Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK)


Untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah I

Dosen pengampu : Nurul Kartika Sari, M.Kep

Disusun oleh :

Kelompok 3 (tiga)

 Anggita Putri Irvika (31440119003)


 Joko A. Purnomo (31440119019)
 Maharani (31440119021)
 Mey Asmuruf (31440119025)
 Mey Anike Fawan (31440119026)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES SORONG
TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

Rahmat dan Hidayah Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini

untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I.

Makalah ini kami susun semaksimal mungkin dan mendapat bantuan serta saran-saran

dari berbagai pihak.Sehingga, bisa memperlancar dalam pembuatan makalah ini.Untuk kami

sekelompokmengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, saya sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan

baik dari segi penyusunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu, kami kelompok

dengan lapang dada menerima segala kritikan dan saran yang bersifat membangun.Sehingga,

bisa menjadi lebih baik kedepanya.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bisa memeberikan manfaat maupun

menambah ilmu pengetahuan dan juga membuka wawasan kita.

Sorong, 13 September 2020


Penyusun

Kelompok 3 (tiga)

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..1

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………...4


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………..5
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………………………6
1.4 Manfaat Penulisan……………………………………………………………………..6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi PPOK……………………………………………………………………..…..8


2.2 Epidemologi PPOK……………………………………………………………………8
2.3 Patofisiologi PPOK…………………………………………………………………....9
2.4 Klasifikasi PPOK…………………………………………………………………….10
2.5 Etiologi PPOK………………………………………………………………………..10
2.6 Tanda dan Gejala PPOK………………………………………………………...........11
2.7 Diagnosis PPOK……………………………………………………………………...12
2.8 Komplikasi PPOK……………………………………………………………………13
2.9 Pencegahan dan Pengobatan PPOK………………………………………………….14

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………….16
3.2 Saran……………………………………………………………………………...…16

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah suatu penyakit pernafasan umum yang

mendunia dan dapat dicegah serta diobati dengan karakteristik berupa adanya hambatan

aliran udara dan gejala pernafasan yang persisten berhubungan dengan ketidaknormalan

aliran udara dan/atau alveolar yang disebabkan oleh paparan gas atau partikel berbahaya

(Gold, 2017, Kakarla et.al., 2016, Soeroto dan Suryadinata, 2014). Hambatan aliran udara

tersebut bersifat progresif dan disebabkan oleh ketidaknormalan respon inflamasi paru dalam

menghirup gas atau partikel berbahaya, terutama disebabkan oleh asap rokok (Bezerra dan

Fernandes, 2006, PDPI, 2003). PPOK sekarang ini menjadi penyebab kematian keempat di

dunia, tetapi diproyeksikan akan meningkat menjadi penyebab kematian ketiga pada tahun

2020. PPOK merupakan penyebab utama masalah kronik yang mengakibatkan kematian dan

kesakitan di dunia (GOLD, 2017).The 2013 Global Burden Disease Study menunjukkan

bahwa PPOK menjadi urutan ke-8 yang menyebabkan penderitanya hidup dalam kecacatan.

Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) 2013 menyatakan prevalensi PPOK di Indonesia sebesar

3,7%.

Banyak penderita PPOK datang ke dokter saat penyakit itu sudah lanjut. Padahal, sampai

saat ini belum ditemukan cara yang efisien dan efektif untuk mendeteksi PPOK. Menurut Dr

Suradi, penyakit PPOK di Indonesia menempati urutan ke-5 sebagai penyakit yang

menyebabkan kematian. Sementara data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

menyebutkan, pada tahun 2010 diperkirakan penyakit ini akan menempati urutan ke-4

sebagai penyebab kematian. "Pada dekade mendatang akan meningkat ke peringkat

ketiga.Dan kondisi ini tanpa disadari, angka kematian akibat PPOK ini makin meningkat.

4
Penyakit PPOK selayaknya mendapatkan pengobatan yang baik dan terutama perawatan

yang komprehensif, semenjak serangan sampai dengan perawatan di rumah sakit.Dan yang

lebih penting dalah perawatan untuk memberikan pengetahuan dan pendidikan kepada pasien

dan keluarga tentang perawatan dan pencegahan serangan berulang pada pasien PPOK di

rumah. Hal ini diperlukan perawatan yang komprehensif dan paripurna saat di Rumah Sakit

Prognosis penyakit PPOK bersifat progresif dan terjadi keparahan dengan ditandai

timbulnya eksaserbasi (GOLD, 2017). Derajat keparahan PPOK memiliki hubungan yang

signifikan dengan Indeks Massa Bebas Lemak (IMBL) yang rendah dan malnutrisi (Ischaki

et.al., 2007, Artawan dkk, 2016). Yilmaz (2015) melaporkan bahwa Indeks Massa Bebas

Lemak (IMBL) dapat menyediakan informasi yang lebih baik pada pasien PPOK yang

memiliki karakteristik penurunan berat badan dan kehilangan massa bebas lemak. Penderita

PPOK memiliki karakteristik kehilangan berat badan, dan muscle wasting berupa kehilangan

massa bebas lemak, hal ini merupakan masalah serius yang biasanya muncul dan akan

memberikan prognosis buruk bagi penderita PPOK.

Menurut Luo (2016) IMBL memiliki hubungan yang kuat dengan kapasitas latihan, sesak

nafas, fungsi otot pernafasan, FEV1 dan dapat digunakan sebagai prediktor derajat keparahan

PPOK.Hasil FEV1 pada pasien PPOK dengan IMBL normal lebih tinggi dibandingkan

dengan IMBL rendah, sehingga diindikasikan bahwa malnutrisi dihubungkan dengan

gangguan fungsi paru.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari PPOK ?

2. Apa Epidemologi PPOK ?

3. Bagaimana Patofisiologi PPOK ?

4. Bagaimana Klasifikasi PPOK ?

5
5. Apa yang dimaksud Etiologi PPOK ?

6. Apa saja Tanda dan Gejala PPOK ?

7. Apa Diagnosis dari PPOK ?

8. Komplikasi PPOK ?

9. Bagaimana Pencegahan dan Pengobatan PPOK ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui definisi dari PPOK ?

2 Mengetahui Epidemologi PPOK ?

3 Dapat mengetahui Patofisiologi PPOK ?

4 Mengetahui apa saja Klasifikasi PPOK ?

5 Mengetahui apa saja Etiologi PPOK ?

6 Dapat mengetahui Tanda dan Gejala PPOK ?

7 Dapat mengetahui Diagnosis dari PPOK ?

8 Mengetahui Komplikasi PPOK ?

9 Mengetahui Pencegahan dan Pengobatan PPOK ?

9.1 Manfaat Penulisan

1. Bagi Masyarakat

Membudayakan pengelolaan pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dalam

pemberian asuhan keperawatan.

2. Bagi Institusi

Menambah keluasan ilmu terapan bidang keperawatan dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).

3. Bagi Penulis

6
Memperoleh wawasan dan ilmu pengetahuan dalam melakukan asuhan keperawatan

pada pasien Penyakit Obstruktif Kronik (PPOK).

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi PPOK

Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) merupakan suatu kelainan dengan ciri-

ciri adanya keterbatasan aliran udara yang tidak sepenuhnya revelsible pada klien

PPOK .paru-paru klien tidak dapat mengembang sepenuhnya dikarenakan adanya

sumbatan dikarenakan sekret yang menumpuk pada paru-paru.(Lyndon saputra,2010).

PPOK adalah penyakit paru kronik dengan karakteristik adanya hambatan aliran

udara di saluran napas yang bersifat progresif nonversibel atau reversibel parsial,

serta adanya respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya

(GOLD, 2009),selain itu menurut penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)

merupakan satu kelompok penyakit paru yang mengakibatkan obstruksi yang

menahun dan persisten dari jalan napas didalam paru, yang termasuk dalam

kelompok ini adalah : bronchitis, emfisema paru, asma terutama yang menahun

bronkiektatis, arita murwani (2011).

2.2 Epidemologi PPOK

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan masalah kesehatan global. Data

prevalensi, morbiditas, dan mortalitas berbeda tiap negara namun secara umum terkait

langsung dengan prevalensi merokok dan pada beberapa negara dengan polusi udara

akibat pembakaran kayu, gas dan partikel berbahaya.Satu meta-analysis dari studi-studi

yang dilaksanakan di 28 negara antara 1990 sampai 2004, menunjukkan bukti bahwa

prevalensi PPOK adalah lebih tinggi pada perokok dan bekas perokok dibanding pada

yang bukan perokok, pada mereka yang berusia diatas 40 tahun dibanding mereka yang

8
dibawah 40 tahun, dan pada pria lebih banyak dibanding wanita.(GOLD, 2017; PDPI,

2010).

GOLD memperkirakan PPOK sebagai penyebab kematian ke-6 pada tahun 1990,

akan meningkat menjadi penyebab kematian ke-3 pada 2020 di seluruh dunia. Data yang

ada menunjukkan bahwa morbiditas karena PPOK meningkat dengan usia dan lebih besar

pada pria dibanding wanita. (GOLD 2017)

2.3 Patofisiologi PPOK

Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen-komponen asap rokok

merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain itu, silia yang

melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan

pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan

menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari

saluran napas. Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab

infeksi dan menjadi sangat purulen. Proses ventilasi terutama ekspirasi terhambat. Timbul

hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang

kental dan adanya peradangan. (Jackson, 2014).

Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan kronik

pada paru. Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak struktur-struktur

penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus,

maka ventilasi berkurang.Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi

normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Dengan

demikian apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru

dan saluran udara kolaps. (Grece & Borley, 2011).

9
2.4 Klasifikasi PPOK

Klasifikasi derajat PPOK menurut Global initiative for chronic Obstritif Lung Disiase

(GOLD) 2011.

a. Derajat I (PPOK Ringan) : Gejala batuk kronik dan produksi sputum ada tetapi tidak

sering. Pada derajat ini pasien sering tidak menyadari bahwa menderita PPOK

b. Derajat II (PPOK Sedang) : Gejala sesak mulai dirasakan saat aktivitas dankadang

ditemukan gejala batuk dan produksi sputum. Pada derajat ini biasanya pasien mulai

memeriksakan kesehatannya.

c. Derajat III (PPOK Berat) : Gejala sesak lebih berat, penurunan aktivitas, rasa lelah

dan serangan eksasernasi semakin sering dan berdampak pada kualitas hidup pasien.

d. Derajat IV (PPOK Sangat Berat) : Gejala di atas ditambah tanda-tanda gagal napas

atau gagal jantung kanan dan ketergantungan oksigen. Pada derajat ini kualitas

hidup pasien memburuk dan jika eksaserbasi dapat mengancam jiwa biasanya

disertai gagal napas kronik.

2.5 Etiologi PPOK

Faktor risiko PPOK di seluruh dunia yang paling banyak ditemui adalah merokok

tembakau. Selain jenis tembakau (misalnya pipa, cerutu, dan ganja) juga merupakan

faktor risiko PPOK. PPOK tidak hanya berisiko bagi perokok aktifsaja namun juga bisa

berisiko bagi perokok pasif yang terkenan pajanan asap rokok.

Selain itu faktor -faktor yang berpengaruh pada perjalanan dan perburukan PPOK antara

lain:

1. Faktor genetic

2. Usia & jenis kelamin

3. Pertumbuhan dan perkembangan paru

10
4. Pajanan terhadap partikel, gas berbahaya

5. Faktor sosial ekonomi

6. Asma dan hipereaktivitas saluran napas

7. Bronkitis kronis

8 .Infeksi berulang di saluran napas(GOLD, 2017)

Berdasarkan penelitian Oemiati (2013) menyatakan bahwa faktor risiko utama

PPOK antara lain merokok, polutan indoor, outdoor dan polutan di tempat kerja, selain itu

ada juga faktor risiko lain yaitu genetik, gender, usia, konsumsi alkohol dan kurang

aktivitas fisik.

Data Riskesdas 2013 berdasarkan karakteristik terlihat prevalensi PPOK semakin

meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Prevalensi PPOK lebih tinggi pada laki-

laki(4,2%)dibanding perempuan(3,3%) dan mulai meningkat pada kelompok usia ≥ 25

tahun. Prevalensi PPOK lebih tinggi di perdesaan(4,5%) dibanding perkotaan (3,0%) dan

cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan pendidikan rendah (7,9%) dan kuintil

indeks kepemilikan terbawah(7,0%).

2.6 Tanda dan Gejala PPOK

Gejala Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) seringkali tidak muncul sampai

paru-paru mengalami kerusakan yang signifikan dan kinerjanya sudah semakin

memburuk seiring Klasifikasi derajat PPOK menurut Global initiative for chronic

Obstritif Lung berjalannya waktu, apalagi jika pengidap tetap merokok.Pada bronkitis

kronik, gejala utama yang dialami pengidap adalah batuk berdahak yang berlangsung

minimal 3 bulan dalam 2 tahun.

11
Gejala lain pada PPOK dapat meliputi:

 Sesak napas, terutama saat melakukan aktivitas fisik.

 Mengi.

 Produksi dahak yang banyak.

 Batuk kronik yang produktif.

 Seringnya terpapar infeksi saluran napas.

 Mudah lelah.

 Sianosis pada kuku maupun bibir.

 Penurunan berat badan.

 Bengkak pada pergelangan kaki, kaki, atau betis

2.7 Diagnosis PPOK

Diagnosis Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dilakukan berdasarkan wawancara

medis dan pemeriksaan fisik yang dibantu dengan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan

penunjang yang dilakukan meliputi:

 Tes fungsi paru-paru.

Tes ini bertujuan untuk mengukur jumlah udara yang bisa kamu hirup dan

hembuskan, dan apakah paru-paru memberikan oksigen yang cukup ke

darah.Spirometri adalah tes fungsi paru-paru yang paling sering digunakan. Pada tes

ini, kamu akan diminta untuk meniup udara ke dalam tabung besar yang terhubung

ke mesin kecil yang bernama spirometer. Mesin ini dapat mengukur berapa banyak

udara yang mampu ditahan oleh paru-paru pasien dan seberapa cepat pasien dapat

mengeluarkan udara dari paru-parunya.Spirometri dapat mendeteksi PPOK, bahkan

12
sebelum gejala penyakit tersebut muncul.Tes ini juga digunakan untuk mengukur

perkembangan penyakit dan untuk memantau seberapa baik pengobatan bekerja.

 X-ray dada

Foto torax dapat mendeteksi adanya emfisema yang merupakan salah satu penyebab

utama PPOK.

 CT Scan 

CTscan juga dapat dilakukan untuk mendeteksi emfisema dan memprediksi

keuntungan yang bisa didapatkan melalui operasi. Selain itu, CT Scan juga dapat

digunakan sebagai skrining terhadap kanker paru-paru.

 Analisa Gas Darah

Tes ini mengukur seberapa baik paru-paru membawa oksigen ke dalam darah

 Tes Laboratorium

Tes laboaratorium dapat digunakan untuk menentukan penyebab gejala PPOK.

2.8 Komplikasi PPOK

Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) bisa menyebabkan banyak komplikasi, antara

lain:

 Infeksi pernapasan. Pengidap PPOK rentan terserang flu dan pneumonia.

 Masalah jantung. Untuk alasan yang belum jelas, PPOK bisa meningkatkan risiko

penyakit jantung, salah satunya serangan jantung.

 Tekanan darah tinggi. PPOK dapat menyebabkan tekanan darah tinggi di arteri yang

membawa darah ke paru-paru.

13
 Depresi. Kesulitan bernapas membuat kamu tidak bisa melakukan banyak hal.

Kondisi ini bisa membuat kamu lama kelamaan mengalami depresi.

2.9 Pencegahan dan Pengobatan PPOK

PPOK merupakan penyakit yang bisa diobati dengan melakukan beberapa

perawatan.Bahkan bila PPOK sudah mencapai tahap lebih lanjut pun, masih ada terapi yang

efektif untuk mengendalikan gejala dan mengurangi risiko komplikasi. Berikut adalah

beberapa pilihan pengobatan PPOK:

 Berhenti Merokok

Ini adalah langkah terpenting dalam mengatasi PPOK. Berhenti merokok adalah

satu-satunya cara agar PPOK tidak bertambah buruk, yang pada akhirnya bisa

mengurangi kemampuan bernapas.

 Pemberian Obat-obatan

Dokter dapat memberikan beberapa jenis obat untuk mengobati gejala dan

komplikasi PPOK. Pengidap dianjurkan untuk mengonsumsinya  secara teratur dan

sesuai kebutuhan.

 Terapi Paru-paru

Dokter sering menggunakan terapi tambahan ini untuk pengidap PPOK yang sedang

sampai berat.

 Operasi

14
Operasi adalah tindakan bagi pengidap emfisema yang parah dan tidak mempan lagi

diobati dengan obat-obatan.Pilihan operasi yang biasanya dilakukan adalah operasi

pengurangan volume paru-paru, transplantasi paru-paru, dan bullectomy.  

Adapun Cara Pencegahan Penyakit Paru Obstruktif Kronis

Pencegahan utama dan yang terbaik untuk menghindari PPOK adalah dengan

menghindari paparan rokok, baik secara aktif maupun pasif.Oleh sebab itu, bagi orang yang

tidak merokok disarankan untuk tidak mencoba rokok dan sebisa mungkin menghindari

asapnya. Sedangkan bagi perokok, cara terbaik adalah berhenti merokok dan juga

menghindari paparan asapnya.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) atau Chronic Obstruktif Pulmonary Disease

(COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-

15
paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara

sebagai gambaran patofisiologi utamanya.Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan

yang dikenal dengan COPD adalah asma bronkial, bronkitis kronis, dan emfisema paru-

paru.Sering juga penyakit ini disebut dengan Chronic Airflow Limitation (CAL) dan Chronic

Obstructive Lung Disease (COLD).Diagnosa yang utama pada penderita PPOK yaitu

Bersihan jalan napas tidak efektif b.d peningkatan produksi sputum.

3.2 Saran

Sebagai perawat diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan dengan baik terhadap

penderita penyakit saluran pernapasan terutama PPOK.Oleh karena itu, perawat juga harus

mampu berperan sebagai pendidik dalam hal ini melakukan penyuluhan ataupun memberikan

edukasi kepada pasien maupun keluarga pasien terutama mengenai tanda-tanda, penanganan

dan penceganhanya.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis NANDA

NIC NOC.Yogyakarta : Media Action.

https://www.halodoc.com/kesehatan/penyakit-paru-obstruktif-kronis

16
Brashers, Valentina L. 2007.Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan dan Manajemen Edisi

2.Jakarta : EGC Buku Kedokteran.

Doenges, Marilynn E. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta : EGC Buku Kedokteran.

http://repository.usu.ace.id/

http://repository.unimus.ac.id/

https://www.alodokter.com/penyakit-paru-obstruktif-kronis

17

Anda mungkin juga menyukai