Disusun oleh :
Kelompok 3 (tiga)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
Makalah ini kami susun semaksimal mungkin dan mendapat bantuan serta saran-saran
dari berbagai pihak.Sehingga, bisa memperlancar dalam pembuatan makalah ini.Untuk kami
sekelompokmengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
Terlepas dari segala hal tersebut, saya sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi penyusunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu, kami kelompok
dengan lapang dada menerima segala kritikan dan saran yang bersifat membangun.Sehingga,
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bisa memeberikan manfaat maupun
Kelompok 3 (tiga)
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..1
BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah suatu penyakit pernafasan umum yang
mendunia dan dapat dicegah serta diobati dengan karakteristik berupa adanya hambatan
aliran udara dan gejala pernafasan yang persisten berhubungan dengan ketidaknormalan
aliran udara dan/atau alveolar yang disebabkan oleh paparan gas atau partikel berbahaya
(Gold, 2017, Kakarla et.al., 2016, Soeroto dan Suryadinata, 2014). Hambatan aliran udara
tersebut bersifat progresif dan disebabkan oleh ketidaknormalan respon inflamasi paru dalam
menghirup gas atau partikel berbahaya, terutama disebabkan oleh asap rokok (Bezerra dan
Fernandes, 2006, PDPI, 2003). PPOK sekarang ini menjadi penyebab kematian keempat di
dunia, tetapi diproyeksikan akan meningkat menjadi penyebab kematian ketiga pada tahun
2020. PPOK merupakan penyebab utama masalah kronik yang mengakibatkan kematian dan
kesakitan di dunia (GOLD, 2017).The 2013 Global Burden Disease Study menunjukkan
bahwa PPOK menjadi urutan ke-8 yang menyebabkan penderitanya hidup dalam kecacatan.
Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) 2013 menyatakan prevalensi PPOK di Indonesia sebesar
3,7%.
Banyak penderita PPOK datang ke dokter saat penyakit itu sudah lanjut. Padahal, sampai
saat ini belum ditemukan cara yang efisien dan efektif untuk mendeteksi PPOK. Menurut Dr
Suradi, penyakit PPOK di Indonesia menempati urutan ke-5 sebagai penyakit yang
menyebutkan, pada tahun 2010 diperkirakan penyakit ini akan menempati urutan ke-4
ketiga.Dan kondisi ini tanpa disadari, angka kematian akibat PPOK ini makin meningkat.
4
Penyakit PPOK selayaknya mendapatkan pengobatan yang baik dan terutama perawatan
yang komprehensif, semenjak serangan sampai dengan perawatan di rumah sakit.Dan yang
lebih penting dalah perawatan untuk memberikan pengetahuan dan pendidikan kepada pasien
dan keluarga tentang perawatan dan pencegahan serangan berulang pada pasien PPOK di
rumah. Hal ini diperlukan perawatan yang komprehensif dan paripurna saat di Rumah Sakit
Prognosis penyakit PPOK bersifat progresif dan terjadi keparahan dengan ditandai
timbulnya eksaserbasi (GOLD, 2017). Derajat keparahan PPOK memiliki hubungan yang
signifikan dengan Indeks Massa Bebas Lemak (IMBL) yang rendah dan malnutrisi (Ischaki
et.al., 2007, Artawan dkk, 2016). Yilmaz (2015) melaporkan bahwa Indeks Massa Bebas
Lemak (IMBL) dapat menyediakan informasi yang lebih baik pada pasien PPOK yang
memiliki karakteristik penurunan berat badan dan kehilangan massa bebas lemak. Penderita
PPOK memiliki karakteristik kehilangan berat badan, dan muscle wasting berupa kehilangan
massa bebas lemak, hal ini merupakan masalah serius yang biasanya muncul dan akan
Menurut Luo (2016) IMBL memiliki hubungan yang kuat dengan kapasitas latihan, sesak
nafas, fungsi otot pernafasan, FEV1 dan dapat digunakan sebagai prediktor derajat keparahan
PPOK.Hasil FEV1 pada pasien PPOK dengan IMBL normal lebih tinggi dibandingkan
5
5. Apa yang dimaksud Etiologi PPOK ?
8. Komplikasi PPOK ?
1. Bagi Masyarakat
2. Bagi Institusi
3. Bagi Penulis
6
Memperoleh wawasan dan ilmu pengetahuan dalam melakukan asuhan keperawatan
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) merupakan suatu kelainan dengan ciri-
ciri adanya keterbatasan aliran udara yang tidak sepenuhnya revelsible pada klien
PPOK adalah penyakit paru kronik dengan karakteristik adanya hambatan aliran
udara di saluran napas yang bersifat progresif nonversibel atau reversibel parsial,
serta adanya respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya
menahun dan persisten dari jalan napas didalam paru, yang termasuk dalam
kelompok ini adalah : bronchitis, emfisema paru, asma terutama yang menahun
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan masalah kesehatan global. Data
prevalensi, morbiditas, dan mortalitas berbeda tiap negara namun secara umum terkait
langsung dengan prevalensi merokok dan pada beberapa negara dengan polusi udara
akibat pembakaran kayu, gas dan partikel berbahaya.Satu meta-analysis dari studi-studi
yang dilaksanakan di 28 negara antara 1990 sampai 2004, menunjukkan bukti bahwa
prevalensi PPOK adalah lebih tinggi pada perokok dan bekas perokok dibanding pada
yang bukan perokok, pada mereka yang berusia diatas 40 tahun dibanding mereka yang
8
dibawah 40 tahun, dan pada pria lebih banyak dibanding wanita.(GOLD, 2017; PDPI,
2010).
GOLD memperkirakan PPOK sebagai penyebab kematian ke-6 pada tahun 1990,
akan meningkat menjadi penyebab kematian ke-3 pada 2020 di seluruh dunia. Data yang
ada menunjukkan bahwa morbiditas karena PPOK meningkat dengan usia dan lebih besar
Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen-komponen asap rokok
merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain itu, silia yang
pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan
menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari
infeksi dan menjadi sangat purulen. Proses ventilasi terutama ekspirasi terhambat. Timbul
hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang
penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus,
maka ventilasi berkurang.Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi
normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Dengan
demikian apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru
9
2.4 Klasifikasi PPOK
Klasifikasi derajat PPOK menurut Global initiative for chronic Obstritif Lung Disiase
(GOLD) 2011.
a. Derajat I (PPOK Ringan) : Gejala batuk kronik dan produksi sputum ada tetapi tidak
sering. Pada derajat ini pasien sering tidak menyadari bahwa menderita PPOK
b. Derajat II (PPOK Sedang) : Gejala sesak mulai dirasakan saat aktivitas dankadang
ditemukan gejala batuk dan produksi sputum. Pada derajat ini biasanya pasien mulai
memeriksakan kesehatannya.
c. Derajat III (PPOK Berat) : Gejala sesak lebih berat, penurunan aktivitas, rasa lelah
dan serangan eksasernasi semakin sering dan berdampak pada kualitas hidup pasien.
d. Derajat IV (PPOK Sangat Berat) : Gejala di atas ditambah tanda-tanda gagal napas
atau gagal jantung kanan dan ketergantungan oksigen. Pada derajat ini kualitas
hidup pasien memburuk dan jika eksaserbasi dapat mengancam jiwa biasanya
Faktor risiko PPOK di seluruh dunia yang paling banyak ditemui adalah merokok
tembakau. Selain jenis tembakau (misalnya pipa, cerutu, dan ganja) juga merupakan
faktor risiko PPOK. PPOK tidak hanya berisiko bagi perokok aktifsaja namun juga bisa
Selain itu faktor -faktor yang berpengaruh pada perjalanan dan perburukan PPOK antara
lain:
1. Faktor genetic
10
4. Pajanan terhadap partikel, gas berbahaya
7. Bronkitis kronis
PPOK antara lain merokok, polutan indoor, outdoor dan polutan di tempat kerja, selain itu
ada juga faktor risiko lain yaitu genetik, gender, usia, konsumsi alkohol dan kurang
aktivitas fisik.
meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Prevalensi PPOK lebih tinggi pada laki-
tahun. Prevalensi PPOK lebih tinggi di perdesaan(4,5%) dibanding perkotaan (3,0%) dan
cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan pendidikan rendah (7,9%) dan kuintil
Gejala Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) seringkali tidak muncul sampai
memburuk seiring Klasifikasi derajat PPOK menurut Global initiative for chronic
Obstritif Lung berjalannya waktu, apalagi jika pengidap tetap merokok.Pada bronkitis
kronik, gejala utama yang dialami pengidap adalah batuk berdahak yang berlangsung
11
Gejala lain pada PPOK dapat meliputi:
Mengi.
Mudah lelah.
medis dan pemeriksaan fisik yang dibantu dengan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
Tes ini bertujuan untuk mengukur jumlah udara yang bisa kamu hirup dan
darah.Spirometri adalah tes fungsi paru-paru yang paling sering digunakan. Pada tes
ini, kamu akan diminta untuk meniup udara ke dalam tabung besar yang terhubung
ke mesin kecil yang bernama spirometer. Mesin ini dapat mengukur berapa banyak
udara yang mampu ditahan oleh paru-paru pasien dan seberapa cepat pasien dapat
12
sebelum gejala penyakit tersebut muncul.Tes ini juga digunakan untuk mengukur
X-ray dada
Foto torax dapat mendeteksi adanya emfisema yang merupakan salah satu penyebab
utama PPOK.
CT Scan
keuntungan yang bisa didapatkan melalui operasi. Selain itu, CT Scan juga dapat
Tes ini mengukur seberapa baik paru-paru membawa oksigen ke dalam darah
Tes Laboratorium
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) bisa menyebabkan banyak komplikasi, antara
lain:
Masalah jantung. Untuk alasan yang belum jelas, PPOK bisa meningkatkan risiko
Tekanan darah tinggi. PPOK dapat menyebabkan tekanan darah tinggi di arteri yang
13
Depresi. Kesulitan bernapas membuat kamu tidak bisa melakukan banyak hal.
perawatan.Bahkan bila PPOK sudah mencapai tahap lebih lanjut pun, masih ada terapi yang
efektif untuk mengendalikan gejala dan mengurangi risiko komplikasi. Berikut adalah
Berhenti Merokok
Ini adalah langkah terpenting dalam mengatasi PPOK. Berhenti merokok adalah
satu-satunya cara agar PPOK tidak bertambah buruk, yang pada akhirnya bisa
Pemberian Obat-obatan
Dokter dapat memberikan beberapa jenis obat untuk mengobati gejala dan
sesuai kebutuhan.
Terapi Paru-paru
Dokter sering menggunakan terapi tambahan ini untuk pengidap PPOK yang sedang
sampai berat.
Operasi
14
Operasi adalah tindakan bagi pengidap emfisema yang parah dan tidak mempan lagi
Pencegahan utama dan yang terbaik untuk menghindari PPOK adalah dengan
menghindari paparan rokok, baik secara aktif maupun pasif.Oleh sebab itu, bagi orang yang
tidak merokok disarankan untuk tidak mencoba rokok dan sebisa mungkin menghindari
asapnya. Sedangkan bagi perokok, cara terbaik adalah berhenti merokok dan juga
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) atau Chronic Obstruktif Pulmonary Disease
(COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-
15
paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara
yang dikenal dengan COPD adalah asma bronkial, bronkitis kronis, dan emfisema paru-
paru.Sering juga penyakit ini disebut dengan Chronic Airflow Limitation (CAL) dan Chronic
Obstructive Lung Disease (COLD).Diagnosa yang utama pada penderita PPOK yaitu
3.2 Saran
Sebagai perawat diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan dengan baik terhadap
penderita penyakit saluran pernapasan terutama PPOK.Oleh karena itu, perawat juga harus
mampu berperan sebagai pendidik dalam hal ini melakukan penyuluhan ataupun memberikan
edukasi kepada pasien maupun keluarga pasien terutama mengenai tanda-tanda, penanganan
dan penceganhanya.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis NANDA
https://www.halodoc.com/kesehatan/penyakit-paru-obstruktif-kronis
16
Brashers, Valentina L. 2007.Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan dan Manajemen Edisi
Doenges, Marilynn E. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
http://repository.usu.ace.id/
http://repository.unimus.ac.id/
https://www.alodokter.com/penyakit-paru-obstruktif-kronis
17