Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

Diajukan untuk memenuhi tugas Stase Keperawatan Jiwa


Dosen Penguji: Tanti Suryawantie, S.Kep.,M.H.Kes

DISUSUN OLEH :
Rangga Prayoga
KHGD21085

STASE KEPERAWATAN JIWA


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
STIKES KARSA HUSADA GARUT
2021
A. PENGERTIAN
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca
indera (Isaacs, 2002).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana
klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu
penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan
yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren/
persepsi palsu (Maramis, 2005).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah
(Stuart, 2007).Menurut Varcarolis (2006: 393), halusinasi dapat didefenisikan
sebagai terganggunya proses sensori seseorang, dimana tidak terdapat
stimulus.
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
a. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
1. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan
dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini
ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:
 Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih
luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal
dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
 Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan
dengan terjadinya skizofrenia.
 Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak
klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel,
atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan
kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien.
3. Sosial Budaya
            Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana
alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.

b. Faktor Presipitasi
      Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi
adalah:
1. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu
masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
2. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.
C. DATA YANG PERLU DIKAJI
 Manifestasi Klinis
1. Bicara, senyum dan tertawa sendiri
2. Menarik diri dan menghindar dari orang lain
3. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata
4. Tidak dapat memusatkan perhatian
5. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan
lingkungan)
6. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung (Budi Anna Keliat, 2005)

 Akibat
Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 2006).
Menurut Townsend, M.C suatu keadaan dimana seseorang melakukan
sesuatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri
sendiri maupuan orang lain. Seseorang yang dapat beresiko melakukan
tindakan kekerasan pada diri sendiri dan orang lain dapat menunjukkan
perilaku :
 Data subjektif :
a. Mengungkapkan mendengar atau melihat objek yang mengancam
b. Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir
 Data objektif :
a. Wajah tegang, merah
b. Mondar-mandir
c. Mata melotot rahang mengatup
d. Tangan mengepal
e. Keluar keringat banyak
f. Mata merah
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sosial: Halusinasi
2. Isolasi sosial: Menarik Diri
3. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


KEPADA K E G I A T A N SP
Klien 1. Tujuan tindakan
a. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
b. Pasien dapat mengontrol halusinasinya
c. Pasien mengikuti program pengobatan secara
optimal SP 1
2. Tindakan keperawatan
a. Membantu klien mengenali halusinasinya
Untuk membantu pasien mengenali halusinasinya
dapat dilakukan dengan cara berdiskusi dengan
pasien tentang isi halusinasi (apa yang
didengar/lihat, waktu terjadi halusinasi, frekwensi
terjadi halusinasi, situasi yang menyebabkan
halusinasi muncul dan respon pasien saat halusinasi
muncul.
b. Melatih klien mengontrol halusinasinya
Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol
halusinasi dengan melatih pasien 4 (empat) cara
yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi,
yaitu :
1) Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah upaya
mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan
cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien
dilatih untuk mengatakan tidak terhadap
halusinasi yang muncul atau tidak memperdulikan
halusinasinya. Sehingga klien mampu
mengendalikan diri dan tidak mengikuti
halusinasi yang muncul. Mungkin halusinai tetap
ada, namun dengan kemampuan ini pasien tidak
akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam
halusinainya.
Tahapan tindakan meliputi:
a) Menjelaskan cara menghardik halusinasi
b) Memperagakan cara menghardik SP 2
c) Meminta pasien memperagakan ulang
d) Memantau penerapan cara ini, menguatkan
perilaku pasien
2) Bercakap-cakap dengan orang lain
Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Ketika pasien
bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi
distraksi; fokus perhatian pasien akan beralih dari
halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan
orang lain tersebut. Sehingga salah satu cara yang SP 3
efektif untuk mengontrol halusinasi adalah
dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
3) Melakukan aktivitas yang terjadwal
Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi
adalah dengan menyibukkan diri dengan aktivitas
yang teratur. Dengan beraktivitas secara
terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak
waktu luang yang seringkali mencetuskan
halusinasi. Untuk itu pasien yang mengalami
halusinasi bisa dibantu untuk mengatasi
halusinasinya dengan cara beraktivitas secara
teratur dari bangun pagi sampai tidur malam,
tujuh hari dalam seminggu.

Tahapan intervensinya sebagai berikut:


 Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur
untuk mengatasi halusinasi.
 Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan
oleh pasien
 Melatih pasien melakukan aktivitas
 Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai
dengan aktivitas yang telah dilatih. Upayakan
pasien mempunyai aktivitas dari bangun pagi
sampai tidur malam, 7 hari dalam seminggu. SP 4
 Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan;
memberikan penguatan terhadap perilaku
pasien yang positif.

4) Menggunakan obat secara teratur


Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga
harus dilatih untuk menggunakan obat secara
teratur sesuai dengan program. Pasien gangguan
jiwa yang dirawat di rumah seringkali mengalami
putus obat sehingga akibatnya pasien mengalami
kekambuhan. Bila kekambuhan terjadi maka
untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih
sulit. Untuk itu pasien perlu dilatih menggunakan
obat sesuai program dan berkelanjutan.
Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien
patuh menggunakan obat:
 Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada
gangguan jiwa
 Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan
sesuai program
 Jelaskan akibat bila putus obat
 Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
 Jelaskan cara menggunakan obat dengan
prinsip 5 benar (benar obat, benar pasien, benar
cara, benar waktu, benar dosis)
c. Melakukan Terapi Aktivitas Kelompok
d. Melakukan Terapi keluarga

Keluarga 1. Tujuan Tindakan SP 5


a. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik
dirumah sakit maupun dirumah
b. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang
efektif untuk pasien. SP 6
2. Tindakan Keperawatan
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam
mera-wat pasien. SP 7
b. Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian
halusi-nasi, jenis halusinasi yang dialami pasien,
tanda dan geja-la halusinasi, proses terjadinya
halusinasi, dan cara mera-wat pasien halusinasi.
c. Berikan kesempatan pada keluarga untuk
memperagakan cara merawat pasien dengan
halusinasi langsung dihadapan pasien.
d. Buat perencanaan pulang dengan keluarga
Kelompok Terapi Aktivitas Kelompok SP 8

KETERANGAN: SP = Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

F. STRATEGI PELAKSAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


KEMAMPUAN S1
1. Untuk Klien
a. Masalah : Halusinasi
1) Pertemuan : Ke 1
a) Proses Keperawatan
1. Kondisi: Klien mengatakan sering mendengar suara-
suara. Suara itu kadang-kadang membuat dirinya
sangat takut. Klien terlihat sering bicara sendiri,
tertawa sendiri dan suka menyendiri
2. Diagnosa: Perubahan sensori Persepsi: Halusinasi
pende-ngaran
3. TUK :
(a) Membina hubungan saling percaya
(b) Membantu klien mengenali halusinasinya
(c) Mengajarkan klien mengontrol halusinasinya dengan
menghardik halusinasi.
b) Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
(1) Orientasi :
(a) Salam terapeutik
“Selamat pagi ! perkenalkan, nama saya Asep Edyana, biasa
dipanggil Pak Asep, Namanya siapa ? Senang dipanggil
apa ?”
(b) Evaluasi / validasi
“Bagaimana perasaan M hari ini ? Apa keluhan M saat
ini ?”
(c) Kontrak
“Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang
suara yang selama ini M dengar tetapi tak tampak
wujudnya ? Di mana kita duduk ? Di ruang tamu ?
Berapa lama ? Bagaimana kalau 20 menit ?“
(2) Kerja :
“Apakah D mendengar suara tanpa ada ujudnya? Apa yang
dikatakan suara itu?” “Apakah terus-menerus terdengar
atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering D
dengar suara? Berapa kali sehari D alami? Pada
keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu
sendiri?”
“Apa yang D rasakan pada saat mendengar suara itu?”
“Apa yang D lakukan saat mendengar suara itu? Apakah
dengan cara itu suara-suara itu hilang? Bagaimana
kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-
suara itu muncul?
“D, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu
muncul. Pertama, dengan menghardik suara tersebut.
Kedua dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan
yang ke empat minum obat dengan teratur.”
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan
menghardik”.
“Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul,
langsung D bilang, pergi saya tidak mau dengar, ….. Saya
tidak mau dengar . Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang
sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba D peragakan! Nah
begitu ….bagus! Coba lagi ! Ya bagus D sudah bisa”
(3) Terminasi:
(a) Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan D setelah peragaan latihan tadi?”
(b) Evaluasi Objektif
”Coba sebutkan 4 cara untuk mencegah suara itu muncul
lagi.”
(c) Rencana tindak lanjut
”Kalau suara-suara itu muncul lagi, silahkan coba cara
tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya.
Mau jam berapa saja latihannya?(Saudara masukkan
kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian pasien).
(d) Kontrak
 Topik: “Bagaimana kalau kita bertemu untuk belajar
dan latihan mengendalikan suara-suara lama
kita akan berlatih?
 Tempat: “Dimana tempatnya”
 Waktu: Jam berapa D bisa.
“Baiklah, sampai jumpa. Assalamu’alaikum
2) Pertemuan: Ke 2 (Masalah: Halusinasi)
a) Proses Keperawatan
(1) Kondisi: Klien mengatakan sering mendengar suara-suara. Suara itu
kadang-kadang membuat dirinya sangat takut. Klien terlihat
sering bicara sendiri, tertawa sendiri dan suka menyendiri.
(2) Diagnosa: Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
(3) TUK : Melatih klien mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain
b) Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
(1) Orientasi :
(a) Salam terapeutik
“Assalamualaikum D.
(b) Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-suaranya masih
mun-cul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih ?
Berkurangkan suara-suaranya Bagus !
(c) Kontrak
Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan
latihan selama 2 menit. Mau di mana? Di sini saja ?“
(2) Kerja :
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau D mulai mendengar
suara-suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta
teman untuk ngobrol dengan D. Contohnya begini;…. Tolong , saya
mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada
orang dirumah misalnya Kakak D katakan : Kak, ayo ngobrol dengan D.
D sedang dengar suara-suara. Begitu D, Coba D lakukan seperti saya
tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih
terus ya D!”

(3) Terminasi:
(a) Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan D setelah latihan ini?”
(b) Evaluasi Objektif
”Jadi sudah ada berapa cara yang D pelajari untuk mencegah
suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau D
mengalami halusinasi lagi”.
(c) Rencana tindak lanjut
“Bagaimana kalau kita masukan dalam jadwal kegiatan harian D.
Mau jam berapa latihan bercakpa-cakap? Nah nanti lakukan
secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi
saya akan ke mari lagi”.
(d) Kontrak
 Topik : Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu
melakukan aktivitas terjadwal?
 Tempat : “Mau di mana. Di sini lagi?”
 Waktu : Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00?.
Sampai besok ya. Assalamualaikum”
 Untuk Keluarga
a. Masalah: Halusinasi
1) Pertemuan: Ke 5
a) Proses Keperawatan
(1) Kondisi: Klien mengatakan sering mendengar suara-suara.
Suara itu kadang-kadang membuat dirinya sangat takut. Klien
terlihat sering bicara sendiri, tertawa sendiri dan suka
menyendiri.
(2) Diagnosa: Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
pendengaran
(3) TUK : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi,
jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala
halusinasi dan cara-cara merawat pasien halusinasi.

b) Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


(1) Orientasi :
(a) Salam terapeutik
“Assalamualaikum Bapak/Ibu!”” Saya SS, perawat yang
merawat anak Bapak?Ibu.”
(b) Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini? Apa pendapat
Bapak/Ibu tentang anak Bapak/Ibu?”
(c) Kontrak
 Topik
“Hari ini kita akan mendiskusi tentang apa masalah
yang anak Bapak?ibu alami dan bantuan apa yang
Bapak/Ibu bisa berikan.”
 Tempat
“Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang
wawancara?
 Waktu
“Berapa lama waktu Bapak/Ibu? Bagaimana kalau 30
menit”
(2) Kerja :
“Ya, gejala yang dialami oleh anak Bapak/Ibu itu dinamakan halusinasi,
yaitu mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bedanya.
“Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri atau marah-marah tanpa
sebab”
“ Jadi kalau anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar suara-suara,
sebenarnya suara itu tidak ada.”
“Kalau anak Bapak/Ibu mengatakan melihat bayangan-bayangan,
sebenarnya bayangan itu tidak ada.”
“Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada
beberapa cara untuk membantu anak Bapak/Ibu agar bisa mengendalikan
halusinasi. Cara-cara terebut antara lain: Pertama, dihadapkan anak
Bapak/Ibu, jangan membantah halusinasi atau menyokongnya. Katakan saja
Bapak/Ibu percaya bahwa anak tersebut memang mendengar atau
melihatnya.”
“Kedua, jangan biarkan anak Bapak/Ibu melamun dan sendiri, karena kalau
melamun halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-
cakap denganya. Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama, sholat
bersama-sama.Tentang kegiatan, saya telah melatih anak Bapak/Ibu untuk
membuat jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong Bapak/Ibu pantau
pelaksanaannya, ya dan berikan pujian jika dia lakukan!”
”Ketiga, bantu anak Bapak/Ibu minum obat secara teratur. Jangan
menghentikan obat tanpa konultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah
melatih anak Bapak/Ibu untuk minum obat secara teratur. Jadi Bapak/Ibu
dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3 macam , ini yang orange
namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-suara atau bayangan.
Diminum 3x seari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam. Yang putih
namanya THP gunanya membuat rileks, jam minummya sama dengan CPZ
tadi. Yang biru namanya HP gunanya menenangkan cara berpikir, jam
minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu selalu dimunum untuk mencegah
kekambuhan”
“Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi
anak Bapak/Ibu dengan cara menepuk punggung anak Bapak/Ibu . Kemudian
suruhlah anak Bapak/Ibu menghardik suara tersebut. Anak Bapak/Ibu sudah
aya ajarkan cara menghardik halusinasi.”
“Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi anak Bapak/Ibu, Sambil
menepuk punggung anak Bapak/Ibu, katakan: D, sedang apa kamu? Kamu
ingatkan apa yang diajarakan perawat bila suara-suara itu datang? Ya, Usir
suara itu, Ucapkan berulang-ulang, D”
“Sekarang coba Bapak/Ibu praktekkan cara yang barusan saya ajarkan “
“Bagus Pak/Bu”
(3) Terminasi:
(a) Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan
memutuskan halusinasi anak Bapak/Ibu ?”
(b) Evaluasi Objektif
“Sekarang coba Bapak/Ibu sebutkan kembali tiga cara merawat anak
Bapak/Ibu”
“Bagus sekali Pak/Bu.
(c) Rencana tindak lanjut
Baiklah, nanti dirumah bapak/ibu ingat lagi apa yang sudah kita
bicarakan sehingga nanti dapat kita praktekkan pada anak bapak/ibu.
(d) Kontrak
 Topik: Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk
mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung
dihadapkan anak Bapak/Ibu
 Tempat: “Di sini lagi ya!”
 Waktu: Jam berapa bapak/ibu bias datang ke rumah sakit ini
lagi? Bagaimana kalau jam 10.00.
Sampai jumpa. Wassalammualaikum
 Kemampuan Spesialis (S2)
 Kognitif Terapi
a. Sesi I : Ungkapkan pikiran otomatisnya.
b. Sesi II : Alasan
1) Proses Keperawatan
a) Kondisi: Klien mengatakan dirinya orang tidak berguna. Klien
mengatakan tidak seperti adik-adiknya dan orang lain,
klien sering menyendiri dan tidak mau berinteraksi
dengan orang lain
b) Diagnosa: Harga diri rendah kronis
c) TUK :
a. Terapis mengidentifikasi masalah : ”what”, ”where”, ”when”,
”who”.
b. Diskusikan sumber masalah
c. Diskusikan pikiran dan perasaan
d. Catat pikiran otomatis, klasifikasikan dalam distorsi kognitif
e. Memberikan pujian terhadap keberhasilan klien
f. Diskusikan penyebab merasa tidak berguna
g. Menanyakan perasaan dan pikiran klien disaat dia merasa tidak
berguna
h. Memberikan reinforcement positif.
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
Orientasi :
a. Salam terapeutik
“ Assalamualaikum”
b. Evaluasi / validasi
“Bagaimana perasaan D hari ini?”
“ Masih ada mendengarkan suara-suara? Apa yang dilakukan jika
suara itu muncul?”
2. Kontrak
1. Topik
“Hari ini kita akan mempelajari cara untuk menghilangkan
perasaan tentang rasa tidak berguna, tidak berarti dan merasa
tidak dihargai.
b. Tempat
“Dimana sebaiknya kita ngobrol? Bagaimana ditaman saja?”
c. Waktu
“Berapa lama D mau ngobrol? Bagaimana kalau 30 menit?”
Kerja :
“ Apa yang menjadi masalah bagi D sekarang ini? Mengapa perasaan
tidak berguna itu muncul?Sejak kapan perasaan itu mulai muncul?
Adakah orang lain yang membuat D merasa tidak berguna, tidak
dihargai?”
“ Apa yang terjadi sebelumnya sehingga D merasa tidak berguna?
Bagaimana perasaan dan pikiran D saat m erasa tidak dihargai
tersebut?”(mencatat pikiran otomatis dan mengklasifikaikan dalam
distorsi kognitif).
“ Hal apa yang menyebabkan D merasa tidak berguna dan tindakan
apa yang biasanya dilakukan D saat merasa tidak berguna?”
“ Baiklah D, nanti D tulis perasaan yang paling D rasakan! Nanti kita
bahas apa yang D tuliskan.”
Terminasi:
a. Evaluasi Subjektif
“ Bagaimana perasaan D setelah kita ngobrol selama 30 menit
ini?
b. Evaluasi Objektif
“Coba M sebutkan lagi penyebab M merasa tidak berguna.
3. Rencana tindak lanjut
“ Nanti M ingat-ingat lagi, jika ada hal lain yang menyebabkan
munculnya rasa tidak berguna, sampaikan pada saya.
4. Kontrak
a. Topik: Nanti kita akan mendiskusikan perasaan M kembali dan
belajar bagaimana menghilangkan pikiran-pikiran negatrif .
b. Tempat : Nanti dimana M mau ngobrol lagi? Baiklah..
c. Waktu : Kira-kira kapan ? Jam berapa……..?
Sesi III : Tanggapan
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi : Klien mengatakan dirinya orang tidak berguna. Klien
mengatakan tidak seperti adik-adiknya dan orang lain,
klien sering menyendiri dan tidak mau berinteraksi
dengan orang lain
2. Diagnosa : Harga diri rendah kronis
3. TUK :
a. Dorong pasien untuk memberikan pendapat
b .Berikan umpan balik
c. Dorong untuk mengungkapkan keinginan
d. Berikan persepsi perawat terhadap keinginan
e. Beri reinforcement posisif
f. Jelaskan metode 3 (tiga) kolom
g. Diskusikan cara menggunakan metode 3 kolom
h. Diskusikan cara menggunakan metode 3 (tiga) kolom
i. Anjurkan menuliskan pikiran otomatis dan cara penyelesaian

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


Orientasi :
a. Salam terapeutik
“ Assalamualaikum”
b. Evaluasi / validasi
“Bagaimana perasaan D hari ini?”
“ Masih ada yang D pikirkan dan akan sampaikan tentang
perasaan tidak berguna? Apakah sudah dituliskan?”
1. Kontrak
1. Topik
“Hari ini kita akan mempelajari cara untuk menghilangkan
perasaan tentang rasa tidak berguna, tidak berarti dan merasa
tidak dihargai dengan metode 3 kolom.”
b. Tempat
“Dimana sebaiknya kita ngobrol? Bagaimana ditaman saja?”
c. Waktu
“Berapa lama D mau ngobrol? Bagaimana kalau 30 menit?”
Kerja :
“ Apa yang D maksudkan dengan tulisan ini. Bisa D ceritakan?
Bagaimana pendapat D dengan tulisan ini? Bagus.”
Sekarang apa yang D inginkan?Untuk dapat menata maa depan. Baik
sekali keinginan D, maukah saya bantu untuk belajar cara
mewujudkan itu ? Ini ada tiga kolom, kolom pertama untuk
mengungkapkan pikiran otomatis (negatif, kolom kedua saya yang
akan mengisi, dan kolom ketiga untuk melawan pikiran negatif atau
hal positif yang D miliki.” Ada yangbelum dimengerti dan mau
ditanyakan?
Terminasi:
a. Evaluasi Subjektif
“ Bagaimana perasaan D setelah kita mempelajari cara
menghilangkan pikiran negatif dengan metode 3 kolom selama 30
menit ini?
b. Evaluasi Objektif
“Coba D sebutkan lagi cara yang sudahkita pelajari tadi.
3. Rencana tindak lanjut
“ Nanti D ingat-ingat lagi, jika ada positif lain yang suda D
lakukan untuk diri D sendiri atau untuk keluarga D, sampaikan
pada saya dan tuliskan lagi di kertas ini.”
4. Kontrak
a. Topik: Nanti kita akan mendiskusikan apa yang sudah D
tuliskan.
b. Tempat : Nanti dimana D mau ngobrol lagi? Baiklah..
c. Waktu : Kira-kira kapan ? Jam berapa……..?Baiklah setengah
jam lagi saya kesini
Triangle Terapi
Sesi I: Mengenali dan mengekspresikan perasaan
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi : Klien mengatakan dirinya orang tidak berguna. Klien
mengatakan tidak seperti adik-adiknya dan orang lain,
klien sering menyendiri dan tidak mau berinteraksi
dengan orang lain
2. Diagnosa : Harga diri rendah kronis
3. TUK :
a. Menyampaikan pada keluarga kemungkinan masalah yang
terjadi pada klien.
a. Anjurkan keluarga untuk siap mendengarkan dan menanggapi
masalah klien.
b. Mempersilahkan klien untuk menceritakan masalah yang
dihadapi. Pada saat ini, terapis menggunakan tehnik – tehnik
komunikasi, misalnya; silence, klarifikasi, focusing, sentuhan
teraupetik dan lain – lain
c. Terapis menanyakan perasaan keluarga terhadap masalah yang
dihadapi klien tersebut.
d. Menanyakan efek dari masalah yang dialaminya (kerugiannya)
pada keluarga.
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
Orientasi :
a. Salam terapeutik
“ Assalamualaikum”
ii. Evaluasi / validasi
(c) Bagaimana perasaan D dan ibu hari ini? Kontrak
1. Topik
” Sesuai dengan janji kita kemaren, hari ini kita akan
membicarakan tentang masalah yang dihadapi D anak ibu
b. Tempat
“Dimana sebaiknya kita ngobrol? Bagaimana ditaman saja?”
c. Waktu
“Berapa lama ibu bisa? Gimana kalau 30 menit.”
Kerja :
” Baiklah bu, D anak ibu sudah seminggu dirawat disini. Ibu tentu
ingin supaya D cepat sembuh dan segera kembali kerumah. Untuk itu
kita bersama-sama merawat D. Saya harap bukan untuk disini saja
kita merawat D, tetapi juga jika D sudah dirumah. Untuk itu tentu
kita harus tahu apa yang menjadi masalah bagi D sehingga
menyebabkan D dirawat disini. Bagaimana ?”
”Sekarang, D silahkan menyampaikan apa yang sedang Riri rasakan
kepada orang tua D.” ”Ya, terus……. ”
”Bagus, D sudah berani menyampaikan masalah yang D hadapi
kepada orang tua D.”
” Nah, bagaimana perasaan ibu setelah mendengarkan masalah
yang dihadapi anak ibu?”
” Jika masalah ini kita biarkan buk, kira-kira apa yang akan terjadi
pada D? Bagus, ibu dapat memahaminya. Nah, kira-kira apa yang
ibu harapkan dengan pertemuan kita kali ini? Saya harap ibu dapat
menuliskannya pada lembaran harapan ini.”
Terminasi:
a. Evaluasi Subjektif
b. ” Bagaimana perasaan D setelah menyampaikan masalah D pada
orang tua D? Kalau ibu bagaimana perasaan ibu setelah kita
ngobrol selama 45 menit ini?
c. Evaluasi Objektif
“Bisa D sebutkan lagi masalah yang D Hadapi?”
3. Rencana tindak lanjut
“ Jika ada lagi pikiran negatif atau pikiran positif yang D rasakan
silahkan dicatat disini!”
4. Kontrak
a. Topik: Baiklah untuk pertemuan berikutnya kita akan membahas
tentang bagaimana ibu (keluarga) dapat menerima orang
lain, dalam hal ini adalah D anak ibu.“.
b. Tempat : Nanti dimana kita maunya ngobrol lagi?
Baiklah..nanti kita bertemu disini lagi.
c. Waktu : “Bagaimana jika setengah jam lagi saya kesini lagi?
Ibu masih disini kah? Baiklah .”
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.


Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga
University Press.
Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatrik Terintegrasi Dengan
Keluarga, Edisi I. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan).
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai