Anda di halaman 1dari 6

Ulama dan Hari Pahlawan

Refleksi peran ulama dan ummat Islam dalam bingkai kemerdekaan Indonesia

Oleh
Saifullah, S.Pd
Saifullahahtivis@gmail.com

a. Kehidupan bangsa Indonesia pada masa kolonialisme penjajah


Sebelum belanda menguasai Indonesia sebagai bangsa yang paling lama menjajah
Indonesia diantara bangsa-bangsa lainnya, telah terjadi penjelajahan samudra dalam
konteks imperialism dan kolonilalisme kuno dinusantara. Portugis dan spanyol adalah
Negara yang menjadi pelopor dan sangat antusias dalam penjelahan samudra tersebut.
Sehingga paus alexander VI penguasa agama katolik di vatikan mengambil langkah
untuk mengatur penjelajahan samudra yang dilakukan oleh kedua Negara ini, hal ini
dilakukan untuk mengantisipasi agar tidak terjadi persaingan yang tidak sehat antara
kedua Negara, oleh karena itu Paus alexander mengadakan perjanjian tordesilas, 1494 M
yang inti dari isi perjanjian ini adalah membagi dunia kedalam belahan barat dan timur
sebagai wilayah jajahan Portugis dan Spanyol.
Efek dari penjanjian tordesilas ini bagi wilayah daratan benua asia khususnya
nusantara ditandai dengan mendaratnya bangsa portugis pada tahun 1511 di malaka
untuk pertama kali, yang merupakan pusat perdagangan dan pusat transit perdagangan
internasional dinusantara, kedua bangsa penjajah ini bersaing menancapkan pengarunya
berdasarkan misi penjajahan yang mereka bawa yakni Misi 3G (Gold, Glory, Gospel)
Gold menandakan penjarahan harta kekayaan suatu bangsa, Glory menandakan
penguasaan wilayah tanah jajahan, Gospel menandakan penyebaran pengaruh agama
Kriten katolik dengan ketiga misi ini mereka mulai misi penjajannya di nusantara.
Hal tersebut tentunya pada perkembangan islam yang sebelumnya telah
berkembang di nusantara, akibatnya islam berhadapan dengan kedua bangsa tersebut
baik dalam pertempuran pemikiran dan pertempuran fisik, dengan demikian Islam
mejadi symbol persatuan dan perjuangan bagi bangsa indoensia dalam arti kata islam
dalam pandangan rakyat Indonesia telah menjadi landasan dalam menentang
imprealisme, kapitalisme, dan politik kristenisasi.

Perlawanan ini memakan waktu yang sangat panjang. Akibat imprealisme barat,
kerajaan protestan belanda berhasil menciptakan system pemerintahan tidak langsung –
indirect rule system. Menjadikan pangreh praja dari lurah hingga bupati di pulau jawa,
penghulu disumatra barat, ulue baling di aceh, yang dijadikan pemerintah colonial
belanda dalam menghadapi perlawanan pajuang dari kalangan ulama dan santri.
b. Kemerdekaan Indonesia dan Ummat Islam
Memasuki abat ke-14 H/20 M para ulama dan umat islam mendapatkan berkah dari
Allah yang maha kuasa, yakni berakhirnya penjajahan diindonesia. Perang dunia II,
1939-1945 M dan perang asia timur raya, 1941-1945 M, perang antarnegara imperialis
barat yang tergabung dalam fakta pertahanan sekutu-Alied Forces yang dipimpin oleh
Amerika Serikat, Rusia, Inggris, dan Francis melawan pakta imperialis barat dan timur
yang tergabung pakta pertahanan poros-Axis Pact. Dengan dipimpin Jerman, Italia dan
Jepang.
Deretan pristiwa tersebut berdampak besar bagi bangsa Indonesia sebagai bangsa yang
baru merdeka penjajahan bangsa colonial belanda yang ditandai dengan kapitulasi
kalijati subang, 8 Maret 1942.
Kemudia pada tanggal 14 agustus 1945 disusul terbebasnya bangsa Indonesia dari
jajahan bangsa jepang yang ditandai menyerahnya jepang kepada tentara sekutu
bersalang 2 hari kemudian tepatnya pada hari jum’at tanggal 17 agustus 1945
dibacakanlah proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh presiden soekarno yang
merupakan puncak perjuangan ulama dan santri dan umumnya segenap elemen bangsa
indonesia semenjak tahun 1511 M.
Ada fakta unik yang perlu diketahui masyarakat umum dalam pristiwa hari
kemerdekaan Indonesia ini dimulai dari penetapan tanggal hari kemerdekaan Indonesia
pada dasarnya tidak ditetapkan begitu saja, kita mengetahui bahwa bagi ummat islam
hari kemerdekaan Indonesia jatuh pada bulan suci Ramadhan bulan yang paling
disakralkan ummat Islam, hal ini tidak terlepas dari saran seorang ulama yang bernama
ulama yang berasal dari kota Madiun provinsi Jawa Timur bernama K.H. Abdul Moekti
beliau adalah pimpinan perserikatan Muhammadiyah Madiun, dari K.H. Abdul
Moektilah Bung karno mendapatkan kepastian waktu yang baik untuk pembacaan
Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada hari Jum’at, 9 Ramadhan 1364 H
atau 17 agustus 1945 M. Apabila tidak diproklamasikan pada tanggal tersebut hanya
akan menemui hari yang bahagia itu, 300 tahun yang akan datang.1
Disisi lain tempat atau rumah presiden soekarno membacakan teks Proklamasi
kemerdekaan Indonesia juga turut andil pemberian seorang saudagar blasteraan
Indonesia Arab yang berasal dari yaman yang bernama Faraj Bin Said Bin Awadh
Martak atau di singkat Faraj Martak.2
c. Ulama dalam pandangan para pejuang dan para penjajah
Dalam catatan sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia peran dan kontribusi
ulama dan para santri jika ditelusuri secara mendalam sangat mendominasi baik itu
kontribusi fikiran dan kontribusi fisik dalam mewujutkan cita-cita keadilan dan
kemerdekaan Indonesia, Hal yang serupa juga diungkapkan oleh sejarawan Sartono
Kartodirjo, bahwa pertentangan sosial politik terhadap penguasa kolonial, menurut
laporan pemerintah Belanda sendiri, banyak dipelopori oleh para kyai sebagai pemuka
agama Islam.3
Hal yang serupa juga disampaikan oleh Buya Hamka dalam bukunya Sejarah
Ummat Islam tentang bagaimana peran ulama dalam pandangan bangsa Indonesia,
dimana beliau mengatakan apabila datang seorang ulama dari berbagai negeri, setelah
diketahui bahwa ia benar-benar berilmu, maka akan mendapatkan tempat istimewa dari
bangsa Indonesia dan tidak dipandang apa bangsanya karna waktu itu bukanlah bangsa
1
Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah 2, (Bandung: Salamadani, 2012), hlm. 144
2
Islam, portal (2017). Bu Mega, Rumah Proklamasi jalan pegangsaan timur no 56 Jakarta itu hibah keturunan
Arab” www.portal-Islam.id. diakses tanggal 27-09-2021
3
Sartono Kartodirjo, Pemberontakan Petani Banten 1888, cet. Ke-1 (Depok: komunitas bamboo, 2015), hlm. 3
yang menjadi ukuruan melainkan agama.4
Disisi lain dari pihak kolonialis juga berpendapat mengenai peran keberadaan
ulama ditengah para pejuang kemerdekaan indonesia yakni Thomas Stamfford Raffles
dalam bukunya History of Java beliau menjelaskan peran kelompok ulama yang
strategis ini bukanlah hasil dari voting (pemilihan suara) atau dari pengaruh karisma
raja, tetapi lahir dari perkembangan Islam itu sendiri yang memandang ulama sebagai
kelompok intelektual Islam, tampaknya telah menjadi watak dasar bangsa Indonesia
yang selalu mengangkat kalangan berilmu sebagai pemimpinnya, dan atas hal inilah
beliau telah mengingatkan bila ulama telah bekerja sama dengan penguasa Pribumi,
jangan harap kaki penjajah akan dapat tegak dengan aman di Nusantara Indonesia.5
Dari gambaran para tokoh baik dari pihak Masyarakat Indonesia maupun dari
pihak penjajah sendiri tergambar bagaimana peran penting sosok ulama dalam
pandangan mereka, jika dalam pandangan masyarakat Indonesia khususnya ummat
Islam atau para santri keberadaan para ulama ini adalah sebagai panutan bertindak
dalam kehidupannya termasuk dalam bertindak melawan bangsa penjajah, namun dalam
pandangan kaum penjajah keberadaan ulama ini sangat mengganggu dan
membahayakan kedudukan mereka para penjajah di Indonesia.
d. Ulama dan santri dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
Efek dari penjanjian tordesilas ini bagi Nusantara bertujuan untuk menancapkan
pengaruh bangsa kolonialis penjajah, seperti bangsa portugis dan spanyol yang
kemudian dilanjutkan dengan datangnya bangsa Inggris, bangsa belanda dan yang
terakhir bangsa jepang berdasarkan misi penjajahan yang mereka bawa yakni Misi 3G
(Gold, Glory, Gospel) Gold menandakan penjarahan harta kekayaan suatu bangsa,
Glory menandakan penguasaan wilayah tanah jajahan, Gospel menandakan penyebaran
pengaruh agama Kriten katolik, telah menyeret bangsa Indonesia kedalam jurang
penderitaan dari berbagai sisi kehidupan.

4
Prof.Dr.Buya Hamka, Sejarah Ummat Islam Pra Kenabian Hingga Islam di Nusantara, (Jakarta: Gema Insani,
2017), Hlm. 668
5
Thomas Stampord Raffles, The History of Java (Jakarta: Narasi Press, 1976), h. 77.
Atas dasar tersebut segenap elemen bangsa Indonesia yang terdiri masyarakat
umum, cendikiawan, dan terkhusus ulama dan santri bergerak dan berupaya untuk
membebaskan bangsa Indonesia menuju bangsa yang merdeka dan mandiri, dimana
semenjak kedatangan bangsa portugis pada tahun 1511 sampai berakhirnya pendudukan
bangsa jepang di indenesia pada tahun 1945 yang ditandai dengan pembacaan teks
proklamasi kemerdekaan republic Indonesia oleh presiden Soekarno, perlawanan demi
perlawanan telah dilalui segenap elemen masyarakat nusantara tertama ummat islam.
Secara de fakto ketika negara Republik Indonesia telah berdiri sebagai negara
yang merdeka melalui pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal
17 Agustus 1945 oleh presiden Soekarno, namun Ummat Islam yang terdiri dari para
ulama dan santri umumnya rakyat Indonesia masih dalam situasi perjuangan atau secara
umum perjuangan ummat Islam dan rakyat masih belum berakhir, hal ini di tandai
sekutu Inggris dan kolonial Belanda bernama NICA (Netherlands Indies Civil
Administration) pada tanggal 29 september 1945 mendaratkan pasukannya di beberapa
titik wilayah Indonesia seperti Jakarta, Semarang dan Surabaya, serta Sumatra.
Menghadapi situasi yang mendesak ini para ulama mengambil tindakan untuk
mengomandoi para santri dan rakyat Indonesia untuk membendung dan melawan agresi
militer bangsa kolonial Inggris dan pasukan NICA untuk mempertahankan keutuhan
kemerdekaan Indonesia.
Dilain sisi menanggapi situasi kritis ini Pemerintah republik Indonesia masih
dianggap belum melakukan tindakan yang semestinya dalam menghadapi agresi
pasukan sekutu Inggris dan Belanda, oleh karena itu Presiden Soekarno pada tanggal 17
september 1945 melakukan permohonan untuk meminta fatwa hukum kepada para
ulama perihal pendudukan tentara sekutu Inggris dan tentara NICA diwilayah surabaya,
pada masa itu beliau menghadap pimpinan Nahldatul ulama KH. Hasyim Ash’ari karena
meningingat Nahdatul Ulama adalah organisasi Islam terbesar di Indonesia pada saat
itu.6

6
Liputan6.com (2017) “Resolusi-Jihad-Kiai-Hasyim-Asyari-Dibalik-Peristiwa-10-November”
www.liputan6.com diakses tanggal 30-09-2021
Hal yang sama juga dilakukan oleh Mayor Jendral TKR Mustopo, sebagai
komandan sektor perlawanan Surabaya bersama rekan-rekannya yang lain seperti
sungkono, Bung Tomo, dan tokoh-tokoh Tawa timur lainnya menghadap KH Hasyim
Asy’ari. Inti dari pertemuan pejabat pemerintahan Republik Indonesia ini hampir sama
yakni meminta fatwa untuk menggerakkan santri dan umumnya ummat Islam di wilayah
jawa dan sekitarnya dalam membendung dan melawan agresi pasukan sekutu Inggris
dan pasukan NICA yang dipimpin oleh Brigjen Mallaby di Surabaya.
Atas dasar pertemuan yang dilakukan pejabat pemerintahan Republik Indonesia
dengan para alim ulama untuk meminta pentunjuk para ulama dalam upaya menghadapi
pendudukan kolonialisme penjajah wilayah Indonesia, hal ini tentu telah mempertegas
bahwa keberadaan ulama memang sangat Urgent bagi pemerintah Republik Indonesia
untuk memperkuat self confidence atau keyakinan diri pemerintah Indonesia dalam
proses menyusun strategi perlawanan bangsa Indonesia terhadap Kolonialisme penjajah
yang sedang menduduk wilayah Indonesia.
Dalam teori perang Carl von Clusewitz, on War bahwa perang melahirkan tanpa
ada kepastian dan tidak mudah diduga – not easlily detectable, menjadikan setiap orang
dihinggapi feeling of fear – rasa takut. Timbullah upaya memperkuat self confidence-
keyakinan dirinya atau moral staminanya. Uapaya ini terutama dilakukan oleh para
komandan perang karena kemenangan –victory, salah satu faktor penentunya, sangat
bergantung pada karakter dan bakat dari victorious commander- komandan perang.7
E. Pengaruh Resolusi Jihad dalam pertempuran 10 November 1945.

7
Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah 2, (Bandung: Salamadani, 2012), hlm. 144

Anda mungkin juga menyukai