Anda di halaman 1dari 17

Samsul Hadi(31)

TMPO 1
Pelanggaran
HAM
(Ps. 1 angka 6
UU HAM)
Setiap perbuatan
Seseorang atau ,
kelompok orang ,
termasuk aparat negara

Dan tidak
Baik disengaja maupun Berdasarkan
mendapatkan atau
tdk disengaja, atau dikhawatirkan tidak mekanisme
kelalaian yg secara akan memperoleh hukum
melawan hukum penyelesaian hukum Yg berlaku
yang adil dan benar

Mengurangi, menghalangi,
membatasi, dan atau
mencabut ham
seseorang atau kelompok
orang yg Dijamin oleh uu
ini,
Pelaku Pelanggaran HAM

 Aktor Negara (state actor)


 Aktor non-negara (Non-State Actor)
Aktor Negara (state actor)
 adalah mereka, baik perorangan maupun institusi yang
berada dalam kapasitas atau sebagai representasi Negara
(legislatif, eksekutif dan yudikatif).
 Pelanggaran HAM tersebut terjadi karena dalam
melaksanakan kewajiban mereka sebagai representasi
Negara tidak melakukan tindakan yang dibutuhkan
untuk menghormati, melindungi dan memenuhi hak
asasi manusia warga negaranya.
 Pelanggaran tersebut bisa terjadi karena adanya tindakan
langsung dari Negara (act commission) atau pembiaran
dari Negara (act of ommission)
CONTOH PELANGGARAN OLEH
AKTOR NEGARA (STATE ACTOR)
 Polisi melakukan penyiksaan dalam interogasi
terhadap tersangka
 Militer melakukan penyerangan terhadap warga sipil
(non-combatant)
 Pemerintah tidak mengambil tindakan perlindungan
terhadap korban kekerasan dalam rumah tangga atau
 Oknum ASN Kemenkumham yang melakukan
tindakan diskriminatif dalam memberikan pelayanan
publik
Aktor non-negara (Non-State
Actor)
 Orang/kelompok di luar aktor negara juga dapat
menjadi pelaku pelanggaran HAM dalam berbagai
tindakan tertentu. Kecenderungannya, pelaku dari
aktor non negara memiliki beberapa karakteristik
khusus. Mereka biasanya memiliki kekuasaan, baik
pengaruh maupun modal. Kerapkali pelaku memiliki
struktur dan jaringan yang terorganisir. Sering terjadi,
tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh non-state
actor tidak jauh berbeda dengan tindakan yang
dilakukan oleh negara atau aparatnya.
Psl 28 J (2) (UUD 1945)
Psl 70 UU 39/1999

DLM MENJALANKAN HAK DAN


KEBEBASANNYA SETIAP ORANG
WAJIB TUNDUK KEPADA PEMBATASAN
YANG DITETAPKAN OLEH UU
DENGAN MAKSUD

Pembatasan ► UNTUK MENJAMIN PENGAKUAN SERTA


PENGHORMATAN ATAS HAK DAN
HAM KEBEBASAN ORANG LAIN DAN

► UTK MEMENUHI TUNTUTAN YANG ADIL


SESUAI DENGAN PERTIMBANGAN
MORAL, KEAMANAN DAN
KETERTIBAN UMUM DLM SUATU
MASYARAKAT YG DEMOKRATIS
Contoh kasus (yang mana pelanggaran HAM?)
1. A membunuh B yang kemudian berakibat B mati, dan keluarga B melaporkan
peristiwa tersebut kepada polisi. Namun keluarga B orang miskin maka laporan
tersebut tidak diproses
2. A sedang menyalakan radio untuk mendengarkan musik dengan volume suara
yang cukup keras, B tetangga A, yang sedang tidur, merasa terganggu dengan
suara tersebut. B kemudian protes dengan menyatakan bahwa A telah melanggar
HAM B.
3. A adalah seorang muslim lulusan pesantren, saat ini A diduga melakukan tindak
pidana terorisme. A ditahan oleh B, seorang kepala kepolisian daerah. Selama
masa penahanan, A tidak dapat menemui keluarganya bahkan tidak dapat
berkirim surat, selain itu untuk mendapatkan kesaksian dari A, A telah disiksa
oleh B. Dalam persidangan A juga tidak didampingi oleh seorang penasihat
hukum, dan hakim dan jaksa sudah mempunyai prasangka bahwa apa yang
dilakukan oleh A adalah kegiatan terorisme.
4. A adalah seorang penyanyi dangdut perempuan, dia terkenal dengan
goyangannya yang bagi sebagian besar orang dianggap erotis. B seorang penyayi
dangdut laki-laki yang popular, B merasa risih dengan A dan melarang A untuk
menyanyikan lagu-lagu dangdutnya. C seorang aktivis HAM menyatakan bahwa
B telah melanggar HAM si A
PERBEDAAN ANTARA PELANGGARAN HAM YANG
BERAT DENGAN PELANGGARAN HAM

Pelanggaran HAM yang Pelanggaran HAM


Berat
Harus memenuhi ada atau tidaknya Tidak melihat ada atau tidaknya unsur
unsur meluas dan/atau sistimatis meluas dan/atau sistimatis

Hanya terhadap kejahatan yang telah Hanya terhadap kejahatan yang telah
dirumuskan oleh Hukum Internasional dirumuskan oleh UU HAM (10 Kelompok
(Kejahatan Genosida dan Kejahatan Hak)
terhadap kemanusiaan)

9
PELAYANAN KOMUNIKASI MASYARAKAT
Pelayanan Komunikasi Masyarakat yang
selanjutnya disebut Yankomas adalah
pemberian layanan terhadap masyarakat
tentang adanya permasalahan hak asasi
manusia yang dikomunikasikan maupun yang
tidak/belum dikomunikasikan.
(Ps. 1 angka 2)
Pelaksana Yankomas (Ps. 3)
Pelaksana Yankomas terdiri atas:
a. Direktorat Jenderal HAM di tingkat Pusat; dan
b. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM di
Tingkat Daerah

Note:
Khusus untuk permasalahan yang lokus dan penyampai
komunikasinya berasal dari Luar Negeri ditangani
Pelaksana Yankomas Ditjen HAM
ALUR YANKOMAS (PERMENKUMHAM NOMOR 32
TAHUN 2016)
1. Pengamatan secara
PENERIMAAN DUGAAN langsung ke lokasi; (Pasal 12
PELANGGARAN HAM TELAAH
(dikomunikasikan/tidak ay (2))
(Pasal 13)
dikomunikasikan) 2. Pemeriksaan Berkas
(Pasal 10 ay (3))

Rekomendasi TL 
PEMANTAUAN Pemberitahuan PK (Pasal 15
REKOMENDASI REKOMENDASI ay (2))
(Pasal 14) (30 hari) Tdk TL  Koordinasi dan
(Pasal 15 ay (1)) Konsultasi
(Pasal 15 ay (3))

PEMANTAUAN Rekomendasi Lebih


KOORDINASI & TL  Pemberitahuan PK Lanjut tidak TL 
KONSULTASI (Ps 16 ay (1))
Surat Rekomendasi ke
(15 hari) Tdk TL Rekomendasi Dirjen HAM
Lebih Lanjut (Ps 16 ay (2))
(Pasal 16) (Ps 17 ay (2))
13
Penerimaan Komunikasi
Masyarakat
Penerimaan komunikasi masyarakat dapat dilakukan
melalui 2 (dua) cara, yaitu :
1. Secara langsung
Penyampai Komunikasi datang secara langsung, untuk
menyampaikan permasalahan hak asasi manusia yang
dihadapinya kepada Pejabat Yankomas/Pejabat yang
menangani komunikasi masyarakat.
2. Secara tidak langsung
Komunikasi secara tidak langsung dapat dilakukan
melalui surat, media cetak, faximile, media online, dan
surat elektronik oleh Penyampai Komunikasi.
15
RENCANA ALUR/MEKANISME PENANGANAN
YANKOMAS (dalam rancangan perubahan Permen)
PENERIMAAN PENGIRIMAN SURAT
DUGAAN OBSERVASI KE
KLARIFIKASI DAN
PELANGGARAN HAM LOKASI/MASYARAKAT
(dikomunikasikan/tidak INFORMASI
TERDAMPAK
dikomunikasikan)

REKOMENDASI
KOORDINASI DENGAN PENANGANAN
PEMANTAUAN
PEMANGKU PELANGGARAN HAM
REKOMENDASI
KEPENTINGAN KE PEMANGKU
KEPENTINGAN

REKOMENDASI
RAKOR TINGKAT LAPORAN KE
LANJUTAN OLEH
PUSAT PRESIDEN
DITJEN HAM
16

Anda mungkin juga menyukai