Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

WAHAM

Diajukan untuk memenuhi tugas Stase Keperawatan Jiwa


Dosen Penguji: Tanti Suryawantie, S.Kep.,M.H.Kes

DISUSUN OLEH :
Rangga Prayoga
KHGD21085

STASE KEPERAWATAN JIWA


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
STIKES KARSA HUSADA GARUT
2021
I. Masalah Utama :
Perubahan proses pikir : waham

II. Proses terjadinya masalah


1. Pengertian Waham
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian
realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat
intelektual dan latar belakang budaya klien. Waham dipengaruhi oleh
faktor pertumbuhan dan perkembangan seperti adanya penolakan,
kekerasan, tidak ada kasih sayang, pertengkaran orang tua dan aniaya.
(Budi Anna Keliat,1999). Menurut Gail W. Stuart, Waham adalah
keyakinan yang salah dan kuat dipertahankan walaupun tidak diyakini
oleh orang lain dan bertentangan dengan realitas sosial.
2. Tanda dan Gejala :
 Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara
berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan
 Klien tampak tidak mempunyai orang lain
 Curiga
 Bermusuhan
 Merusak (diri, orang lain, lingkungan)
 Takut, sangat waspada
 Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas
 Ekspresi wajah tegang
 Mudah tersinggung
(Azis R dkk, 2003)
3. Penyebab dari Waham
Salah satu penyebab dari perubahan proses pikir : waham yaitu
Gangguan konsep diri : harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian
individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku sesuai dengan ideal diri. Gangguan harga diri dapat digambarkan
sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, dan
merasa gagal mencapai keinginan.
4. Tanda dan Gejala :
 Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan
terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)
 Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri
sendiri)
 Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
 Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
 Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan
yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
( Budi Anna Keliat, 1999)
5. Faktor predisposisi
 Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf
yang berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif.
 Neurobiologis; Adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks
limbic
 Neurotransmitter ; abnormalitas pada dopamine, serotonin dan
glutamat.
 Virus paparan virus influensa pada trimester III
 Psikologis; ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.
6. Faktor Presipitasi
 Proses pengolahan informasi yang berlebihan
 Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.
 Adanya gejala pemicu
7. Mekanisme Koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi klien dari pengalaman
yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologis yang
maladaptif meliputi :
 Regresi : berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya
untuk mengatasi ansietas
 Proyeksi : sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi
 Menarik diri
 Pada keluarga ; mengingkari
8. Prilaku
 Waham agama : keyakinan seseorang bahwa ia dipilih oleh Yang
Maha Kuasa atau menjadi utusan Yang Maha Kuasa.
 Waham somatik : keyakinan seseorang bahwa tubuh atau bagian
tubuhnya sakit atau terganggu.
 Waham kebesaran : keyakinan seseorang bahwa ia memiliki kekuatan
yang istimewa.
 Waham paranoid : kecurigaan seseorang yang berlebihan atau tidak
rasional dan tidak mempercayai orang lain, ditandai dengan waham
yang sistematis bahwa orang lain “ingin menangkap “ atau memata-
matainya.
 Waham depresif : kepercayaan tidak mendasar serta cenderung
menyalahkan diri sendiri akibat perbuatan-perbuatannya yang
melanggar kesusilaan atau kejahatan, sering dirasakan sebagai waham
sakit dan waham bersalah
 Waham nihilistik : suatu pikiran bahwa dirinya atau orang lain sudah
meninggal atau dunia sudah hancur
 Waham pengaruh : keyakinan bahwa dirinya merupakan subjek
pengaruh dari orang lain
 Siar pikir ; waham tentang pikiran yang disiarkan ke dunia luar.
 Sisip pikir ; waham tentang pikiran yang ditempatkan ke dalam benak
orang lain atau pengaruh luar.
9. Akibat dari Waham
Klien dengan waham dapat berakibat terjadinya resiko mencederai
diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu
tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang
lain dan lingkungan.
Tanda dan Gejala :
 Memperlihatkan permusuhan
 Mendekati orang lain dengan ancaman
 Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
 Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
 Mempunyai rencana untuk melukai
10. Rentang respon perilaku adaptif-maladaptif
Respon adaptif - respon maladaptif
1. Tanda dan gejala
Klien ini tidak memperlihatkan gangguan pikiran dan mood
yang perpasif yang ditemukan pada kondisi psikotik lain, tidak ada
afek datar atau afek tidak serasi, waham yang menonjol, atau
waham aneh yang nyata klien memilki satu atau beberapa waham,
sering berupa waham kejar, dan ketidaksetiaan dan dapat juga
berbentuk waham kebesaran, somatik, atau eretomania yang :
 Biasanya spesial (misal, melibatkan orang, kelompok, tempat, atau
waktu tertentu, atau aktivitas tertentu).
 Biasanya terorganisasi dengan baik(misal, “orang jahat ini”
mengumpulkan alasan-alasan tentang sesuatu yang sedang
dikerjakannya yang dapat dijelaskan secara rinci).
 Biasanya waham kebesaran (misalnya, sekelompok yang berkuasa
tertarik hanya kepadanya).
 Wahamnya tidak cukup aneh untuk mengesankan skizofrenia.
Klien-klien ini (cenderung berusia 40-an) mungkin tidak dapat
dikenali sampai sistem waham mereka dikenali oleh keluarga dan
teman-temannya. Ia cenderung mengalami isolasi sosial baik
karena keinginan mereka sendirian atau akibat ketidakramahan
mereka (misalnya, pasangan mengabaikan mereka). Apabila
terdapat disfungsi pekerjaan dan sosial, biasanya hal ini merupakan
respon langsung terhadap waham mereka.
Kondisi ini sering tampak membentuk kesinambungan klinis
dengan kondisi seperti kepribadian paranoid, skizofrenia paranoid,
penggambaran mengenai bats-batas setiap sindrom menunggu
penelitian lebih lanjut. Singkirkan gangguan afektif, ide-ide
paranoid dan cemburu sering terdapat pada depresi, paranoid
sering terdapat pada orang tua dan pada orang yang
menyalahgunakan zat stimulan, reaksi paranoid akut sering ditemui
pada klien dengan delirium ringan dan klien yang harus berada di
temapat tidur karena sakit.
III. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
1. Resiko menciderai diri, orang lain, dan lingkungan
 Data subjektif
Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh,
dan ingin membakar atau mengacak-acak lingkungannya.
 Data objektif
Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan
tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya.
2. Perubahan proses pikir : waham
 Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan
tetapi tidak sesuai kenyataan.

 Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak
(diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak
tepat menilai lingkungan/ realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah
tersinggung.
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
 Data subjektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa- apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri
 Data objektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternative
tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup
IV. Rencana Tindakan keperawatan

Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Tujuan umum:
Klien dapat
berkomunikasi
dengan baik dan
terarah.
TUK 1 : Klien 1. Ekspresi wajah 1.1 Bina Hubungan
dapat membina bersahabat hubungan saling saling percaya
hubungan saling 2. Ada kontak mata percaya dengan menjadi dasar
percaya 3. Mau berjabat menggunakan interaksi
tangan prinsip selanjutnya
4. Mau menjawab komunikasi sehingga dapat
salam terapeutik. terbina
5. Klien mau a. Sapa klien hubungan
duduk dengan ramah saling percaya
berdampingan baik verbal dan klien lebih
6. Klien mau maupun non terbuka
mengutarakan verbal merasa aman
rasanya b. Perkenalkan dan mau
diri dengan sopan berinteraksi
c. Tanyakan nama
lengkap dan nama
panggilan yang
disukai
d. Jelaskan tujuan
pertemuan
e. Jujur dan
menepati janji
f. Tunjukan sikap
empati dan
menerima klien
apa adanya
1.2 Jangan
membantah dan
mendukung
waham klien
a. Katakan
perawat menerima
keadaan
keyakinan klien.
“saya menerima
keyakinan anda “.
b. Katakan
perawat tidak
mendukung.
“sukar bagi saya
untuk dapat
mempercayainya”
. 1.3 Yakinkan
klien dalam
keadaan aman dan
terlindung.
a. “ anda berada
di tempat yang
aman dan
terlindung”
b. Gunakan
keterbukaan dan
kejujuran, jangan
tinggalkan klien
sendirian.
TUK 2 : Kriteria Evaluasi : 2.1 Beri pujian Meningkatkan
Klien dapat 1. Klien mampu pada penampilan orientasi klien
mengidentifikasika mempertahankan dan kemampuan pada realita
n kemampuan yang aktivitas sehari- klien yang dan
dimiliki hari 2. Klien dapat realistis. meningkatkan
mengontrol 2.2 Diskusikan rasa percaya
wahamnya dengan klien klien pada
kemampuan yang perawat
dimiliki pada
waktu lalu dan
saat ini yang
realistis. (hari-hari
terlibat diskusi
dengan waham).
2.3 Tanyakan apa
yang bisa
dilakukan
(kaitkan dengan
aktivitas
seharihari dan
perawatan diri)
kemudian
anjurkan untuk
melakukan saat
ini.
2.4 Jika klien
selalu bicara
tentang
wahamnya
dengarkan
sampaikebutuhan
waham tidak ada.
(perawat perlu
memperhatikan
bahwa klien
penting).
TUK 3 : Kriteria Evaluasi 3.2 Observasi Reinforcement
Klien dapat 1. Kebutuhan klien kebutuhan klien adalah penting
mengidentifikasi terpenuhi sehari-hari untuk
kebutuhan yang 2. Klien dapat 3.3 Diskusikan meningkatkan
tidak terpenuhi melakukan kebutuhan klien kesabaran diri
aktivitas secara yang tidak klien.
terarah terpenuhi selama Mengetahui
3. Klien tidak di rumah maupun penyebab
menggunakan/ di rumah sakit. curiga dan
membicarakan 3.4 Hubungkan intervensi
wahamnya kebutuhan yang selanjutnya
tidak terpenuhi
dengan timbulnya
waham
3.5 Tingkatkan
aktivitas yang
dapat memenuhi
kebutuhan klien
dan memerlukan
waktu dan tenaga.
3.6 Atur situasi
agar klien tidak
mempunyai waktu
untuk menggukan
wahamnya
TUK 4: Klien dapat Kriteria Evaluasi: 4.1 Berbicara Dengan
berhubungan 1. Klien mampu dengan klien meningkatkan
dengan realitas. berbicara secara dalam konteks aktivitas tidak
realitas realitas (realitas akan
2. Klien mengikuti diri,realitas orang mempunyai
terapi aktivitas lain, waktu dan waktu untuk
kelompok tempat) mengikuti
4.2 Sertakan klien wahamnya.
dalam terapi
aktivitas
kelompok :
orientasi realitas
4.3 Berikan pujian
pada tiap kegiatan
positif yang
dilakukan klien.
TUK 5: Kriteria Evaluasi: 5.1 Diskusikan Reinforcement
Klien dapat 1. Keluarga dapat dengan keluarga adalah penting
dukungan keluarga membina tentang. - Gejala untuk
hubungan saling waham - Cara meningkatkan
percaya dengan merawatnya - kesadaran
perawat Lingkungan klien akan
2. Keluarga dapat keluarga - Follow realitas
menyebutkan up dan obat 5.2
pengertian, tanda Anjurkan
dan tindakan untuk keluarga
merawat klien melaksanakan
dengan waham dengan bantuan
perawat
TUK 6: Kriteria Evaluasi: 6.1 Diskusikan Perhatian
Klien dapat 1. Klien dengan klien dan keluarga dan
menggunakan obat menyebutkan keluarga tentang pengertian
dengan benar manfaat, dosis dan obat, dosis, keluarga akan
efek samping obat frekuensi, efek dapat
2. Klien dapat dan akibat membantu
mendemonstrasika penghentian 6.2 klien dalam
n penggunaan obat Diskusikan mengendalika
dengan benar perasaan klien n wahamnya
3. Klien setelah makan
memahami akibat obat 6.3 Berikan Obat dapat
berhentinya obat obat dengan mengontrol
tanpa konsultasi prinsip 5 benar waham yang
4. Klien dapat dan observasi dialami klien
menyebutkan setelah makan
prinsip dalam obat
penggunaan obat

V. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

a. SP 1 Pasien:

1. Mengidentifikasi kebutuhan.

2. Klien bicara konteks realita.

3. Latih pasien untuk memenuhi kebutuhannya.

4. Masukan dalam jadwal kegiatan pasien.

b. SP 2 Pasien:
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)

2. Identifikasi potensi/kemampuasn yang dimiliki.

3. Pilih dan latih potensi kemampuan yang dimiliki

4. Masukan dalam jadwal kegiatan pasien.

c. SP 3 Pasien:

1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan 2)

2. Memilih kemampuan lain yang dapat dilakukan.

3. Pilih dan latih potensi kemampuan lain yang dimiliki.

4. Masukan dalam jadwal

d. SP 1 Keluarga

1. Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat pasien.

2. Menjelaskan proses terjadinya waham.

3. Menjelaskan tentang cara merawat pasien waham.

4. Latih (stimulasi) cara merawat.

5. RTL keluarga/jadwal untuk merawat pasien.

e. SP 2 Keluarga

1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1).

2. Melatih keluarga merawat langsung klien dengan harga diri


rendah.

3. Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat klien.

f. SP 3 Keluarga
1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1).

2. Evaluasi kemampuan klien

3. Rencana tindak lanjut keluarga dengan follow up dan rujukan.

SP 1 Pasien: Membina hubungan saling percaya; mengidentifikasi kebutuhan


yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan; mempraktekkan pemenuhan
kebutuhan yang tidak terpenuhi

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)


1. Fase Prainteraksi
Kondisi: Klien mengatakan bahwa dirinya adalah keturunan Tuhan atau
Sang Yang Widi, ia meyakini bahwa dirinya dapat menyembuhkan
bebagai macam penyakit dan dapat berbicara dengan Tuhan.
Diagnosa Kep: Gangguan proses pikir; Waham kebesaran
Tujuan Khusus: TUK 1, 3
Intervensi: SP1 Pasien
2. Fase Orientasi:
“Selamat pagi, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas
pagi ini di ruang melati. Saya dinas dari pk 07-14.00 nanti, saya yang
akan merawat abang hari ini. Nama abang siapa, senangnya dipanggil
apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bang B rasakan
sekarang?”“Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 15 menit?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang, bang?”.
3. Fase Kerja
“Saya mengerti bang B merasa bahwa bang B adalah seorang nabi, tapi
sulit bagi saya untuk mempercayainya karena setahu saya semua nabi
sudah tidak adalagi, bisa kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus
bang?”
“Tampaknya bang B gelisah sekali, bisa abang ceritakan apa yang bang
B rasakan?” “O... jadi bang B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang
lain dan tidak punya hak untuk mengatur diri abang sendiri?”
“Siapa menurut bang B yang sering mengatur-atur diri abang?”
“Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur ya bang, juga kakak dan adik
abang yang lain?”
“Kalau abang sendiri inginnya seperti apa?”
“O... bagus abang sudah punya rencana dan jadual untuk diri sendiri”
“Coba kita tuliskan rencana dan jadual tersebut bang”
“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya abang ingin ada kegiatan diluar
rumah karena bosan kalau di rumah terus ya”.
4. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan B setelah berbincang-bincang dengan saya?”
”Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus”
“Bagaimana kalau jadual ini abang coba lakukan, setuju bang?”
“Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?”
”Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah Abang miliki?
Mau di mana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini lagi?”.

SP 2 Pasien: Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu


mempraktekkannya

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK )


1. Fase Prainteraksi
Kondisi: Klien tetap mengaku kalau dirinya nabi, terlihat gelisah dan
tidak senang jika ada yg mengatur dirinya. Klien ingin
melakukankegiatan yg disenangi tetapi selalu dilarang keluarga.
Diagnosa Kep: Gangguan proses pikir; Waham kebesaran
Tujuan Khusus: TUK 2
Intervensi: SP 2 Pasien
2. Fase Orientasi
“Selamat pagi bang B, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus!”
“Apakah bang B sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran
abang?”
“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi bang B
tersebut?” “Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 20 menit tentang hal tersebut?”
3. Fase Kerja
“Apa saja hobby abang? Saya catat ya Bang, terus apa lagi?”
“Wah.., rupanya bang B pandai main volley ya, tidak semua orang bisa
bermain volley seperti itu lho B”(atau yang lain sesuai yang diucapkan
pasien).
“Bisa bang B ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main
volley, siapa yang dulu mengajarkannya kepada bang B, dimana?”
“Bisa bang B peragakan kepada saya bagaimana bermain volley yang
baik itu?”
“Wah..baik sekali permainannya”
“Coba kita buat jadual untuk kemampuan bang B ini ya, berapa kali
sehari/seminggu bang B mau bermain volley?”
“Apa yang bang B harapkan dari kemampuan bermain volley ini?”
“Ada tidak hobi atau kemampuan bang B yang lain selain bermain
volley?”
4. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bang B setelah kita bercakap-cakap tentang hobi
dan kemampuan abang?”
“Setelah ini coba bang B lakukan latihan volley sesuai dengan jadual
yang telah kita buat ya?”
“Besok kita ketemu lagi ya bang?”
“Bagaimana kalau nanti sebelum makan siang? Di kamar makan saja, ya
setuju?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus bang B minum,
setuju?”
“Bagaimana kalau sekarang bang B teruskan kemampuan bermain
volley tersebut…….”

SP 3 Pasien: Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)


1. Fase Prainteraksi
Kondisi: Klien senang olahraga volley dan ingin ikut kegiatan ini baik
dirumah sakit atau saat pulang kerumah nanti.
Diagnosa Kep: Gangguan proses pikir; Waham kebesaran
Tujuan Khusus: TUK 6
Intervensi: SP 3 Pasien
2. Fase orientasi
“Selamat pagi bang B.”
“Bagaimana bang sudah dicoba latihan volleynya? Bagus sekali”
“Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang
kita membicarakan tentang obat yang bang B minum?”“Dimana kita
mau berbicara? Di kamar makan?”“Berapa lama bang B mau kita
berbicara? 20 atau 30 menit?
3. Fase Kerja
“Bang B berapa macam obat yang diminum/Jam berapa saja obat
diminum?” “ Bang B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang,
tidurnya juga tenang”
“Obatnya ada tiga macam bang, yang warnanya oranye namanya CPZ
gunanya agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks,
dan yang merah jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi
teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan
jam 7 malam”. Bab 21: Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Waham 343
“Bila nanti setelah minum obat mulut bang B terasa kering, untuk
membantu mengatasinya abang bisa banyak minum dan mengisap-isap
es batu”. “Sebelum minum obat ini bang B dan ibu mengecek dulu label
di kotak obat apakah benar nama B tertulis disitu, berapa dosis atau butir
yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah
nama obatnya sudah benar”
“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar
harus diminum dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi
sebaiknya bang B tidak menghentikan sendiri obat yang harus diminum
sebelum berkonsultasi dengan dokter”.
4. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bang B setelah kita bercakap-cakap tentang obat
yang bang B minum?. Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum
obat?”
“Mari kita masukkan pada jadual kegiatan abang. Jangan lupa minum
obatnya dan nanti saat makan minta sendiri obatnya pada suster”
“Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya Bang!”
“bang, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah
dilaksanakan. Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan di tempat
sama?”“Sampai besok.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz R, dkk, 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr.
Amino Gonohutomo.
Balitbang. 2007. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa. Bogor
Keliat Budi Ana. 1999.Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta :
EGC.
Keliat Budi Ana. 1999. Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC.
Stuart GW, Sundeen. 1995. Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th
ed.). St.Louis Mosby Year Book.

Anda mungkin juga menyukai