Anda di halaman 1dari 3

Dian Ulfa Azzahra ( 07 / 11490 / XII Ai 5)

DENTING

Gerimis membasahi sekolah. Mendung di langit tak kunjung beranjak sejak pagi tiba.
Tetes demi tetesnya jatuh sesekali menggantung di jendela kelas, lalu terbawa angin. Udara
terasa lembab dan basah. Sudah memasuki awal tahun, jadi musim hujan pun mulai
menunjukkan kehadirannya.

Hari ini adalah hari pertama Seirra bersekolah usai libur semester. Usianya baru
menginjak lima belas tahun, ia adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Seirra adalah gadis
yang amat bersemangat, ia memiliki jiwa kompetitif yang tinggi. Seirra juga gadis yang ceria,
dan amat pandai, terutama dalam pelajaran Matematika.

Pagi itu diawali dengan pelajaran favorit Seirra, matematika. Seperti biasa Mr. Frank, guru
matematika Seirra membuka pelajaran dengan melemparkan sebuah kuis. Mr. Frank adalah
guru yang menyenangkan, metode belajarnya sangat kreatif dan edukatif. Seperti pada pagi ini,
Mr. Frank memberikan kuis yang cukup menarik.

“Baik, untuk kuis pagi ini bagi ada salah satu yang bisa menyelesaikan dalam waktu
kurang dari 15 menit dan menjawabnya dengan benar, maka satu kelas tidak perlu mengikuti
pembelajaran matematika pada pagi ini,”, kalimat pembuka Mr. Frank setiap memasuki ruang
kelas.

Biasanya Sierra lah yang akan menjawab kuis Mr. Frank, namun pada saat Seirra hendak
mengangkat tangannya, hey ! Sudah ada yang maju ke depan dan mengerjakannya, Seirra
nampak kebingungan.

“Bukankah itu Raizel ?”gumam Seirra. Siswa laki-laki di kelasnya yang biasanya hanya
membuat gaduh kelas dengan segala tingkah lakunya. Yang bahkan enggan membawa buku
nya ke sekolah, sedang mengerjakan kuis matematika Mr. Frank

“Hey hey tumben nih Raizel yang maju” seru seorang teman Seirra.

“Wahhh ada saingan Seirra ni, ” seru yang lainnya.

Ketika teman-temannya menggoda dirinya, Seirra justru memandang Raizel yang sedang
mengerjakan di depan. Ada senyuman tergantung diujung bibirnya.

Ya, dia adalah Raizel. Cadis Etrama Di Raizel. Siswa langganan BK dan Kesiswaan,
penampilannya yang dengan sekali lihat saja sudah tertebak bahwa dia anak nakal. Baju yang
berantakan, rambut yang disisir dengan tangan, dasi longgar selalu tergantung dikerahnya.

Namun, sebenarnya Raizel adalah siswa yang pandai. Bahkan ada rumor yang
mengatakan bahwa Raizel pernah mengikuti olimpiade nasional dan berasal dari keluarga
yang sangat kaya. Tapi karena Rai tak pernah sekalipun menunjukkan semua itu kepada
teman-temannya, maka mereka menganggapnya tidak benar dan hanya karangan saja.

“Hei ada apa dengan hari ini, apa kau salah makan, Ra ?” tanya Mr. Frank pada Rai.
Dian Ulfa Azzahra ( 07 / 11490 / XII Ai 5)

Yang ditanya justru malah menatap ke arah Seirra dari depan kelas, Seirra yang ditatap
nampak kebingungan.

“Siapa sih yang mau menolak jamkos, ya gak guys ?” ujarnya sambil masih menatap
Seirra.

Tanpa menghiraukan sorakan teman-teman kelasnya, Raizel kembali melanjutkan


menulis jawaban kuis dari Mr. Frank yang ternyata memenuhi satu papan tulis.

“Bukankah kau bilang Rai pernah mengajakmu untuk pulang bersama ?” tanya Regis,
teman bangku Seirra.

“Iya, sekali. Tapi aku menolaknya karna aku merasa tidak nyaman,”ucap Seirra. “Saat
aku pulang agak terlambat karna ekstra, aku juga melihatnya menunggu seseorang di gerbang
depan, jadi kukira dia sedang menunggu kekasihnya, makannya aku merasa tidak nyaman
saat dia menawakan tumpangan,” jelasnya.

Satu hal yang tidak Seirra tahu, bahwa pada sore itu yang Raizel tunggu adalah Seirra. Dia
tahu Seirra akan pulang terlambat karena ekstra, jadi dia menunggu Seirra pulang. Dan
diam-diam dia mengikuti Seirra untuk memastikan ia sampai rumah dengan aman.

~~~

Pukul dua siang, jam pulang sekolah. Bel berbunyi dengan nyaring tanda selesainya
sekolah pada hari itu.

“Seirra, kutunggu di depan” ucap Raizel saat melewati meja Seirra. Seirra yang sedang
memasukan bukunya ke dalam tas nampak bingung. Dia bicara padaku?

Seirra hendak mengabaikan ucapan Rai, tapi sepertinya takdir ada dipihak Rai. Saat Seirra
menghindari bertemu dengan Rai dengan berjalan memutar, ia justru bertemu dengan Rai
diujung lorong yang sedang mencarinya.

“Sudah kubilang, aku menunggumu di depan. Apa yang kau lakukan di sini? ”tanya
Raizel dengan nada kesal.

“Apa ada yang ingin kau sampaikan? Kenapa juga aku harus menurutimu hah?” jawab
Seirra yang juga sebal pada Rai. Bukannya menjawab pertanyaan Seirra, Rai justru
menatapnya. Entah mengapa saat itu dihati Seirra seperti ada jutaan kupu-kupu yang
berterbangan. Seolah waktu terhenti, dan tiba-tiba raut wajah Rai menjadi serius.

“Bolehkah aku jadi temanmu? Aku ingin mengenal dirimu, izinkan aku menjadi
sahabatmu,” ia mengatakan perasaannya pada Seirra.

“Kau tau, aku mengerjakan kuis Mr. Frank bukan hanya agar bisa daparkan jamkos. Aku
tau, kau mengerjakannya karena permintaan teman-teman. Mereka hanya ingin jamkos, jadi
mereka memintamu mengerjakannya, kan?” ucapnya seraya menatap wajah manis Seirra,
Dian Ulfa Azzahra ( 07 / 11490 / XII Ai 5)

anak rambut yang dimainkan angin, dan mata bak boba yang indah itu. Raizel menyukainya.
Semuanya.

“Aku sudah memperhatikanmu sejak lama, aku tau kau sebenarnya kesepian. Teman
yang hanya memanfaatkanmu, aku tahu. Mereka membicarakanmu. Berusaha
menjatuhkanmu. Aku tau semua itu.” Raizel menatapnya lebih dalam.

Seirra terkejut dengan apa yang dikatakan Rai, ia tak mengetahui semua itu. Jadi
bagaimana Rai bisa tau? Tak sekalipun ia pernah memperhatikan Rai, tapi bagaimana Rai
justru mengetahui semua itu.

“Biarkan aku menemanimu, ” kalimat yang pada akhirnya membuat Seirra tersenyum.
Senyum yang manis sekali.

Ya, begitulah awal cerita dari Seirra, yang kemudian ia jatuh hati kepada Raizel, teman
kelas yang sangat tidak terduga dan penuh kejutan. Sepertinya kali ini, Seirra menemukan
seseorang yang bisa menjadi temannya. Teman untuk berbagi segalanya.

Bagai denting yang mengiringi piano, Rai selalu menemani Seirra dengan baik. Denting,
lantunan indah yang menjadi latar kisah mereka. Raizel dan Seirra.

Anda mungkin juga menyukai