah tangga untuk pangan pada umumnya
lebih kecil apabila dibandingkan dengan pengeluaran rumah tangga
untuk non pangan seperti pembelian handphone dan lain sebagainya.
Berikut adalah rata – rata jumlah total pengeleluaran dan rata – rata
pengeluarandari setiap responden pada sebelum adanya COVID-19
dan pada masa adanya COVID-19:
Tabel 10. Rata -rata pengeluaran dari setiap responden sebelum dan
saat COVID-19

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


40 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
Keterangan Sebelum adanya Masa Adanya
COVID-19 (Rp) COVID-19 (Rp)
Total pengeluaran 6.263.888 5.052.500
Rata – rata pengeluaran
tiap responden 1.252.777 1.010.500
Sumber: olahan data primer, 2022.
Dari Tabel 10 diketahui bahwa total pengeluaran untuk rumah
tangga petani pada sebelum dan saat COVID-19 ini mengalami
penurunan pengeluarannya. Hal ini dikarenakan oleh menurunnya
pendapatan sehingga pelaku rumah tangga mensiasati untuk
mengurangi pengeluarannya agar tidak terjadi minus defisit untuk
keuangan rumah tangga petani tersebut. Pengurangan pengeluaran
rumah tangga petani ini dilakukan dengan banyak cara seperti dengan
mengurangi pengeluaran pangan atau dengan mengurangi
pengeluaran non pangan dalam hal ini adalah untuk biaya kesehatan,
pendidikan, pakaian ataupun untuk perumahan (termasuk perbaikan,
kredit rumah, semua pengeluaran untuk pengadaan dan perbaikan
rumah). Dibawah ini merupakan tabel rata – rata pengeluaran pangan
dan non pangan pada sebelum adanya COVID-19 dan pada masa
adanya COVID-19 (Tabel 11) :

Andi Irawan, dkk 41


Tabel 11. Rata – rata pengeluaran pangan dan non pangan pada
sebelum adanya COVID-19 dan pada masa adanya COVID-19.
Rata – rata pengeluaran Sebelum adanya Masa Adanya
responden COVID-19 (Rp) COVID-19 (Rp)
Pangan 1.672.222 1.305.555
(27,86%) (27,52%)
Nonpangan 4.591.666 3.746.944
(72,14%) (72,48%)
Sumber: Olahan data primer, 2022.
Dari hasil pengolahan data yang diperoleh dari hasil
wawancara dengan respoenden dapat dilihat bahwa untuk pengeluaran
non pangan lebih banyak dibandingkan dengan pengeluaran pangan
yang diperoleh persentase pengeluaran pangan pada masa sebelum
adanya COVID-19 yaitu 27,86% dan untuk pengeluaran nonpangan
pada masa sebelum adanya COVID-19 yaitu 72,14%. Sedangkan pada
masa adanya COVID-19, persentase pengeluaran pangan yaitu
27,52% dan untuk pengeluaran nonpangan yaitu 72,48%.
Hal ini dikarenakan karena rumah tangga petani di Kabupaten
Mukomuko mayoritas masih memanfaatkan pekarangan untuk
menanam sayuran dan lain – lain sehingga sedikit membantu untuk
mengurangi pengeluaran pangan bagi petani tersebut. Dengan adanya
pandemi COVID-19, dampak yang ditimbulkan adalah penurunan
pendapatan, dengan adanya penurunan pendapatan tersebut
masyarakat Kabupaten Mukomuko mensiasatinya dengan melakukan

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


42 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
mengurangi pengeluaran untuk pengeluaran pangan dan pengeluaran
nonpangan sehingga tidak terjadi defisit keuangan pada rumah tangga.

4.4. Persepsi Petani Terhadap Dampak COVID-19


Berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil wawancara
dengan responden maka didapatkan bahwa dengan adanya pandemi
COVID-19 maka para petani merasa dirugikan dikarenakan adanya
penurunan produktifitas diakibatkan kurangnya pemeliharaan
usahatani akibat adanya kebijakan – kebijakan terkait dengan COVID-
19 tersebut. Selanjutnya untuk kerugian lainnya yang dirasakan oleh
petani adalah menurunnya harga jual dari komoditi yang mereka
tanam sehingga penerimaan usahatani mereka menurun yang nanti
akan mengakibatkan penurunan pendapatan dari usahatani tersebut.
Selain itu juga adanya keluhan mengenai sulitnya mendapatkan
pupuk.
Berdasarkan data yang telah diperoleh dan telah diolah maka
untuk dampak COVID-19 bagi usahatani memiliki total skor yaitu 148
yang kemudian dibagi dengan seluruh jumlah responden yaitu 90 dan
hasilnya adalah 1,6 yang dapat dibulatkan menjadi 2. Angka skor
skala likert nya yaitu 1 untuk sangat buruk, 2 (buruk), 3 (biasa-biasa
saja, 4 (baik) dan 5 untuk sangat baik. Dengan demikian dampak
COVID -19 bagi usahatani itu sendiri adalah buruk sehingga sesuai
dengan yang telah dibahas sebelumnya maka pandemi COVID-19 ini
merugikan usahatani petani di Kabupaten Mukomuko.

Andi Irawan, dkk 43


Selanjutnya, berdasarkan data primer hasil dari wawancara
adalah dampak COVID-19 bagi pendapatan rumah tangga memiliki
total skor yaitu 126 yang kemudian dibagi dengan seluruh jumlah
responden yaitu 90 dan hasilnya adalah 1,4 yang dapat dibulatkan
menjadi 1 yang berarti untuk dampak COVID -19 bagi pendapatan
usahatani adalah sangat buruk.
Lalu, untuk hal kesulitan dalam mendapatkan tenaga kerja luar
keluarga memiliki skor yaitu 209 yang kemudian dibagi dengan
seluruh jumlah responden yaitu 90 dan hasilnya adalah 2,3 yang dapat
dibulatkan menjadi 2 yang berarti untuk dampak COVID-19 dalam hal
kesulitan dalam mendapatkan tenaga kerja luar keluarga ini
menunjukkan adanya kesulitan dalam mendapatkan tenaga kerja luar
keluarga dikarenakan adanya kebijakan dirumah saja untuk
menghindari menyebarnya COVID-19.
Selanjutnya, dalam hal kesulitan dalam mendapatkan pupuk
dan sarana produksi pertanian memiliki skor yaitu 154 yang kemudian
dibagi dengan seluruh jumlah responden yaitu 90 dan hasilnya adalah
1,7 yang dapat dibulatkan menjadi 2 yang berarti untuk dampak Covid
-19 dalam hal kesulitan dalam mendapatkan pupuk dan sarana
produksi pertanian menunjukkan bahwa adanya kesulitan untuk
mendapatkan pupuk akbat keberadaan COVID-19. Dampaknya ketika
ingin mendapatkan pupuk para petani harus membayar dengan harga
yang lebih mahal dan ini berkonsekuensi meningkatkan biaya
produksi usahatani mereka.

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


44 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
Kemudian, persepsi terkait apakah terjadi gangguan dalam
transportasi pengiriman produksi petani ke pasar memiliki skor likert
354 yang kemudian dibagi dengan seluruh jumlah responden yaitu 90
dan hasilnya adalah 3,9 yang dapat dibulatkan menjadi 4 sehingga
untuk dampak COVID -19 dalam hal terjadinya gangguan dalam
transportasi pengiriman produksi petani ke pasar menunjukkan bahwa
tidak adanya gangguan transportasi pengiriman dari produsen ke pasar
sehingga tidak ada dampak COVID-19 yang berarti bagi transportasi
pengiriman produk.
Lalu, dalam hal kesulitan mendapatkan pinjaman dana segar
memiliki skor likert yaitu 224 yang kemudian dibagi dengan seluruh
jumlah responden yaitu 90 dan hasilnya adalah 2,4 yang dapat
dibulatkan menjadi 2. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
adanya kesulitan dalam mendapatkan dana segar. Hal ini bisa terjadi
karena pendapatan usahatani pun menurun sehingga pihak pemberi
modal atau pinjaman ragu untuk memberikan pinjaman kepada petani
tersebut.
Selanjutnya, untuk hal adanya kesulitan dalam memasarkan
produk memiliki skor likert 355 yang kemudian dibagi dengan seluruh
jumlah responden yaitu 90 dan hasilnya adalah 3,9 yang dapat
dibulatkan menjadi 4. Angka 4 ini menunjukkan bahwa tidak adanya
kesulitan dalam memasarkan produk dikarenakan untuk hasil dari
usahatani tersebut setelah melakukan pemanenan langsung dijual
kepada tengkulak.

Andi Irawan, dkk 45


Lalu, apakah jumlah tengkulak yang membeli hasil usahatani
berkurang dan jawabannya itu pada hal ini memiliki skor likert yaitu
376 yang kemudian dibagi dengan seluruh jumlah responden yaitu 90
dan hasilnya adalah 4,1 yang dapat dibulatkan menjadi 4, yang berarti
COVID-19 tidak menyebabkan tegkulak mengurangi pembelian hasil
usahatani petani di Kabupaten Mukomuko.
Terakhir, dalam hal kesulitan dalam menjual hasil usahatani
tersebut ke pasar mendapatkan skor yaitu 366 yang kemudian dibagi
dengan seluruh jumlah responden yaitu 90 dan hasilnya adalah 4,06
yang dapat dibulatkan menjadi 4. Dengan demikian dampak COVID-
19 menimbulkan kesulitan dalam menjual hasil usahatani tersebut ke
pasar tidak terjadi dikarenakan seperti yang sudah dijelaskan diatas
bahwa hasil usahatani itu setelah melakukan pemanenan akan
langsung diangkut oleh tengkulak sehingga untuk resiko kesulitan
penjualan sudah tidak ditanggung oleh para petani tersebut.

4.5. Pendapatan Diluar Usahatani Saat COVID-19


Sebagian besar petani Kabupaten Mukomuko menggantungkan
hidupnya pada hasil usahatani mereka tanpa memiliki pendapatan lain
yang menjadi antisipasi apabila usahatani tersebut produktifitasnya
menurun atau harga jual dari hasil usahatani tersebut turun. Dampak
COVID-19 ini mengakibatkan kedua resiko tersebut terjadi sehingga
apabila tidak ada penghematan atau pengurangan jumlah pengeluaran

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


46 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
rumah tangga maka akan menjadi defisit keuangan rumah tangga
petani.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan
responden, maka didapatkan hanya ada 11 istri petani yang memiliki
pendapatan lain dengan 3 macam profesi yaitu buruh, pedagang dan
pembantu rumah tangga. Ketiga pendapatan lain tersebut bisa
membantu keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari – hari dan
untuk menutupi pengeluaran yang tidak terduga atau pengeluaran
yang bertambah. Pendapatan lain dari 11 istri petani tersebut
bervariasi, malai dari Rp. 400.000,- , Rp. 600.000,- , Rp. 640.000,- ,
Rp. 800.000,- , sampai dengan Rp. 1.000.000,- per bulan.
Dalam melaksanakan kebijakan pemerintah untuk dirumah
saja atau physical distancing, dari 90 sampel yang telah diwawancarai
diperoleh hasil bahwa sebagian besar mengharapkan adanya bantuan
dari pemerintah yang nilainya bervariasi, dari mulai Rp.15.000,-/hari
sampai dengan Rp. 30.000,-/hari dengan alasan yang dikemukakan
adalah untuk membantu kebutuhan sehari – hari, modal untuk
berbisnis sehingga dapat mendapatkan pendapatan lain selain
usahatani tersebut. Ada juga petani yang menyatakan tidak
mengharapkan bantuan sosial tetapi hanya mengharapkan pemerintah
untuk menstabilkan harga jual hasil usahatani mereka.

Andi Irawan, dkk 47


BAB V
DAMPAK COVID TERHADAP EKONOMI
RUMAHTANGGA PETANI KAUR

5.1. Penerimaan Usahatani Sebelum dan Saat COVID-19


Penerimaan suatu usahatani adalah hasil kali harga output dikali
dengan jumlah output yang dihasilkan. Penerimaan usahatani
Kabupaten Kaur dihitung dalam pendapatan permusim dengan rumus
yang dijelaskan diatas selanjutnya langsung di analis sesuai komoditi
yang diusahakan para responden yaitu sawit, karet dan padi. Data rata-
rata penerimaan permusim usahatani Kabupaten Kaur dapat dilihat di
Tabel 12.
Tabel 12. Rata-rata Penerimaan per Musim Usahatani Komoditi
Kelapa Sawit, Karet dan Padi di Kabupaten Kaur Sebelum dan Saat
Pandemi COVID-19
Penerimana Per Musim Penerimaan Per Musim
Utama Sampingan
Sebelum Adanya Adanya Sebelum Adanya Adanya
No. Komoditi
COVID COVID COVID COVID
1. Sawit 3.142.333 2.572.833 - -
2. Karet 762.633 1.112.500 240.000 240.000
3. Padi 4.333.333 4.338.333 2.135.000 2.115.000

Sumber: Diolah dari data primer, 2022

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


48 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
Penerimaan usahatani utama komoditi padi memiliki jumlah
penerimaan terbanyak sebelum adanya COVID-19 ataupun saat
adanya COVID-19 dibandingkan komoditi karet dan komoditi kelapa
sawit. Hal itu dikarenakan satu musim atau satu kali panen padi
memiliki jangka waktu yang lama yaitu 4 bulan sekali sehingga wajar
apabila komoditi padi memiliki penerimaan yang paling besar. Untuk
komoditi sawit lebih besar penerimaannya dibandingkan karet.
Sementara penerimaan usahatani utama yang paling kecil dimiliki
oleh komoditi karet. Sedangkan untuk penerimaan usahatani
sampingan memang tidak sebesar pendapatan utama karena memang
hanya menambah kebutuhan sehari-hari. Hanya 11 orang dari 90
responden yang memiliki peneriman usahatani sampingan.
Hasil analisis uji beda untuk penerimaan usahatani utama sawit
didapatkan Thitung sebesar 5,22 dan Ttabel sebesar 2,04 berarti
Thitung > Ttabel sehingga H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti
terdapat perbedaan penerimaan usahatani utama sawit pada sebelum
adanya COVID-19 dan pada masa adanya COVID-19, dimana
penerimaan petani lebih rendah saat adanya COVID-19 (Rp
2.572.833) dibanding saat sebelum adanya COVID-19 (Rp
3.142.333). Dengan ini, dapat disimpulkan saat adanya COVID-19
menurunkan penerimaan usahatani utama sawit di Kabupaten Kaur.
Hasil analisis uji beda untuk penerimaan usahatani utama karet
Thitung sebesar -9,00 dan Ttabel 2,04 berarti Thitung > Ttabel (dalam
angka mutlak) sehingga H0 tolak dan H1 diterima yang berarti

Andi Irawan, dkk 49


terdapat perbedaan penerimaan usahatani utama karet sebelum adanya
COVID-19 dan adanya COVID-19, dimana penerimaan petani lebih
meningkat saat adanya COVID-19 (Rp 1.112.500) dibandingkan saat
sebelum COVID-19 (Rp 762.633). Dengan ini, dapat disimpulkan saat
adanya COVID-19 meningkatkan penerimaan usahatani utama karet
di Kabupaten Kaur.
Hasil analisis uji beda untuk penerimaan usahatani utama padi
Thitung sebesar -0,08 dan Ttabel 2,04 berarti Thitung < Ttabel
sehingga H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti tidak terdapat
perbedaan penerimaan usahatani utama padi sebelum adanya COVID-
19 dan adanya COVID-19 di Kabupaten Kaur. Dengan ini, dapat
disimpulkan saat adanya COVID-19 tidak meningkatkan ataupun
menurunkan penerimaan usahatani utama padi di Kabupaten Kaur.
Hasil analisis uji beda didapatkan penerimaan usahatani utama
sawit mengalami penurunan saat adanya COVID-19 dikarenakan dari
harga sawit mengalami penurunan yang pastinya akan membuat
penerimaan usahatani utama sawit ikut mengalami penurunan.
Sementara untuk penerimaan usahatani utama karet mengalami
peningkatan saat adanya COVID-19 dikarnakan harga karet naik saat
adanya COVID-19. Terakhir untuk peneriman usahatani utama padi
tidak mengalami kenaikan ataupun penurunan karena harga tidak
mengalami kenaikan ataupun penurunan. Tabel rata – rata pendapatan
per bulan usahatani komoditi kelapa sawit, karet dan padi di

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


50 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
Kabupaten Kaur pada sebelum adanya COVID-19 dan dimasa adanya
COVID-19 dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Rata-rata Pendapatan per Bulan dan per Musim Usahatani
Kelapa Sawit, Karet dan Padi di Kabupaten Kaur Sebelum dan Saat
Wabah COVID-19
Pendapatan Usahatani Utama Pendapatan Usahatani Sampingan

Sebelum Adanya Sebelum Adanya


Adanya COVID Adanya COVID
COVID COVID

Per Per Per


Komoditi Per Bulan Per Musim Per Bulan Per Musim Per Bulan
Musim Musim Bulan
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp)

Sawit 3.142.333 6.284.667 2.572.833 5.107.000 - - - -

Karet 762.633 3.050.000 1.112.500 4.410.000 240.000 960.000 240.000 960.000

Padi 4.333.333 1.083.333 4.338.333 1.088.750 2.135.000 533.750 2.115.000 528.750

Sumber: olahan data primer, 2022.


Tabel 13 menjelaskan bahwa adanya perbedaan hasil
pendapatan dari per musim menjadi per bulan komoditi perkebunan
(kelapa sawit dan karet) dan komoditi tanaman pangan (padi). Hal ini
dipengaruhi oleh masa panen kelapa sawit per 2 minggu sehingga
dalam satu bulan diperolah 2 kali pemanenan hasilnya, sedangkan
untuk karet itu satu minggu satu kali sehingga sebulan 4 kali bisa
mendaptakan hasil produksi. Sementara tanaman padi dipanen dalam
jangka waktu 4 bulan sekali sehingga untuk mendapatkan pendapatan
per bulannya dapat dibagi dengan 4.

Andi Irawan, dkk 51


5.2. Produksi Usahatani Sebelum dan Saat COVID-19
Hasil produksi usahatani utama petani responden di Kabupaten
Kaur terdiri dari komoditi kelapa sawit, karet dan padi. Dari total 90
responden terdapat 30 responden petani komoditi sawit, 30 responden
petani karet dan 30 responden petani padi di Kabupaten Kaur. Dari 90
responden itu 11 orang responden yang mempunyai usahatani
sampingan (Tabel 14).
Tabel 14. Besar produksi kelapa sawit, karet dan padi rumahtangga
petani sebelum dan saat wabah COVID-19.
Produksi Utama Produksi Sampingan
Produksi Produksi Produksi Produksi
Komoditi Sebelum saat Sebelum saat
COVID COVID COVID COVID
(Kg) (Kg) (Kg) (Kg)
Sawit 47.350 46.550 - -
Karet 3.610 3.605 40 40
Padi 15.600 15.700 2.350 2.350
Sumber: Olahan data primer, 2022
Hasil produksi usahatani utama sawit tidak mengalami
penurunan ataupun peningkatan yang signifikan sebelum adanya
COVID-19 dan adanya COVID-19 dikarenakan petani tetap merawat
usahatani walaupun dalam keadaan pandemi COVID-19. Untuk hasil
analisis uji beda hasil produksi utama usahatani sawit didapatakan
Thitung sebesar 0,77 dan Ttabel sebesar 2,04 berarti Thitung < Ttabel

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


52 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
sehingga H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti tidak terdapat
perbedaan hasil produksi sawit sebelum adanya COVID-19 dan saat
adanya COVID-19 di Kabupaten Kaur. Dengan ini, dapat disimpulkan
COVID-19 tidak meningkatkan ataupun menurunkan hasil produksi
usahatani utama sawit di Kabupaten Kaur.
Hasil produksi utama usahatani karet tidak mengalami
penurunan ataupun peningkatan yang signifikan dikarenakan
walaupun dalam keadaan pandemi COVID-19 petani masih tetap
merawat usahatani karet. Hasil analisis uji beda hasil produksi
usahatani utama karet didapatkan Thitung sebesar 1 dan Ttabel 2,04
berarti Thitung < Ttabel sehingga H0 diterima dan H1 ditolak yang
berarti tidak terdapat perbedaan signifikan hasil produksi usahatani
utama karet sebelum adanya COVID-19 dan saat adanya COVID-19
di Kabupaten Kaur. Dengan ini, dapat disimpulkan COVID-19 tidak
meningkatkan ataupun menurunkan hasil produksi usahatani utama
karet di Kabupaten Kaur.
Hasil produksi usahatani utama padi tidak mengalami
peningkatan ataupun penurunan saat sebelum adanya COVID-19 dan
saat adanya COVID-19 dikarnakan memang petani tetap merawat
usahatani padi seperti biasanya. Hasil analisis uji beda hasil produksi
usahatani padi didapatkan Thitung sebesar -0,57 dan Ttabel 2,04
berarti Thitung < Ttabel (dalam angka mutlak) sehingga H0 diterima
dan H1 ditolak yang berarti tidak terdapat perbedaan hasil produksi
usahatani padi sebelum adanya COVID-19 dan saat adanya COVID-

Andi Irawan, dkk 53


19 di Kabupaten Kaur. Dengan ini, dapat disimpulkan COVID-19
tidak meningkatkan ataupun menurunkan hasil produksi usahatani
utama padi di Kabupaten Kaur.
Penjelasan dan analisis hasil produksi usahatani utama sawit,
karet dan padi ketiga komoditi itu tidak mengalami penurunan ataupun
peningkatan yang signifikan dikarnakan 90 responden petani tetap
melakukan perawatan terhadap usahatani seperti biasanya walaupun
dalam keadaan pandemi COVID-19, cuma secara umum petani sedikit
terkendala dalam mendapatkan pupuk saat adanya pandemi COVID-
19.

5.3. Harga Komoditi Pertanian Sebelum dan Saat COVID-19


Menurut Munfaridah (2007) harga jual adalah besarnya harga
yang diterima oleh petani dari pembeli atau tengkulak untuk manfaat
memiliki atau menggunakan produk tersebut yang dinyatakan dalam
satuan rupiah (Rp). Harga bisa berubah-ubah akibat pengaruh faktor
eksternal usahatani yang dalam hal ini faktor eksternal tersebut adalah
pandemi. Komparasi data mengenai harga setiap komoditi pada
sebelum dan pada saat adanya COVID-19 dapat dilihat pada Tabel 15.
Rata-rata harga komoditi utama sawit mengalami penurunan
saat adanya COVID-19 di Kabupaten Kaur. Untuk hasil analisis uji
beda didapat Thitung 18,45 dan Ttabel 2,04 sehingga Thitung > Ttabel
berarti H0 ditolak H1 diterima yang berarti terdapat perbedaan harga
komoditi sawit sebelum dan saat adanya COVID-19, dimana harga

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


54 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
komoditi sawit terjadi penurunan saat adanya COVID-19 (Rp 1.657)
dibandingkan saat sebelum adanya COVID-19 (Rp 1.993). Dengan
ini, dapat disimpulkan saat adanya COVID-19 menurunkan harga
sawit di Kabupaten Kaur.
Tabel 15. Harga Rata-Rata Kelapa Sawit, Karet dan Padi yang
diterima Usahatani Sebelum dan Saat Wabah COVID-19
Harga Komoditi Utama Harga Komoditi
Sampingan
Komoditi Harga Harga Harga Harga
Sebelum Adanya Sebelum Adanya
COVID COVID COVID COVID
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Sawit 1.993 1.657 - -
Karet 6.367 9.217 6.000 9.000
Padi 9.033 8.967 9.100 9.000
Sumber: Olahan data primer, 2022.
Rata-rata harga komoditi karet mengalami peningkatan saat
adanya COVID-19 di Kabupaten Kaur. Untuk hasil analisis uji beda
didapat Thitung sebesar -30,54 dan Ttabel 2,04 sehingga Thitung >
Ttabel (dalam angka mutlak) berarti tolak H0 terima H1 yang artinya
terdapat perbedaan harga komoditi karet sebelum adanya COVID-19
dan saat adanya COVID-19, dimana harga karet terjadi peningkatan
saat adanya COVID-19 (Rp 9.217) dibandingkan saat sebelum adanya

Andi Irawan, dkk 55


COVID-19 (Rp 6.367). Dengan ini, dapat disimpulkan COVID-19
meningkatkan harga karet di Kabupaten Kaur.
Rata-rata harga komoditi padi relatif normal. Untuk hasil
analisis uji beda didapat Thitung 1,43 dan Tabel 2,04 sehingga
Thitung < Ttabel berarti terima H0 tolak H1 yang artinya tidak
terdapat perbedaan harga komoditi padi sebelum adanya COVID-19
dan adanya COVID-19 di Kabupaten Kaur. Dengan ini, dapat
disimpulkan COVID-19 tiadak meningkatkan ataupun menurunkan
harga padi di Kabupaten Kaur.
Disimpulkan kalau ada berberapa komoditi utama yang dikelola
petani terkena dampak saat adanya COVID-19 yaitu penurunan harga
untuk komoditi sawit, untuk harga padi tergolong tidak terjadi
perubahan saat COVID-19 dan untuk karet mengalami peningkatan
harga saat adanya COVID-19.

5.4. Pengeluaran Rumah Tangga Petani Sebelum dan Saat


COVID-19
Jumlah total pengeluaran rumah tangga petani, rata-rata
pengeluaran pangan dan pengeluaran nonpangan pada sebelum
adanya COVID-19 dan pada masa adanya COVID-19 dapat dilihat
pada Tabel 16.
Pengeluaran rumahtangga petani terdiri atas pengeluaran
pangan dan nonpangan. Pengeluaran pangan terdiri dari pengeluaran
yang diperlukan untuk keperluan pangan saja, sedangkan untuk

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


56 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
pengeluaran non pangan terdiri dari pengeluaran untuk keperluan
kesehatan, keperluan pendidikan, keperluan pakaian dan keperluan
perumahan. Pengeluaran rumah tangga untuk pangan pada umumnya
lebih kecil apabila dibandingkan dengan pengeluaran rumah tangga
untuk non pangan.
Tabel 16. Jumlah Total Pengeluaran Rumah Tangga Petani, Rata-
Rata Pengeluaran Pangan dan Nonpangan pada Sebelum dan pada
Masa Adanya COVID-19 di Kabupaten Kaur.
Sebelum adanya
Keterangan Adanya COVID
COVID
Jumlah pengeluaran 136.300.000 134.800.000
pangan
Jumlah pengeluaran 133.710.000 148.050.050
nonpangan
Rata-rata Pengeluaran 1.514.444 1.497.778
pangan
Rata-rata Pengeluaran 1.485.667 1.645.001
nonpangan
Sumber: Olahan data primer, 2022
Hasil analisisis uji beda pengeluaran rumah tangga dalam hal
pangan sebelum adanya COVID-19 dan adanya COVID-19
mendapatkan Thitung sebesar 0,16 dan TTabel 1,98 sehingga Thitung
< Ttabel yang berarti H0 diterima dan tolak H1 yang berarti tidak
terdapat perbedaan pengeluaran pangan sebelum adanya COVID-19
dan pada masa adanya COVID-19 di Kabupaten Kaur. Dengan ini,

Andi Irawan, dkk 57


dapat disimpulkan saat adanya COVID-19 tidak meningkatkan
ataupun menurunkan pengeluaran rumah tangga untuk pangan di
Kabupaten Kaur.
Hasil analisis Uji beda pengeluaran rumah tangga nonpangan
dalam hal kesehatan dan obat sebelum adanya COVID-19 dan adanya
COVID-19 menghasilkan Thitung sebesar -4,68 dan Ttabel sebesar
1,98. Dengan demikian Thitung > Ttabel (dalam angka mutlak) yang
berarti H0 dtolak dan H1 diterima yang berarti terdapat perbedaan
pengeluaran rumah tangga nonpangan kesehatan dan obat sebelum
adanya COVID-19 dan pada masa adanya COVID-19, dimana terjadi
peningkatan saat adanya COVID-19 (Rp 145.556) dibandigkan saat
sebelum COVID-19 (RP 105.444). Dengan ini, dapat disimpulkan saat
adanya COVID-19 meningkatkan pengeluaran nonpangan kesehatan
dan obat di Kabupaten Kaur.
Hasil analisis Uji beda pengeluaran rumah tangga nonpangan
dalam hal pendidikan sebelum adanya COVID-19 dan pada masa
adanya COVID-19 menunjukkan Thitung sebesar -4,23 dan Ttabel
sebesar 1,98 sehingga Thitung > Ttabel (dalam angka mutlak) yang
berarti H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat perbedaan
pengeluaran rumah tangga pendidikan sebelum adanya COVID-19
dan pada masa adanya COVID-19, dimana pengeluaran terjadi
peningkatan saat adanya COVID-19 (Rp 972.778) dibandingkan saat
sebelum adanya COVID-19 (Rp 888.556). Dengan ini, dapat

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


58 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
disimpulkan saat adanya COVID-19 meningkatkan pengeluaran untuk
pendidikan di Kabupaten Kaur.
Hasil analisis Uji beda pengeluaran nonpangan rumah tangga
dalam hal pakaian sebelum adanya COVID-19 dan pada masa adanya
COVID-19 menunjukkan Thitung sebesar -2,66 dan Ttabel sebesar
1,98 sehingga Thitung > Ttabel (dalam angka mutlak) yang berarti
H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat perbedaan
pengeluaran rumah tangga untuk pakaian sebelum adanya COVID-19
dan pada masa adanya COVID-19, dimana pengeluaran terjadi
peningkatan saat adanya COVID-19 (Rp121.111) dibandingkan saat
sebelum adanya COVID-19 (Rp 98.333). Dengan ini, dapat
disimpulkan saat adanya COVID-19 meningkatkan pengeluaran untuk
pakaian di Kabupaten Kaur.
Hasil analisis Uji beda pengeluaran Nonpangan rumah tangga
dalam hal perumahan pada sebelum adanya COVID-19 dan pada
masa adanya COVID-19 menunjukkan Thitung sebesar -1,55 dan
Ttabel sebesar 1,98 sehingga Thitung < Ttabel (dalam angka mutlak)
yang berarti H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti tidak terdapat
perbedaan pengeluaran rumah tangga untuk perumahan sebelum
adanya COVID-19 dan pada masa adanya COVID-19 di Kabupaten
Kaur. Dengan ini, dapat disimpulkan saat adanya COVID-19 tidak
meningkatkan ataupun menurunkan pengeluaran untuk perumahan di
Kabupaten Kaur.

Andi Irawan, dkk 59


5.5. Persepsi Petani Terhadap Dampak COVID-19
Berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil wawancara
dengan responden dalam hal ini adalah masyarakat petani Kabupaten
Kaur maka didapatkan bahwa dengan adanya pandemi COVID-19
maka masyarakat merasa dirugikan karna memang secara umum
pemerintah menghimbau kepada masyarakat untuk di rumah saja, hal
itulah menjadi penyebab masyarakat ragu untuk beraktivitas di luar
rumah. Selanjutnya untuk kerugian lainnya yang dirasakan oleh petani
adalah menurunnya harga jual dari komoditi yang mereka tanam
sehingga penerimaan usahatani mereka menurun yang nantinya akan
mengakibatkan penurunan pendapatan dari usahatani tersebut. Yang
paling besar menurunnnya dirasakan oleh petani sawit. Selain itu juga
adanya keluhan mengenai sulitnya mendapatkan pupuk (Tabel 17).
Data yang telah diperoleh dan telah diolah maka untuk dampak
COVID-19 bagi usahatani memiliki rata – rata nilai 2,5 yaitu berada
pada batas nilai 1,81-2,60 yang berarti untuk dampak COVID -19 bagi
usahatani itu sendiri adalah “buruk” yang artinya dampak COVID-19
berpengaruh besar terhadap hasil pertanian sesuai dengan yang telah
dibahas sebelumnya maka pandemi COVID-19 ini merugikan
usahatani petani di Kabupaten Kaur terutama petani sawit karna harga
dari sawit betul-betul turun saat adanya pandemi COVID-19.

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


60 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
Tabel 17. Persepsi petani terhadap dampak COVID-19 pada kinerja
usahatani dan rumahtangga petani.
Bobot skor Rata
Indikator Kategori
No 1 2 3 4 5 -rata
1. Dampak COVID- 23 22 22 23 0 2,5 Buruk
19 terhadap
usahatani
2. Dampak COVID- 26 17 25 22 0 2,47 Buruk
19 terhadap
pendapatan rumah
tangga
3. Dampak COVID- 5 17 68 0 0 2,7 Biasa-
19 dalam Biasa Saja
mendapatkan
TKLK
4. Dampak COVID- 57 25 8 0 0 1,45 Sangat
19 untuk Buruk
mendapatkan pupuk
dan sarana
pertanian
5. Dampk COVID-19 0 11 76 3 0 2,91 Biasa-
terhadap Biasa Saja
transportasi

Andi Irawan, dkk 61


pengiriman produk
ke pasar
6. Dampak COVID- 0 23 66 1 0 2,75 Biasa-
19 dalam Biasa Saja
mendapatkan
pinjaman
7. Dampak COVID- 1 9 77 3 0 2,91 Biasa-
19 dalam Biasa Saja
memasarkan
produk
8. Dampak COVID- 0 7 81 2 0 2,94 Biasa-
19 dalam Biasa Saja
ketersediaan untuk
membeli produk
9. Dampak COVID- 0 9 77 4 0 2,94 Biasa-
19 dalam menjual Biasa Saja
produk ke pasar
Sumber: Olahan data primer, 2022
Dimana 1= sangat tidak setuju/ sangat buruk, 2= tidak setuju/ buruk,
3= kurang setuju/biasa biasa saja, 4=setuju/baik, dan 5= sangat
setuju/sangat baik.

Data primer hasil dari wawancara adalah dampak COVID-19


bagi pendapatan rumah tangga memiliki rata – rata nilai 2,47 yaitu
berada pada batas nilai 1,81 – 2,60 yang berarti untuk dampak COVID

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


62 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
-19 bagi pendapatan rumah tangga itu sendiri adalah “buruk” yang
artinya COVID-19 ini berdampak buruk terhadap pendapatan rumah
tangga karena bisa menurunkan pendapatan rumah tangga petani dari
usahatani sawit, karet dan padi.
Dampak COVID-19 dalam mendapatkan tenaga kerja luar
keluarga memiliki rata – rata nilai 2,7 yaitu berada pada batas nilai
2,61-3,40 yang berarti untuk dampak COVID-19 dalam mendapatkan
tenaga kerja luar keluarga ini adalah “biasa-biasa saja” yang artinya
COVID-19 tidak terlalu berdampak dalam mendapatkan tenaga kerja
luar keluarga.
Dampak COVID-19 untuk mendapatkan pupuk dan sarana
produksi pertanian memiliki rata – rata nilai 1,45 yaitu berada pada
batas nilai 1,00 – 1,80 yang berarti untuk dalam hal dampak COVID -
19 untuk mendapatkan pupuk dan sarana produksi pertanian adalah
“sangat buruk” yang artinya adanya kesulitan untuk mendapatkan
pupuk, harga pupuk pun meningkat saat adanya pandemi COVID-19.
Dampak COVID-19 terhadap transportasi pengiriman produksi
petani ke pasar ini memiliki rata – rata nilai 2,91 yaitu berada pada
batas nilai 2,61-3,40 sehingga untuk dampak COVID -19 terhadap
transportasi pengiriman produksi petani ke pasar adalah “biasa-biasa
saja” yang artinya tidak adanya gangguan transportasi pengiriman dari
produsen ke pasar sehingga.
Dampak COVID-19 untuk mendapatkan pinjaman dana segar
ini memiliki rata – rata nilai 2,75 yaitu berada pada batas nilai 2,61-

Andi Irawan, dkk 63


3,40 “biasa-biasa saja” artinya tidak ada kesulitan dalam
mendapatkan dana segar karena memang dalam hal saling membantu
petani di Kabupaten Kaur masih sangat erat kekeluargannya.
Dampak COVID-19 dalam memasarkan produk ini memiliki
rata – rata nilai 2,91 yaitu berada pada batas nilai 2,61-3,40 sehingga
dapat diambil kesimpulan bahwa dampak COVID-19 dalam
memasarkan produk adalalah “biasa-biasa saja” yang artinya tidak
adanya kesulitan dalam memasarkan produk dikarenakan untuk hasil
dari usahatani tersebut setelah melakukan pemanenan langsung dijual
kepada tengkulak.
Dampak COVID-19 terhadap kesediaan tengkulak dalam
membeli produk hasil usahatani ini memiliki rata – rata nilai 2,94 yaitu
berada pada batas nilai 2,61-3,40 sehingga dapat disimpulkan bahwa
dalam hal dampak COVID-19 terhadap kesediaan tengkulak dalam
membeli produk hasil usahatani adalah “biasa-biasa saja” artinya
COVID-19 tidak berdampak terhadap merubah kesedian tengkulak
dalam membeli produk hasil petani di Kabupaten Kaur.
Dampak COVID-19 dalam menjual hasil usahatani tersebut ke
pasar memiliki rata – rata nilai 2,94 yaitu berada pada batas nilai 2,61-
3,40 sehingga dampak COVID-19 bagi kesulitan dalam menjual hasil
usahatani tersebut ke pasar adalah “biasa-biasa saja” yang artinya
tidak terjadi kendala dalam memasarkan produk tersebut ke pasar
dikarenakan seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa hasil
usahatani itu setelah melakukan pemanenan akan langsung diangkut

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


64 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
oleh tengkulak sehingga untuk resiko kesulitan penjualan sudah tidak
ditanggung oleh para petani.
Persepsi petani kategori “buruk” terhadap 2 hal yaitu: dampak
COVID-19 terhadap usaha tani, dan dampak COVID-19 terhadap
pendapatan rumah tangga. Sedangkan untuk kategori “biasa-biasa
saja” adalah persepsi para petani terhadap 6 hal yaitu: dampak
COVID-19 dalam mendapatkan tenaga kerja luar keluarga, dampak
COVID-19 terhadap transportasi pengiriman produk ke pasar, dampak
COVID-19 dalam mendapatkan pinjaman, dampak COVID-19 dalam
ketersedian dalam membeli produk, dampak COVID-19 dalam
menjual produk kepasar. Terakhir untuk kategori “sangat buruk”
hanya terhadap 1 hal saja yaitu: dampak COVID-19 untuk
mendapatkan pupuk dan sarana pertanian. Adapun persepsi petani
secara keseluruhan terhadap dampak COVID-19 terhadap usahatani
petani di Kabupaten Kaur adalah “biasa-biasa saja”.

Andi Irawan, dkk 65


BAB VI
PELAJARAN DAN REKOMENDASI
KEBIJAKAN

6.1. Pelajaran Dari Tiga Daerah


Pada bagian ini kami mencoba membandingkan bagaimana
pengaruh pandemi COVID-19 terhadap ekonomi rumahtangga petani
antara satu daerah dengan daerah lainnya. Hasil komparasi ini dapat
disampaikan sebagai berikut: Pertama, terdapat persamaan dengan
hasil penelitian Muko-muko dan Kaur dalam hal persepsi dampak
COVID-19 untuk mendapatkan pupuk dan sarana pertanian yakni
“sangat buruk”
Kedua, terdapat perbedaan dengan hasil penelitian Muko-muko
dalam hal kinerja usahatani: penerimaan usahatani dengan penelitian
di Kaur. Dalam penelitian Muko-muko (sawit, karet dan padi)
mengalami penurunan dikarenakan adanya COVID-19 membuat
harga dan hasil produksi menurun, sementara untuk hasil penelitian di
Kaur hanya penerimaan usahatani sawit yang mengalami penurunan.
Sedangkan untuk karet dan padi tidak terjadi penurunan penerimaan.
Hasil produksi dalam penelitian di Muko-muko semua komoditi sawit,
karet dan padi mengalami penurunan produksi dikarenakan COVID-
19 membuat petani segan untuk keluar rumah sehingga usahatani
terabaikan, sementara untuk hasil penelitia di Kaur menunjukkan

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


66 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
semua hasil usahatani sawit, karet dan padi tidak mengalami
penurunan ataupun peningkatan karena walaupun dalam keadaan
pandemi COVID-19 petani tetap melaksanakan perawatan terhadap
usahatani. Harga jual komoditas usahatani dalam penelitian di Muko-
muko menunjukkan harga jual sawit, karet dan padi mengalami
penurunan, sementara untuk hasil penelitian di Kaur Cuma harga sawit
yang mengalami penurunan.
Ketiga, terdapat perbedaan dengan hasil penelitian di Kaur
dalam hal persepsi petani dengan di Muko-muko terkait dampak
COVID – 19 terhadap usahatani dimana petani Muko-muko menilai
“sangat buruk”, sedangkan untuk hasil penelitian di Kaur, petani
menilai “buruk” terkait dampak COVID-19 terhadap pendapatan
rumah tangga. Dampak COVID-19 dalam mendapatkan tenaga kerja
luar keluarga di Muko-muko adalah “buruk”, sedangkan untuk hasil
penelitian di Kaur adalah “biasa-biasa saja”. Dampak COVID-19
terhadap transportasi pengiriman produk ke pasar “baik” di Muko-
muko, sedangkan untuk hasil penelitian di Kaur adalah “biasa-biasa
saja”. Dampak COVID-19 dalam mendapatkan pinjaman “buruk”
menurut petani di Muko-muko sedangkan untuk hasil penelitian di
Kaur adalah “biasa-biasa saja”. Dampak COVID-19 dalam
memasarkan produk “berdampak” menurut petani Muko-muko,
sedangkan untuk hasil penelitian di Kaur adalah “biasa-biasa saja”.
Dampak COVID-19 dalam ketersediaan tengkulak untuk membeli
produk “baik” dinilai oleh petani Muko-muko sedangkan untuk hasil

Andi Irawan, dkk 67


penelitian di Kaur adalah “biasa-biasa saja”. Adapun dampak COVID-
19 dalam menjual produk ke pasar adalah berdampak bagi petani
Muko-muko sedangkan untuk hasil penelitian di Kaur adalah “biasa-
biasa saja”.
Keempat, terdapat persamaan hasil di Kaur dengan di Pagar
Alam dengan dalam hal persepsi dampak wabah COVID -19 pada
usahatani “buruk”, dampak wabah COVID -19 pada pendapatan
rumah tangga “buruk”, dan persepsi sulit mendapatkan pinjaman dana
segar adalah “biasa-biasa saja”.
Kelima, terdapat perbedaan hasil dengan penelitian Pagar Alam
dan Kaur dalam hal kinerja usahatani: penerimaan usahatani dalam
penelitian Pagar Alam hampir semua usahatani mengalami penurunan,
sementara untuk hasil penelitian di Kaur cuma sawit yang mengalami
penurunan harga. Hasil produksi usahatani di Pagar Alam mengalami
penurunan dikarenakan adanya pandemi, sementara untuk hasil
penelitian di Kaur tidak terjadi penurunan ataupun peningkatan saat
adanya COVID-19 dikarenakan petani tetap merawat sebagaimana
biasanya. Harga usahatani dalam penelitian di Pagar Alam hampir
semua mengalami penurunan harga dikarenakan adanya pandemi
permintaan berkurang, sememntara untuk hasil penelitian di Kaur
Cuma harga sawit yang mengalami penurunan harga.
Keenam, terdapat perbedaan hasil penelitian Kaur dengan Pagar
Alam dalam hal pengeluaran rumah tangga petani: pengeluaran rumah
tangga dalam hasil penelitian di Pagar Alam menemukan bahwa nilai

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


68 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
pengeluaran pangan lebih besar daripada nonpangan, sementara untuk
hasil penelitian di Kaur pengeluaran non pangan lebih besar daripada
pangan.
Terakhir, terdapat perbedaan hasil penelitian dengan petani di
Pagar Alam dengan petani Kaur dalam hal persepsi: kesulitan
mendapatkan tenaga kerja luar keluarga “buruk” (Pagar Alam)
sementara untuk hasil penelitian di Kaur adalah “baik-baik saja”.
Persepsi sulit mendapatkan pupuk dan sarana produksi pertanian
dinilai “baik” oleh petani Pagar Alam, sementara untuk hasil
penelitian di Kaur adalah “sangat buruk”. Persepsi transportasi
pengiriman produksi kami ke pasar adalah ”baik” untuk petani di
Pagar Alam, sementara untuk hasil penelitian di Kaur adalah “biasa-
biasa saja”. Kesulitan memasarkan produk “buruk” bagi petani Pagar
Alam, sementara untuk petani Kaur adalah “biasa-biasa saja”. Persepsi
bahwa tengkulak berkurang membeli produksi adalah “buruk” bagi
petani Pagar Alam, sementara untuk hasil penelitian di kaur adalah
“biasa-biasa saja”. Terakhir persepsi menjual produk kami ke pasar
dinilai ”buruk” oleh petani Pagar Alam sementara untuk hasil
penelitian di Kaur adalah “biasa-biasa saja”.

6.2. Rekomendasi Kebijakan


Dampak dari pandemi COVID-19 terhadap ekonomi
rumahtangga petani dapat dilihat dalam dua bentuk yang pertama,
adalah Guncangan Penawaran (Supply Shock) tampak dari fenomena

Andi Irawan, dkk 69


yang terjadi di 3 lokasi riset (Pagar Alam, Muko-muko dan Kaur)
sebagai berikut: penurunan produktifitas diakibatkan kurangnya
pemeliharaan usahatani akibat adanya kebijakan – kebijakan
terkait dengan COVID-19 tersebut. Selanjutnya untuk kerugian
lainnya yang dirasakan oleh petani adalah menurunnya harga jual dari
komoditi yang mereka tanam sehingga penerimaan usahatani mereka
menurun yang dapat nantinya akan mengakibatkan penurunan
pendapatan dari usahatani tersebut. Selain itu juga adanya keluhan
mengenai sulitnya mendapatkan pupuk..
COVID-19 mempengaruhi ekonomi rumahtangga petani
karena menimbulkan demand shock (guncangan permintaan)
ditunjukkan dari fenomena bahwa pendapatan rumahtangga petani
saat COVID-19 anjlok tajam dibanding sebelum COVID,-19,
pendapatan dari kelapa sawit turun saat COVID-19 sebesar 18,56
persen, pendapatan karet turun 16,16 persen dan padi turun saat
pandemi sebesar 19,67 persen.
Pengalaman COVID-19 ini memberikan pelajaran penting
antisipasi kebijakan jika fenomena pandemi dalam bentuk lain terjadi.
Hal-hal yang harus dilakukan oleh pemerintah dan rumahtangga
petani yakni sebagai berikut: Pertama, walaupun pandemi
meniscayakan isolasi dan karantina dan penghentian aktivitas manusia
akan tetapi perlu dipertimbangkan sejak awal bahwa aktivitas
usahatani dan rantai suplai pertanian seharusnya dijaga semaksimal
mungkin untuk tetap aktif bergerak dengan menerapkan prosedur

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


70 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
kesehatan antisipasi pandemi yang sangat ketat seperti pemakaian
masker, jaga jarak, penggunaan cairan sanitasi tangan sejak awal
pandemi terjadi.
Kedua, dari hasil-hasil riset yang ditunjukkan dalam buku ini
kita mendapatkan pelajaran penting lainnya bahwa ternyata
rumahtangga petani apalagi yang berstatus petani kecil (luas lahan di
bawah 2 haktar) sangat rentan mengalami penurunan drastis sumber
pendapatan rumahtangga bahkan menyebabkan mereka harus
berhutang karena pendapatan rumahtangganya tidak lagi bisa
mencukupi karena terjadi penurunan pendapatan rumahtangga yang
siknifikan akibat pandemi. Artinya pengalaman ini menunjukkan
fenomena pandemi menyebabkan peluang besar terjadinya
peningkatan jumlah rumahtangga pertanian yang harus dibantu oleh
negara melalui bantuan sosial dan jaringan pengaman sosial.
Ketiga, diversifikasi sumber pendapatan menjadi salah satu
bantal pelindung bagi anjloknya pendapatan rumahtangga petani
akibat pandemi. Oleh karena itu sangat direkomendasi jika pemerintah
daerah mendorong dan menfasilitasi keluarga petani mempunyai
sumber beragam pendapatan baik melakukan peragaman usahatani
atau meragamkan sumber penghasilan lain yang berasal dari non
pertanian.

Andi Irawan, dkk 71


DAFTAR
PUSTAKA

Altieri, MA & Nicholls, CI 2020, ‘Agroecology and the emergence


of a post COVID-19 agriculture’, Agriculture and Human
Values, pp. 3–4, accessed from
<https://doi.org/10.1007/s10460-020-10043-7>.
Brinca, P, Duarte, JB & Faria-e-Castro, M 2021, ‘Measuring labor
supply and demand shocks during COVID-19’, European
Economic Review, vol. 139, no. December 2020, p. 103901,
accessed from
<https://doi.org/10.1016/j.euroecorev.2021.103901>.
Bryceson, DF & Fonseca, J 2006, ‘Risking death for survival:
Peasant responses to hunger and HIV/AIDS in Malawi’, World
Development, vol. 34, no. 9, pp. 1654–1666.
Denslow, D & Mark, R 1989, ‘Supply shocks and the interest rate’,
Economic Inquiry, vol. XXVII, no. July, pp. 501–510.
Gong, B, Zhang, S, Yuan, L & Chen, KZ 2020, ‘A balance act:
minimizing economic loss while controlling novel coronavirus
pneumonia’, Journal of Chinese Governance, pp. 1–20,
accessed from
<https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/23812346.2020

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


72 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
.1741940>.
Gray, RS 2020, ‘Agriculture, transportation, and the COVID-19
crisis’, Canadian Journal of Agricultural Economics, no. April,
pp. 1–5.
Hobbs, JE 2020, ‘Food supply chains during the COVID-19
pandemic’, Canadian Journal of Agricultural Economics, no.
April, pp. 1–6.
Hossain, ST 2020, ‘Impacts of COVID-19 on the agri-food sector:
Food security policies of Asian productivity organization
members’, Journal of Agricultural Sciences - Sri Lanka, vol.
15, no. 2, pp. 116–132.
Irawan, A & Alamsyah, H 2021, ‘The COVID-19’s Economic Crisis
and Its Solutions: A Literature Review’, Etikonomi, vol. 20, no.
1, pp. 77–92.
Irawan, A, Saefudin, Suryanty, M & Yuliarso, MZ 2021, ‘Impact of
COVID-19 pandemic on the economy of oil palm smallholder
’s household income’, Journal of Agribusiness in Developing
and Emerging Economie.
Kansiime, MK, Tambo, JA, Mugambi, I, Bundi, M, Kara, A &
Owuor, C 2021, ‘COVID-19 implications on household income
and food security in Kenya and Uganda: Findings from a rapid
assessment’, World Development, vol. 137, pp. 1–10, accessed
from <https://doi.org/10.1016/j.worlddev.2020.105199>.

Andi Irawan, dkk 73


Lucchese, M & Pianta, M 2020, ‘The Coming Coronavirus Crisis :
What Can We Learn ?’, Intereconomic, pp. 98–104.
Marty, AM & Jones, MK 2020, ‘The novel Coronavirus (SARS-
CoV-2) is a one health issue’, One Health, vol. 9, no. February,
p. 100123, accessed from
<https://doi.org/10.1016/j.onehlt.2020.100123>.
Mhlanga, D & Ndhlovu, E 2020, ‘Socio-economic Implications of
the COVID-19 for Smallholder Livelihoods in Zimbabwe’,
Preprints, no. April, pp. 4–17, accessed from
<https://www.preprints.org/manuscript/202004.0219/v1>.
Mishra, A, Panda, M, Sahoo, P, Ashwini, Gupta, I, Joe, W,
Abhishek, Kumar, R, Rajpal, S, Subramanian, S, Sekhar, CS.,
Jhan, B, Dasgupta, P, De, O, Sharma, S, KD, J, Das, M & Kar,
S 2020, Fighting COVID - 19: Assesment and Reflections,
Institute of Economic Growth.
Nchanji, EB, Lutomia, CK, Chirwa, R, Templer, N, Rubyogo, JC &
Onyango, P 2021, ‘Immediate impacts of COVID-19 pandemic
on bean value chain in selected countries in sub-Saharan
Africa’, Agricultural Systems, vol. 188, no. September 2020, p.
103034, accessed from
<https://doi.org/10.1016/j.agsy.2020.103034>.
Power, M, Doherty, B, Pybus, K & Pickett, K 2020, ‘How COVID-
19 has exposed inequalities in the UK food system : The case of
UK food and poverty’, Emerald Open Research, pp. 1–9.

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


74 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
Siche, R 2020, ‘What is the impact of COVID-19 disease on
agriculture?’, Scientia Agropecuaria, vol. 11, no. 1, pp. 3–9.
Tibaijuka, AK 1997, ‘AIDS and Economic Welfare in Peasant
Agriculture: Case Studies from Kagabiro Village, Kagera
Region, Tanzania’, World Development, vol. 25, no. 6, pp.
963–975.
Wegerif, M 2021, ‘The impact of COVID-19 on black farmers in
South Africa’, Agrekon, vol. 0, no. 0, pp. 1–15, accessed from
<https://doi.org/10.1080/03031853.2021.1971097>.
White, AIR 2020, ‘Perspectives The art of medicine Historical
linkages : epidemic threat , economic risk , and xenophobia’,
The Lancet, vol. 6736, no. 20, pp. 1–2, accessed from
<http://dx.doi.org/10.1016/S0140-6736(20)30737-6>.
Zurayk, R 2020, ‘Pandemic and Food Security: A View from the
Global South’, Journal of Agriculture, Food System and
Community Development, pp. 1–5.

Andi Irawan, dkk 75


SEPINTAS TENTANG
PENULIS

Andi Irawan. Saat ini ia adalah guru besar


bidang ilmu ekonomi pertanian Universitas
Bengkulu. Mendapatkan gelar doktor
ekonomi pertanian dari Institut Pertanian
Bogor tahun 2005. Pernah menjadi dosen
tamu di sejumlah program studi seperti
jurusan Managemen Universitas Pakuan
(September 2001-Februari 2006),
Universitas Paramadina Jakarta (September
2005-Februari 2006), STEI Tazkia (2006-
2012), Program pascasarjana Ibn Khaldun
Bogor (maret 2010 – juli 2011), Program
Magister Studi lingkungan Institut
Pertanian Bogor (IPB) dan Sekolah Ilmu
dan Teknologi Hayati Institut Teknologi
Bandung (ITB). Ia telah mempublikasi
sebanyak 28 paper pada jurnal ilmiah dalam
dan luar negeri, 7 buku ber-ISBN dan lebih
dari 240 artikel opini koran di beragam

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


76 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
media cetak nasional Indonesia seperti
Koran Tempo, Media Indonesia, detik.com,
Republika, Bisnis Indonesia, Seputar
Indonesia, Suara pembaruan dan Kompas.
Fekri Candra Wijaya dilahirkan pada
tanggal 06 Desember 1998 di Desa
Geramat. Saat ini sedang menyelesaikan
skripsi pada Jurusan Sosial Ekonomi
pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Bengkulu. Selama aktif menjadi
mahasiswa, penulis aktif di organisasi
himpunan lingkup jurusan yaitu Himpunan
Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertania
(HIMASETA), menjadi pengurus Badan
Eksekutif Mahasiwa Fakultas Pertanian
pada tahun 2019. Selain itu penulis juga
aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa
(UKM) Koperasi Mahasiswa Universitas
Bengkulu pada tahun 2019. Penulisa
mengikuti ajang pemilihan Putera Puteri
maritim tingkat Provinsi Bengkulu dan
mendapatkan predikat Putera Maritim
Favorit 2019.

Andi Irawan, dkk 77


Ari Kurniawan, lahir di Kota Pagar Alam
pada 28 Agustus 1999. Tahun 2017 penulis
di perguruan tinggi Universitas Bengkulu
melalui jalur SBMPTN pada program studi
agribisnis. Saat ini penulis sedang
mempersiapkan ujian skripsi. Selama
menempuh pendidikan di Universitas
Bengkulu, penulis pernah tergabung
kedalam organisasi Himpunan Mahasiswa
Sosial Ekonomi Pertanian (HIMASETA)
sebagai anggota bidang Ilmu dan Penalaran
(ILPEN).
Tadika Rastridaya Putri. Lahir pada
tanggal 13 Maret 1999 di Banyumanik,
Kabupaten Semarang Provinsi Jawa
Tengah. Saat menjadi mahasiswa penulis
memperoleh Beasiswa Bidikmisi dari tahun
2017-2021. Penulis juga aktif di organisasi
kemahasiswaan yaitu BEM FP KBM
(Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
Pertanian Keluarga Besar Mahasiswa)
Universitas Bengkulu 2018-2019 sebagai
Staf Minat dan Bakat dan HIMASETA
(Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi

GUNCANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN COVID-19


78 TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KECIL
Pertanian) 2019/2020 sebagai Kepala
Bidang Informasi dan Komunikasi. Penulis
menyelesaikan pendidikan strata 1 (S1) di
Program Studi Agribisnis, Jurusan Sosial
Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas
Bengkulu pada tahun 2022.

Andi Irawan, dkk 79

Anda mungkin juga menyukai