Anda di halaman 1dari 60

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.AS


DENGAN ASMA BRONCIAL DI
PUSKESMAS ANTARA
KECAMATAN TAMALANREA
KOTA MAKASSAR
2021

Diajukan Sebagai Salah satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan


Diploma III
Keperawatan Universitas Hasanuddin Makassar

OLEH :

DORKAS MNUMUMES
NIM :CO17182007

PROGRAM D.III KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

TAHUN

2021
PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn.As


DENGAN ASMA BRONCIAL DI PUSKESMAS ANTARA
KECAMATAN TAMALANREA KOTA MAKASSAR

Disusun Dan Di Ajukan Oleh :

DORKAS MNUMUMES

C017182007

Di terima dan di setujui untuk di pertahankan pada ujian sidang program


Studi D.III Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin

Menyetujui,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Kusrini Kadar, S .kp., MN, PhD Andi Masyita IrwanS.Kep.,Ns.,MN.,PhD

Mengetahui,

Ketua Program Studi D.III Keperawatan

Nurmaulid , S. Kep., Ns., M.Kep


NIP. 198312192010122004
LEMBAR PENGESAHAN

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TN.AS DENGAN


ASMA BRONCIAL DI PUSKESMAS ANTARA KECAMATAN
TAMALANREA KOTA MAKASSAR

Disusun Dan Di Ajukan Oleh :


DORKAS MNUMUMES
C017182007

Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui, diperiksa dan telah dipertahankan di

hadapan Dewan Penguji Studi Kasus Program Studi D III Keperawatan

Universitas Hasanuddin.

Tim Penguji :

1. Kusrini kadar, S. Kp.,Ns.,MN.,Phd (…………………)

2. Andi Masyita Irwan, S, Kep., Ns.,MN.,Phd (………………….)

3. Silvia Malasari S, S.Kep., Ns.,MN (………………….)

4. Arnis Puspita, S. Kep., Ns., M.Kes (…………………)

Mengetahui

Ketua program Studi D.III Keperawatan

Nurmaulid , S. Kep., Ns., M.Kep


NIP. 198312192010122004
RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS
1. Nama Lengkap : Dorkas Mnumumes
2. Tempat/Tanggal Lahir :Damen, 31 Desember 1999
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama :Katolik
5. Suku/Kebangsaan :Biak/Indonesia
6. Alamat :Wisma ll Unhas Tamalanrea
7. No. Telp/Hp :081244979682
ll. PENDIDIKAN
1. Sekolah Dasar : SD INPRES ATSJ
2. Sekolah Menengah Peratam :SMP NEGRI 1 ATSJ
3. Sekolah Menengah Umum :SMA YPPGI ROESLER AGATS
4. D-lll keperawatan :Universitas Hasanuddin Makassar
ABSTRAK

Dorkas Mnumumes 2021 ( asuhan keperawatan pada keluarga


Tn.AS dengan asma bronchial ) dibimbing oleh Kusrini Kadar
pembimbing (I) dan Andi Masyita Irwan (II)
Asma Bronhkial dapat menyebabkan kekurangan oksigen hal ini disebabkan
karena penyempitan jalan napas dan pengurangan aliran udara yang masuk ke paru, asma
Bronkial dapat menyebabkan berbagai macam masalah keperawatan salah satunya
ketidakefektifan bersihan jalan napas. Tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai
dengan NOC (Nursing Outcomes Classification) respiratory status dan NIC (Nursing
Intervension Classification) menejemen jalan napas dengan aktivitas keperawatan
monitor tanda-tanda vital, melatih batuk efektif, member posisi nyaman, kaloborasi
pemberian obat dan memberikan health education. Tujuan penelitian ini Melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien Asma Bronkial dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
Jenis penelitian ini yaitu deskriptif dengan subyek studi kasus 1 pasien dengan diagnose
medis Asma Bronkial. Fokus studi kasus Asuhan Keperawatan dengan pasien Asma
Bronkial, penelitian ini dilakukan pada tanggal 05 oktober s/d 07 oktober 2021
dipuskesma antara provinsi Sulawesi selatan. Teknik pengumpulan data menggunakan
pengkajian dan observasi. Hasil penelitian didapatkan masalah teratasi pada hari ke 5
perawatan dengan kriteria hasil sesak napas berkurang saat beraktivitas ringan, dapat
batuk secara efektif, irama napas teratur, frekuensi pernapasan dalam rentang normal
yaitu 16-42 kali permenit.

Kata kunci : Asma Bronkial, ketidakefektifan bersihan jalan napas,


menejemen jalan nafas
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-
Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah dengan judul” Asuhan keperawatan keluarga Tn.AS
dengan asam Bronkhial dengan masalah ketidakefektifan pola nafas ( Studi Kasus Di
Puskesmas Antara )” ini dapat selesai tepat waktunya.
Penyusunan karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat
menyelesaikan pendidikan Diploma III keperawatan Universitas Hasanuddin Makassar.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulisan banyak mendapat bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak, untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada :
 Ibu Dr. Ariyanti Saleh, S.Kp., M.Kes selaku ketua Fakultas Keperawatan
Universitas Hasanuddin Makassar yang telah memberikan sarana prasaran:.
 Ibu Nurmaulid, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Kaprodi DIII Keperawatan
Universitas Hasanuddin Makassar:
 Ibu Kusrini Kadar, S.Kp., MN., Ph.D Selaku pembimbing Utama yang telah
banyak memberikan pengarahan:
 Ibu Andi Masyita Irwan, S.Kep.,Ns.,MN.,Ph.D selaku pembimbing anggota
yang telah banyak memberikan motivasi, pengarahan dan ketelitian dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tuaku yang selalu
memberikan do’a, dukungan dan semangat tiada henti dan selalu memberikan baik moral
maupun material dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Serta teman-teman D3
Keperawatan Yang saya sayangi sudah menjadi teman yang luar biasa selama tiga tahun
ini yang selalu membantu baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan
saran dan dorongan sehingga terselesaikannya karya tulis ilmiah ini
Semoga Tuhan Y ang Maha Esa memberikan rahmat-Nya dan semua pihak
yang telah memberikan kesempatan, dukungan dan bantuan menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini. Saya menyadari bahwa penyusunan dalam karya ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, mengingat keterbatasan kemampuan namun saya berusaha semaksimal
mungkin sesuai dengan kemampuan, maka dengan segala kerendahan hati saya
mengharap saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini,
saya berharap karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi profesi keperawatan amin

Makassar,04 Oktober 2021

Penulis

DORKAS MNUMUMES
HalamanHalaman Sampul
Halaman Judul ........................................................................................ i
Halaman persetujuan............................................................................... iii
Halaman Pengesahan Tim Penguji.......................................................... vii
Riwayat Hidup......................................................................................... v
Ringkasan Atau Abstrak..........................................................................
Kata Pengantar........................................................................................
Daftar Isi..................................................................................................
Daftar Tabel.............................................................................................
Daftar Gambar.........................................................................................
Daftar Lampiran......................................................................................
Daftar arti Lambang Dan Singkatan........................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................
A. Latar belakang................................................................................... 1
B. Ruang Lingkup.................................................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................................... 3
D. Manfaat.............................................................................................. 3
E. Metode Penulisan.............................................................................. 4
F. Sistematika Penulisan........................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Keluarga..................................................................... 5
1. Pengertian keluarga..................................................................... 5
2. Tujuan Keluarga.......................................................................... 5
3. Tipe Keluarga.............................................................................. 6
4. Struktur Fungsi Keluarga............................................................ 6
5. Pemegang Kekuasaan.................................................................. 7
6. Tugas Keluarga........................................................................... 8
7. Tahap Perkembangan Keluarga.................................................. 9
8. Peran Perawat Keluarga.............................................................. 12
B. Konsep Dasar Asma Bronkial........................................................... 13
1. Pengertian.................................................................................... 13
2. Klasifikasi.................................................................................... 14
3. Anatomi Fisiologi........................................................................ 15
4. Faktor Resiko.............................................................................. 16
5. Patofisiologi................................................................................ 19
6. Manifestasi klinis........................................................................ 20
7. Pemeriksaan Penunjang............................................................... 21
8. Komplikasi.................................................................................. 21
9. Penatalaksanaan.......................................................................... 22
C. Konsep Asuhan Keperawatan pada Asma Broncial………………... 24
1. Pengkajian................................................................................... 24
2. Diagnosis..................................................................................... 28
3. Intervensi Keperawatan............................................................... 34
4. Implementasi............................................................................... 36
Daftar Pustaka
Lampiran
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Daftar Anggota Keluarga .......................................................... 24


Tabel 2 Prioritas Masalah........................................................................ 31
Tabel 3 Rencana Keperawatan................................................................ 34
Tabel 4 Dena Ruma………………………………………………………….35
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Anatomi Fisiologi .................................................................. 15

17
BAB l

PENDAHULUANS

A. LATAR BELAKANG

Asma bronkil merupakan satu hiperreaksi dari bronkus dan trakea,sehingga


mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang bersifat reversible ( Naga, 2012). Asma
adalah penyakit dengan karakteristik sesak nafas dan wheezing, dimana frekuensi dan
keparahan dari tiap orang yang berbeda. Kondisi ini akibat kelainan dari jalan nafas di
paru dan memengaruhui sensitifitas saraf pada jalan nafas sehingga mudah teriritasi, Pada
saat serangan,alur jalan nafas membengkak karena pemyimpatan jalan nafas dan
pengurangan aliran udara yang masuk ke paru (Rosalina, 2015). Penyakit asma adalah
efek peradangan paru yang menyebabkan menyempitnya jalan nafas,
sehinggapengeluaran udara yang dihembuskan ke paru-paru (Setiono, 2005 dalam Aspar,
2014). Reaksi tubuh untuk memenuhi kebutuhan O² adalah dengan menambahkan
frekuensi penafasan sehingga menimbulkan gejala sesak nafas (Haryanto, 2014).

Asma bronkial adalah penyakit yang masi menjadi maslah kesehatan


masyarakat di hampar semua nrgara di dunia, di derita oleh anak-anak sampai dewasa
dengan derajat penyakit yang ringan sampai berat, bahkan dapat mengancam jiwa
seeorang. Lebih dari seratus juta penduduk di seluruh dunia menderita asma dengan
peningkatan prevalensi pada anak-anak (GINA, 2006). Asma biasanya dikenal dengan
suatu penyakit yang ditandai dengan adanya wheezing (Mengi) interminten yang timbul
sebagai respon akibat paparan terhadap terhadap suatu zat iritan atau alergi. Pola piker ini
mengakibatkan penatalaksanaan asma hanya berfokus pada gejala asma yang muncul dan
tidak ditunjukan pada penyebab yang mendasari terjadi kondiri tersebut, (Clark &
Vamell, 2013).

Gejala asma sering terjadi pada malam hari dan saat udara dingin, biasanya
dimulai mendadak dengan gejala batuk dan rasa tertekan di dada, disertai dengan sesak
nafas (dyspenea) dan mengi. Batuk yang dialami pada awalnya susah, tetapi segera
menjadi kuat. Karakteristik batuk pada penderita asma adalah berupa batuk kering,
parogsismal, iritatif, dan non produktif, kemudian menghasilkan sputum yang
berbusa,jernih dan kental. Jalan nafas yang tersumbat menyebabkan sesak nafas, sehingga
ekspirasi selalu lebih sulit dan panjang dibandingkan ispirasi yang mendorong pasien
duduk tegak dan menggunakan setiap otot aksesoris pernafasan. Penggunaan otot
aksesoris pernafasan yangf tidak terlatih dalam jangka panjang dapat menyebabkan

18
penderita asma kelelahan saat bernafas ketika serangan atau ketika beraktifitas (brunner
dan suddard), 2002.

Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan 100 – 150 juta penduduk dunia
menderita asma. Bahkan jumlah ini akan terus bertambah hingga 180.000.00 orang setiap
tahun (GINNA, 2006). Depkes RI (2008) menyebutkan bahwa pasien asma sudah
mencapai 300.000.000 orang di seluruh dunia dan terus meningkat selama 20 tahun
belakangan ini . apabila tidak dicegah dan tangani dengan baik, maka diperkirakan akan
terjadi peningkatan.

Hampir 44.000.000 penduduk Asia timur atau daerah pasifik menderita asma,
meskipum prevalensi dan laporan menunjukan variasi yang besar di daerah itu. Para ahli
percaya bahwa peningkatan prevalensi asma yang signifikan akan dilaporkan di china
sebnyak 10 kali lipat. Mereka meramalkan bahwa peningkatan obsulit asma sebesar
200% di china akan menambahkan 20 juta pasien asma diseluruh dunia (clark & varnell,
2013).

Prevalensi nasional penyakit asma sebesar 4,5%. Prevalensi asma tertinggi


terdapat di Sulawesi Tengah (7,8%), diikuti Nusa Tenggara Timur (7,3%), DI
Yogyakarta (6,9%), Sulawesi Selatan (6,7%), Kalimantan Selatan (6,4%), dan Sulawesi
Tenggara ( SKRT) diberbagai provinsi Indonesia, asma menduduki urutan kelima dari
sepuluh (mortalitas) keempat di Indonesia sebesar 5,6%. Lalu dilaporkan prevalensi asma
diseluruh Indonesia sebesar 13 per 1.00 penduduk penyebab kematian ( PDPI, 2006).

Data Riskesdas 2013 menunjukan bahwa privalensi asma di seluru Sulawesi


Tenggara sebesar 6,66%, tersebut disetiap Kabupaten/kota.Kabupaten Buton 3,20%,
Kabupaten Muna 5,23%,, Kabupaten Konawe 5,78%, Kabupaten Kolaka 4,10%,
Kabupaten Konawe Selatan 2,88%, Bombana 4,76%, Kabupaten Wakatobi 5,44,
Kabupaten Kolako Utara 3,55%, Kota kendari 3,29%, dan Kota Bau-Bau 6,69%.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggarapada
tahun 2015 bahwapenyakit Asma Bronkial berjumlah 1,613 kasus yang terjadi di rumah
sakit,sedangkan untuk kasus yang terjadi di puskesmas sebanyak 2,068 kasus (Dinkes
Provinsi Sulawesi Tenggara, 2015). Instalasi Rekam Medik RSUD Bahterahmas Provinsi
Sulawesi Tenggara tahun 2018, menunjukan bahwa tahun 2016 jumlah kasus asma
bronkial sebanyak 104vkasus. Sedangkan pada tahun 2017 mengalami peningkatan
sebanyak 152 kasus. (Instalasi Rekam Medik RSUD Bahterahman Provinsi Sulawesi
Tenggara, 2018).

19
Penderita asma dapat melakukan inspirasi dengan baik namun sangat sulit saat
ekspresi (Guyton & Hall 2006 dalam Widodo, 20012). Sehingga terjadi gangguan difusi
gas di alveoli. Hal tersebut menyebabkan, pasien mengalami gangguan pemenuhan
kebutuhan O² adalah dengan pemberian O² dan pengobatan. Pemberian oksigen pada
penderita asma sbronkial minimal 94% melalui masker Rebreathing mask (RM) atau non
Rebreathing mask (NRM) maupun kanul nasal sesui dengan kebutuhan dari pasien itu
sendiri.Konsentrasi oksigen yang tinggi dalam pemberian terapi dapat menyebabkan
peningkatan kadar PCO² dalam tubuh pada pasien dengan asma. Walaupunpemberian
terapi oksigen digunakan secara sering dan luas dalam perawatan pasien asma. Pemberian
oksigen seringkali tidak akura, sehingga pemberian,monitoring, dan evaluasi terapi tidak
sesuai (Perrin et al,2011). Oksigen (O²) adalah salah satu komponen gas dan unsur vital
dalam proses metabolism. Oksigen memengang peranan penting dalam semua proses
fisiologis dalam tubuh. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh mengalami
kemundurun secara fungsional atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu
kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utam dan sangat vital bagi tubuh
(Farmawati,2009 dalam Widodo, 2012). Salah satu penyebab tergantungnya pemenuhan
kebutuhan oksigen (O²). Pada asma bronkial adalah produksi mucus yang berlebihan
menyenbabkan obstruksi saluran nafas. Oleh karena itu perlu dilakukan intervensi untuk
membantu mengurangi saluran nasaf adalah dengan cara pemberian terapi farmakologi
terdiri dari inhalasi nebulizer,suction,terapi oksigen, dan terapi pemnerian obat,
sedangkan terapi non farmakologi terdari fisioterapi dada, postural drainage, dan
mengajarkan pasien teknik batuk efektif (Hasanah,2016).

Intervensi keperawatan seperti teknik batuk efektif mudah dilakukan oleh


pasien tanpa menggunakan biaya dan dapat dilakukan secara mandiri dirumah pasien
(Apriani, 2017). Berdasarkan hail penelitian yang telah dilakukan oleh apriani ( 2017)
bahwa dapat pengaruh yang signifikan atau bermakna sebelum ada dan sesudah perlakuan
batuk efektif pada pasien dengan ketidakefektifan bersihkan jalan nafas di Instalasi medik
puskesmas antara

Dari penjelasan di atas, yang disertai dengan data-data yang lengkap,


penulisan merasa tertarik melakukan studi kasus yang akan disusun sebagai proposal
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien
asmabronchial dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen di puskesmas Antara
provinsi Sulawesi selamatan.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana pelaksanaan asuhan keperaawatan pada pasien Asma bronchial
dalam pemenuhan kebutuhan oksigen?

20
C. Tujuan Penulisaan Studi Kasus

Tujuan penulisan di bagi atas dua yaitu :

1. Tujuan umum

Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Asma bronchial dalam


pemenuhan kebutuhan oksigen

2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pemenuhan kebutuhan oksigen pada Tn.As di keluarga Tn.As
asma bronchial
b. Melakukan analisa data pada Tn.A di keluarga Tn.As Maslah utama asma bronchial
c. Melakukan intervensi pada Tn.A di keluarga Tn.As Maslah utama asma bronchial
d. Melakukan implementasi pada Tn.A di keluarga Tn.As Maslah utama asma bronchial
e. Melakukan evaluasi pada Tn.A di keluarga Tn.As Maslah utama asma bronchial

D. Manfaat Penulisan Studi Kasus


Karya tulis ini di harapkan memberikan maaf bagi :
1. Bagi Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam mengenai Asma Bronchial
khusunya dalam pemenuhan kebutuhan oksigen, dalam intervensi teknik bantuk
efektif.
2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan
Menambah keluasan ilmu dan teknologi di bidang keperawatan dalam
penatalaksanaan asuhan keperawatanpemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien
Asma Bronchial
3. Bagi Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan intervensi keperawatan,
khususnya pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien Asma Bronchial

1.1 Metode Penulisan


Adapun metode penulisan dalam penyusunan karya tulis ilmiah adalah :
1.1.1 Studi Kepustakaan
Studi pustaka merupkan penunjang sebagai acuan yang digunakan dalam
memberikan asuhan keperawatan. Studi kepustakaan meliputi :
1. Mata kuliah yang berhubungan dengan masalah keperawatan yang akan dibahas dalam
rangka mendapatkan gambaran yang bersifat teoritis.
2. Bahan pustaka yang berhubungan dengan studi kasus.
1.1.2 Wawancara

21
Yaitu dengan melakukan wawancara dengan keluarga untuk memperoleh data-data
khususnya yang terkait dengan asma dan tugas-tugas kesehatan serta faktor
kesehatan dalam keluarga sesuai dengan masalah yang dihadapi.
1.1.3 Observasi
Yaitu dengan melakukan observasi, dengan cara mengamati perilaku misalnya
lingkungan yang berkaitan dengan faktor yang mungkin menyebabkan asma atau
lingkungan yang mungkin dapat mengakibatkan kambuhnya asma pada penderita
asma. Observasi ini dilakukan secara partisipatif.
1.1.4 Studi Dokumentasi
Yaitu cara untuk mempelajari data yang didapat oleh penulis baik dari catatan medis
maupun tim kesehatan lain yang berhubungan dengan kasus, sebagai bahan untuk
menunjang tindakan keperawatan perkembangan klien.

1.2 Ruag Lingkup Penulisan


Ruang lingkup penulisan membatasi apa yang penulis lakukan hanya dalam
melakukan asuhan keperawatan keluarga, pengkajian, merumuskan diagnosa,
merencanakan tindakan keperawatan, melakukan implementasi, mengevaluasi dan
mendokumentasikan ke dalam asuhan keperawatan keluarga.

1.3 Sistematika Penulisan


Karya tulis ini penulis susun secara sistematis dalam 5 bab dan tia-tiap bab terdiri
dari beberapa sub bab :
Bab 1 : Pendahuluan, bab ini terdiri dari latar belakang masalah, tujuan
penulisan, metode penulisan, studi kepustakaan, wawancara, observasi, studi
dokumentasi, ruang lingkup penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan teoritis, bab ini menjelaskan konsep dasar, meliputi devinisi,
etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, penatalaksanaan, konsep asuhan
keperawatan, pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi.
Bab III : Tinjauan kasus, bab ini menjelaskan tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, im
plementasi dan evaluasi pada Tn.As dengan gangguan sistem pernapasan : asma

pada keluarga Tn.As di wilayah kerja Puskesmas Antara Kecamatan Tamalanrea


Kota Makassar.
Bab IV : Pembahasan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implentasi dan evaluasi yang menjelaskan tentang kesenjangan dan fakta
Bab V : Kesimpulan dan saran yang dianggap relevan dalam pemicu masalah.

22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga
1. Pengertian
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Effendy dalam Harmoko, 2012).
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh perkawinan,
adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum, menigkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari individu -
individu yang ada di dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan
untuk mencapai tujuan bersama (Komang, 2010).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang terhubung karena ikatan tertentu
untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta
mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 2013).
Dari beberapa pengertian tentang keluarga tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa
keluarga adalah :
a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang terikat oleh hubungan darah, perkawinan
atau adopsi.
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisfifkfkgah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain.
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran
sosisal.

2. Ciri - Ciri Keluarga


Ciri - ciri keluarga menurut, Effendy dalam Harmoko (2012) yaitu;
a. Diikat tali perkawinan
b. Ada hubungan darah
c. Ada ikatan batin
d. Memiliki tanggungjawab masing –masing
e. Ada pengambil keputusan
f. Kerjasama
g. Interaksi
h. Tinggal dalam suatu rumah

3. Tujuan Keluarga

23
Bergabungnya dua orang atau lebih yang membentuk keluarga, mempunyai suatu
tujuan. Menurut Friedman (2013) tujuan utama keluarga adalah sebagai perantara yaitu
menanggung semua harapan dan kewajiban-kewajiban masyarakat serta membentuk dan
mengubah sampai taraf tertentu hingga dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan
setiap individu dalam keluarga.

2. Bentuk Keluarga
Ada beberapa bentuk keluarga menurut, Effendy dalam Harmoko (2012) yaitu;
a. Keluarga inti (nuclear family), merupakan keluarga yang dibentuk
karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami,
istri, dan anak-anak, baik karena kelahiran natural maupun adopsi.
b. Keluarga asal (family of origin), merupakan suatu unit keluarga tempat
asal seseorang dilahirkan.
c. Keluarga besar (extended family), keluarga inti yang ditambah dengan
keluarga lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi,
paman, sepupu, termasuk keluarga modern, seperti orang tua tunggal,
keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis (guy/lesbian
family).
d. Keluarga berantai (serial family), keluarga yang terdiri dari wanita dan
pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga
inti.
e. Keluarga duda atau janda (single family), keluarga yang terbentuk
karena perceraian dan atau kematian pasangan yang dicintai.
f. Keluarga komposit (composite family), keluarga dari perkawinan
poligami dan hidup bersama.
g. Keluarga kohabitasi (cohabitation), dua orang menjadi satu keluarga
tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak.
h. Keluarga inses (incest family), seiring dengan masuknya nilai-nilai
global dan pengaruh informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentu
keluarga yang tidak lazim, misalnya anak perempuan menikah dengan
ayah kandungnya.
i. Keluarga tradisional dan nontradisional, keluarga tradisional diikat oleh
perkawinan, sedangkan keluarga nontradisional tidak diikat oleh
perkawinan.

24
1. Struktur dan Fungsi Keluarga
Struktur dan fungsi keluarga menurut, Effendy dalam Harmoko (2012) yaitu;
a. Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang
utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota
keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk
perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
b. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan
dalam lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini
berguna untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-
norma tinkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan dan
meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
c. Fungsi reproduksi (the reproduction function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care
function) adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini
dikembangkan menjadi tugas keluarga dibidang kesehatan.

Tetapi dengan berubahnya zaman, fungsi keluarga dikembangkan menjadi :


a. Fungsi ekonomi, yaitu keluarga diharapkan menjadi keluarga
yang produktif yang mampu menghasilkan nilai tambah
ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya keluarga.
b. Fungsi mendapatkan status sosial, yaitu keluarga yang dapat
dilihat dan dikategorikan strata sosialnya oleh keluarga lain
yang berbeda disekitarnya.
c. Fungsi pendidikan, yaitu keluarga mempunyai peran dan
tanggungjawab yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya
untuk menghadapi kehidupan dewasanya.
d. Fungsi sosialisasi bagi anaknya, yaitu orang tua atau keluarga
diharapkan mampu menciptakan kehidupan sosial yang mirip
dengan luar rumah.

25
e. Fungsi pemenuhan kesehatan, yaitu keluarga diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan dasar primer dalam rangka melindungi
dan pencegahan terhadap penyakit yang mungkin dialami oleh
keluarga.
f. Fungsi religius, yaitu keluarga merupakan tempat belajar
tentang agama dan mengamalkan ajaran agama.
g. Fungsi rekreasi, yaitu keluarga merupakan tempat untuk
melakukan kegiatan yang dapat mengurangi ketegangan akibat
berada di luar rumah.
h. Fungsi reproduksi, yaitu bukan hanya mengembangkan
keturunan tetapi juga tempat untuk mengembangkan fungsi
reproduksi secara menyeluruh, diantaranya seks yang sehat
dan berkualitas serat pendidikan seks bagi anak-anak.
i. Fungsi afektif, yaitu keluarga merupakan tempat yang utama
untuk pemenuhan kebutuhan psikososial sebelum anggota
keluarga berada di luar rumah.

Dari beberapa fungsi keluarga diatas, ada tiga fungsi pokok keluarga terhadap
anggota keluarganya, antara lain asih, yaitu memberikan kasih sayang, perhatin dan rasa
aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbun dan
berkembang sesuai usia dan kebutuhannya. Sedangkan asuh, yaitu merujuk pada
kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya selalu terpelihara
sehingga diharapkan mereka menjadi anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial dan
spiritual. Dan asah, yaitu memenuhi kebutuhan pendidikan anak sehingga siap menadi
manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.

1. Pemegang Kekuasaan
Pemegang kekuasaan dalam tiap keluarga berbeda dalam mengatur kehidupan
dalam keluarga. Effendy dalam Harmoko (2012) membagi pemegang kekuasaan dalam
rumah tangga atau keluarga dengan tiga jenis yaitu keluarga patriakal, yang dominan dan
memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ayah. Sementara pada keluarga
matriakal pihak ibu lebih dominan dan sebagai pemegang kekuasaan. Dan yang ketiga
adalah equalitarian yaitu keluarga yang dalam keluarga ayah dan ibu sama-sama
memegang kekuasaan.

2. Tugas Keluarga
Tugas keluarga dalam bidang kesehatan Ada 5 pokok tugas keluarga dalam

26
bidang kesehatan menurut Friedman (1998) dalam Dion & Betan (2013) adalah sebagai
berikut :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami
anggota keluarga.Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara
tidak langsung menjadi perhatian keluarga dan orang tua.Sejauh mana keluarga
mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi
pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab yang mempengaruhinya, serta persepsi
keluarga terhadap masalah.

b. Membuat keputusan tindakan yang tepat Sebelum


keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah kesehatan yang
dialaminya, perawat harus dapat mengkaji keadaan keluarga tersebut agar dapat
menfasilitasi keluarga dalam membuat keputusan
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, keluarga harus
mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis
danperawatannya).
2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.
4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yangbertanggung
jawab, sumber keuangan dan financial, fasilitas fisik,psikososial)
5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat Ketika
memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat, keluarga
harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga.
2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.
3) Pentingnya hiegine sanitasi.
4) Upaya pencegahan penyakit.
5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.
6) Kekompakan antar anggota kelompok.
e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat Ketika merujuk
anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai
berikut :
1) Keberadaan fasilitas keluarga.

27
2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan.
3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan
4) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga
3. Tahap Perkembangan dan Tugas Keluarga
Menurut Effendy dalam Harmoko (2012), tahap perkembangan keluarga
berdasarkan siklus kehidupan keluarga terbagi atas 8 tahap :
a. Keluarga baru (beginning family), yaitu perkawinan dari sepasang insan yang
menandakan bermulanya keluarga baru. Keluarga pada tahap ini mempunyai tugas
perkembangan, yaitu membina hubungan dan kepuasan bersama, menetapkan
tujuan bersama, membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
dan merencanakan anak atau KB.
b. Keluarga sedang mengasuh anak (child bearing family), yaitu dimulai dengan
kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan. Mempunyai tugas
perkembangan seperti persiapan bayi, membagi peran dan tanggung jawab,
adaptasi pola hubungan seksual, pengetahuan tentang kehamilan, persalinan dan
menjadi orang tua.
c. Keluarga dengan usia anak pra sekolah, yaitu kelurga dengan anak pertama yang
berumur 30 bulan sampai dengan 6 tahun. Mempunyai tugas perkembangan, yaitu
membagi waktu, pengaturan keuangan, merencanakan kelahiran yang berikutnya
dan membagi tanggungjawab dengan anggota keluarga yang lain.
d. Keluarga dengan anak usia sekolah, yaitu dengan anak pertama berusia 13 tahun.
Adapun tugas perkembangan keluarga ini, yaitu menyediakan aktivitas untuk anak,
pengaturan keuangan, kerjasama dalam menyelesaikan masalah, memperhatikan
kepuasan anggota keluarga dan sistem komunikasi keluarga.
e. Keluarga dengan anak remaja, yaitu dengan usia anak pertama 13 tahun sampai
dengan 20 tahun. Tugas pekembangan keluarga ini untuk menyediakan fasilitas
kebutuhan keluarga yang berbeda, menyertakan keluarga dalam tanggungjawab dan
mempertahankan filosofi hidup.
f. Keluarga dengan anak dewasa, yaitu keluarga dengan anak pertama, meninggalkan
rumah dengan tugas perkembangan keluarga, yaitu menata kembali sumber dan
fasilitas, penataan tanggungjawab antar anak, mempertahankan komunikasi
terbuka, melepaskan anak dan mendapatkan menantu.
g. Keluarga usia pertengahan, yaitu dimulai ketika anak terakhir meninggalakan
rumah dan berakhir pada saat pensiun. Adapaun tugas perkembangan, yaitu
mempertahankan suasana yang menyenangkan, bertanggungjawab pada semua
tugas rumah tangga, membina keakraban dengan pasangan, mempertahankan
kontak dengan anak dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial.

28
h. Keluarga usia lanjut, tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dari salah
satu pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu
pasangan meninggal dunia. Adapun tugas perkembangan keluarga ini, yaitu
menghadapi pensiun, saling merawat, memberi arti hidup, mempertahankan kontak
dengan anak, cucu dan masyarakat.

B. Konsep Asma Bronchiale

1. Pengertian
Asma adalah suatau keadan dimana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hivesensivitas terhadap rangsangan tertenu, yang menyebabkan peradanagan,
penyempitan ini bersifat berulang dan di antara episode penyempitan bronkus tersebut
terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal. Penderita Asma Bronkial, hipersensensitif
dan hiperaktif terhadap rangasangan dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap,
dan bahan lain penyebab alergi. Gejala kemunculan sangat mendadak, sehingga
gangguan asma bisa dtang secara tiba-tiba jika tidak dapat mendapatkan pertolongan
secepatnya, resiko kematian bisa datang. Gangguan asma bronkial juga bias muncul
lantaran adanya radang yang mengakibatkan penyempitan saluran pernapasan bagian
bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos saluran pernapasan,
pembengkakan selaput lender, dan pembentukan timbunan lendir yang berlebihan
(Irman Soemantri, 2012).
Asma adalah suatu keadaan klinik yang ditandai oleh terjadinya penyempitan
bronkus yang berulang namun revesibel, dan diantara episode penyempitan bronkus
tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal. Keadaan ini pada orang-orang
yang rentang terkena asma mudah ditimbulkan oleh berbagai rangsangan yang
menandakan suatu keadaan hiperaktivitas bronkus yang khas (Solomon, 2015).
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang mempunyai ciri
brokospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran napas) terutama pada
percabangan trakeobronkial yang dapat diakibatkan oleh berbagai stimul seperti oleh
faktor biokemikal, endokrin, infeksi, otonomik dan psikologi (Irman Somantri, 2012).

29
2. Anatomi Fisiologi Sistem pernafasan

Gambar 1 Anatomi Fisiologi Sistem pernafasan

Menurut Ardiansyah, M (2012), sistem pernafasan pada manusia dibagi menjadi


beberapa bagian. Saluran penghantar udara dari hidung hingga mencapai paru-paru
sendiri meliputi dua bagian, yaitu saluran pernafasan bagian atas dan bagian bawa
a. Saluran Pernafasan Bagian Atas (Upper Respiratory Airway)
Secara umum, fungsi utama dari saluran pernafasan atas adalah sebagai saluran
udara (air conduction) menuju saluran nafas bagian bawah untuk pertukaran gas,
melindungi (protecting) saluran nafas bagian bawah dari benda asing, dan sebagai
penghangat, penyaring, serta pelembab (warming filtration and humidification)
dari udara yang dihirup hidung. Saluran pernafasan atas ini terdiri dari organ-organ
berikut
1) Lubang Hidung (Cavum Nasalis)
Rongga hidung dilapisis sejenis selaput lender yang sangat kaya akan
pembuluh darah. Rongga ini bersambung dengan lapisan faring dan selaput
lendir sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung
(Ardiansyah, M 2012). Hidung dibentuk oleh tulang sejati (os) dan tulang
rawan (kartilago).

30
Hidung dibentuk oleh sebagian kecil tulang sejati, sisanya terdiri atas
kartilago dan jaringan ikat (connective tissue). Bagian dam hidung merupakan
suatu lubang yang dipisahkan menjadi lubang kiri dan kanan oleh sekat
(septum). Rongga hidung mengandung rambut (fimbriae) yang berfungsi
sebagai penyaring (filter) kasar terhadap benda asing yang masuk. Pada
permukaan (mukosa) hidung terdapat epitel bersilia yang mengandung sel
goblet. Sel tersebut mengeluarkan lender sehingga dapat menangkap benda
asing yang masuk ke dalam saluran pernafasan.
2) Sinus Parasinalis
Menurut Ardiansyah, M (2012), sinus paranasalis merupakan daerah yang
terbuka pada tulang kepala. Nama sinus paranasalis sendiri disesuaikan
dengan nama tulang di mana organ itu berada. Organ ini terdiri atas sinus
frotalis, sinus etmoidalis, sinus spenoidalis, dan sinus maksilaris. Fungsi dari
sinus adalah untuk membantu menghangatkan dan melembabkan udara,
meringankan berat tulang tengkorak, serta mengatur bunyi suara manusia
dengan resonansi
3) Faring
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan esophagus, pada ketinggian tulang rawan krikoid.
Oleh karena itu, letak faring di belakang laring (larynx-pharingeal). Faring
merupakan pipa berotot berbentuk cerobong (±13 cm) yang letaknya bermula
dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan esophagus pada
ketinggian tulang rawan (kartilago) krikoid. Faring digunakan pada saat
‘digestion’ (menelan) seperti pada saat bernafas. Berdasarkan letaknya faring
dibagi menjadi tiga yaitu di belakang hidung (naso-fasing), belakang mulut
(oro-faring), dan belakng laring (laringofaring).
4) Laring
Laring terletak di depan bagian terendah faring yang memisahkan faring dari
columna vertebrata. Laring merentang sampai bagian atas vertebrata
servikals dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Laring terdiri atas
kepingan tulang rawan yang diikat/disatukn oleh ligament dan membran.
Laring sering disebut dengan ‘voice box’ dibentuk oleh struktur
epitheliumlined yang berhubungan dengan faring (di atas) dan trachea (di
bawah)
b. Saluran Pernafasan Bagian Bawah (Lower Airway)
Ditinjau dari fungsinya, secara umum saluran pernafasan bagian
bawah terbagi menjadi dua komponen. Pertama, saluran udara kondusif atau

31
yang sering disebut sebagai percabangan dari trakeobronkialis. Saluran ini
terdiri atas trakea, bronki, dan bronkioli. Kedua, satuan respiratorius terminal
(kadang kala disebut dengan acini) yang merupakan saluran udara konduktif
dengan fungsi utamanya sebagai penyalur (konduksi) gas masuk dan keluar
dari satuan respiratorius terminal merupakan tempat pertukaran gas yang
sesungguhnya. Alveoli sendiri merupakan bagian dari satuan respiratorius
termina
1) Trakea
Trakea atau batang tenggorokan memiliki panjang kira-kira 9 cm. organ ini
merentang laring sampai kira-kira di bagian atas vertebrata torakalis kelima.
Dari tempat ini, trakea bercabang menjadi dua bronkus (bronchi). Trakea
tersusun atas 16-20 lingkaran tak lengkap, berupa cincin-cincin tulang rawan
yang disatukan bersama oleh jaringan fibrosa dan melengkapi lingkran di
sebelah belakang trakea. Selain itu, trakea juga memuat beberapa jaringan otot.
3. Bronkus dan Bronkeoli
Bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada tingkatan vertebrata
torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh
sejenis sel sama. Bronkus-bronkus itu membentang ke bawah dan samping, kea
rah tampuk paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar daripada yang kiri,
sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang
utama lewat di bawah arteri, yang disebut bronkus lobus bawah. Bronkus kiri
lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, serta merentang di bawah
arteri pulmonalis sebelum akhirnya terbelah menjadi beberapa cabang menuju ke
lobus atas dan bawah.
Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris
dan kemudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini merentang terus menjadi
bronkus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus
terminalis, yaitu saluran udra terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara).
Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih 1 mm. bronkeolus tidak
diperkuat oleh cincin tulang rawan, tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga
ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkhiolus
terminalis disebut saluran penghantar udara, karena fungsi utamanya sebagai
penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
4. Alveolus
Alveolus (yaitu tempat pertukaran gas sinus) terdiri dari bronkhiolus
dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli
pada dinsingnya. Alveolus adalah kantong berdinding tipis yang mengandung

32
udara. Melalaui seluruh dinding inilah terjadi pertukaran gas. Setiap paru
mengandung sekitar 300 juta alveoli. Lubang-lubang kecil di dalam dinding
alveolar memungkinkan udara melewati satu alveolus yang lain. Alveolus yang
melapisi rongga thoraks dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori koh

5. Paru-paru
Bagian kiri dan kanan paru-paru terdapat dalam rongga toraks. Paru-
paru juga dilapisisi pleura, yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam
rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikn. Paru
kanan dibagi atas tiga lobus, yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus
dibungkus oleh jaringan elastis yang mengandung pembuluh limfe, arteriola,
venula, dan alveoli. Diperkirakan, setiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli,
sehingga organ ini mempunyai permukaan yang cukup luas sebagai tempat
permukaan/pertukaran gasToraks, Diafragma, dan Pleura Rongga torak
berfungsi melindungi paru-paru, jantung, dan pembuluh darah besar. Bagian
rongga toraks terdiri atas 12 iga costa. Pada bagian atas toraks di daerah leher,
terdapat dua otot tambahan untuk proses inspirasi, yakni skaleneus dan
sternokleidomastoideus. Otot sklaneus menaikkan tulang iga pertama dan kedua
selama inspirasi untuk memperluas rongga dada atas dan menstabilkan dinding
dada. Otot sternokleidomastoideus berfungsi untuk mengangkat sternum. Otot
parasternal, trapezius, dan pektoralis juga merupakan otot inspirasi tambahan
yang berguna untuk mneingkatkan kerja nafas. Di antara tulang iga terdapat otot
interkostal. Otot interkostal eksternum adalah otot yang menggerakkan tulang
iga ke atas dan depan, sehingga dapat meningkatkan diameter anteroposterior
dari dinding dada.
Diafragma terletak di bawah rongga toraks. Pada keadaan relaksasi,
diafragma ini berbentuk kubah. Mekanisme pengaturan otot difragma (nervus
frenikus) terdapat pada tulang belakang (spinal cord) di servikal ke-3 (C3). Oleh
karena itu, jika terjaddi kecelakaan pada saraf C3, maka hal ini dapat
menyebabkan gangguan ventilasi. Pleura merupakan membrane serosa yang
menyelimuti paru. Terdapat dua macam pleura, yaitu pleura parietal yang
melapisi rongga toraks dan pleura visceral yang menutupi setiap paru-paru.
Diantara kedua pleura tersebut terdapat cairan pleura menyerupai selaput tipis
yang memungkinkan kedua permukaan tersebut bergesekan satu sama lain
selama respirasi, sekaligus mencegah pemisahan toraks dan paru-paru. Tekanan
dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfer, sehingga mencegah
terjadinya kolaps paru. Jika pleura bermasalah, misalnya mengalami peradangan,

33
maka udara cairan dapat masuk ke dalam rongga pleura. Hal tersebut dapat
menyebabkan paru-paru tertekan dan kolaps (Ardiansyah,2012).

1. Tipe Asma Bronchiale


Menurut (Solmon, 2015), Tipe asma berdasarkan penyebab terbagi menjadi
alerg, idiopatik, dan nonalergik atau campura (mixed) antara lain :
a. Asma alergik/Ekstrinsik Merupakan suatu bentuk asma dengan alergan seperti bulu
binatang, debu, ketombe, tepung sari, makanan, dan lain-lain. Alrgi terbanyak
adalah airboner dan musiman (seasonal). Klien dengan asma alergik biasanya
mempunyai riwayat penyakit alergi pada keluarga dan riwayat pengobatan eksrim
atau rhinitis alergik. Paparan terhadap alergik akan mencetus serangan asma.
Bentuk asma ini biasanya di mulai sejak kanak- kanak.
b. Idiopatik atau nonarelgik asma/instrinsik Tidak berhubungan secara langsung
dengan allergen spesifik. Faktor-faktor seperti common cold, infeksi saluran nafas
atas, aktivitas, emosi/stres, dan populasi lingkungan akan mencetuskan serangan.
Beberapa agen farmakologi seperti antagonis b-adrenergik dan bahan sulfat
(penyedap makanan) juga dapat menjadi faktor penyebab.Serangan drai asma
idiopatik atau non nalregik menjadi lebih berat dan sering kali berjalannya waktu
dapat berkembang menjadi btis dan emfisma.Pada beberapa kasus dapat dapat
berkembang menjadi asma campuran. Bentuk asma in biasanya dimulai ketika
dewasa (> 35 tahun).
c. Asma campuran (Mixed Asma) Merupakan bentuk asma yang paling sering. Asma
campuran dikarateristikkan dengan bentuk kedua jenis asma alergik dan idiopatik
atau nonalergik.

2. Etiologi Asma Bronkial


Menurut berbagai penelitian patologi dan etiologi asma belum diketahui dengan
pasti penyebababnya, akan tetapi hanya menunjukan dasar gejala asma yaitu inflamasi
dan respon saluran nafas yang berlebihan ditandai dengan dengan adanya kalor (panas
karena vasodilatasi), tumor (esudasi plasma dan edema), dolor (rasa sakit karena
rangsagan sensori), dan function laesa fungsi yang terganggu (sudoyo, 2015).
Sebagai pemicu timbulnya serangan dapat berupa infeksi (infeksi virus RSV),
iklim (perubahan mendadak suhu, tekanan udara), inhalan (debu, kapuk, tunggau,
sisa serangga mati, bulu binatang, serbuk sari, bau asap, uap cat), makanan (putih
telur, susu sapi, kacang tanah, coklat, biji- bijian, tomat), obat (aspirin), kegiatan
fisik (olahraga berat, kecapaian, tertawa terbahak-bahak), dan emosi (sudoyo, 2015)

34
3. Gambran Klinis Asma Bronkial

Gejala asma terdiri atas triad, yaitu dipsnea, batuk dan mengi. Gejala yang
disebutkan terakhir sering dianggap sebagai gejala yang harus ada (sine qua non), data
lain terlihat pada pemeriksaan fisik (Nurarif & kusuma, 2015).

4. Patofisiologi Asma bronkial


Asma akibat alergi bergantung kepada respon IgE yang dikendalikan oleh
limfosit T dan B serta diaktifkan oleh interaksi antara antigen dengan molekul IgE
dengan sel mast. Sebagian besar allergen yang mencetus asma bersifat airborne dan agar
dapat menginduksi keadaan sensitivitas, allergen tersebut harus tersedia dalam jumlah
banyak untuk periode waktu terentu. Akan tetapi, sekali sensitivitasi telah terjadi, klien
akan memperlihatkan respon yang sangan baik, sehingga sejumlah kecil allergen yang
mengganggu sudah dapat menghasilkan eksaserbasi penyakit yang jelas (Nurarif &
kusuma, 2015).
Obat yang paling sering berhubungan dengan induksi episode akut asma adalah
aspirin, bahan pewarna seperti tartazin, antagonis, beta- adrenergik, dan bahan sulfat.
Sindrom pernafasan sensitif-aspirin khususnya terjadi pada orang dewasa, walaupun
keadaan ini juga dapat dilihat pada masa kanak-kanak. Masalah ini biasanya berawal
dari rhinitis vasomotor perennial yang diikuti oleh rhinosinusitis hiperplastik dengan
polip nasal. Baru kemudian muncul asma progresif. Klien yang sensitive terhadap
aspirin dapat didesentisasi dengan pemberian obat setiap hari. Setelah menjalani terapi
ini, toleransi silang juga akan terbentuk terhadap agen anti-inflamasi non-steroid.
Mekanisme yang menyebabkan bronkospasme karena penggunaan aspirin dan obat lain
tidak diketahui, tetapi mungkin berkaitan dengan pemebentukan leukotrien yang
diinduksi secara khusus oleh aspirin (Solomon, 2015).
Antagons ᵝ-adenergik biasanya menyebabkan obtruksi jalan napas pada klien
asma, halnya dengan klien lain. Dapat menyebabkan peningkatan reaktivitas jalan nafas
dan hal tersebut harus dihindari. Obat sulfat, seperti kalium metabisulfit, kalium dan
natrium bisulfit, natrium sulfit dan sulfat klorida, yang secara luas dignakan dalam
industri makanan dan farmasi sebagai agen sanitasi serta pengawet dapat menimbulkan
obstruksi jalan nafas akut pada klien yang sensitive. Pajanan biasanya terjadi setelah
menelan makanan atau cairan yang mengandung senyawa ini, seperti salad, buah segar,
kentang, karang, dan anggur (Irman Somarti, 2012)
Pencetus-pencetus serangan diatas ditambah dengan pencetus lainnya dari
internal klien akan mengakibatkan timbulnya reaksi antigen dan antibody. Reaksi
antigen antibody ini akan mengeluarkan substansi pereda alergi yang sebetulnya

35
merupakan mekanisme tubuh dalam menghadapi serangan. Zat yang dikeluarkan dapat
berupa histamine, bradikinin, dan anafilaktoksin. Hasil ini dari reaksi tersebut adalah
timbulnya tiga gejala, yaitu berkontraksinya otot polos, peningkatan permeabilitas
kapiler, dan peningkatan sekret mukus (nurarif & kusuma, 2015).

5. Penatalaksanaan Asma Bronkial


Prinsip-prinsip penatalaksanaan asma bronkial adalah sebagai berikut : (Somantri,
2012).
a. Diagnosis status asmatikus. Faktor penting yang harus diperhatikan:
1) Saatnya serangan
2) Obat-obatan yang telah diberikan (macam dan dosis)
b. Pemberian obat bronkodilator
c. Penilaian terhadap perbaikan serangan.
d. Pertimbangan terhadap pemberian kartikosteroid.
e. Penatalaksanaan setelah serangan mereda
1) Cari faktor penyebab
2) Modifikasi pengobatan penunjang selanjutya
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat teradi pada Asma Bronkial apabila tidak segera ditangani,
adalah : (Sundaro & Sukanto, 2006).
a. Gagal napas
b. Bronkhitis.
c. Fraktur iga (patah tulang rusuk).
d. Pneumotoraks (penimbunan udara pada rongga dada disekeling paru yang
menyebabkan paru-paru kolaps).
e. Pneumodiastinum penimbunan dan emfisema subkitus.
f. Aspergilosis bronkopulmoner alergik.
g. Atelektasis.
7. Penyimpangan Kebutuhan Dasar Manusia

36
Faktor Intrinsik Faktor ekstriksik

Infeksi Kuman Alergen

Pengaktifan respon imun (sel mast)

Pengaktifan mediator kimiawi


sekresi

Bronchospasme Edema mukosa inflamasi

Penyempitan jalan nafas

Pola nafas tidak efektif

Wheezing, batuk,sputum
(Nurarif & kusuma, 2015).
Kurang infromasi

Bersihan jalan nafas tidak efektif


Defisit pengetahuan

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Definisi Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan di dasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk
pelayanan bio, psiko, sosio, spiritual, dan komprehensif, ditujukan kepada individu,
keluarga, dan masyarakat, baik sehat maupun sakit mencakup seluruh proses kehidupan.
2 Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan dalam praktek
keperawatan yang diberikan kepada klien sebagai anggota keluarga,pada tatanan
komunitas dengan menggunakan proses keperawatan,berpedoman pada standar
keperawatan,berlandasan pada etik dan etiket,keperawatan dalam lingkungan wewenang
serta tanggung jawab keperawatan(Sudiharto, 2007).
3 Tujuan Asuhan Keperawatan Keluarga
Tujuan ada 2 yaitu:
a. Tujuan umum
Ditingkatkannya kemauan dan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatannya secara mandiri.

37
b. Tujuan khusus
Ditingkatkannya kemampuan:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan keluarga yang mereka hadapi.
2) Mengambil keputusan tentang bagaimana memecahkan masalahkesehatan
keluarga.
3) Meningkatkan mutu kesehatan keluarga (promosi kesehatan).
4) Mencegah terjadinya penyakit/timbulnya masalah kesehatan pada keluarga.
5) Melaksanakan usaha penyembuhan masalah kesehatan keluarga melalui asuhan
keperawatan di rumah.
6) Membantu tenaga professional keperawatan dalam dalam menanggulangi
penyakit/masalah kesehatan mereka dirumah (H.Zaidin Ali, 2006).
i. Proses Keperawatan Keluarga
Proses keperawatan keluarga mengikuti pola keperawatan secara umum yang terdiri dari:
a. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dimana seorang perawat
mulai mengumpulkan informasi tentang keluarga yang dibinanya.
1) Pada awal pengkajian perawat harus membina hubungan yang baik dengan
keluarga dengan cara:
a) Diawali perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah.
b) Menjelaskan tujuan kunjungan.
c) Meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk membantu
keluarga menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di keluarga.
d) Menjelaskan luas kesanggupan perawat yang dapat dilakukan.
2) Cara pengumpulan data tentang keluarga dapat dilakukan antara lain dengan:
a) Wawancara
b) Observasi
3) Membina hubungan saling percaya
a) Salah satu fungsi perawat keluarga adalah menciptakan hubungan saling
percaya.
b) Menciptakan hubungan saling percaya adalah dimana adanya saling
terbuka, saling menghormati dan komunikasi berjalan dengan efektif.
c) Hubungan saling percaya dapat dikembangkan dengan menyampaikan
tujuan, menerima dan mengakui hak-hak keluarga pada perasaan dan
keyakinan mereka sendiri tanpa keluarga dari tujuan, nilai-nilai dan
harapan perawat.
d) Diawali dengan memberikan kesempatan keluarga mengungkapkan
persoalan dan masalahnya sendiri.Perawat memahami persoalan

38
berdasarkan pengalamannya bersama-sama, keluarga mendalami persoalan
dan memecahkan masalah secara bersama-sama.
Data-data yang dikumpulkan meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Struktur keluarga.
a.Identitas kepala keluarga.
b. Susunan anggota keluarga.
c.Genogram.
2. Riwayat tahap perkembangan keluarga keluarga.
3. Aktivitas sehari-hari.
4. Lingkungan.
5. Fungsi keluarga.
6. Stres keluarga berespon terhadap stres/stresor.
7. Pemeriksaan fisik.
8. Harapan keluarga.

b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah keputusan tentang respon keluarga tentang
masalah kesehatan aktual ataupun potensial sebagai dasar seleksi intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan
kewenangan perawat.
Daftar diagnosa keperawatan berdasarkan NANDA 2013 berikut:
1) Diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan lingkungan.
a) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah.
b) Resiko terhadap cedera.
c) Resiko terjadinya infeksi (penularan penyakit).
1) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur komunikasi :Komunikasi
keluarga disfungsional.
2) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur peran.
a) Berduka dan di antisipasi.
b) Berduka disfungsional.
c) Isolasi sosial.
d) Perubahan dalam proses keluarga (dampak adanya orang yang sakit terhadap
keluarga).
e) Potensial peningkatan menjadi orang tua.
f) Perubahan menjadi orang tua (krisis menjadi orang tua).
g) Perubahan menampilkan peran.

39
h) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah.
i) Gangguan citra tubuh.
3) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi efektif.
a) Perubahan proses keluarga.
b) Perubahan menjadi orang tua.
c) Potensial peningkatan menjadi orang tua.
d) Berduka yang di antisipasi.
e) Koping keluarga tidak efektif, menurun.
f) Koping keluarga tidak efektif, ketidakmampuan.
g) Resiko terhadap tindakan kekerasan.
4) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi sosial.
a) Perubahan proses keluarga.
b) Perilaku menarik bantuan kesehatan.
c) Konflik peran orang tua.
d) Perubahan menjadi orang tua.
e) Potensial peningkatan menjadi orang tua.
f) Perubahan pertumbuhan dan perkembangan.
g) Perubahan pemeliharan kesehatan.
h) Kurang pengetahuan.
i) Isolasi sosial.
j) Kerusakan interaksi sosial.
k) Resiko terhadap tindakan kekerasan.
l) Ketidakpatuhan.
m) Gangguan identitas pribadi.
5) Diagnosa Keperawatan keluarga pada masalah perawatan kesehatan.
a) Perubahan pemeliharan kesehatan.
b) Potensial peningkatan pemeliharan kesehatan.
c) Perilaku mencari pertolongan kesehatan.
d) Ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik keluarga.
e) Resiko terhadap penularan penyakit.
6) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah koping.
1. Potensial masalah peningkatan koping keluarga.
2. Koping keluarga tidak efektif,menurun.
3. Koping keluarga tidak efektif,ketidakmampuan.
4. Resiko terhadap tindakan kekerasan.

Prioritas masalah

40
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prioritas masalah adalah sebagai berikut:
1) Tidak mungkin masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang di temukan
dalam keluarga dapat di atasi sekaligus.
2) Perlu mempertimbangkan masalah-masalah yang dapat mengancam kehidupan
keluarga seperti masalah penyakit.
3) Perlu mempertimbangkan respon dan perhatian keluarga terhadap asuhan
keperawatan keluarga yang akan di berikan.
4) Keterlibatan dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi.
5) Sumber daya keluarga yang dapat penunjang pemecahan masalah kesehatan
keperawatan keluarga.
6) Pengetahuan dan kebudayaan keluarga.
Kriteria prioritas masalah.
a) Sifat masalah di kelompokan menjadi:
1) Ancaman kesehatan.
2) Keadaan sakit atau tidak sakit.
3) Situasi krisis.
b) Kemungkinan masalah dapat dirubah adalah kemungkinan keberhasilan untuk
mengurangi masalah atau mencegah masalah bila dilakukan intervensi
keperawatan dan kesehatan.
c) Potensi masalah untuk dicegah, adalah sifat dan besarnya masalah yang akan
timbul dan dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan keperawatan dan
kesehatan.
d) Masalah yang menonjol,adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah
dalam hal beratnya dan mendesaknya untuk diatasi melalui intervensi
keperawatan dan kesehatan.
Tabel 1 Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan Keluarga.
No Kriteria Nilai Bobot

1 Sifat masalah
Skala : 1
Tidak/kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
Krisis 1
2 Kemungkinan masalah dapat di ubah
Skala :
Dengan mudah 2 2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensial masalah dapat di ubah
Skala : 2
Tinggi 0
Cukup 1

41
Rendah 0
4 Menonjolnya masalah untuk di ubah
Skala :
Masalah berat harus ditangani 1 1
Masalah yang tidak perlu harus di tangani 0
Masalah tidak dirasakan 0

Keterangan:

1) Tentukan skor untuk setiap kriteria.


2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot.
Skor yang diperoleh
× Bobot
Angka Tertinggi

3) Jumlah skor untuk semua kriteria.


4) Skor tertinggi adalah 5,dan sama untuk seluruh bobot.

a. Intervensi Keperawatan

Fokus dari intervensi keperawatan keluarga antara lain meliputi kegiatan yang
bertujuan:
1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara:
a) Memberi informasi yang tepat.
b) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan.
c) Mendorong sikap emosi yang sehat dan mendukung upaya masalah
kesehatan.
2) Menstimulus keluarga untuk menentukan cara perawatan keluarga yang tepat
dengan cara:
a) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan.
b) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga.
c) Mendiskusikan tentang konsekuensi setiap tindakan.
3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota yang sakit dengan cara:
a) Mendemonstrasikancaraperawatan.
b) Menggunakan alat fasilitas yang ada di rumah.
c) Mengawasi keluarga melakukan perawatan.

4) Membantu keluarga untuk menciptakan lingkungan menjadi sehat, dengan cara:


a) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.

42
b) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
5) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada,dengan
cara:
a) Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga.
b) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada (Setiadi,
2008).

c. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


Pada dasarnya proses keperawatan merupakan suatu proses pemecahan masalah yang
sistematis, yang digunakan ketika bekerja pada individu, keluarga, kelompok dan komunitas.
Pada keperawatan keluarga perawat dapat mengkonseptualisasikan keluarga sebagai konteks
dimana fokus dan proses perawatannya berorientasi pada anggota keluarga secara individu.
Dalam praktiknya kebanyakan perawat keluarga bekerja pada keduanya yaitu pada
keluarga dan pada individu dalam keluarga. Ini berarti bahwa perawat keluarga akan
menggunakan proses keperawatan pada dua tingkatan yaitu tingkat individu dan keluarga.
Sasaran asuhan keperawatan keluarga adalah keluarga-keluarga yang rawan kesehatan, yaitu
keluarga yang mempunyai masalah kesehatan atau beresiko timbulnya masalah kesehatan.
Sasaran keluarga yang dimaksud adalah individu sebagai anggota keluarga dan keluarga itu
sendiri.
Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga, beberapa poin yang perlu dilakukan
oleh perawat, yaitu;
1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil informasi secara
terus-menerus terhadap anggota keluarga yang dibina. Untuk mendapatkan data
pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan
menggunakan bahasa ibu (bahasa yang digunakan setiap hari), lugas dan sederhana.
Asuhan keperawatan keluarga menurut teori aplikasi model pengkajian Friedman (2013)
dalam kasus keluarga dengan penyakit asma bronchiale yaitu :
a. Data umum
1) Nama kepala keluarga
2) Usia
3) Pendidikan
4) Pekerjaan
5) Alamat
6) Daftar anggota keluarga

43
Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga

N Status
Nama L/K Usia Hubungan Pendidikan Pekerjaan
o kesehatan
1 Andi S L 32 Suami SMk Wirasuasta Cukup
2 Nadia P 34 istri SMPTN IRT Baik

b. Genogram
Dengan adanya genogram dapat diketahui faktor genetik atau faktor bawaan yang
sudah ada pada diri manusia untuk timbulnya penyakit Asma bronchiale.
c. Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi dapat dilihat dari, yaitu;
1) Pendapatan keluarga
2) Kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan keluarga.
Pada pengkajian status sosial ekonomi berpengaruh pada tingkat kesehatan
seseorang. Dampak dari ketidak-mampuan keluarga membuat seseorang enggan
memeriksakan diri ke dokter dan fasilitas kesehatan lainnya.
d. Riwayat kesehatan keluarga
1) Riwayat masing-masing kesehatan keluarga (apakah mempunyai penyakit
keturunan).
2) Perhatian keluarga terhadap pencegahan penyakit
3) Sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga
4) Pengalaman terhadap pelayanan kesehatan
e. Karakteristik lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Tetangga dan komunitas
3) Geografis keluarga
4) Sistem pendukung keluarga
f. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki
dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga dan
bagaimana anggota keluarga mengembangkan sikap saling mengerti. Semakin
tinggi dukungan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit, semakin
mempercepat kesembuhan dari penyakitnya. Fungsi ini merupakan basis sentral
bagi pembentukan dan kelangsungan unit keluarga. Fungsi ini berhubungan
dengan persepsi keluarga terhadap kebutuhan emosional para anggota keluarga.
Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan mengakibatkan ketidakseimbangan
keluarga dalam mengenal tanda-tanda gangguann kesehatan selanjutnya.

44
2) Fungsi keperawatan
a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
sejauh mana keluarga mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan yang
meliputi pengertian, faktor penyebab tanda dan gejala serta yang
mempengaruhi keluarga terhadap masalah, kemampuan keluarga dapat
mengenal masalah, tindakan yang dilakukan oleh keluarga akan sesuai
dengan tindakan keperawatan, karena Asma bronchiale memerlukan
perawatan yang khusus yaitu mengenai pengaturan makanan dan gaya
hidup. Jadi disini keluarga perlu tau bagaimana cara pengaturan makanan
yang benar serta gaya hidup yang baik untuk penderita Asma bronchiale.
b) Untuk mengtahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai
tindakan kesehatan yang tepat. Yang perlu dikaji adalah bagaimana keluarga
mengambil keputusan apabila anggota keluarga menderita Asma bronchiale.
c) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat keluarga
yang sakit. Yang perlu dikaji sejauh mana keluarga mengetahui keadaan
penyakitnya dan cara merawat anggota keluarga yang sakit Asma
bronchiale.
d) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga memelihara
lingkungan rumah yang sehat. Yang perlu dikaji bagaimana keluarga
mengetahui keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan kemampuan
keluarga untuk memodifikasi lingkungan akan dapat mecegah kekambuhan
dari pasien Asma bronchiale.\
e) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan
fasilitas kesehatan yang mana akan mendukung kesehatan seseorang.
3) Fungsi sosialisasi
Pada kasus penderita Asma bronchiale yang sudah mengalami komplikasi
stroke, dapat mengalami gangguan fungsi sosial baik di dalam keluarga maupun
didalam komunitas sekitar keluarga.
4) Fungsi reproduksi
Pada penderita Asma bronchiale perlu dikaji riwayat kehamilan (untuk
mengetahui adanya tanda-tanda Asma bronchiale saat hamil).
5) Fungsi ekonomi
Status ekonomi keluarga sangat mendukung terhadap kesembuhan penyakit.
Biasanya karena faktor ekonomi rendah individu segan untuk mencari
pertolongan dokter ataupun petugas kesehatan lainya (Friedman, 2013).
g. Stres dan koping keluarga
1) Stresor yang dimiliki

45
2) Kemampuan keluarga berespons terhadap stressor
3) Strategi koping yang digunakan
4) Strategi adaptasi disfungsional
h. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan fisik umum
2) Pemeriksaan fisik khusus
i. Harapan keluarga
Perlu dikaji bagaimana harapan keluarga terhadap perawat (petugas kesehatan) untuk
membantu penyelesaian masalah kesehatan yang terjadi.

2. Diagnosis keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga atau
masyarakat yang diperoleh dari suatu proses pengumpulan data dan analisis cermat dan
sistematis, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat
bertanggung jawab melaksanakannya (Shoemaker dalam Murwani, A, & Setyowati, S,
2011).
Perumusan diagnosis keperawatan keluarga dapat diarahkan pada sasaran individu atau
keluarga. Komponen diagnosis keperawatan meliputi masalah (problem), penyebab
(etiologi) dan atau tanda (sign). Sedangkan etiologi mengacu pada 5 tugas keluarga yaitu :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
1) Persepsi terhadap keparahan penyakit
2) Pengertian
3) Tanda dan gejala
4) Faktor penyebab
5) Persepsi keluarga terhadap masalah
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
1) Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah
2) Masalah dirasakan keluarga/Keluarga menyerah terhadap masalah yang dialami
3) Sikap negatif terhadap masalah kesehatan
4) Kurang percaya terhadap tenaga kesehatan
5) Informasi yang salah

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit


1) Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit
2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan
3) Sumber – sumber yang ada dalam keluarga

46
4) Sikap keluarga terhadap yang sakit
d. Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan
1) Keuntungan/ manfaat pemeliharaan lingkungan
2) Pentingnya higyene sanitasi
3) Upaya pencegahan penyakit
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas keluarga
1) Keberadaan fasilitas kesehatan
2) Keuntungan yang didapat
3) Kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan
4) Pengalaman keluarga yang kurang baik
5) Pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh keluarga
Setelah data dianalisis dan ditetapkan masalah keperawatan keluarga, selanjutnya masalah
kesehatan keluarga yang ada, perlu diprioritaskan bersama keluarga dengan
memperhatikan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki keluarga. Prioritas masalah
asuhan keperawatan keluarga sebagai berikut :

Tabel 2 Prioritas Masalah


No Kriteria Nilai Bobot

1 Sifat masalah
Skala : 1
Tidak/kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
Krisis 1
2 Kemungkinan masalah dapat di ubah
Skala :
Dengan mudah 2 2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensial masalah dapat di ubah
Skala : 2
Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah untuk di ubah
Skala :
Masalah berat harus ditangani 2 1
Masalah yang tidak perlu harus di tangani 1
Masalah tidak dirasakan 0

Skoring :

a. Tentukan skor untuk tiap criteria

47
b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan nilai bobot
SKOR
x NILAI BOBOT
ANGKA TERTINGGI

c. Jumlahkan skor untuk semua kriteria, skor tertinggi 5 sama dengan seluruh
bobot

Menurut (Komang, 2010) adapun diagnosa dalam keperawatan keluarga meliputi


a. Bersihan jalan nafas tidak efektif pada anggota keluarga dengan asma berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami asma
bronchiale.
b. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah asma

3. Intervensi Keperawatan
Effendy dalam Harmoko (2012), mendefinisikan: rencana keperawatan keluarga
adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaksanakan, dalam
memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah didefinisikan. Sedangkan
Friedman (2013) menyatakan ada beberapa tingkat tujuan. Tingkat pertama meliputi
tujuan-tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat diukur, langsung dan spesiflk.
Sedangkan tingkat kedua adalah tujuan jangka panjang yang merupakan tingkatan
terakhir yang menyatakan maksud-maksud luas yang yang diharapkan oleh perawat
maupun keluarga agar dapat tercapai.
Dalam menyusun kriteria evaluasi dan standar evaluasi, disesuaikan dengan
sumber daya yang mendasar dalam keluarga pada umumnya yaitu biaya, pengetahuan,
dan sikap dari keiuarga, sehingga dapat diangkat tiga respon yaitu respon verbal, kognitif,
afektif atau perilaku, dan respon psikomotor untuk mangatasi masalahnya. Tujuan asuhan
keperawatan keluarga dengan masalah Asma bronchiale dapat dibedakan menjadi dua
yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang (Effendy dalam Harmoko, 2012).
Tujuan jangka pendek pada penderita Asma bronchiale antara lain : setelah
diberikan informasi kepada keluarga mengenai Asma bronchiale keluarga mampu
mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat untuk anggota keluarga yang
menderita Asma bronchiale dengan respon verbal keluarga mampu menyebutkan
pengertian, tanda dan gejala, penyebab serta perawatan Asma bronchiale.
Respon afektif, keluarga mampu menentukan cara penanganan atau perawatan
bagi anggotanya yang menderita Asma bronchiale secara tepat. Sedangkan respon
psikomotor, keluarga mampu memberikan perawatan secara tepat dan memodifikasi
lingkungan yang sehat dan nyaman bagi penderita Asma bronchiale. Standar evaluasi

48
yang digunakan adalah pengertian, tanda dan gejala, penyebab, perawatan, komplikasi
dan pengobatan Asma bronchiale (Effendy dalam Harmoko, 2012).
Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai dalam perawatan Asma bronchiale
adalah masalah dalam keluarga dapat teratasi atau dikurangi setelah dilakukan tindakan
keperawatan. Tahap intervensi diawali dengan menyelesaikan perencanaan perawatan.

yang dilakukan oleh keluarga, perawat, dan yang lainnya. Evaluasi merupakan
proses berkesinambungan yang terjadi setiap kali seorang perawat memperbaharui
rencana asuhan keperawatan (Friedman, 2013). Evaluasi merupakan kegiatan yang
membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah
ditetapkan untuk melihat keberhasilannya

49
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
3.1.1 Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga : Tn. As
2. Alamat dan No. Telp : BTN ANTARA
3. Pekerjaan Kepala Keluarga : WIRASWASTA
4. Pendidikan Kepala Keluarga : SMK
5. Komposisi Keluarga :

Tabel 3.1 Komposisi Keluarga


Hubungan
Jenis
No Nama Umur dengan Pendidikan Keterangan
Kelamin
KK
1 Tn.As 31 th L Suami SMK Cukup
2 Ny.N 41 th P Istri SLTP Sehat
3 An.D 15th L Anak SLTP Sehat
4 An.A 10 th P Anak SD Sakit
Genogram

II

III

Keterangan
: perempuan meninggal : garis pernikahan
: laki-laki : garis keturunan
: perempuan : tinggal serumah
: pasien

50
Gambar 3.1 Genogram

51
52

6. Tipe Keluarga.
Tipe kelurga Tn.As adalah tipe keluarga tradisional dengan keluarga inti yang terdiri dari
ayah, ibu dan dua orang anaknya yang masih sekolah
7. Suku Bangsa.
Keluarga Tn. As adalah dari suku Bugis. Pada keluarga Tn As terdapat kebiasan makan
yang pedas dan bersantan.
8. Agama.
Agama yang dianut oleh Tn. As. beserta keluarga adalah Islam. Keluarga Tn. As biasanya
melakukan shalat 5 waktu dirumah. Tn. As dan Ny.N jarang melaksanakan shalat
berjamaah, Tn As kurang aktif didalam kegiatan mushalla dan juga jarang ikut dalam
kepengurusan mushalla. Namun agama tetap menjadi sumber kekuatan bagi keluarga.
9. Status Sosial Ekonomi.
Tn. As adalah Kepala keluarga dan seorang supir dan Ny. N adalah seorang ibu rumah
tangga. Tn. As kepala keluarga dengan penghasilan ± Rp 2.500.000,-/bulan, penghasilan
berfokus pada pembiayaan kebutuhan sehari-hari, Tn.As juga menyisihkan sebagian dari
pendapatannya perhari yang bisa digunakan untuk kebutuhan mendadak dan untuk
pengobatan anggota keluarga yang sakit, keluarga menerima kartu JKN.
10. Aktivitas rekreasi kelurga.
Keluarga Tn.As tidak mempunyai aktivitas rekreasi yang tidak terjadwal, karena Tn.As
bekerja setiap hari, adapun aktivitas rekreasi keluarga Tn. As berupa berkumpul dengan
anggota keluarga lain, setiap waktu senggang Tn.As duduk-duduk di ruang tamu sambil
bercerita ringan dan menonton TV.
3.1.2 Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga.
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini.
Tahap perkembangan keluarga Tn.As saat ini adalah tahap perkembangan keluarga
dengan dewasa awal dengan tugas perkembangan sebagai berikut :
a. Persiapan menjadi orang tua .
b. Adapatasi dengan perubahan anggota keluarga peran, interaksi,
c. hubungan seksual dan kegiatan .
d. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah memenuhi kebutuhan
kesehatan fisik keluarga seperti Tn.As mempunyai penyakit asma.
3. Riwayat keluarga inti
Ny. N mengatakan belakangan ini penyakit asma Tn.As sering kumat, Ny. N mengatakan
jika serangan sesak datang hanya minum obat asma yang di beli di , apabila obat warung
tidak bisa mengurangi serangan asma baru An.As memeriksakan dirinya ke klinik.

52
53

3.1.3 Riwayat Kesehatan Lingkungan


1. Karakteristik Rumah
Rumah yang dimiliki oleh Tn. As dan Ny. N adalah rumah permanen. dengan luas 7 x
6 .Rumah tersebut milik pribadi Tn.As yang terdiri dari ruang tamu, 3 kamar tidur, 1 buah (dapur
tungku dan dapur kompor), dinding rumah dari batu bata yang sudah dicor dengan semen yang
dinding sudah dicat.
Mereka menggunakan lampu listrik sebagai penerangan. Peralatan yang ada dirumah Tn.
As diantaranya : 1 set kursi tamu, lemari, kasur dan termpat tidur serta peralatan rumah tangga.
Terlihat keluarga menggunakan TV dan tape sebagai media informasi dan untuk hiburan anak-
anak..
Untuk penyedia air bersih berasal dari PDAM. Keluarga mengatakan sampah yang sudah
dikumpul dan dibakar. Air pembuangan limbah di buang ke got di depan rumah dan pembuangan
dikamar mandi ke septik tank .Kebersihan rumah lumayan bersih termasuk perkarangan rumah
dan di depan rumah juga terdapat bunga sebagai hiasan rumah Tn. I, Didepan perkarangan rumah
ada jalan dan diseberangnya adalah halaman rumah tetangga dari Tn. As
Denah rumah :

Kamar Dapur Kamar


Anak Mandi

Ruang
Kamar Makan
Anak

Kamar Ruang
Utama Tamu
Gambar 3.2 Denah rumah

3.1.4 Struktur Keluarga


2. Pola Komunikasi Keluarga
Keluarga Tn As mempunyai pola komunikasi yang baik, terbuka dan dua arah dengan
menggunakan bahasa Minang Anggota keluarga mengutarakan keinginan dan
perasaannya dengan mendiskusikan dan memberikan umpan balik yang tepat tidak ada
pola komunikasi disfungsional yang ditemukan dalam keluarga Tn As.

53
54

3. Struktur Kekuatan Keluarga


Tn. As merupakan pemegang kendali rumah tangga yang berperan sebagai kepala
keluarga, proses pengambilan keputusan dengan cara musyawarah antara Tn As, Ny. N
dan anak mereka. Tn As dan Ny. As mengendalikan pendapatan untuk digunakan sebagai
pengeluaran rumah tangga dan pengeluaran wajib seperti tagihan listrik, air dan biaya
yang tidak terduga lainnya.
4. Struktur Peran
Tn.As berperan sebagai bapak dan juga sebagai kepala keluarga dan bertindak sebagai
pencari nafkah. Ny.N berperan sebagai ibu rumah tangga yang ikut bertugas merawat
anak mereka..Sedangkan anak pertama dan anak kedua sebagai pelajar, yang terkadang
kedua anaknya membantu pekerjaan Ny.N.
5. Nilai dan Norma Keluarga
Keluarga Tn.As menganggap nilai dan norma sesuai dengan yang ada di masyarakat
seperti jam tamu sampai jam 21.00 WIB. Selain berobat ke Pelayana kesehatan , Tn.As
mengatakan percaya dan pergi ke dukun/ paranormal.

3.1.5 Fungsi Keluarga


1. Fungsi Efektif
Tn.As dan Ny. N mengatakan sangat bahagia dengan perkawinan mereka, jarang sekali
ada pertengkaran dan apabila ada kesalah pahaman langsung dibicarakan/
dimusyawarahkan bersama. Tn.As dan Ny. N mencurahkan perhatian dan kasih sayang
kepada anak – anak, Tn.As sangat menyayangi istri dan anaknya.
2. Fungsi Sosialisasi
Tn.As dan Ny.N bertanggung jawab merawat dan membesarkan anaknya dan juga
memberi perhatian kepada lingkungan sekitar, keluarga mudah berinteraksi dan
beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan
a. Praktik Diet Keluarga
Keluarga sering mengkonsumsi makanan pedas dan bersantan, jarang
mengkonsumsi sayur dan buah tiap hari.
b. Kebiasaan tidur keluarga
Kebiasaan tidur Tn.As sering tidur agak larut karena sering pulang malam. Ny. N
tidur sekitar jam 09.00 malam, tapi anak-anak ada yang tidur agak larut karena
menonton TV.
6. Latihan fisik
Kegiatan Latihan fisik keluarga Tn. As jarang kecuali Ny.N yang kadang jalan pagi
dan melakukan aktivitas rumah tangga.

54
55

7. Kebiasaan Penggunaan obat – Obatan


Kebiasaan keluarga kalau sakit, Ny.N dan anak- anak pergi berobat ke puskesmas,
Sedangkan Tn.As karena bekerja sering membeli obat di warung dan hanya kadang
kadang pergi berobat ke Puskesmas.
8. Peran Kelurga dalam pratik perawatan diri.
An. As mengatakan dadanya sesak, susah untuk bernapas, terutama bila An.As
kelelahan. An. As mengatakan susah tidur. Ny.N mengatakan jika serangan sesak
datang hanya minum obat asma yang di beli di warung Keluarga Tn.As mengatakan
kurang mengetahui tentang penyakitnya. Ny.N mengatakan hanya mengetahui
sedikit tentang perawatan penyakitnya ini, seperti jangan terlalu lelah dan menjauhi
faktor penyebab asma kembali.
9. Tingkatan preventif Dasar
Tn.As mengatakan hanya mengetahui sedikit tentang perawatan penyakit Tn.As,
seperti jangan terlalu lelah dan kena dingin, tapi karena Tn.As sering bermain
sehingga mudah memicu penyakitnya kambuh dan berobat ke puskesmas terdekat
10. Praktik Keperawatn gigi
Keluarga Tn.As dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut melakukan sikat gigi 2
kali sehari setelah bangun tidur dan waktu mandi di sore hari.

3.1.6 Stres dan Koping Keluarga


a. Stressor
a. Stressor jangka pendek:
Perubahan dalam kesehatan seperti tn.As sering merasakan sesak pada dadanya,
susah untuk beristirahat dan untuk tidur di malam .
b. Stressor jangka panjang
Tn.As bingung bila asmanya kambuh dan mengganggu Proses kerjannya
b. Kemampuan Keluarga Berespons.
kesehatan.
Intervensi keperawatan

DIAGNOSA NOC NIK


KEPERAWATAN

Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan -kenali pengetahuan


berhuungan dengan
Tn.As dan keluarga akan meningkatkan Tn.As dan keluarga
kurangnya informasi
pengetahuan tentang proses penyakit -jelaskan tanda dan
asma bronkial dengan kriteria hasil: gejala yang umum

55
56

-pengetahuan kesehatan dan perilaku dari penyakit


1. mengenal pemicu asma -identifikasi
2. menginisi tindakan untuk mencegah kemungkinan
pemicu penyebab
-berikan penyuluhan
kesehatan pada Tn.A
dan keluarga
Ketidakmampuan keluarga Setelah dilakukan penyuluhan keluarga Berikan penyuluhan
mengenai pencegahan dan Tn.AS cukup tentang penyakit asma Tentang :
perawatan penyakitnya Tujuan khusus : -Pengertian asma
Setelah dilakukan kunjungan selam 4 -penyeba asma
kali keluarga dapat : -penyeba tanda dan
-mengetahui pengertian asma gejala
-mengetahuai penyebab asma -komplikasi asma
-mengetahui tanda dan geja asma -perawtan asma
-mengetahui komplikasi asma -pencegahan asma
-mengetahuin perawatan
asmamengetahui pencegahan asma
Kriteria Hasil :
-keluarga dapat menyebut pengertian
asma
-keluarga dapat menyebut penyebab
asma
-keluarga dapat menyeutkan tanda dan
geja asma
-keluarga dapat menyeutkan komplikasi
asma
-keluarga dapat menyeutkan perawtan
asma
-keluarga dapat menyebutkan cara
pencegahan asma
Ketidakefektifan Setelah dilakukan penyuluhan Memerikan Edukasi
pemeliharaan kesehatan diharapakan Tn.As dan keluarga mampu Tentang pemeliharaan
meningkatkan kesehatan kesehatan kepada
Kriteria hasil : Tn.As dan keluarga :
-keluarga Tn.As mampu meningkatkan -keluarga Tn.As
kesehatan mampu meningkatkan

56
57

-Tn.As dan keluarga mampu melakukan kesehatan


manajemen kesehatan dengan tepat -Tn.As dan keluarga
-Tn.As dan keluarga mampu mengetahui mampu melakukan
efek kesehatan yang merugikan akibat manajemen kesehatan
penggunaan obat yang kurang tepat dengan tepat
-Tn.As dan keluarga
mampu mengetahui
efek kesehatan yang
merugikan akibat
penggunaan obat yang
kurang tepat

IMPLEMENTASI DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

NO HARI/TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


1 -Mengkaji pengetahuan Tn.As dan Jam
keluarga seputar penyakit asma S :keluarga Tn.As
mengatakan tidak terlalu

57
58

paham dengan penyakit


asma
O :keluarga Tn.As
tampak bingung dengan
pertanyaan yang di kasih
dan belum mengenali
asma dengan baik
A :Masalah belum
teratasi
P :intervensi nomor 1-4
-mengkaji pengetahuan Tn.As dan dilanjudkan
1 keluarga
-memerikan penyuluhan kesehatan Jam
tentang penyakit asma pada Tn.As S :keluarga Tn.As
dan keluarga mengatakan sudah paham
tentang penyakit asma
bronchial
O :keluarga Tn.As tampat
mengangguk-anggukan
kepala dan bisa
menjawab pertanyaan
yang seelumnya tidak
bisa di jawab seputar
penyakit asma ronkial
dan keluarga beserta
Tn.As aktif bertanya
tentang (penyebab
pemicu, tanda dan
gejala,asma)
A :masalah teratasi
P :intervensi dihentikan

Mengkaji tingkat pengetahuan S :keluarga Tn.As


keluarga TN.As tentang penyebab mengatakan penyakit
asma asma disebakan oleh

2 Mendiskusikan dengan keluarga debi,kelelahan dan cuaca


Tn.As tentang cara perawatan bagi dingain
keluarga yang sakit

58
59

-Tekanan Dara:120/90
_Nada: 72x/menit
-Respirasi : 25x/menit
-Suhu : 36°C
O :Keluarga Tn,As
tampak mengerti tengan
penyebab asma
Aktif bertanya dan
menjawab pertanyaan
A : Maslah sebagaian
Mendiskusikan kepada keluarga teratasi
Tn.As tentang : P : Intervensi dilanjudkan
2 -perawatan asma
Pencegahan asma

S :Keluarga Tn.As
mengatakan sudah
mengetahui cara
perawatan asma dan cara
pencegahan asma
O : keluarga Tn.A
Nampak sudah
memahami cara
perawatan asma dan
pencegahan asma
A : Maslah teratasi
P :Lntervensi dihentikan

3 -menggunakan aroma terapi air -Tn.A mampu melakukan


hangat tindakan keperawatan
-memberikan bantuan sampai yang telah diajarkan
Tn.As mampu melakukan perawatan -Tn.As mulai memahami
diri mandiri cara menjaga kesehatanya
-setelah diberikan

59
60

pendidikan kesehatan
tentang bagaimna
penggonaan obat yang
tepat

BAB IV

PEMBAHASAAN

A. Rancangan Studi Kasus

60
61

Karya tulis ini menggunakan rancangan dengan desain deskriptif.Deskriptif


adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap
mengenai seting sosial atau dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai
suatu fenomena atau kenyataan sosial.

B. Subyek Studi Kasus


Subyek studi kasus dalam kasus ini adalah pasien asma bal dengan kriteria
sebagai berikut :

1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang harus dipenuhi setiap
masing-masing anggota yang akan di jadikan subyek (Notoatmodjo, 2010)
a.) Pasien dengan diagnose medis asma bronkial
b.) Pasien dengan diagnose keperawatan bersikan jalan Defisit pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya informasi,Ketidakmampuan keluarga mengenai
pencegahan dan perawatan penyakit,ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
c.) Pasien bersedia menjadi subyek
2. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah kriteria atau ciri-ciri anggota yang tidak bisa
dijadikan sebagai subyek (Notoatmodjo, 2010). Kriteria eksklusi pada
penelitian ini adalah pasien yang menolak menjadi subyek.
a.) Pasien pulang
b.) Pasien yang tidak di diagnose medis asma bronkial

C. Focus Studi
1.Asuhan keperawatan dengan pasien asma bronkial
D. Deficit Operasional
Studi Kasus Asuhan Keperawatan :

1. Pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses keperawatan dalam mengkaji
harus mempertahankan data dasar pasien
2. Diagnose keperawatan adalah suatu pernyatan yang menjelaskan respon manusia
(status kesehatan atau resiko perubahan pola)
3. Intervensi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu pasien dalam berahli dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang
diinginkan dalam hasil yang diharapkan

61
62

4. Implementasi Keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat


untuk membantu pasien dari maslah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan lebih baik yang menggambarkan criteria hasil yang diharapkan
5. Evaluasi keperawatan adalah tahan ahkir dari proses keperawatan yang menyediakan
nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dengan
merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah di
buat pada tahap perencanaan

E. Tempat dan waktu


Penelitian ini dilakukan pada tanggal 04 oktober2021 s/d 11 oktober2021 di
Puskesmas Antara Provinsi Sulawesi Selatan.
F. Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi kegiatan merupakan suatu kegiatan untuk kegiatan untuk
melakukan secara langsung seperti pengukuran, pengamatan dengan
menggunakan indra penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan.
Yang perlu di observasi , suara nafas, frekuensi nafas, jumlah produksi
sputum, warna sputum, konsentrasinya (kental atau cair), dan reaksi pasien
selama dilakukan tindakan

G. Pengelolahaan dan Analisa Data

pengelolaan analisa data yang di lakukan dalam penelitian ini adalah


setelah melakukan pengkajian data yang didapatkan data kesehatan dan data
keperawatan kemudian data-data tersebut diolah dalam bentuk data subjektif dab
data objektif kemudian dilakukan analisa data untuk mendapatkan permasalahan
keperawatan yang di alami klien,setelah masalah keperawatan ditemukan maka
maslah tersbut diangkat untuk dijadikan diagnosa keperawatan kemudian mulai
melakukan perencanaan, pelaksaanan dan evaluasi terhadap tindakan yang
dilakukan. Pengkajian data ditampilkan dalam bentuk table dan naratif.
H. Etika
1. Informed consents (lembaran persetujuan)
2. peneliti meminta partisipasi untuk menndatangani lembar peretujuan
penilayaan setelah menyatakan kebersediaannya untuk berpartisipasi dalam
penelitian (Hidayat 2009).
3. Anonymity (tanpa nama

62
63

Untuk menjaga kerahasiaaan parasitipan, maka dalam lembar


pengumpulan data tidak di cantumkan nama jelas subyek (Hidayat, 2009).
4. Confidendiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari partisipan di
jaga oleh peneliti data hanya di sajikan atau di laporkan dalam bentuk
kelompok yang berhubungan dengn penelitian ini (Hidayat, 2009).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

63
64

Setelah melakukan penelitian tentang asuhan keperawatan asma bronchial pada


Tn.As dalam pemenuhan kebutuhan osigenasi di puskesma antara provinsi Sulawesi
selatan penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasill pengumpulan data pada Tn.As pengkajian riwayat kesehatan
didapatkan terdapat bunyi suara napas tambahan (ronchi) , pernafasan 28 kali
per menit. Irama nafas cepat, Tn.A Nampak sesak dan batuk berdahak
Konsistensi kental dan berwarna kuning, tekanan darah 100/80 mmhg, respirasi
28 kali per menit, nadi 100 kali permenit, Suhu 36.°C.
2. Sesuai dengan pengkajian dan analisa yang penulis lakukan pada Tn.A maka
penulis menemukan masalah keperawatan ketidak efektifan bersihkan jalan
nafas dengan batasa karakteristik diagnosa keperawat ketidak efektifan
bersihkan jaln nafas menurut NANDA, (2015).
3. Dalam perencannan ini penulis berfokus pada lima intervensi menurut
NANDA NIC menajemen jalan nafas monitor tanda-tanda vital, menurut Tn.As
batuk efektif, memberikan Tn.As posisi yang nyaman (semi flower), Kolaborasi
pemberian obat (nebulizer), berikan health education tentang penyakit dengan
cara menghindari faktor pencetus.
4. Dalam tahap pelaksanan yang dilakukan selama tiga hari penulisa dapat
melaksanakan semua rencana keperawatan sesuai dengan perencanaan yang
telah di buat
5. Evaluasi keperawatan pada Tn.A dapat teratasi pada hari ke 5 perawatan
dengan kriteria hasil sesak nafs berkurang saat beraktivitas riangan, dapat
batuk secara efektif, irama nafas teratur, frekuensi pernafasan dalam rentang
normal yaitu 16-42 kali permenit
6.Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka penulit merekomendasikan berupa
sura-suara sebagai berikut.
1. Bagi masyarakat :
Diharapkan agar masyarakat meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan
dan penangana penyakit Asma Bronkial Khususnya dalam pemenuhan
kebutuhan oksigenasi
2. Bagi tenaga kesehatan :
Bagi seluruh tenaga kesehatan khususnya perawat yang ada di Puskesmas
Antara Provinsi Sulawesi Selatan untuk selalu meningkatkan kualitas pelayanan
dengan meningkatkan pengetahuan dan wawasan melalui pelatihan-pelatihan
atau mengikuti pendidikan berkelanjutan
3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan penelitian ini dijadikan pembanding antara pasien yang dinebu
dengan batuk efektif dan pasien yang batuk tanpa nebu.
4. Bagi pembaca
Untuk menambah wawasan tentang pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada
pasien asma

64
65

DAFTAR PUSTAKA

Achjar, H.A., Komang. 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta:Sagung Seto.

Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA Press.

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara. 2013. Buku Saku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi
Utara Tahun 2012. Manado

65
66

Effendi, F & Makhfudli (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.

Friedman. (2013). Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. Edisi ke- Jakarta:
EGC
Global Initiative for Asthma (GINA)., 2006. Global Strategy for Asthma Management and
Prevention.

Global Initiative for Asthma (GINA)., 2010. Pocket Guide For Asthma Management and
Prevention (for Adult and Children Older than 5 Years).

Global Initiative for Asthma (GINA)., 2012. At-A-Glance Asthma Management Reference

Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)., 2011. Global Strategy for
Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease

Hasana, R. (2016). Askep Klien dengan Gangguan Pemenuhan Kebetuhan O2 pada penderita
Asma Bronkial Di RSUD . Prof. DR. Soekardar Mojosari, Reposetory. Poltekes Majapahit.
Retrived maret 31, 2019. http://www.repository.poltekkesmajapahit.ac.id/index.php/PUB-
KEP/article/view/830/631

Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Penerbit: pustaka Pelajar. Yogyakarta

Hidayat, A. Azis. ALlimun. (2009). Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi Konsep dan Proses
Keprawatan, (p 2-21). Jakarta : Salemba Medika

Irman.Soemantri (2012). Asuhan Keperwatan pada Klien Gangguan Sistem Pernapasan (p 27-30).
Jakarta : Salemba Medika.

Murwani, Arita, 2011. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi I. Yogyakarta

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction

Price, Sylvia. A. & Willson, Lorrains M. (2009). Patofisiologi dan Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta : EGC

Smeltzer & Bare. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medika Bedah. Jakarta : EGC

Solomon, William, R. 2015. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Penerjemah


Bram Up. Pendit, dkk. Jakarta: EGC

Sudoyo. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi Departemen Ilmu Penyakit dalam
FKUI. Jakarta.

World Health Organization (WHO). 2016. Asthma Fact Sheets. Diunduh dari
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs307/en/ 15 April 2019

66
67

67

Anda mungkin juga menyukai