Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
tidak dapat dipisahkan dari praktek obstetri modern. Induksi persalinan pada
kehamilan lewat waktu sering terjadi kegagalan karena serviks yang belum
sesaria(Cunningham, 2005).
waktu, namun pada saat ini sudah mulai banyak ditinggalkan. Masih ada
1
rumah sakit yang masih melakukan induksi oksitosin saja. Walaupun masih
waktu dilakukan secara hati-hati dan teliti. Usaha pematangan serviks dan
Secara mekanis yaitu batang laminaria dan balon Foley sedangkan secara
pematangan serviks, terutama untuk pasien berisiko tinggi di mana janin tidak
2
Balon Foley yang diberikan bersamaan dengan oksitosin yang bekerja
kegagalan induksi.
oksitosin saja.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
3
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
E. Keaslian Penelitian
efektivitas pemasangan satu balon kateter, dua balon kateter, dan balon
4
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Lama Kehamilan
hari dihitung sejak hari pertama haid terakhir dengan simpang baku sekitar dua
minggu. Deviasi dua minggu ditentukan berdasarkan asumsi bahwa ovulasi dan
konsepsi terjadi pada hari ke-14 pada siklus haid 28 hari. Sekitar 50% ibu hamil
akan melahirkan pada umur kehamilan yang sesuai dengan hari pekiraan lahir.
lahir hingga 2 minggu, dan sisanya sekitar 10 – 15% ibu hamil akan melahirkan
menambah hari pertama menstruasi terakhir dengan tujuh hari, bulan dikurangi
tiga, dan tahun ditambah satu. Umur kehamilan juga dapat ditentukan dengan
(Diana, 2001).
B. Onset Persalinan
perubahan morfologi, biokimia dan fisik uterus yang berkembang selama dan
5
uterus, pembesaran uterus berupa hipertrofidan hiperplasi. Janin masih sangat
Perkembangan yang cepat dari isi uterus yakni janin, plasenta, selaput
kehamilan, uterus meningkat dari 50 gram hingga 1200 gram. Otot polos
uterus memanjang 10-12 kali dan menebal 2-7 kali. Hal ini akan
Walaupun korpus uteri dan serviks uteri merupakan bagian dari satu
organ, tetapi memberikan reaksi yang sangat berbeda terhadap kondisi yang
relaksasi, sedangkan serviks tetap kaku dan tak dapat diregangkan. Pada
dan membuka. Fundus mengalami perubahan dari organ yang relaks dan
serviks dan jalan lahir. Kegagalan dalam koordinasi dari fungsi serviks dan
terdapat bukti bahwa kedua proses ini diatur oleh bahan yang sama
(Cunningham, 2005).
Gap junction adalah kontak dari sel ke sel yang diduga terdiri dari
bagian simetrik membran plasma dari dua sel yang berhadapan. Diduga
6
poriantara sitoplasma dari 2 sel, jadi terbentuk jalan antara dua sel yang
metabolit antara sel-sel. Pada saat ini keberadaan gap junction di jaringan
gap junction selama kehamilan tidak dapat ditemukan (atau sedikit sekali).
pertambahan ini berjalan terus baik dalam jumlah ataupun ukuran selama
2005).
(Cunningham, 2005).
7
protein diperlukan untuk membentuk gap junction. Prostaglandin diduga
(Cunningham, 2005).
besar dari otot bergaris pada waktu kontraksi. Kedua, pada otot polos gaya
pada otot bergaris gaya kekuatan terbatas searah dengan sumbu serat otot,
otot polos tidak tersusun seperti otot bergaris. Kelompok filamen yang tebal
dan tipis didalam miometrium terdapat memanjang dan tidak teratur diseluruh
keuntungan adalah fakta bahwa otot polos dapat menimbulkan gaya kekuatan
ke segala arah dan hal ini memberikan fleksibilitas terhadap arah gaya dorong
(Wiknjosastro, 2006).
8
Pengaturan kontraksi miometrium pada tingkat seluler adalah sebagai
akibat dari aktivitas miosin rantai-rantai kinase yang diaktifkan oleh kalsium,
difosforilasi dari miosin rantai ringan kinase dengan bantuan mioisin rantai-
rantai kinase. Jadi, kontraksi akan terjadi bila didapatkan interaksi antara
miosin yang sudah mengalami fosforilasi dengan aktin dan terbentuk aktin
9
dan menyebabkan pelepasan ion kalsium ke dalam sitoplasma. Ion kalsium
dapat juga meningkat melalui tegangan atau pengaktivan saluran reseptor. Ion
dari miosin light chain kinase (MLCkinase) dan fosforilasi dari miosin light
(Cunningham, 2005).
waktu paruhnya berkisar antara 3-4 menit. Hanya ada sedikit bukti bahwa
ditemukan pada plasma ibu, janin, dan bayi yang baru dilahirkan tidak
10
bermakna. Jadi, pengeluaran oksitosin dari hipofisis janin hanya berperan
dua cara yaitu bekerja langsung pada sel otot polos uterus untuk berkontrasi
2002).
11
berupa prostaglandin sintetase yang terjadi pada selaput janin dan desidua
meningkat dalam cairan amnion wanita yang sedang melahirkan, dan bahkan
rupa sehingga diduga isyarat yang berasal dari janin akan mempercepat
posisi sn-2 dan reaksi ini dipacu oleh monoasiligliserol lipase. Sebaliknya
12
aktivitas enzim diasigliserolkinase, yaitu enzim yang memacu perubahan
desidua vera yang dihambat oleh ion Ca 2+. Jadi ion Ca2+ memegang peranan
desidua vera. Dapat diramalkan bahwa peningkatan kadar ion Ca2+ didalam
melalui reaksi yang dipacu oleh fosfolipase A2. Pada sel-sel amnion manusia
didapatkan kalsium atau bila diberi calsium channel blockers, tetapi produksi
prostaglandin di amnion terjadi sebagai jawaban dari isyarat yang berasal dari
melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu dihitung dari hari pertama
13
menstruasi terakhir. Ketetapan diagnosis kehamilan postterm sangat
hari pertama menstruasi terakhir dengan asumsi menstruasi teratur yaitu siklus
dengan rata-rata 10%. Variasi yang luas ini disebabkan menstruasi terakhir
yang tidak tercatat dengan baik atau tidak teraturnya pola menstruasi serta
para ibu yang lupa akan haid terakhirnya. Namun kini dengan adanya
pelayanan USG maka usia kehamilan dapat ditentukan lebih tepat terutama
masih terdapat sedikit keraguan apakah sebagian janin yang berada di dalam
uterus lebih dari 42 minggu akan menghadapi ancaman yang progresif untuk
14
kesejahteraan janin pada kehamilan lewat waktu dapat mengikuti metode
kehamilan pada usia 41 minggu karena janin telah aterm dan viabilitas serta
Janin lewat waktu dapat terus bertambah beratnya di dalam uterus dan
dalam air ketuban karena hipoksia kronis. Kondisi ini bila dibiarkan dapat
terjadi gawat janin bahkan sampai kematian terutama bila terjadi sindroma
klinis ini memberikan suatu gambaran umum yaitu penurunan kadar estrogen
15
dehidroepiandrosteron sulfat disekresi dalam jumlah yang tidak cukup bagi
dengan kromosom seks, enzim ini berfungsi memecah hormon prekusor yang
16
kondisi janin. Beberapa permasalahan yang perlu dipertimbangkan adalah
usia kehamilan tidak selalu diketahui dengan tepat sehingga janinbisa saja
seminggu pada janin lewat waktu dan mengusulkan persalinan janin tersebut
waktu yang berbahaya bagi janin lewat waktu. Oleh karena itu, wanita hamil
lewat waktu harus segera memeriksakan diri ke rumah sakit begitu merasa
17
F. Induksi Persalinan
dan posisi serviks serta turunnya bagian terendah janin. Nilai Bishop yang
kurang dari 5 dianggap belum matang. Angka kegagalan induksi masih tinggi
18
1. Oksitosin
19
secara fisiologis merupakan reseptor spesifik untuk oksitosin (Berlick,
2002).
yang dihasilkan oleh plasenta dengan jalan memecah ikatan peptida dan
2. Prostaglandin
20
dimetabolisme melalui dua sistem enzim. Enzim lipooksigenase
secara enzimatik dan non enzimatik menjadi PGE, PGF, dan PGD.
oleh enzim prostasiklin sintetase dan tromboxan A 2 (TX A2) oleh enzim
yang disekresi dari paru dan ginjal.Perabahan ini juga merupakan isyarat
janin merupakan faktor biologis penting yang selama ini (pada sebagian
21
(sumber utama PGE2), desidua (sumber utama PGF 1α), dan korion
sehingga neutrofil dari sirkulasi ibu dapat memasuki stroma dari jaringan
gap junction yang timbul pada saat awal persalinan. Bukti in vivo dan in
pembentukan gap junction. Efek stimulan dari PGE2 dan PGF 2α adalah
22
a. Prostaglandin E2
serviks aterm ini serupa dengan yang ditemukan pada awal persalinan.
(Cunningham, 2005).
(Cunningham, 2005).
23
Efek samping prostaglandin E2 berupa hiperstimulasi uterus.
2005).
24
E2 (Cunningham, 2005).
b. Prostaglandin E1
(Cunningham, 2005).
25
pada aplikasi vaginal, tetapi lebih sering terjadi kelainan frekuensi
dan vaginal sama efektifnya tetapi dosis oral 200 mcg berkaitan
bahwa dosis oral 100 mcg sama efektifnya dengan dosis 25 mcg
3. Balon Foley
perkembangan yang cepat dalam skor Bishop dan persalinan yang lebih
sama pada ketiga kelompok, dan tidak ada yang menonjol manfaat dari
26
Culver (2004) membandingkan oksitosin dan balon Foley terhadap
persalinan secara bermakna lebih singkat pada kelompok balon Foley dan
balon Foley (26 Fr) atau alat balon yang didesain secara khusus. Teknik
dan jari melalui endoserviks dan ke dalam rongga potensial antara selaput
ketuban dan segmen bawah rahim. Kedua, balon Foley diisi dengan 30 -
tempat tidur. Tekanan intermiten dan disentakkan ujung kateter dua atau
27
BAB 3
A. Kerangka Konseptual
Inflamasi
Prostaglandin endogenMatrix Metalloproteinase↑ Fosfolipase ↑
Permeabilitas serviks ↑Asam hialuronidase↑
28
OKSITOSIN
Kontraksi miometrium
Timbulnya persalinan
(awal fase aktif)
( Cunningham, 2005 )
Gambar 3.2 Kerangka konseptual oksitosin
29
fosfolipase yang merubah fosfolipid menjadi inositol trifosfat yang kemudian
kinase. Myosin light chain kinase mengubah miosin menjadi miosin aktif
30
fosforilasi. Untuk selanjutnya terjadi kontraksi miometrium (Cunningham,
2005).
C. Hipotesis
31
BAB IV
METODE PENELITIAN
Mulai penelitian
BERHASIL (A)
BALON FOLEY -
OKSITOSIN
GAGAL (B)
OKSITOSIN
GAGAL (D)
( Sastroasmoro, 2008 )
Keterangan :
oksitosin
32
RSUD Pandan Arang Boyolali dan RSUD Kebumen pada kurun waktu
C. Populasi
balon Foley dan pasien induksi oksitosin di RSUD Pandan Arang Boyolali.
D. Sampel
1. Teknik Sampling
sebagai berikut:
2
( p 0 q0 + p1 q 1 ) ( zα+ zβ )
n= 2
( p 1− p0 )
Keterangan :
Za: 1,960
33
Zβ: 0,89
oksitosin=0,85
q0 = 1-p0 =0,40
q1 = 1-p1 =0,15
E. Kriteria Restriksi
Kriteria inklusi:
2. Janin tunggal
3. Presentasi kepala
Kriteri eksklusi:
2. Presentasi bokong
3. Fetal distress
4. Anemia
34
Variabel ini terdiri dari :
tetesan.
Variabelnya :
fase aktif.
3. Variabel Luar :
35
a. Umur : usia dari subjek penelitian saat diberikan intervensi yaitu
multigravida.
Bila nilai Bishop <5 yaitu suatu penilaian serviks yang dinilai
BAB V
36
HASIL PENELITIAN DAN ANAL1SIS
A. Statistik Deskriptif
didapatkan 200 pasien hamil lewat waktu yang ikut dalam penelitian. Dari
Jenis Induksi
Keberhasilan Foley-Oksitosin Oksitosin Jumlah
Berhasil 41 29 70
Tidak Berhasil 9 21 30
Total 50 50 100
CI95 % = 1,322 – 8,231,RR=1,7, Mann-Whitney U=950, p=0,009
37
kehamilan lewat waktu multigravida menggunakan Foley-oksitosin dan
38
BAB VI
PEMBAHASAN
39
miosin light chain kinase (MLCK) sehingga mengubah miosin menjadi miosin aktif
pada induksi persalinan dengan serviks yang belum matang. Setelah dilakukan uji
Mann-Whitney ternyata hasilnya pada primigravida 0,009 (<0,05) dimana hasil ini
secara statistik bermakna sedangkan pada multigravida 0,001 dimana hasil ini secara
statistik juga bermakna. Hasil penelitian ini sejalan dengan Sherman (1996)
menyimpulkan hasil dari 13 penelitian dengan balon Foley yang digunakan untuk
dilatasi serviks dan disimpulkan bahwa dengan maupun tanpa infus salin, metode
ini menghasilkan perkembangan yang cepat dalam skor Bishop dan persalinan
yang lebih singkat. Hasil ini juga didukung oleh Culver (2004) membandingkan
tiap 4 jam pada wanita dengan skor Bishop kurang dari 6. Rerata waktu induksi
hingga persalinan secara bermakna lebih singkat pada kelompok balon Foley dan
40
BAB VII
A. Kesimpulan
untuk induksi persalinan pada kehamilan lewat waktu dalam keadaan serviks
oksitosin.
B. Saran
oksitosin.
41
DAFTAR PUSTAKA
Abramovici D, Gold WS, Mabie BC, Mercer BM, Goldwasser R, Sibai BM.
1999. A randomized comparison of oral misoprostol versus Foley
catheter and oxytocin for induction of labour aterm.Am J Obstet Gynecol.
181: 1108–12.
Christian MP, Sean BP. 2008. Trancervical Foley catheter with and without
oxytocin for cervical ripening: A randomized controlled trial. Journal of
American College Obstetrics and Gynecology.150: 83-7
Chuck F.T, Huffaker BJ. 1995. Labour induction with intravaginal misoprostol
versus intracervical prostaglandin E2 gel (prepidil gel): Randomized
comparison. Am J Obstet Gynecol. 173:1139-42.
Craig EP. 2009. Single balloon catheters prefered for cervical ripening in
primigravidas.Journal of American College Obstetrics and Gynecology.
111: 105-8
42
Cunningham FG, Mac Donald, Grant NF, 2005. Parturition: Biomolecular and
Physiologic Processes. William Obstetrics.22th edition,McGraw - hill
international Inc. USA.
Magann EF, Perry KG, Dockery JR, Bass JD, Chanhan SP, Morrison JC. 1995.
Cervical ripening before medical induction of labour: A commparisson of
proslaglandin E 2, estradiol, and oxytocin. Am J Obstet Gynecal. 172:
687–8.
43
O'Brien W. 1995.Cervical ripening and labor induction: progress and challenges.
Clin Obstet Gynecol.38: 221–3.
Perry KG, Larmon JE, May WL, Robinette LG, Martin RW. 1998. Cervical
ripening: A Randomized comparison between intravaginal
misoprostoland intra cervical ballon catheter combined with intra vaginal
dinoproston. Am J Obstet Gynecal.178 : 1333-40.
Rai. 2008. Ripening and dilatation of the unfavourable cervix for induction of
labour.http://e-medicine.com/. (12 Desember 2010)
Ramos LS, Kaunitz AM, Deltralle GD, Delke I, Scliroeder DA, Brioner AK.
1993. Labor induction with the prostaglamdin E 1 Methyl analogue
Misoprosiol versus Oxcytocin: A Randomized Trial. Am J Obstet
Gynecol. 81: 332-6.
Taufikurohman MA. 2009. Metodologi penelitian. UNS Press. Surakarta. Pp: 33-
7.
44
Lampiran 1 Persetujuan Ibu Hamil untuk Ikut Penelitian
Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan kesadaran dan tanpa
tekanan.
1.
(……………...) (……………..) (…………………………)
Nama jelas Nama jelas Nama jelas
2.
(………………)
45
Lampiran 2 Data Penelitian
46
47
Lampiran 3 Hasil Uji Beda Pada Kehamilan Lewat Waktu Primigravida
48
Lampiran 4 Hasil Uji Beda Pada Kehamilan Lewat Waktu Multigravida
49
Lampiran 5 Hasil Uji Beda Secara Keseluruhan
50