OLEH :
DORKAS MNUMUMES
NIM :CO17182007
TAHUN
2021
PERSETUJUAN
DORKAS MNUMUMES
C017182007
Menyetujui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Mengetahui,
Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui, diperiksa dan telah dipertahankan di
Universitas Hasanuddin.
Tim Penguji :
Mengetahui
I. IDENTITAS
1. Nama Lengkap : Dorkas Mnumumes
2. Tempat/Tanggal Lahir :Damen, 31 Desember 1999
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama :Katolik
5. Suku/Kebangsaan :Biak/Indonesia
6. Alamat :Wisma ll Unhas Tamalanrea
7. No. Telp/Hp :081244979682
ll. PENDIDIKAN
1. Sekolah Dasar : SD INPRES ATSJ
2. Sekolah Menengah Peratam :SMP NEGRI 1 ATSJ
3. Sekolah Menengah Umum :SMA YPPGI ROESLER AGATS
4. D-lll keperawatan :Universitas Hasanuddin Makassar
ABSTRAK
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-
Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah dengan judul” Asuhan keperawatan keluarga Tn.AS
dengan asam Bronkhial dengan masalah ketidakefektifan pola nafas ( Studi Kasus Di
Puskesmas Antara )” ini dapat selesai tepat waktunya.
Penyusunan karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat
menyelesaikan pendidikan Diploma III keperawatan Universitas Hasanuddin Makassar.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulisan banyak mendapat bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak, untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada :
Ibu Dr. Ariyanti Saleh, S.Kp., M.Kes selaku ketua Fakultas Keperawatan
Universitas Hasanuddin Makassar yang telah memberikan sarana prasaran:.
Ibu Nurmaulid, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Kaprodi DIII Keperawatan
Universitas Hasanuddin Makassar:
Ibu Kusrini Kadar, S.Kp., MN., Ph.D Selaku pembimbing Utama yang telah
banyak memberikan pengarahan:
Ibu Andi Masyita Irwan, S.Kep.,Ns.,MN.,Ph.D selaku pembimbing anggota
yang telah banyak memberikan motivasi, pengarahan dan ketelitian dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tuaku yang selalu
memberikan do’a, dukungan dan semangat tiada henti dan selalu memberikan baik moral
maupun material dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Serta teman-teman D3
Keperawatan Yang saya sayangi sudah menjadi teman yang luar biasa selama tiga tahun
ini yang selalu membantu baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan
saran dan dorongan sehingga terselesaikannya karya tulis ilmiah ini
Semoga Tuhan Y ang Maha Esa memberikan rahmat-Nya dan semua pihak
yang telah memberikan kesempatan, dukungan dan bantuan menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini. Saya menyadari bahwa penyusunan dalam karya ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, mengingat keterbatasan kemampuan namun saya berusaha semaksimal
mungkin sesuai dengan kemampuan, maka dengan segala kerendahan hati saya
mengharap saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini,
saya berharap karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi profesi keperawatan amin
Penulis
DORKAS MNUMUMES
HalamanHalaman Sampul
Halaman Judul ........................................................................................ i
Halaman persetujuan............................................................................... iii
Halaman Pengesahan Tim Penguji.......................................................... vii
Riwayat Hidup......................................................................................... v
Ringkasan Atau Abstrak..........................................................................
Kata Pengantar........................................................................................
Daftar Isi..................................................................................................
Daftar Tabel.............................................................................................
Daftar Gambar.........................................................................................
Daftar Lampiran......................................................................................
Daftar arti Lambang Dan Singkatan........................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................
A. Latar belakang................................................................................... 1
B. Ruang Lingkup.................................................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................................... 3
D. Manfaat.............................................................................................. 3
E. Metode Penulisan.............................................................................. 4
F. Sistematika Penulisan........................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Keluarga..................................................................... 5
1. Pengertian keluarga..................................................................... 5
2. Tujuan Keluarga.......................................................................... 5
3. Tipe Keluarga.............................................................................. 6
4. Struktur Fungsi Keluarga............................................................ 6
5. Pemegang Kekuasaan.................................................................. 7
6. Tugas Keluarga........................................................................... 8
7. Tahap Perkembangan Keluarga.................................................. 9
8. Peran Perawat Keluarga.............................................................. 12
B. Konsep Dasar Asma Bronkial........................................................... 13
1. Pengertian.................................................................................... 13
2. Klasifikasi.................................................................................... 14
3. Anatomi Fisiologi........................................................................ 15
4. Faktor Resiko.............................................................................. 16
5. Patofisiologi................................................................................ 19
6. Manifestasi klinis........................................................................ 20
7. Pemeriksaan Penunjang............................................................... 21
8. Komplikasi.................................................................................. 21
9. Penatalaksanaan.......................................................................... 22
C. Konsep Asuhan Keperawatan pada Asma Broncial………………... 24
1. Pengkajian................................................................................... 24
2. Diagnosis..................................................................................... 28
3. Intervensi Keperawatan............................................................... 34
4. Implementasi............................................................................... 36
Daftar Pustaka
Lampiran
DAFTAR TABEL
17
BAB l
PENDAHULUANS
A. LATAR BELAKANG
Gejala asma sering terjadi pada malam hari dan saat udara dingin, biasanya
dimulai mendadak dengan gejala batuk dan rasa tertekan di dada, disertai dengan sesak
nafas (dyspenea) dan mengi. Batuk yang dialami pada awalnya susah, tetapi segera
menjadi kuat. Karakteristik batuk pada penderita asma adalah berupa batuk kering,
parogsismal, iritatif, dan non produktif, kemudian menghasilkan sputum yang
berbusa,jernih dan kental. Jalan nafas yang tersumbat menyebabkan sesak nafas, sehingga
ekspirasi selalu lebih sulit dan panjang dibandingkan ispirasi yang mendorong pasien
duduk tegak dan menggunakan setiap otot aksesoris pernafasan. Penggunaan otot
aksesoris pernafasan yangf tidak terlatih dalam jangka panjang dapat menyebabkan
18
penderita asma kelelahan saat bernafas ketika serangan atau ketika beraktifitas (brunner
dan suddard), 2002.
Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan 100 – 150 juta penduduk dunia
menderita asma. Bahkan jumlah ini akan terus bertambah hingga 180.000.00 orang setiap
tahun (GINNA, 2006). Depkes RI (2008) menyebutkan bahwa pasien asma sudah
mencapai 300.000.000 orang di seluruh dunia dan terus meningkat selama 20 tahun
belakangan ini . apabila tidak dicegah dan tangani dengan baik, maka diperkirakan akan
terjadi peningkatan.
Hampir 44.000.000 penduduk Asia timur atau daerah pasifik menderita asma,
meskipum prevalensi dan laporan menunjukan variasi yang besar di daerah itu. Para ahli
percaya bahwa peningkatan prevalensi asma yang signifikan akan dilaporkan di china
sebnyak 10 kali lipat. Mereka meramalkan bahwa peningkatan obsulit asma sebesar
200% di china akan menambahkan 20 juta pasien asma diseluruh dunia (clark & varnell,
2013).
19
Penderita asma dapat melakukan inspirasi dengan baik namun sangat sulit saat
ekspresi (Guyton & Hall 2006 dalam Widodo, 20012). Sehingga terjadi gangguan difusi
gas di alveoli. Hal tersebut menyebabkan, pasien mengalami gangguan pemenuhan
kebutuhan O² adalah dengan pemberian O² dan pengobatan. Pemberian oksigen pada
penderita asma sbronkial minimal 94% melalui masker Rebreathing mask (RM) atau non
Rebreathing mask (NRM) maupun kanul nasal sesui dengan kebutuhan dari pasien itu
sendiri.Konsentrasi oksigen yang tinggi dalam pemberian terapi dapat menyebabkan
peningkatan kadar PCO² dalam tubuh pada pasien dengan asma. Walaupunpemberian
terapi oksigen digunakan secara sering dan luas dalam perawatan pasien asma. Pemberian
oksigen seringkali tidak akura, sehingga pemberian,monitoring, dan evaluasi terapi tidak
sesuai (Perrin et al,2011). Oksigen (O²) adalah salah satu komponen gas dan unsur vital
dalam proses metabolism. Oksigen memengang peranan penting dalam semua proses
fisiologis dalam tubuh. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh mengalami
kemundurun secara fungsional atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu
kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utam dan sangat vital bagi tubuh
(Farmawati,2009 dalam Widodo, 2012). Salah satu penyebab tergantungnya pemenuhan
kebutuhan oksigen (O²). Pada asma bronkial adalah produksi mucus yang berlebihan
menyenbabkan obstruksi saluran nafas. Oleh karena itu perlu dilakukan intervensi untuk
membantu mengurangi saluran nasaf adalah dengan cara pemberian terapi farmakologi
terdiri dari inhalasi nebulizer,suction,terapi oksigen, dan terapi pemnerian obat,
sedangkan terapi non farmakologi terdari fisioterapi dada, postural drainage, dan
mengajarkan pasien teknik batuk efektif (Hasanah,2016).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pelaksanaan asuhan keperaawatan pada pasien Asma bronchial
dalam pemenuhan kebutuhan oksigen?
20
C. Tujuan Penulisaan Studi Kasus
1. Tujuan umum
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pemenuhan kebutuhan oksigen pada Tn.As di keluarga Tn.As
asma bronchial
b. Melakukan analisa data pada Tn.A di keluarga Tn.As Maslah utama asma bronchial
c. Melakukan intervensi pada Tn.A di keluarga Tn.As Maslah utama asma bronchial
d. Melakukan implementasi pada Tn.A di keluarga Tn.As Maslah utama asma bronchial
e. Melakukan evaluasi pada Tn.A di keluarga Tn.As Maslah utama asma bronchial
21
Yaitu dengan melakukan wawancara dengan keluarga untuk memperoleh data-data
khususnya yang terkait dengan asma dan tugas-tugas kesehatan serta faktor
kesehatan dalam keluarga sesuai dengan masalah yang dihadapi.
1.1.3 Observasi
Yaitu dengan melakukan observasi, dengan cara mengamati perilaku misalnya
lingkungan yang berkaitan dengan faktor yang mungkin menyebabkan asma atau
lingkungan yang mungkin dapat mengakibatkan kambuhnya asma pada penderita
asma. Observasi ini dilakukan secara partisipatif.
1.1.4 Studi Dokumentasi
Yaitu cara untuk mempelajari data yang didapat oleh penulis baik dari catatan medis
maupun tim kesehatan lain yang berhubungan dengan kasus, sebagai bahan untuk
menunjang tindakan keperawatan perkembangan klien.
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Effendy dalam Harmoko, 2012).
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh perkawinan,
adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum, menigkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari individu -
individu yang ada di dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan
untuk mencapai tujuan bersama (Komang, 2010).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang terhubung karena ikatan tertentu
untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta
mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 2013).
Dari beberapa pengertian tentang keluarga tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa
keluarga adalah :
a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang terikat oleh hubungan darah, perkawinan
atau adopsi.
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisfifkfkgah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain.
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran
sosisal.
3. Tujuan Keluarga
23
Bergabungnya dua orang atau lebih yang membentuk keluarga, mempunyai suatu
tujuan. Menurut Friedman (2013) tujuan utama keluarga adalah sebagai perantara yaitu
menanggung semua harapan dan kewajiban-kewajiban masyarakat serta membentuk dan
mengubah sampai taraf tertentu hingga dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan
setiap individu dalam keluarga.
2. Bentuk Keluarga
Ada beberapa bentuk keluarga menurut, Effendy dalam Harmoko (2012) yaitu;
a. Keluarga inti (nuclear family), merupakan keluarga yang dibentuk
karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami,
istri, dan anak-anak, baik karena kelahiran natural maupun adopsi.
b. Keluarga asal (family of origin), merupakan suatu unit keluarga tempat
asal seseorang dilahirkan.
c. Keluarga besar (extended family), keluarga inti yang ditambah dengan
keluarga lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi,
paman, sepupu, termasuk keluarga modern, seperti orang tua tunggal,
keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis (guy/lesbian
family).
d. Keluarga berantai (serial family), keluarga yang terdiri dari wanita dan
pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga
inti.
e. Keluarga duda atau janda (single family), keluarga yang terbentuk
karena perceraian dan atau kematian pasangan yang dicintai.
f. Keluarga komposit (composite family), keluarga dari perkawinan
poligami dan hidup bersama.
g. Keluarga kohabitasi (cohabitation), dua orang menjadi satu keluarga
tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak.
h. Keluarga inses (incest family), seiring dengan masuknya nilai-nilai
global dan pengaruh informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentu
keluarga yang tidak lazim, misalnya anak perempuan menikah dengan
ayah kandungnya.
i. Keluarga tradisional dan nontradisional, keluarga tradisional diikat oleh
perkawinan, sedangkan keluarga nontradisional tidak diikat oleh
perkawinan.
24
1. Struktur dan Fungsi Keluarga
Struktur dan fungsi keluarga menurut, Effendy dalam Harmoko (2012) yaitu;
a. Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang
utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota
keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk
perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
b. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan
dalam lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini
berguna untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-
norma tinkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan dan
meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
c. Fungsi reproduksi (the reproduction function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care
function) adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini
dikembangkan menjadi tugas keluarga dibidang kesehatan.
25
e. Fungsi pemenuhan kesehatan, yaitu keluarga diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan dasar primer dalam rangka melindungi
dan pencegahan terhadap penyakit yang mungkin dialami oleh
keluarga.
f. Fungsi religius, yaitu keluarga merupakan tempat belajar
tentang agama dan mengamalkan ajaran agama.
g. Fungsi rekreasi, yaitu keluarga merupakan tempat untuk
melakukan kegiatan yang dapat mengurangi ketegangan akibat
berada di luar rumah.
h. Fungsi reproduksi, yaitu bukan hanya mengembangkan
keturunan tetapi juga tempat untuk mengembangkan fungsi
reproduksi secara menyeluruh, diantaranya seks yang sehat
dan berkualitas serat pendidikan seks bagi anak-anak.
i. Fungsi afektif, yaitu keluarga merupakan tempat yang utama
untuk pemenuhan kebutuhan psikososial sebelum anggota
keluarga berada di luar rumah.
Dari beberapa fungsi keluarga diatas, ada tiga fungsi pokok keluarga terhadap
anggota keluarganya, antara lain asih, yaitu memberikan kasih sayang, perhatin dan rasa
aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbun dan
berkembang sesuai usia dan kebutuhannya. Sedangkan asuh, yaitu merujuk pada
kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya selalu terpelihara
sehingga diharapkan mereka menjadi anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial dan
spiritual. Dan asah, yaitu memenuhi kebutuhan pendidikan anak sehingga siap menadi
manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.
1. Pemegang Kekuasaan
Pemegang kekuasaan dalam tiap keluarga berbeda dalam mengatur kehidupan
dalam keluarga. Effendy dalam Harmoko (2012) membagi pemegang kekuasaan dalam
rumah tangga atau keluarga dengan tiga jenis yaitu keluarga patriakal, yang dominan dan
memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ayah. Sementara pada keluarga
matriakal pihak ibu lebih dominan dan sebagai pemegang kekuasaan. Dan yang ketiga
adalah equalitarian yaitu keluarga yang dalam keluarga ayah dan ibu sama-sama
memegang kekuasaan.
2. Tugas Keluarga
Tugas keluarga dalam bidang kesehatan Ada 5 pokok tugas keluarga dalam
26
bidang kesehatan menurut Friedman (1998) dalam Dion & Betan (2013) adalah sebagai
berikut :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami
anggota keluarga.Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara
tidak langsung menjadi perhatian keluarga dan orang tua.Sejauh mana keluarga
mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi
pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab yang mempengaruhinya, serta persepsi
keluarga terhadap masalah.
27
2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan.
3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan
4) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga
3. Tahap Perkembangan dan Tugas Keluarga
Menurut Effendy dalam Harmoko (2012), tahap perkembangan keluarga
berdasarkan siklus kehidupan keluarga terbagi atas 8 tahap :
a. Keluarga baru (beginning family), yaitu perkawinan dari sepasang insan yang
menandakan bermulanya keluarga baru. Keluarga pada tahap ini mempunyai tugas
perkembangan, yaitu membina hubungan dan kepuasan bersama, menetapkan
tujuan bersama, membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
dan merencanakan anak atau KB.
b. Keluarga sedang mengasuh anak (child bearing family), yaitu dimulai dengan
kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan. Mempunyai tugas
perkembangan seperti persiapan bayi, membagi peran dan tanggung jawab,
adaptasi pola hubungan seksual, pengetahuan tentang kehamilan, persalinan dan
menjadi orang tua.
c. Keluarga dengan usia anak pra sekolah, yaitu kelurga dengan anak pertama yang
berumur 30 bulan sampai dengan 6 tahun. Mempunyai tugas perkembangan, yaitu
membagi waktu, pengaturan keuangan, merencanakan kelahiran yang berikutnya
dan membagi tanggungjawab dengan anggota keluarga yang lain.
d. Keluarga dengan anak usia sekolah, yaitu dengan anak pertama berusia 13 tahun.
Adapun tugas perkembangan keluarga ini, yaitu menyediakan aktivitas untuk anak,
pengaturan keuangan, kerjasama dalam menyelesaikan masalah, memperhatikan
kepuasan anggota keluarga dan sistem komunikasi keluarga.
e. Keluarga dengan anak remaja, yaitu dengan usia anak pertama 13 tahun sampai
dengan 20 tahun. Tugas pekembangan keluarga ini untuk menyediakan fasilitas
kebutuhan keluarga yang berbeda, menyertakan keluarga dalam tanggungjawab dan
mempertahankan filosofi hidup.
f. Keluarga dengan anak dewasa, yaitu keluarga dengan anak pertama, meninggalkan
rumah dengan tugas perkembangan keluarga, yaitu menata kembali sumber dan
fasilitas, penataan tanggungjawab antar anak, mempertahankan komunikasi
terbuka, melepaskan anak dan mendapatkan menantu.
g. Keluarga usia pertengahan, yaitu dimulai ketika anak terakhir meninggalakan
rumah dan berakhir pada saat pensiun. Adapaun tugas perkembangan, yaitu
mempertahankan suasana yang menyenangkan, bertanggungjawab pada semua
tugas rumah tangga, membina keakraban dengan pasangan, mempertahankan
kontak dengan anak dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial.
28
h. Keluarga usia lanjut, tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dari salah
satu pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu
pasangan meninggal dunia. Adapun tugas perkembangan keluarga ini, yaitu
menghadapi pensiun, saling merawat, memberi arti hidup, mempertahankan kontak
dengan anak, cucu dan masyarakat.
1. Pengertian
Asma adalah suatau keadan dimana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hivesensivitas terhadap rangsangan tertenu, yang menyebabkan peradanagan,
penyempitan ini bersifat berulang dan di antara episode penyempitan bronkus tersebut
terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal. Penderita Asma Bronkial, hipersensensitif
dan hiperaktif terhadap rangasangan dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap,
dan bahan lain penyebab alergi. Gejala kemunculan sangat mendadak, sehingga
gangguan asma bisa dtang secara tiba-tiba jika tidak dapat mendapatkan pertolongan
secepatnya, resiko kematian bisa datang. Gangguan asma bronkial juga bias muncul
lantaran adanya radang yang mengakibatkan penyempitan saluran pernapasan bagian
bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos saluran pernapasan,
pembengkakan selaput lender, dan pembentukan timbunan lendir yang berlebihan
(Irman Soemantri, 2012).
Asma adalah suatu keadaan klinik yang ditandai oleh terjadinya penyempitan
bronkus yang berulang namun revesibel, dan diantara episode penyempitan bronkus
tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal. Keadaan ini pada orang-orang
yang rentang terkena asma mudah ditimbulkan oleh berbagai rangsangan yang
menandakan suatu keadaan hiperaktivitas bronkus yang khas (Solomon, 2015).
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang mempunyai ciri
brokospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran napas) terutama pada
percabangan trakeobronkial yang dapat diakibatkan oleh berbagai stimul seperti oleh
faktor biokemikal, endokrin, infeksi, otonomik dan psikologi (Irman Somantri, 2012).
29
2. Anatomi Fisiologi Sistem pernafasan
30
Hidung dibentuk oleh sebagian kecil tulang sejati, sisanya terdiri atas
kartilago dan jaringan ikat (connective tissue). Bagian dam hidung merupakan
suatu lubang yang dipisahkan menjadi lubang kiri dan kanan oleh sekat
(septum). Rongga hidung mengandung rambut (fimbriae) yang berfungsi
sebagai penyaring (filter) kasar terhadap benda asing yang masuk. Pada
permukaan (mukosa) hidung terdapat epitel bersilia yang mengandung sel
goblet. Sel tersebut mengeluarkan lender sehingga dapat menangkap benda
asing yang masuk ke dalam saluran pernafasan.
2) Sinus Parasinalis
Menurut Ardiansyah, M (2012), sinus paranasalis merupakan daerah yang
terbuka pada tulang kepala. Nama sinus paranasalis sendiri disesuaikan
dengan nama tulang di mana organ itu berada. Organ ini terdiri atas sinus
frotalis, sinus etmoidalis, sinus spenoidalis, dan sinus maksilaris. Fungsi dari
sinus adalah untuk membantu menghangatkan dan melembabkan udara,
meringankan berat tulang tengkorak, serta mengatur bunyi suara manusia
dengan resonansi
3) Faring
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan esophagus, pada ketinggian tulang rawan krikoid.
Oleh karena itu, letak faring di belakang laring (larynx-pharingeal). Faring
merupakan pipa berotot berbentuk cerobong (±13 cm) yang letaknya bermula
dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan esophagus pada
ketinggian tulang rawan (kartilago) krikoid. Faring digunakan pada saat
‘digestion’ (menelan) seperti pada saat bernafas. Berdasarkan letaknya faring
dibagi menjadi tiga yaitu di belakang hidung (naso-fasing), belakang mulut
(oro-faring), dan belakng laring (laringofaring).
4) Laring
Laring terletak di depan bagian terendah faring yang memisahkan faring dari
columna vertebrata. Laring merentang sampai bagian atas vertebrata
servikals dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Laring terdiri atas
kepingan tulang rawan yang diikat/disatukn oleh ligament dan membran.
Laring sering disebut dengan ‘voice box’ dibentuk oleh struktur
epitheliumlined yang berhubungan dengan faring (di atas) dan trachea (di
bawah)
b. Saluran Pernafasan Bagian Bawah (Lower Airway)
Ditinjau dari fungsinya, secara umum saluran pernafasan bagian
bawah terbagi menjadi dua komponen. Pertama, saluran udara kondusif atau
31
yang sering disebut sebagai percabangan dari trakeobronkialis. Saluran ini
terdiri atas trakea, bronki, dan bronkioli. Kedua, satuan respiratorius terminal
(kadang kala disebut dengan acini) yang merupakan saluran udara konduktif
dengan fungsi utamanya sebagai penyalur (konduksi) gas masuk dan keluar
dari satuan respiratorius terminal merupakan tempat pertukaran gas yang
sesungguhnya. Alveoli sendiri merupakan bagian dari satuan respiratorius
termina
1) Trakea
Trakea atau batang tenggorokan memiliki panjang kira-kira 9 cm. organ ini
merentang laring sampai kira-kira di bagian atas vertebrata torakalis kelima.
Dari tempat ini, trakea bercabang menjadi dua bronkus (bronchi). Trakea
tersusun atas 16-20 lingkaran tak lengkap, berupa cincin-cincin tulang rawan
yang disatukan bersama oleh jaringan fibrosa dan melengkapi lingkran di
sebelah belakang trakea. Selain itu, trakea juga memuat beberapa jaringan otot.
3. Bronkus dan Bronkeoli
Bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada tingkatan vertebrata
torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh
sejenis sel sama. Bronkus-bronkus itu membentang ke bawah dan samping, kea
rah tampuk paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar daripada yang kiri,
sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang
utama lewat di bawah arteri, yang disebut bronkus lobus bawah. Bronkus kiri
lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, serta merentang di bawah
arteri pulmonalis sebelum akhirnya terbelah menjadi beberapa cabang menuju ke
lobus atas dan bawah.
Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris
dan kemudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini merentang terus menjadi
bronkus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus
terminalis, yaitu saluran udra terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara).
Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih 1 mm. bronkeolus tidak
diperkuat oleh cincin tulang rawan, tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga
ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkhiolus
terminalis disebut saluran penghantar udara, karena fungsi utamanya sebagai
penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
4. Alveolus
Alveolus (yaitu tempat pertukaran gas sinus) terdiri dari bronkhiolus
dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli
pada dinsingnya. Alveolus adalah kantong berdinding tipis yang mengandung
32
udara. Melalaui seluruh dinding inilah terjadi pertukaran gas. Setiap paru
mengandung sekitar 300 juta alveoli. Lubang-lubang kecil di dalam dinding
alveolar memungkinkan udara melewati satu alveolus yang lain. Alveolus yang
melapisi rongga thoraks dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori koh
5. Paru-paru
Bagian kiri dan kanan paru-paru terdapat dalam rongga toraks. Paru-
paru juga dilapisisi pleura, yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam
rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikn. Paru
kanan dibagi atas tiga lobus, yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus
dibungkus oleh jaringan elastis yang mengandung pembuluh limfe, arteriola,
venula, dan alveoli. Diperkirakan, setiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli,
sehingga organ ini mempunyai permukaan yang cukup luas sebagai tempat
permukaan/pertukaran gasToraks, Diafragma, dan Pleura Rongga torak
berfungsi melindungi paru-paru, jantung, dan pembuluh darah besar. Bagian
rongga toraks terdiri atas 12 iga costa. Pada bagian atas toraks di daerah leher,
terdapat dua otot tambahan untuk proses inspirasi, yakni skaleneus dan
sternokleidomastoideus. Otot sklaneus menaikkan tulang iga pertama dan kedua
selama inspirasi untuk memperluas rongga dada atas dan menstabilkan dinding
dada. Otot sternokleidomastoideus berfungsi untuk mengangkat sternum. Otot
parasternal, trapezius, dan pektoralis juga merupakan otot inspirasi tambahan
yang berguna untuk mneingkatkan kerja nafas. Di antara tulang iga terdapat otot
interkostal. Otot interkostal eksternum adalah otot yang menggerakkan tulang
iga ke atas dan depan, sehingga dapat meningkatkan diameter anteroposterior
dari dinding dada.
Diafragma terletak di bawah rongga toraks. Pada keadaan relaksasi,
diafragma ini berbentuk kubah. Mekanisme pengaturan otot difragma (nervus
frenikus) terdapat pada tulang belakang (spinal cord) di servikal ke-3 (C3). Oleh
karena itu, jika terjaddi kecelakaan pada saraf C3, maka hal ini dapat
menyebabkan gangguan ventilasi. Pleura merupakan membrane serosa yang
menyelimuti paru. Terdapat dua macam pleura, yaitu pleura parietal yang
melapisi rongga toraks dan pleura visceral yang menutupi setiap paru-paru.
Diantara kedua pleura tersebut terdapat cairan pleura menyerupai selaput tipis
yang memungkinkan kedua permukaan tersebut bergesekan satu sama lain
selama respirasi, sekaligus mencegah pemisahan toraks dan paru-paru. Tekanan
dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfer, sehingga mencegah
terjadinya kolaps paru. Jika pleura bermasalah, misalnya mengalami peradangan,
33
maka udara cairan dapat masuk ke dalam rongga pleura. Hal tersebut dapat
menyebabkan paru-paru tertekan dan kolaps (Ardiansyah,2012).
34
3. Gambran Klinis Asma Bronkial
Gejala asma terdiri atas triad, yaitu dipsnea, batuk dan mengi. Gejala yang
disebutkan terakhir sering dianggap sebagai gejala yang harus ada (sine qua non), data
lain terlihat pada pemeriksaan fisik (Nurarif & kusuma, 2015).
35
merupakan mekanisme tubuh dalam menghadapi serangan. Zat yang dikeluarkan dapat
berupa histamine, bradikinin, dan anafilaktoksin. Hasil ini dari reaksi tersebut adalah
timbulnya tiga gejala, yaitu berkontraksinya otot polos, peningkatan permeabilitas
kapiler, dan peningkatan sekret mukus (nurarif & kusuma, 2015).
36
Faktor Intrinsik Faktor ekstriksik
Wheezing, batuk,sputum
(Nurarif & kusuma, 2015).
Kurang infromasi
37
b. Tujuan khusus
Ditingkatkannya kemampuan:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan keluarga yang mereka hadapi.
2) Mengambil keputusan tentang bagaimana memecahkan masalahkesehatan
keluarga.
3) Meningkatkan mutu kesehatan keluarga (promosi kesehatan).
4) Mencegah terjadinya penyakit/timbulnya masalah kesehatan pada keluarga.
5) Melaksanakan usaha penyembuhan masalah kesehatan keluarga melalui asuhan
keperawatan di rumah.
6) Membantu tenaga professional keperawatan dalam dalam menanggulangi
penyakit/masalah kesehatan mereka dirumah (H.Zaidin Ali, 2006).
i. Proses Keperawatan Keluarga
Proses keperawatan keluarga mengikuti pola keperawatan secara umum yang terdiri dari:
a. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dimana seorang perawat
mulai mengumpulkan informasi tentang keluarga yang dibinanya.
1) Pada awal pengkajian perawat harus membina hubungan yang baik dengan
keluarga dengan cara:
a) Diawali perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah.
b) Menjelaskan tujuan kunjungan.
c) Meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk membantu
keluarga menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di keluarga.
d) Menjelaskan luas kesanggupan perawat yang dapat dilakukan.
2) Cara pengumpulan data tentang keluarga dapat dilakukan antara lain dengan:
a) Wawancara
b) Observasi
3) Membina hubungan saling percaya
a) Salah satu fungsi perawat keluarga adalah menciptakan hubungan saling
percaya.
b) Menciptakan hubungan saling percaya adalah dimana adanya saling
terbuka, saling menghormati dan komunikasi berjalan dengan efektif.
c) Hubungan saling percaya dapat dikembangkan dengan menyampaikan
tujuan, menerima dan mengakui hak-hak keluarga pada perasaan dan
keyakinan mereka sendiri tanpa keluarga dari tujuan, nilai-nilai dan
harapan perawat.
d) Diawali dengan memberikan kesempatan keluarga mengungkapkan
persoalan dan masalahnya sendiri.Perawat memahami persoalan
38
berdasarkan pengalamannya bersama-sama, keluarga mendalami persoalan
dan memecahkan masalah secara bersama-sama.
Data-data yang dikumpulkan meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Struktur keluarga.
a.Identitas kepala keluarga.
b. Susunan anggota keluarga.
c.Genogram.
2. Riwayat tahap perkembangan keluarga keluarga.
3. Aktivitas sehari-hari.
4. Lingkungan.
5. Fungsi keluarga.
6. Stres keluarga berespon terhadap stres/stresor.
7. Pemeriksaan fisik.
8. Harapan keluarga.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah keputusan tentang respon keluarga tentang
masalah kesehatan aktual ataupun potensial sebagai dasar seleksi intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan
kewenangan perawat.
Daftar diagnosa keperawatan berdasarkan NANDA 2013 berikut:
1) Diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan lingkungan.
a) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah.
b) Resiko terhadap cedera.
c) Resiko terjadinya infeksi (penularan penyakit).
1) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur komunikasi :Komunikasi
keluarga disfungsional.
2) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur peran.
a) Berduka dan di antisipasi.
b) Berduka disfungsional.
c) Isolasi sosial.
d) Perubahan dalam proses keluarga (dampak adanya orang yang sakit terhadap
keluarga).
e) Potensial peningkatan menjadi orang tua.
f) Perubahan menjadi orang tua (krisis menjadi orang tua).
g) Perubahan menampilkan peran.
39
h) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah.
i) Gangguan citra tubuh.
3) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi efektif.
a) Perubahan proses keluarga.
b) Perubahan menjadi orang tua.
c) Potensial peningkatan menjadi orang tua.
d) Berduka yang di antisipasi.
e) Koping keluarga tidak efektif, menurun.
f) Koping keluarga tidak efektif, ketidakmampuan.
g) Resiko terhadap tindakan kekerasan.
4) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi sosial.
a) Perubahan proses keluarga.
b) Perilaku menarik bantuan kesehatan.
c) Konflik peran orang tua.
d) Perubahan menjadi orang tua.
e) Potensial peningkatan menjadi orang tua.
f) Perubahan pertumbuhan dan perkembangan.
g) Perubahan pemeliharan kesehatan.
h) Kurang pengetahuan.
i) Isolasi sosial.
j) Kerusakan interaksi sosial.
k) Resiko terhadap tindakan kekerasan.
l) Ketidakpatuhan.
m) Gangguan identitas pribadi.
5) Diagnosa Keperawatan keluarga pada masalah perawatan kesehatan.
a) Perubahan pemeliharan kesehatan.
b) Potensial peningkatan pemeliharan kesehatan.
c) Perilaku mencari pertolongan kesehatan.
d) Ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik keluarga.
e) Resiko terhadap penularan penyakit.
6) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah koping.
1. Potensial masalah peningkatan koping keluarga.
2. Koping keluarga tidak efektif,menurun.
3. Koping keluarga tidak efektif,ketidakmampuan.
4. Resiko terhadap tindakan kekerasan.
Prioritas masalah
40
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prioritas masalah adalah sebagai berikut:
1) Tidak mungkin masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang di temukan
dalam keluarga dapat di atasi sekaligus.
2) Perlu mempertimbangkan masalah-masalah yang dapat mengancam kehidupan
keluarga seperti masalah penyakit.
3) Perlu mempertimbangkan respon dan perhatian keluarga terhadap asuhan
keperawatan keluarga yang akan di berikan.
4) Keterlibatan dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi.
5) Sumber daya keluarga yang dapat penunjang pemecahan masalah kesehatan
keperawatan keluarga.
6) Pengetahuan dan kebudayaan keluarga.
Kriteria prioritas masalah.
a) Sifat masalah di kelompokan menjadi:
1) Ancaman kesehatan.
2) Keadaan sakit atau tidak sakit.
3) Situasi krisis.
b) Kemungkinan masalah dapat dirubah adalah kemungkinan keberhasilan untuk
mengurangi masalah atau mencegah masalah bila dilakukan intervensi
keperawatan dan kesehatan.
c) Potensi masalah untuk dicegah, adalah sifat dan besarnya masalah yang akan
timbul dan dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan keperawatan dan
kesehatan.
d) Masalah yang menonjol,adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah
dalam hal beratnya dan mendesaknya untuk diatasi melalui intervensi
keperawatan dan kesehatan.
Tabel 1 Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan Keluarga.
No Kriteria Nilai Bobot
1 Sifat masalah
Skala : 1
Tidak/kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
Krisis 1
2 Kemungkinan masalah dapat di ubah
Skala :
Dengan mudah 2 2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensial masalah dapat di ubah
Skala : 2
Tinggi 0
Cukup 1
41
Rendah 0
4 Menonjolnya masalah untuk di ubah
Skala :
Masalah berat harus ditangani 1 1
Masalah yang tidak perlu harus di tangani 0
Masalah tidak dirasakan 0
Keterangan:
a. Intervensi Keperawatan
Fokus dari intervensi keperawatan keluarga antara lain meliputi kegiatan yang
bertujuan:
1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara:
a) Memberi informasi yang tepat.
b) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan.
c) Mendorong sikap emosi yang sehat dan mendukung upaya masalah
kesehatan.
2) Menstimulus keluarga untuk menentukan cara perawatan keluarga yang tepat
dengan cara:
a) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan.
b) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga.
c) Mendiskusikan tentang konsekuensi setiap tindakan.
3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota yang sakit dengan cara:
a) Mendemonstrasikancaraperawatan.
b) Menggunakan alat fasilitas yang ada di rumah.
c) Mengawasi keluarga melakukan perawatan.
42
b) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
5) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada,dengan
cara:
a) Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga.
b) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada (Setiadi,
2008).
43
Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga
N Status
Nama L/K Usia Hubungan Pendidikan Pekerjaan
o kesehatan
1 Andi S L 32 Suami SMk Wirasuasta Cukup
2 Nadia P 34 istri SMPTN IRT Baik
b. Genogram
Dengan adanya genogram dapat diketahui faktor genetik atau faktor bawaan yang
sudah ada pada diri manusia untuk timbulnya penyakit Asma bronchiale.
c. Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi dapat dilihat dari, yaitu;
1) Pendapatan keluarga
2) Kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan keluarga.
Pada pengkajian status sosial ekonomi berpengaruh pada tingkat kesehatan
seseorang. Dampak dari ketidak-mampuan keluarga membuat seseorang enggan
memeriksakan diri ke dokter dan fasilitas kesehatan lainnya.
d. Riwayat kesehatan keluarga
1) Riwayat masing-masing kesehatan keluarga (apakah mempunyai penyakit
keturunan).
2) Perhatian keluarga terhadap pencegahan penyakit
3) Sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga
4) Pengalaman terhadap pelayanan kesehatan
e. Karakteristik lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Tetangga dan komunitas
3) Geografis keluarga
4) Sistem pendukung keluarga
f. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki
dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga dan
bagaimana anggota keluarga mengembangkan sikap saling mengerti. Semakin
tinggi dukungan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit, semakin
mempercepat kesembuhan dari penyakitnya. Fungsi ini merupakan basis sentral
bagi pembentukan dan kelangsungan unit keluarga. Fungsi ini berhubungan
dengan persepsi keluarga terhadap kebutuhan emosional para anggota keluarga.
Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan mengakibatkan ketidakseimbangan
keluarga dalam mengenal tanda-tanda gangguann kesehatan selanjutnya.
44
2) Fungsi keperawatan
a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
sejauh mana keluarga mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan yang
meliputi pengertian, faktor penyebab tanda dan gejala serta yang
mempengaruhi keluarga terhadap masalah, kemampuan keluarga dapat
mengenal masalah, tindakan yang dilakukan oleh keluarga akan sesuai
dengan tindakan keperawatan, karena Asma bronchiale memerlukan
perawatan yang khusus yaitu mengenai pengaturan makanan dan gaya
hidup. Jadi disini keluarga perlu tau bagaimana cara pengaturan makanan
yang benar serta gaya hidup yang baik untuk penderita Asma bronchiale.
b) Untuk mengtahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai
tindakan kesehatan yang tepat. Yang perlu dikaji adalah bagaimana keluarga
mengambil keputusan apabila anggota keluarga menderita Asma bronchiale.
c) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat keluarga
yang sakit. Yang perlu dikaji sejauh mana keluarga mengetahui keadaan
penyakitnya dan cara merawat anggota keluarga yang sakit Asma
bronchiale.
d) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga memelihara
lingkungan rumah yang sehat. Yang perlu dikaji bagaimana keluarga
mengetahui keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan kemampuan
keluarga untuk memodifikasi lingkungan akan dapat mecegah kekambuhan
dari pasien Asma bronchiale.\
e) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan
fasilitas kesehatan yang mana akan mendukung kesehatan seseorang.
3) Fungsi sosialisasi
Pada kasus penderita Asma bronchiale yang sudah mengalami komplikasi
stroke, dapat mengalami gangguan fungsi sosial baik di dalam keluarga maupun
didalam komunitas sekitar keluarga.
4) Fungsi reproduksi
Pada penderita Asma bronchiale perlu dikaji riwayat kehamilan (untuk
mengetahui adanya tanda-tanda Asma bronchiale saat hamil).
5) Fungsi ekonomi
Status ekonomi keluarga sangat mendukung terhadap kesembuhan penyakit.
Biasanya karena faktor ekonomi rendah individu segan untuk mencari
pertolongan dokter ataupun petugas kesehatan lainya (Friedman, 2013).
g. Stres dan koping keluarga
1) Stresor yang dimiliki
45
2) Kemampuan keluarga berespons terhadap stressor
3) Strategi koping yang digunakan
4) Strategi adaptasi disfungsional
h. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan fisik umum
2) Pemeriksaan fisik khusus
i. Harapan keluarga
Perlu dikaji bagaimana harapan keluarga terhadap perawat (petugas kesehatan) untuk
membantu penyelesaian masalah kesehatan yang terjadi.
2. Diagnosis keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga atau
masyarakat yang diperoleh dari suatu proses pengumpulan data dan analisis cermat dan
sistematis, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat
bertanggung jawab melaksanakannya (Shoemaker dalam Murwani, A, & Setyowati, S,
2011).
Perumusan diagnosis keperawatan keluarga dapat diarahkan pada sasaran individu atau
keluarga. Komponen diagnosis keperawatan meliputi masalah (problem), penyebab
(etiologi) dan atau tanda (sign). Sedangkan etiologi mengacu pada 5 tugas keluarga yaitu :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
1) Persepsi terhadap keparahan penyakit
2) Pengertian
3) Tanda dan gejala
4) Faktor penyebab
5) Persepsi keluarga terhadap masalah
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
1) Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah
2) Masalah dirasakan keluarga/Keluarga menyerah terhadap masalah yang dialami
3) Sikap negatif terhadap masalah kesehatan
4) Kurang percaya terhadap tenaga kesehatan
5) Informasi yang salah
46
4) Sikap keluarga terhadap yang sakit
d. Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan
1) Keuntungan/ manfaat pemeliharaan lingkungan
2) Pentingnya higyene sanitasi
3) Upaya pencegahan penyakit
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas keluarga
1) Keberadaan fasilitas kesehatan
2) Keuntungan yang didapat
3) Kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan
4) Pengalaman keluarga yang kurang baik
5) Pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh keluarga
Setelah data dianalisis dan ditetapkan masalah keperawatan keluarga, selanjutnya masalah
kesehatan keluarga yang ada, perlu diprioritaskan bersama keluarga dengan
memperhatikan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki keluarga. Prioritas masalah
asuhan keperawatan keluarga sebagai berikut :
1 Sifat masalah
Skala : 1
Tidak/kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
Krisis 1
2 Kemungkinan masalah dapat di ubah
Skala :
Dengan mudah 2 2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensial masalah dapat di ubah
Skala : 2
Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah untuk di ubah
Skala :
Masalah berat harus ditangani 2 1
Masalah yang tidak perlu harus di tangani 1
Masalah tidak dirasakan 0
Skoring :
47
b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan nilai bobot
SKOR
x NILAI BOBOT
ANGKA TERTINGGI
c. Jumlahkan skor untuk semua kriteria, skor tertinggi 5 sama dengan seluruh
bobot
3. Intervensi Keperawatan
Effendy dalam Harmoko (2012), mendefinisikan: rencana keperawatan keluarga
adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaksanakan, dalam
memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah didefinisikan. Sedangkan
Friedman (2013) menyatakan ada beberapa tingkat tujuan. Tingkat pertama meliputi
tujuan-tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat diukur, langsung dan spesiflk.
Sedangkan tingkat kedua adalah tujuan jangka panjang yang merupakan tingkatan
terakhir yang menyatakan maksud-maksud luas yang yang diharapkan oleh perawat
maupun keluarga agar dapat tercapai.
Dalam menyusun kriteria evaluasi dan standar evaluasi, disesuaikan dengan
sumber daya yang mendasar dalam keluarga pada umumnya yaitu biaya, pengetahuan,
dan sikap dari keiuarga, sehingga dapat diangkat tiga respon yaitu respon verbal, kognitif,
afektif atau perilaku, dan respon psikomotor untuk mangatasi masalahnya. Tujuan asuhan
keperawatan keluarga dengan masalah Asma bronchiale dapat dibedakan menjadi dua
yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang (Effendy dalam Harmoko, 2012).
Tujuan jangka pendek pada penderita Asma bronchiale antara lain : setelah
diberikan informasi kepada keluarga mengenai Asma bronchiale keluarga mampu
mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat untuk anggota keluarga yang
menderita Asma bronchiale dengan respon verbal keluarga mampu menyebutkan
pengertian, tanda dan gejala, penyebab serta perawatan Asma bronchiale.
Respon afektif, keluarga mampu menentukan cara penanganan atau perawatan
bagi anggotanya yang menderita Asma bronchiale secara tepat. Sedangkan respon
psikomotor, keluarga mampu memberikan perawatan secara tepat dan memodifikasi
lingkungan yang sehat dan nyaman bagi penderita Asma bronchiale. Standar evaluasi
48
yang digunakan adalah pengertian, tanda dan gejala, penyebab, perawatan, komplikasi
dan pengobatan Asma bronchiale (Effendy dalam Harmoko, 2012).
Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai dalam perawatan Asma bronchiale
adalah masalah dalam keluarga dapat teratasi atau dikurangi setelah dilakukan tindakan
keperawatan. Tahap intervensi diawali dengan menyelesaikan perencanaan perawatan.
yang dilakukan oleh keluarga, perawat, dan yang lainnya. Evaluasi merupakan
proses berkesinambungan yang terjadi setiap kali seorang perawat memperbaharui
rencana asuhan keperawatan (Friedman, 2013). Evaluasi merupakan kegiatan yang
membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah
ditetapkan untuk melihat keberhasilannya
49
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga : Tn. As
2. Alamat dan No. Telp : BTN ANTARA
3. Pekerjaan Kepala Keluarga : WIRASWASTA
4. Pendidikan Kepala Keluarga : SMK
5. Komposisi Keluarga :
II
III
Keterangan
: perempuan meninggal : garis pernikahan
: laki-laki : garis keturunan
: perempuan : tinggal serumah
: pasien
50
Gambar 3.1 Genogram
51
52
6. Tipe Keluarga.
Tipe kelurga Tn.As adalah tipe keluarga tradisional dengan keluarga inti yang terdiri dari
ayah, ibu dan dua orang anaknya yang masih sekolah
7. Suku Bangsa.
Keluarga Tn. As adalah dari suku Bugis. Pada keluarga Tn As terdapat kebiasan makan
yang pedas dan bersantan.
8. Agama.
Agama yang dianut oleh Tn. As. beserta keluarga adalah Islam. Keluarga Tn. As biasanya
melakukan shalat 5 waktu dirumah. Tn. As dan Ny.N jarang melaksanakan shalat
berjamaah, Tn As kurang aktif didalam kegiatan mushalla dan juga jarang ikut dalam
kepengurusan mushalla. Namun agama tetap menjadi sumber kekuatan bagi keluarga.
9. Status Sosial Ekonomi.
Tn. As adalah Kepala keluarga dan seorang supir dan Ny. N adalah seorang ibu rumah
tangga. Tn. As kepala keluarga dengan penghasilan ± Rp 2.500.000,-/bulan, penghasilan
berfokus pada pembiayaan kebutuhan sehari-hari, Tn.As juga menyisihkan sebagian dari
pendapatannya perhari yang bisa digunakan untuk kebutuhan mendadak dan untuk
pengobatan anggota keluarga yang sakit, keluarga menerima kartu JKN.
10. Aktivitas rekreasi kelurga.
Keluarga Tn.As tidak mempunyai aktivitas rekreasi yang tidak terjadwal, karena Tn.As
bekerja setiap hari, adapun aktivitas rekreasi keluarga Tn. As berupa berkumpul dengan
anggota keluarga lain, setiap waktu senggang Tn.As duduk-duduk di ruang tamu sambil
bercerita ringan dan menonton TV.
3.1.2 Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga.
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini.
Tahap perkembangan keluarga Tn.As saat ini adalah tahap perkembangan keluarga
dengan dewasa awal dengan tugas perkembangan sebagai berikut :
a. Persiapan menjadi orang tua .
b. Adapatasi dengan perubahan anggota keluarga peran, interaksi,
c. hubungan seksual dan kegiatan .
d. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah memenuhi kebutuhan
kesehatan fisik keluarga seperti Tn.As mempunyai penyakit asma.
3. Riwayat keluarga inti
Ny. N mengatakan belakangan ini penyakit asma Tn.As sering kumat, Ny. N mengatakan
jika serangan sesak datang hanya minum obat asma yang di beli di , apabila obat warung
tidak bisa mengurangi serangan asma baru An.As memeriksakan dirinya ke klinik.
52
53
Ruang
Kamar Makan
Anak
Kamar Ruang
Utama Tamu
Gambar 3.2 Denah rumah
53
54
54
55
55
56
56
57
57
58
58
59
-Tekanan Dara:120/90
_Nada: 72x/menit
-Respirasi : 25x/menit
-Suhu : 36°C
O :Keluarga Tn,As
tampak mengerti tengan
penyebab asma
Aktif bertanya dan
menjawab pertanyaan
A : Maslah sebagaian
Mendiskusikan kepada keluarga teratasi
Tn.As tentang : P : Intervensi dilanjudkan
2 -perawatan asma
Pencegahan asma
S :Keluarga Tn.As
mengatakan sudah
mengetahui cara
perawatan asma dan cara
pencegahan asma
O : keluarga Tn.A
Nampak sudah
memahami cara
perawatan asma dan
pencegahan asma
A : Maslah teratasi
P :Lntervensi dihentikan
59
60
pendidikan kesehatan
tentang bagaimna
penggonaan obat yang
tepat
BAB IV
PEMBAHASAAN
60
61
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang harus dipenuhi setiap
masing-masing anggota yang akan di jadikan subyek (Notoatmodjo, 2010)
a.) Pasien dengan diagnose medis asma bronkial
b.) Pasien dengan diagnose keperawatan bersikan jalan Defisit pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya informasi,Ketidakmampuan keluarga mengenai
pencegahan dan perawatan penyakit,ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
c.) Pasien bersedia menjadi subyek
2. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah kriteria atau ciri-ciri anggota yang tidak bisa
dijadikan sebagai subyek (Notoatmodjo, 2010). Kriteria eksklusi pada
penelitian ini adalah pasien yang menolak menjadi subyek.
a.) Pasien pulang
b.) Pasien yang tidak di diagnose medis asma bronkial
C. Focus Studi
1.Asuhan keperawatan dengan pasien asma bronkial
D. Deficit Operasional
Studi Kasus Asuhan Keperawatan :
1. Pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses keperawatan dalam mengkaji
harus mempertahankan data dasar pasien
2. Diagnose keperawatan adalah suatu pernyatan yang menjelaskan respon manusia
(status kesehatan atau resiko perubahan pola)
3. Intervensi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu pasien dalam berahli dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang
diinginkan dalam hasil yang diharapkan
61
62
62
63
BAB V
A. Kesimpulan
63
64
64
65
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara. 2013. Buku Saku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi
Utara Tahun 2012. Manado
65
66
Effendi, F & Makhfudli (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.
Friedman. (2013). Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. Edisi ke- Jakarta:
EGC
Global Initiative for Asthma (GINA)., 2006. Global Strategy for Asthma Management and
Prevention.
Global Initiative for Asthma (GINA)., 2010. Pocket Guide For Asthma Management and
Prevention (for Adult and Children Older than 5 Years).
Global Initiative for Asthma (GINA)., 2012. At-A-Glance Asthma Management Reference
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)., 2011. Global Strategy for
Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease
Hasana, R. (2016). Askep Klien dengan Gangguan Pemenuhan Kebetuhan O2 pada penderita
Asma Bronkial Di RSUD . Prof. DR. Soekardar Mojosari, Reposetory. Poltekes Majapahit.
Retrived maret 31, 2019. http://www.repository.poltekkesmajapahit.ac.id/index.php/PUB-
KEP/article/view/830/631
Hidayat, A. Azis. ALlimun. (2009). Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi Konsep dan Proses
Keprawatan, (p 2-21). Jakarta : Salemba Medika
Irman.Soemantri (2012). Asuhan Keperwatan pada Klien Gangguan Sistem Pernapasan (p 27-30).
Jakarta : Salemba Medika.
Murwani, Arita, 2011. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi I. Yogyakarta
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction
Price, Sylvia. A. & Willson, Lorrains M. (2009). Patofisiologi dan Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta : EGC
Smeltzer & Bare. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medika Bedah. Jakarta : EGC
Sudoyo. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi Departemen Ilmu Penyakit dalam
FKUI. Jakarta.
World Health Organization (WHO). 2016. Asthma Fact Sheets. Diunduh dari
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs307/en/ 15 April 2019
66
67
67