b. Daerah edema
c. Hematoma
1) Pewarna gram
Pemeriksaan dengan pewarnaan gram dapat memberikan infotmasi
tentang jenis
1) Menyiapkan peralatan
d. Handuk kertas,
g. Obat kumur.
2) Melakukan persiapan
yang cukup.
f. Menutup wadah segera setelah sputum berada di dalam wadah.
Menutup wadah akan mencegah penyebaran mikroorganisme
secara tidak sengaja ke
tempat lain.
g. Membersihkan bagian luar dengan disinfektan, bila sputum
mengenai bagian luar wadah. Beberapa institusi menganjurkan untuk
membersihkan seluruh bagian luar wadah dengan sabun cair dan
air dan kemudian
mengeringkannya dengan handuk kertas.
h. Melepas dan buang sraung tangan.
dibutuhkan.
b. Membantu klien mengambil posisi nyaman yang memungkinkan
ekspansi paru secara maksimal, bila diperlukan.
9) Pengambilan Spesimen
Pengumpulan sputum yang terbaik adalah sputum pagi hari atau
sputum semalam dengan jumlah yang terkumpul sebanyak 3-5 ml
setiap wadah
penampung sputum.
Cara pengambilan sputum :
Pasien berkumur dengan air garam dahulu, kemudian di beri wadah
yang bermulut lebar, mempunyai tutup berulir, suci hama, tidak
mudah pecah, tidak bocor, sekali pakai dibuang (disposible). Pasien
dalam posisi berdiri, jika tidak memungkinkan dapat dengan duduk
agak membungkuk. Pagi hari setelah bangun tidur biasanya
rangsangan batuk sangat kuat, tetapi penderita di anjurkan untuk
menahanya dan menarik nafas dalam-dalam. Kemudian segera di
suruh batuk sekuat-kuatnya sehingga merasakan dahak yang
dibatukkan keluar dari tenggorokan. Sputum yang keluar di tampung
dalam wadah yang di sediakan, mulut wadah penampung dibersihkan
dari tetesan dahak lalu di tutup. Wadah diberi label yang yang
berisi nama, alamat,
tanggal pengambilan serta nama pengirim.
Pembuatan Sediaan
- Pembuatan Preparat
Gelas kaca di beri nomor kode, nomor pasien, nama pasien,
pada sisi kanan kaca obyek baru. Pilih bagian sputum yang kental,
warna kuning kehijauan, ada pus atau darah, ada perkejuan. Ambil
sedikit bagian tersebut dengan menggunakan ose yang
sebelumnya dibakar dulu sampai pijar, kemudian didinginkan.
Ratakan diatas kaca obyek dengan ukuran + 2-3 cm. Hapusan
sputum yang dibuat jangan terlalu tebal atau tipis. Keringkan dalam
suhu kamar. Ose sebelum dibakar dicelupkan dulu kedalam botol
berisi campuran alkohol 70% dan pasir dengan perbandingan 2 : 1
dengan tujuan untuk melepaskan partikel yang melekat pada ose
(untuk mencegah terjadinya percikan atau aerosol pada waktu ose
dibakar yang dapat menularkan kuman tuberkulosis).
Rekatkan/fiksasi dengan cara melakukan melewatkan preparat
diatas lidah api dengan cepat sebanyak 3 kali selama 3-5 detik.
Setelah itu sediaan langsung diwarnai
dengan pewarna Ziehl Neelsen.
- Pembuatan Ziehl Neelsen
ditemukan.
b. 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + atau (1+).
c. 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ atau (2+).
d. > 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ atau (3+).
positif.
b. Hasil pemeriksaan satu spesimen sputum menunjukkan BTA positif
biakan positif.
2) Tuberkulosis paru BTA (-) adalah:
a. Hasil pemeriksaan sputum 3 kali menunjukkan BTA negatif,
gambaran
M. tuberculosis positif.
Aktifitas ini juga digunakan untuk menkaji sensitivitas (di mana terdapat
peningkatan eosinofil). Pemeriksaan sputum secara periodik mungkin
diperlukan untuk klien yang mendapat antibiotik, kortikosteroid, dan medikasi
imunosupresif dalam jangka panjang, karena preparat ini dapat menimbulkan
infeksi oportunistik. Secara umum, kultur sputum digunakan dalam
mendiagnosis untuk pemeriksaan sensitivitas obat dan sebagai pedoman
pengobatan. Jika sputum tidak dapat keluar secara spontan, klien sering
dirangsang untuk batuk dalam dengan menghirupkan aerosol salin yang sangat
jenuh, glikol propilen yang mengiritasi, atau agen lainnya yang diberikan
dengan nebulizer ultrasonik
C. Teknik pengambilan feses
1. Indikasi Pemeriksaan
a. Adanya diare dan konstipasi
b. Adanya ikterus
c. Adanya gangguan pencernaan
d. Adanya lendir dalam tinja
e. Kecurigaan penyakit gastrointestinal
f. Adanya darah dalam tinja
2. Syarat pengumpulan feces
a. Tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan. Bila pemeriksaan
ditunda simpan pada almari es.
b. Pasien dilarang menelan Barium, Bismuth, dan Minyak dalam 5 hari sebelum pemeriksaan.
c. Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan.
d. Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher.
e. Pasien konstipasi dapat diberikan saline cathartic terlebih dahulu.
f. Pada Kasus Oxyuris dapat digunakan metode schoth tape & object glass.
g. Untuk mengirim tinja, wadah yang baik ialah yang terbuat dari kaca atau sari bahan lain yang tidak dapat
ditembus seperti plastik, bermulut lebar, bertutup ulir. Kalau konsistensi tinja keras,dos karton berlapis paraffin
juga boleh dipakai.
h. Oleh karena unsur -unsur patologik biasanya tidak dapat merata, maka hasil pemeriksaan mikroskopi tidak dapat
dinilai derajat kepositifannya dengan tepat, cukup diberi tanda –(negatif),(+),(++),(+++) saja.
i. Hal – hal yang perlu diperhatikan
Penyimpanan
Feses tahan < 1 jam pada suhu ruang
Bila 1 jam atau lebih gunakan media transpot yaitu Stuart’s medium, ataupun Pepton water
Penyimpanan < 24 jam pada suhu ruang, sedangkan > 24 jam pada suhu 4°C
Pengiriman
Pengiriman < 1 jam pada suhu ruang
Bila tidak memungkinkan, gunakan media transport atau kultur pada media Tetra Thionate Broth
3. Waktu Pengambilan Feses
Pengambilan dilakukan setiap saat, terutama pada gejala awal dan sebaiknya sebelum pemberian anti biotik.
Feses yang diambil dalam keadaan segar.
4. Alat-alat Pengambilan Feses
Sarung tangan
Spatel steril
Vasseline
Lidi kapas steril
Pot tinja
Bengkok
Perlak pengalas
Tissue
5. Cara kerja
a. Prosedur pengambilan feses pada dewasa :
Jelaskan prosedur pada ibu dan meminta persetujuan tindakan
Menyiapkan alat yang diperlukan
Meminta ibu untuk defekasi di pispot, hindari kontak dengan urine
Cuci tangan dan pakai sarung tangan
Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam wadah specimen kemudian tutup dan bungkus
Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing dan adanya parasit pada sampel
Buang alat bekas mengambil feses dengan benar
Cuci tangan
Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke labolatorium
Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai
b. Prosedur pengambilan feses pada dewasa dalam keadaan tidak mampu defekasi sendiri:
Mendekatkan alat
Jelaskan prosedur pada ibu dan meminta persetujuan tindakan
Mencuci tangan
Memasang perlak pengalas dan sampiran
Melepas pakaian bawah pasien
Mengatur posisi dorsal recumbent
Memakan hand scoon
Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan ke dalam anus dengan arah keatas kemudian diputar kekiri dan kekanan
sampai teraba tinja
Setelah dapat , dikeluarkan perlahan – lahan lalu dimasukkan ke dalam tempatnya.
Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan tissue.
Melepas sarung tangan
Merapikan pasien
Mencuci tangan
c. Prosedur pengambilan feses pada bayi :
Jelaskan prosedur pada ibu bayi dan meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan pada bayinya
Menyiapkan alat yang diperlukan
Memantau feses yang dikeluarkan oleh bayi di popoknya, hindari kontak dengan urine
Cuci tangan dan pakai sarung tangan
Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam wadah specimen kemudian tutup dan bungkus
Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing dan adanya parasit pada sampel
Buang alat dengan benar
Cuci tangan
Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke labolatorium
Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai
Urine sewaktu adalah urine yang dikeluarkan setiap saat dan tidak ditentukan secara khusus. Mungkin sampel encer,
isotonik, atau hipertonik dan mungkin mengandung sel darah putih, bakteri, dan epitel skuamosa sebagai kontaminan. Jenis sampel
ini cukup baik untuk pemeriksaan rutin tanpa pendapat khusus.
b. Urine pagi
Pengumpulan sampel pada pagi hari setelah bangun tidur, dilakukan sebelum makan atau menelan cairan apapun. Urine
satu malam mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang lama, sehingga unsur-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan.
Urine pagi baik untuk pemeriksaan sedimen dan pemeriksaan rutin serta tes kehamilan berdasarkan adanya HCG (human chorionic
gonadothropin) dalam urine.
Urine tampung 24 jam adalah urine yang dikeluarkan selama 24 jam terus-menerus dan dikumpulkan dalam satu wadah.
Urine jenis ini biasanya digunakan untuk analisa kuantitatif suatu zat dalam urine, misalnya ureum, kreatinin, natrium, dsb. Urine
dikumpulkan dalam suatu botol besar bervolume 1.5 liter dan biasanya dibubuhi bahan pengawet, misalnya toluene.
Banyaknya urine yang dikeluarkan oleh ginjal dalam 24 jam. Dihitung dalam gelas ukur. Volume urine
normal : 1200-1500 ml/24 jam. Volume urine masingmasing orang bervariasi tergantung pada luas permukaan
tubuh, pemakaian cairan, dan kelembapan udara / penguapan.
2. Bau
Bau urine yang normal, tidak keras. Bau urine yang normal disebabkan dari sebagian oleh asam- asam
organik yang mudah menguap.
3. Buih
Buih pada urine normal berwarna putih. Jika urine mudah berbuih, menunjukkan bahwa urine tersebut
mengandung protein. Sedangkan jika urine memiliki buih yang berwarna kuning, hal tersebut disebabkan oleh
adanya pigmen empedu(bilirubin) dalam urine.
4. Warna urine
Warna urine ditentukan oleh besarnya dieresis. Makin besar dieresis, makin muda warna urine itu.
Biasanya warna urine normal berkisar antara kuning muda dan kuning tua. Warna itu disebabkan oleh
beberapa macam zat warna, terutama urochrom dan urobilin. Jika didapat warna abnormal disebabkan
oleh zat warna yang dalam keadaan normal pun ada, tetapi sekarang ada dalam jumlah besar.
Kemungkinan adanya zat warna abnormal, berupa hasil metabolism abnormal, tetapi mungkin juga
berasal dari suatu jenis makanan atau obat-obatan. Beberapa keadaan warna urine mungkin baru berubah
setelah dibiarkan.
5. Kejernihan
Cara menguji kejernihan sama seperti menguji warna yaitu jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh.
Tidak semua macam kekeruhan bersifat abnormal. Urine normal pun akan menjadi keruh jika dibiarkan atau
didinginkan. Kekeruhan ringan disebut nubecula dan terjadi dari lender, sel-sel epitel, dan leukosit yang lambat
laun mengendap.
A. Proses Pengambilan Urine.
Persiapan alat
• Label spesimen
• Kapas sublimat
• Formulir Laboratorium
• Waslap
• Sabun
• Handuk
Prosedur plaksanaan
o Beritahu klien tujuan prosedur pelaksanaan
- Pastikan pada label tertera informasi yang sesuai dan benar, letakkan pada botol
- Usahakan agar spesiment dapat dibawa ke laboratorium secepatnya
- Catat data seperti warna,bau, konsistensi , dan kesulitan yang di alami klien selama pengambilan sampel
- Dapatkan wadah spesimen dengan zat pengawet dari laboratorium , labeli wadah dengan identitas klien, kapan pengumpulan
dimulai dan selesai.
- Pada akhir periode pengambilan, perintahkan klien untuk mengosongkan kantong kemih dan simpan urine sebagai bagian spesimen
, bawa semua sampel ke laboratorium
- Catat dalam dokumen sampel, waktu pengambilan dan waktu selesainya serta hasil pengamatan lain terhadap urine
- Bersihkan daerah penyuntikan jarum dengan menggunakan desinfektan. Daerah penyuntikan ini sebaiknya agak jauh dari
gelembung tabung untuk mencegah tertusuknya gelembung tersebut. Dengan menyucihamakan jarum , mikroorganisme akan
menghilang pada pembukaan kateter. Jadi , cegahlah kontaminasi jarum dan masuknya mikroorganisme dalam kateter
2. Dengan 2 jari pisahkan kedua labia dan bersihkan daerah vagina dengan potongan kasa steril yang mengandung sabun. Arah
pembersihan dari depan ke belakang. Kemudian buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
3. Bilas daerah tersebut dari arah depan ke belakang dengan potongan kasa yang dibasahi dengan air atau salin hangat. Selama
pembilasan tetap pisahkan kedua labia dengan 2 jari dan jangan biarkan labia menyentuh muara uretra. Lakukan pembilasan sekali
lagi, kemudian keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat
sampah.
4. Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter urin yang mula-mula keluar. Kemudian
tampung aliran urin selanjutnya ke dalam wadah steril sampai kurang lebih sepertiga atau setengah wadah terisi.
5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan
identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.
2. Tarik prepusium ke belakang dengan satu tangan dan bersihkan daerah ujung penis dengan kasa yang dibasahi air sabun. Buang
kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
3. Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi air atau salin hangat. Ulangi sekali lagi, lalu keringkan daerah tersebut dengan
potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke dalam tempat sampah.
4. Dengan tetap menahan prepusium ke belakang, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter
urin yang keluar, kemudian tampung urin yang keluar berikutnya ke dalam wadah steril sampai
terisi sepertiga sampai setengahnya.
5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah dari
urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke
laboratorium.
Bahan urin harus segera dikirim ke laboratorium, karena penundaan akan
menyebabkan bakteri yang terdapat dalam urin berkembang biak dan penghitungan
koloni yang tumbuh pada biakan menunjukkan jumlah bakteri sebenarnya yang
terdapat dalam urin pada saat pengambilan. Sampel harus diterima maksimun 1 jam
setelah penampungan.2 Sampel harus sudah diperiksa dalam waktu 2 jam. Setiap
sampel yang diterima lebih dari 2 jam setelah pengambilan tanpa bukti telah disimpan
dalam kulkas, seharusnya tidak dikultur dan sebaiknya dimintakan sampel baru.3 Bila
pengiriman terpaksa ditunda, bahan urin harus disimpan pada suhu 40 C selama tidak
lebih dari 24 jam.
2. Pemeriksaan makroskopis
Jumlah
Ukurlah dan catatlah volume yang didapat dengan pungsi. Jika semua cairan
dikeluarkan jumlah itu memberi petunjuk tenteng luasnya kelainan.
Warna
Mungkin sangat berbeda-beda, agak kuning, kuning campur hijau, merah jambu,
merah, putih serupa susu, dll. Bilirubin memberi warna kuning pada transudat, darah
yang menjadikannya merah atau coklat, pus memberi warna putih-kuning, chylus
putih serupa susu, B. pyocyaneus biru-hijau. Warna transudat biasanya kekuning-
kuningan, sedangkan exudat dapat berbeda-beda warnanya dari putih melalui kuning
sampai merah darah sesuaidengan causa peradangan dan beratnya radang.
Warna exudat oleh proses radang ringan tidak banyak berbeda dari warna transudat.
Kejernihan
Inipun mungkin sangat berbeda-beda dari jernih, agak keruh sampai sangat keruh.
Transudat murni kelihatan jernih, sedangkan exudat biasanya ada kekeruhan. Jika
mungkin, kekeruhan yang menunjuk kepada sifat exudat itu dijelaskan lebih lanjtu
sebagai umpamanya serofibrineus, seropurulent, serosangineus, hemoragik,
fibrineus, dll.
Kekeruhan terutama disebabkan oleh adanya dan banyaknya sel, leukosit dapat
menyebabkan kekeruhan sangat ringan sampai kekeruhan berat seperti bubur.
Eritrosit menyebabkan kekeruhan yang kemerah-merahan.
Bau
Biasanya baik transudat mupun exudat tidak mempunyai bau bermakna kecuali kalau
terjadi pembusukan protein. Infeksi dengan kuman anaerob dan oleh E. coli mungkin
menimbulkan bau busuk, demikian adanya bau mengarahkan ke exudat.
Berat jenis
Harus segera ditentukan sebelum kemungkinan terjainya bekuan. Penetapan ini
penting untuk menentukan jenis cairan. Kalau jumlah cairan yang tersedia cukup,
penetapan dapat dilakukan dengan urinometer, kalau hanya sedikit sebaiknya
memakai refraktometer. Seperti sudah diterangkan, nilai berat jenis dapat ikut
memberi petunjuk apakah cairan mempunyai cirri-ciri transudat atau exudat.
Bekuan
Perhatikan terjadinya bekuan dan terangkan sifatnya (renggang, berkeping, sanagat
halus, dll) bekuan it tersusun dari fibrin dan hanya didapat pada exudat. Kalau dikira
cairan yang dipungsi bersifat exudat, campurlah tetap cair dan dapat dipakai untuk
pemeriksaan lain-lain.
b. Pemeriksaan Mikroskopis
Menghitung jenis sel biasanya membedakan dua golongan jenis sel, yaitu
golongan yang berinti satu yang digolongkan dengan nama “limfosit” dan
golongan sel polinuklear atau “segment”. Dalam golongan limfosit ikut trhitung
limfosit, sel-sel mesotel, sel plasma, dsb.
Perbandingan banyak sel dalam golongan-golongan itu memberi petunjuk kea rah
jenis radang yang menyebabkan atau menyertai eksudat itu.
Cara :
Sediaan apus dibuat dengan cara yang berlain-lain tergantung sifat cairan
itu:
Jika cairan jernih, sehingga diperkirakan tidak mengandung banyak sel, pusinglah
10-15 ml bahan, cairan atas dibuang dan sediment dicampur dengan beberapa tetes
serum penderita sendiri. Buatlah sediaan apus dari campuran itu
Kalau cairan keruh sekali atau purulent, buatlah sediaan apus langsung memakai
bahan itu. Jika terdapat bekuan dalam cairan, bekuan itulah yang dipakai untuk
membuat sediaan tipis
Pulaslah sediaan itu dengan Giemsa atau Wright
Lakukanlah hitung jenis atas 100-300 sel, hitung jenis itu hanya membedakan
“limfosit” dari “segment” seperti yang telah diterangkan
Catatan :
Hasil hitung jenis dapat memberi keterangan tentang jenis radang yang menyertai
proses radang akut hamper semua sel beupa segment. Semakin tengan proes itu
semakin bertambah “limfosit”nya, sedangkan radang dan rangsang menahun
menghasilkan hanya limfosit saja dalam hitung jenis.
c. Pemeriksaan Kimia
Pemeriksaan kimia biasanya dibatasi saja kepada kadar glukosa dan protein
dalam cairan itu. Alasannya ialah cairan rongga dalam keadaan normal mempunyai
susunan yag praktis serupa dengan susunan plasma darah tanpa albumin dan
globulin-globulin. Transudat mempunyai kadar glukosa sama seperti plasma,
sedangakan exudat itu megandung banyak leukosit.
Protein dalam transudat dan exudat praktis hanya fibrinogen saja, dalam
transudat kadar fibrinogen rendah, yakni antara 300-400 mg/dl dan dalam exudat
kadar protein itu 4-6 gr/dl atau lebih tinggi lagi.
Percobaan Rivalta
Test yang sudah tua ini tetap masih berguna dalam upaya membedakan
transudat dari exudat dengan cara yang amat sederhana.
Cara:
ke dalam silinder 100 ml dimsukkan 100 ml aquadest.
tambahkan 1 tetes asam acetate glacial dan campurkanlah.
teteskan 1 tetes cairan yang diperiksa ke dalam campuran ini, dilepaskan kira-kira 1
cm dari atas permukaan.
perhatikanlah tetesan itu bercampur dan bereaksi dengan cairan yang mengandung
asam acetat. Ada tiga kemungkinan, yaitu :
tetesan itu bercampur dengan larutan asam acetate tanpa menimbulkan kekeruhan
sama sekali, hasil test adalah negative.
tetesan itu mengadakan kekeruhan yang sanagt ringan seripa kabut halus, hasil test
positif lemah.
tetesan itu membuat kekeruhan yang nyata seperti kabut tebal ataudalam keadaan
extreme satu presipitat yang putih, hasil test positif.
Catatan :
Cara ini berdasarkan seronucin yang terdapat dalam exudat, tetapi tidak dalam
transudat. Percobaan ini hendaknya dilakukan beberapa kali untuk mendapatkan hasil
yang dapat diandalkan.
Hasil positif didapat pada cairan yang bersifat exudat, transudat biasanya menjadikan
test ini positif lemah. Kalau transudat sudah beberapa kali dipungsi, maka transudat
pun mungkin menghasilkan kekeruhan serupa dari exudat juga. Cairan rongga badan
normal, yaitu yang bukan transudat atau exudat dalam arti kata klinik, menghasilkan
test negative.
Kadar Protein
Menentukan kadar protein dalam cairan rongga tubuh dapat membantu klinik dalam
membedakan transudat dari exudat. Kadar protein dalam transudat biasanya kurang
dari 2,5 gr/dl sedangkan exudat berisi lebih dari 4gr/dl cairan. Penetapan ini tidak
memerlukan cara yang teliti.
Cara:
tetapkan lebih dahulu berat jenis cairan itu.
kalau berat jenis 1010 atau kurang, adakanlah pengenceran -10 kali, kalau berat jenis
lebih dari 1010 buatlah pengenceran 20 kali.
lakukanlah penetapan menurut Esbach dengan cairan yang telah diencerkan itu,
dalam memperhitungkan hasil terakhir ingatlah pengenceran yant tadi dibuat.
Catatan :
Cara Esbach cukup teliti untuk dipakai dalam klinik. Pengenceran yang diadakan itu
bermaksud agar kadar protein dalam cairan yang diencerkan mendekati nilai 4gr/liter,
ialah kadar yang memberi hasil yang sebaik-baiknya pada cara Esbach.
Dari berat jenis cairan bersangkutan juga sudah dapat didekati nilai protein dengan
memakai rumus :
Perhitungan itu:
- b.d. 1,010 sesuai dengan 1 gr protein per 100 ml
- b.d. 1,015 sesuai dengan 2,5 gr protein per 100 ml
- b.d. 1,020 sesuai dengan 4,5 gr protein per 100 ml
Zat Lemak
Transudat tidak mengandung zat lemak, kecuali kalau tercampur dengan chylus.
Dalam exudat mungkin didapat zat lemak disebabkan oleh karena dinding kapiler
dapat ditembus olehnya. Keadaan itu sering dipertlikan dengan proses tuberculosis.
Kadang-kadang dilihat cairan yang putih serupa dengan susu. Dalam hal itu
mengetahui apakah putihnya cairan itu disebabkan chylus atau oleh zat lain.
Cara :
berilah larutan NaOH 0,1 N kepda cairan sehingga menjadi lindi.
lakukanlah extraksi dengan eter. Jika cairan itu menjadi jernih, putihnya disebabkan
oleh chylus.
jika tidak menjadi jernih, putihnya mungkin disebabkan oleh lecithin dalam keadaan
emulsi. Untuk menyatakan lecithin dilakukan test sbb, yaitu : encerkanlah cairan itu
5x dengan etil alkohol 95%
panasilah berhati-hati dalam bejana air, kalau cairan itu menjadi jernih, putihnya
disebabkan oleh lecithin. Untuk lebih lanjut membuktikannya teruskanlah percobaan
saringlah cairan yang telah menjadi jernih itu dalam keadaan masih panas
filtratnya ditampung dan diuapkan di atas air panas sampai volume menjadi besar
semula (sebelum diberi etilalkohol) dan biarkan menjadi dingin lagi
menjadi keruh lagi, adanya lecithin terbukti, kekruhan itu bertambah kalau diberi
sedikit air
d. Pemeriksaan Bakterioskopi
Pakailah sediaan seperti dibuat untuk menghitung jenis sel dan pulaslah menurut
Gram dan menurut Zeihl-Neelsen.
Kalau akan mencari fungsi, letakkan satu tetes sediment atau bahan ke atas kaca
objek dan campurlah dengan sama banyak larutan KOH atau NaOH 10%. Tutup
dengan kaca penutup, biarkan selam 20 menit, kemudian periksalah dengan
mikroskop.