Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM FARGMAKOGNOSI TANAMNA

HERBAL KABUPATEN JOMBANG

Disusun oleh:

1. Akhris faidatus solikhah 10120016


2. Amanda prastiwi dwi anggraini 10120020

Kelas: A

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA

KEDIRI

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati yaitu sekitar 40.000 jenis tumbuhan,
1.300 diantaranya merupakan tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional
atau obat herbal (Muktiningsih et al., 2015). Dukungan masyarakat Indonesia yang
memiliki beragam pengetahuan tradisional dalam memanfaatkan tumbuhan dinilai
mampu memberikan manfaat penyembuhan atau pengobatan berbagai jenis penyakit.
Pengetahuan ini diwarikan secara turun temurun yang disesuaikan dengan kondisi dan
lingkungan masyarakat (Muktiningsih et al, 2015). Sebagian besar wilayah Kabupaten
Jombang merupakan dataran rendah, yakni 90% wilayahnya berada pada ketinggian
kurang dari 500 meter dpl. penggunaan tanah di Kabupaten Jombang (2003) terbanyak
digunakan untuk area persawahan (42%), diikuti dengan permukiman (19%), hutan
(18%), tegal (12%), dan lainnya. Sebagian besar sawah (82%) merupakan irigasi teknis,
dan sebagian (10%) merupakan sawah tadah hujan. Iklim Kabupaten Jombang termasuk
iklim tropis. Cocok dijadikan tempat untuk bercocok tanam. Secara alami jahe, kencur,
dan kunyit tumbuh di seluruh daerah tropika basah. Oleh karena itu jenis tanaman ini
tumbuh baik hampir di seluruh wilayah Indonesia. Sentra produksi tanaman jahe di
Indonesia adalah di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
Tanaman obat merupakan tanaman yang sangat popular yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku obat tradisional dan jamu, yang bila dikonsumsi akan meningkatkan
kekebalan tubuh (immune system) dan menyembuhkan penyakit tertentu. Kementerian
Pertanian dalam hal ini Direktorat Jenderal Hortikultura sebagai institusi pemerintah yang
menangani produksi tanaman obat menyatakan bahwa yang dimaksud tanaman obat
adalah tanaman yang bermanfaat untuk obat-obatan, kosmetik dan Kesehatan, yang
dikonsumsi atau digunakan dari bagian-bagian tanaman seperti daun, batang, buah, umbi
(rimpang) ataupun akar (Dirjen Hortikultura, 2016). Tanaman merupakan salah satu
klasifikasi dari makhluk hidup dengan segudang bahan kimia yang bermanfaat, salah
satunya sebagai obat dari berbagai macam penyakit yang sering muncul di masyarakat.
Tanaman darat banyak menghasilkan molekul-molekul berupa senyawa metabolit
sekunder. Senyawa metabolit sekunder terdiri atas alkaloid, terpen, tanin, dan fenolik
seperti flavonoid. Berbagai alkaloid, terpen dan tanin mempunyai rasa pahit, bau yang
kuat, serta memiliki efek racun sebagai pertahanan diri melawan herbivor dan parasit.
Senyawa flavonoid mampu menyerap radiasi UV yang berbahaya, beberapa senyawa
fenolik lain mencegah serangan patogen. Kandungan tersebut dapat pula dimanfaatkan
oleh manusia di kehidupan sehari-harinya sebagai tanaman berkhasiat obat
Namun, ironisnya, ternyata masih banyak masyarakat yang kurang memiliki
pengetahuan tentang tanaman obat. Faktanya, dibandingkan dengan obat-obatan kimia
yang beredar di pasaran, obat alami (herbal) yang berasal dari tanaman mempunyai efek
samping yang minimal dan juga biaya untuk pembuatannya juga sangat terjangkau,
karena menggunakan bahan-bahan yang tersedia dirumah. Seperti halnya di desa tempat
saya tinggal, tidak banyak yang mengetahui tentang obat tradisional (herbal) terutama
remaja dan dewasa muda. Mungkin hal itu disebabkan karena sebagian besar sesepuh
(orang yang berusia lanjut seperti mbah, buyut, dll) sudah meninggal, dan tidak banyak
keluarga yang masih melanjutkan tradisi menggunakan obat herbal dirumahnya.
Kalaupun di beberapa keluarga masih mempertahankan tradisi tersebut, kebanyakan
mereka juga tidak mengetahui kandungan dalam tanaman obat tersebut (Murni, et al.
2015)
Pengetahuan tentang tanaman obat dan pengembangannya yang bersumber dari hutan
dan pekarangan seharusnya mendapat perhatian besar. Untuk menunjang kelestarian
lingkungan hidup dan menjaga agar tumbuhan obat tetap ada maka perlu dikembangkan
kegiatan budidaya tumbuhan obat (Abdi, Murdiono, & Sitompul, 2015). Obat tradisional
sangat besar peranannya dalam pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia, maka dari
itu obat tradisional berpotensi untuk dikembangkan. Indonesia memiliki banyak tanaman
obat-obatan karena Indonesia memiliki keanekaragaman hayati terbesar kedua setelah
Negara Brazil. Meskipun banyak tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan obat
tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat Indonesia (Notoatmodjo,
2007).
Berdasarkan beberapa alasan diatas, kami tertarik untuk membuat makalah tentang
pemanfaatan tanaman jahe, kunyit, kencur, dan daun sirsak sebagai tanaman obat. Dalam
makalah ini akan kami kupas tuntas tentang kandungan, khasiat, serta cara pembuatannya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Kandungan apakah yang terdapat pada tanaman jahe, kunyit, kencur, dan daun sirsak
sehingga dapat berkhasiat sebagai tanaman obat, serta bagaimana cara pembuatannya?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan umum
Memberikan informasi dan pengetahuan tradisional kepada masyarakat
tentang khasiat tanaman jahe, kunyit, kencur dan daun sirsak sebagai obat serta
cara pembuatannya.
1.3.2 Tujuan khusus
Memberikan informasi dan pengetahuan tradisional kepada masyarakat
tentang kandungan dari masing-masing tanaman jahe, kunyit, kencur dan daun
sirsak sebagai obat.

1.4 MANFAAT
Memperluas cara berpikir masyarakat dengan memberikan informasi dan pengetahuan
baru, terutama kepada masyarakat yang belum mengetahui tentang khasiat dari tanaman
obat yang ada disekitar lingkungan rumah, seperti tanaman jahe, kunyit, kencur dan daun
sirsak.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ETNOFARMAKOGNOSI

2.1.1 Jahe Merah (Zingiber officinale var. rubrum)

Klasifikasi Tanaman Jahe Merah

Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Klas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Species : Zingiber officinale
(Suharso, 2015)

Morfologi Jahe Merah

Jahe merah (Zingiber officinale var. rubrum) merupakan tanaman berbatang


semu,tinggi 30 cm sampai dengan 1 m, tegak, tidak bercabang, tersusun
ataslembaran pelepah daun, berbentuk bulat, berwarna hijau pucat dan
warnapangkal batang kemerahan. Akar jahe berbentuk bulat, ramping,
berserat,berwarna putih sampai coklat terang.Tanaman ini berbunga majemuk
berupamalai muncul di permukaan tanah, berbentuk tongkat atau bulat telur yang
sempit, dan sangat tajam (Wardana,2002). Jahe merah memiliki rimpang kecil,
ramping, kurang mengandung air, berwarna merah atau jingga, dan rasanya pedas.
Jahe ini juga dikenal dengan sebutan jahe sunti.Kadar minyak atsiri pada jahe
pedas di atas 3 ml tiap 100 gram rimpang.Jahe ini merupakan bahan penting dalam
industri jamu tradisional. Umumnya dipasarkan dalam bentuk rimpang segar dan
jahe kering. Batang semu jahe merah berbentuk bulat kecil, berwarna hijau
kemerahan, dan agak keras karena diselubungi oleh pelepah daun. Tinggi tanaman
mencapai 34,18 – 62,28 cm (Lantera, 2002). Daun tersusun berselang-seling secara
teratur dan memiliki warna yang lebih hijau (gelap) dibandingkan dengan kedua
tipe lainnya.Permukaan daun bagian atas berwarna hijau muda dibandingkan
dengan bagian bawahnya.Rimpang jahe ini berwarna merah hingga jingga muda.
Aromanya tajam dan rasanya sangat pedas.
Gambar 2. 1 Tanaman jahe merah

Kandungan Kimia & Khasiat Jahe Merah

Jahe merah mengandung pati, minyak atsiri, serat, sejumlah kecil protein,
vitamin, mineral dan enzim proteolitik yang disebut zingibain. Aktivitas rimpang
jahe sebagai tanaman obat berkaitan dengan metabolit sekunder yang terkandung
didalamnya seperti oleoresin (3-5%), minyak atsiri (1-3%), lipid, pati, vitamin dan
zat mineral (Wardana,2002). Jahe merah lebih banyak digunakan sebagai obat
karena kandungan minyak atsiri dan oleoresinnya paling tinggi, sehingga lebih
ampuh menyembuhkan berbagai macam jenis penyakit. Kandungan minyak atsiri
jahe merah berkisar antara 2,58 – 3,72% (bobot kering), jahe emprit 1,5 – 3,3%
sedangkan jahe gajah 0,82 – 1,68% dan kandungan oleoresin jahe merah juga lebih
tinggi dibandingkan jahe lainnya, yaitu 3% dari bobot kering (Saptiwi dkk, 2018).
Secara umum, jahe memiliki kandungan zat gizi dan senyawa kimia aktif yang
berfungsi preventif dan kuratif. Dari segi nutrisi, jahe mengandung kalori,
karbohidrat, serat, protein, sodium, besi, potasium, magnesium, fosfor, zeng,
folat, vitamin C, vitamin B6, vitamin A, riboflavin dan niacin. Beberapa
senyawa kimia aktif dalam rimpang jahe yang berefek farmakologis terhadap
kesehatan, antara lain: minyak atsiri dengan kandungan zat aktif zingiberin,
kamfena, lemonin, borneol, shogaol, sineol, fellandren, zingiberol, gingerol, dan
zingeron. Sebagai bahan obat tradisional, jahe memiliki khasiat untuk
mencegah dan mengobati berbagai penyakit, seperti: batuk, kepala pusing,
rematik, sakit pinggang, masuk angin, bronchitis, nyeri lambung, nyeri otot,
vertigo, osteoarthritis (Aryanta, 2019).
Cara pembuatan

1. Rematik.

Diambil 3 rimpang jahe sebesar ibu jari dan 2 buah asam jawa yang sudah masak.
Jahe dicuci, diparut dan dicampur dengan asam jawa sampai merata. Ramuan
dioleskan pada pinggang yang sedang sakit (Aryanta, 2019).

2. Sakit kepala

Diambil 3 rimpang jahe sebesar ibu jari, dicuci bersih, dibakar, dan dimemarkan.
Diseduh dengan 1 gelas air dan ditambahkan sedikit madu atau gula aren, lalu
diminum (Aryanta, 2019).

3. Masuk Angin.

Diambil 3 rimpang jahe sebesar ibu jari dan dimemarkan, lalu dimasukkan ke
dalam 2 gelas air bersih dan diberi sedikit gula aren. Dididihkan selama 15 menit
hingga airnya tinggal separuh, lalu disaring. Ramuan diminum ketika masih hangat
2 kali sehari (Aryanta, 2019).

4. Batuk

Dimbil sekitar 2 rimpang jahe sebesar ibu jari. Iris tipi-tipis lalu rebus dalam air
hingga mendidih selama beberapa menit. Saring larutan jahe ini untuk
mendapatkan sarinya dan masukkan teh ke dalamnya. Minumlah
teh jahe untuk obat batuk ini selagi hangat (Aryanta, 2019).

2.1.2. Tanaman Kencur (Kaempferia Galanga L.)

Klasifikasi Tanaman Kencur (Kaempferia Galanga L.)

Kingdom : Plantae
Sub Kingdom: Phanerogamae
Division : Spermatophyta
Sub Division: Angiospermae
Class : Monocotyledonae
Order : Scitaminales
Family : Zingiberaceae
Genus : Kaempferia
Species : Kaemferia galangal
(Shetu et al, 2018)

Morfologi Kencur (Kaempferia Galanga L.)

Kencur (Kaempferia Galanga L.) memiliki batang berbentuk basal yang memiliki
ukuran kurang lebih 20 cm yang tumbuh dalam rumpun. Kemudian kencur
memiliki daun berwarna hijau berbentuk tunggal yang pinggir daunnya berwarna
merah kecoklatan. Bentuk dari daun kencur menjorong ada yang menjorong lebar
dan ada juga yang berbentuk bundar, untuk ukurannya daun kencur memiliki
panjang 7-15 cm, lebar 2-8 cm, dengan ujung daun runcing pangkai berkeluk dan
tepi daun rata. Untuk permukaan daun bagian atas tidak mempunyai bulu tetapi
pada bagian bawah memiliki bulu yang halus. Kemudian untuk tangkai daun
sedikit pendekmemiliki ukuran berkisar antara 3-10 cm yang terbenam didalam
tanah, mempunyai panjang berkisar 2-4 cm yang memiliki warna putih. Jumlah
daun pada kencur tidak lebih dari 2-3 lembar dengan susunan yang saling
berhadapan (Haryudin, 2016).

Kencur mempunyai Bungan yang tunggak yang berbentuk seperti terompet


dengan panjang bunga 3-5 cm. Kencur mempunyai benang sari berwarna kuning
yang memiliki panjang 4 mm, untuk putik kencur memiliki warna putih agak
keunguan. Kemudian untuk bunganya tersusun setengah duduk dengan jumlah
mahkota bunga 4-12 buah dengan warna yang dominan yaitu warna putih. Kencur
memiliki perbedaan dengan family yang lainnya pada bagian daun yang menjalar
dipermukaan tanah, dengan batang kencur yang pendek dan serabut akar yang
memiliki warna coklat agak kekuningan. Adapun untuk rimpangnya memiliki
ukuran yang pendek berbentuk seperti jari yang tumpul dengan warna coklat lalu
pada bagian kulit rimpang kemcur memiliki warna coklat yang mengkilat, dengan
bau khas yang dikeluarkan oleh rimpang kencur. Kemudian pada bagian dalam
kencur memiliki warna putih dengan tekstur seperti daging yang tidak berserat
(Ibrahim, 1999).
Gambar 2.2 Tanaman Kencur

Kandungan Kimia & Khasiat Kencur (Kaempferia Galanga L.)

Obat Herbal seperti kencur memiliki manfaat yang apabila dicampurkan dengan
bahan lain seperti minyak kelapa yang dapat meredekan kaki yang keseleo. Kencur
sendiri apabila sudah diolah menjadi minuman seperti beras kencur dapat
meningkatkan daya tahan tubuh, mencegah dan menghilangkan masuk angina hal
ini dikarenakan didalam kencur terdapat beberapa senyawa seperti minyak atsiri,
saponin, flavonoid, triterpenoid, polifenol, dan essensial oils (Ethyl-trans-p-
methoxy cinnamate dan trans-ethyl cinnamate) yang diketahui memiliki banyak
manfaat (Setyawan 2012). Kandungan senyawa lainnya yang terdapat didalam
rimpang kencur adalah Etil parametoksisinamat (EPMS) senyawa ini merupakan
senyawa yang paling besar atau yang paling banyak jumlahnya yang ada didalam
rimpang kencur, Senyawa Etil parametoksinamat sering dipakai sebagai bahan
penelitian karena memiliki manfaat sebagai salah satu bahan dasar sediaan
kosmetik yaitu tabir surya (pelindung kulit dari sengatan sinar matahari) selain itu
juga terdapat beberapa penelitian yang menyatakan bahwa kencur memiliki
aktivitas sebagai obat asma, anti jamur dan antibakteri (Haryudin, 2016). Secara
etnobotani Kaempferia galanga digunakan sebagai obat diare, malnutrisi, rematik,
sakit maag, (Silalahi et al., 2015b), batuk, asma, gangguan saluran pencernaan,
demam, ramuan untuk meningkatkan stamina.

Cara pembuatan

1. Obat Batuk
- Haluskan beberapa siung kencur dan jahe, lalu larutkan dalam air hangat
lalu saring untuk mendapatkan sari perasannya.
- Untuk memperoleh sari perasan jahe dan kencur, Anda juga bisa merebus
kencur dan jahe bersaman di air sampai mendidih.
- Setelah itu, campurkan sari perasan kencur dan jahe dengan madu. Aduk
larutan tersebut hingga merata dan minum.

2. Meningkatkan Stamina Tubuh

- Pertama-tama, cuci dulu beras Lalu rendam beras tersebut selama 1 jam dan
kemudian sisihkan.
- Kedua, siapkan air ke dalam panci untuk nantinya merebus
- Ketiga, rebus asam jawa, gula pasir, gula merah, dan jahe sebagai ke dalam
air hingga mendidih.
- Setelah itu, tunggu agar yang direbus tadi hingga agak dingin dan saring
airnya. Lalu, sisihkan.
- Kemudian, cuci kencur dengan air bersih dan kupas kulitnya lalu potong-
potong.
- Lalu, tiriskan air rendaman beras tadi.
- Setelah itu, masukkan beras, kencur, dan air rebusan gula tadi ke dalam
blender dan blender hingga halus.
- Selanjutnya, saring jamu beras kencur dan peras ampas hasil blenderan tadi
hingga benar-benar kering.

2.1.3. Tanaman Kunyit (Curcuma longa L)

Klasifikasi Kunyit (Curcuma longa L)

Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma domestica Val. atau Curcuma longa L
(Larasati et al, 2018)

Morfologi Kunyit (Curcuma longa L)


Kunyit merupakan tanaman yang tergolong dalam kelompok jahe-jahean
dengan warna yang khas yaitu kuning. Tanaman ini berbatang basah dengan batang
berwarna hijau atau keunguan, tinggi batangnya sampai 0,75 m, berdaun 4 sampai
8 helai dan berbentuk lonjong, bunga majemuk berwarna merah atau merah muda.
Bunga kunyit berwarna cokelat dan di tengahnya berwarna kemerah-merahan dan
kuning. Kunyit menghasilkan umbi utama berbentuk rimpang berwarna kuning tua
atau jingga terang. Keseluruhan rimpang membentuk rumpun yang rapat, berwarna
oranye dan tunas mudanya berwarna putih. Akar serabut kunyit berwarna cokelat
muda. Bagian tanaman yang digunakan adalah rimpang atau akarnya (Larasati et
al, 2018).

Gambar 2.3 Tanaman Kunyit

Kandungan Kimia Kunyit & Khasiat (Curcuma longa L)

Kunyit mengandung minyak atsiri, pati, serat, protein (6,3%), lemak (5,1%),
mineral (3,5%), karbohidrat (69,4%), dan moisture (13,1%). Terdapat minyak
esensial (5,8%) yang diperoleh melalui distilasi uap dari rhizome/rimpang tanaman
kunyit yang mengandung phellandrene (1%), sabinene (0.6%), cineol (1%),
borneol (0.5%), zingiberene (25%) dan sesquiterpenes (53%). Curcumin
(diferuloylmethane) (3– 4%) membuat warna rhizoma kunyit menjadi kuning dan
terdiri dari curcumin I (94%), curcumin II (6%) dan curcumin III (0.3%). Derivat
dari curcumin berupa demethoxy, bisdemethoxy, dan curcumenol juga diperoleh
melalui distilasi uap rhizomanya. Kurkumin memiliki efek antioksidan,
antikarsinogenik, antiangiogenik, analgesik, antiplatelet, dan antimikroba, sehingga
dapat digunakan sebagai terapi beberapa penyakit seperti osteoarthritis, hepatitis,
dislipedimia, diabetes, obesitas, aterosklerosis, dan sindrom metabolic (Aziz,
2019).. Kurkumin juga dapat menghambat aktivitas COX-2. Sehingga ketika
terjadi penghambatan COX-2 maka pembentukan prostaglandin akan terhambat,
sehinggal akan terjadi penurunan suhu tubuh pada keadaan demam (Fahryl &
Carolina, 2019).

Ada banyak data dan literatur yang membuktikan bahwa rimpang kunyit
berpotensi besar dalam aktifitas farmakologi yaitu sebagai anti inflamasi, anti
imunodefisiensi, anti virus, anti bakteri, anti jamur, anti oksidan, anti karsinogenik,
dan anti infeksi (Fahryl & carolina, 2019)

Cara pembuatan

1. Ramuan jamu kunyit asam yang merupakan campuran kunyit dan asam jawa
(Tamarin-dus Indica L.) serta gula merah dapat digunakan untuk
menghilangkan rasa sakit saat menstruasi, rasa pegal-pegal, dan nyeri pada
persendian.
2. Rebusan rimpang yang ditambah gula dan susu dapat mengobati sakit kuning.
3. Rimpang yang diiris-iris kemudian dicampur dengan gambir lalu diseduh
dengan air mendidih dapat digunakan sebagai obat kumur dan atau
pembengkakan gusi.
4. Rimpang kunyit yang digiling halus dapat digunakan untuk mengobati bengkak
dan rematik.
(Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. 2013)

2.1.4. Tanaman sirsak (Annona muricata Linn)

Klasifikasi Tanaman Sirsak (Annona muricata Linn)

Divisi : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Ordo : Dicotyldonae
Classis : Ranunculales
Familia : Annonaceae
Genus : Annona
Species : Annona muricata Linn.

(Widyaningrum, 2012)

Morfologi sirsak (Annona muricata Linn)

Sirsak merupakan pohon yang tinggi mencapai 3 – 8 meter. Tanaman sirsak


termasuk tanaman tahunan yang dapat tumbuh dan berbuah sepanjang tahun,
apabila air tanah mencukupi selama pertumbuhannya. Di Indonesia tanaman sirsak
menyebar dan tumbuh baik mulai dari daratan rendah beriklim kering sampai
daerah basah dengan ketinggian 1.000 meter dari permukaan laut. Daun sirsak
berwarna hijau muda sampai hijau tua memiliki panjang 6-18 cm, lebar 3-7 cm,
bertekstur kasar, berbentuk bulat telur, ujungnya lancip pendek, daun bagian atas
mengkilap hijau dan gundul pucat kusam di bagian bawah daun, berbentuk lateral
saraf. Daun sirsak memiliki bau tajam menyengat dengan tangkai daun pendek
sekitar 3-10 mm. Daun yang berkualitas adalah daun sirsak dengan kandungan
antioksidan yang tinggi terdapat pada daun yang tumbuh pada urutan ke-3 sampai
urutan ke-5 dari pangkal batang daun dan dipetik pukul 5-6 pagi (Zuhud, 2011).

Kandungan Kimia & Khasiat Daun sirsak (Annona muricata Linn)

Daun sirsak memiliki kandungan senyawa steroid/terpenoid, flavonoid, kumarin,


alkaloid, dan tannin (Susanti, 2011). Kandungan daun sirsak yang lain kalsium,
fosfor, karbohidrat , vitamin A, vitamin B, vitamin C, fitosterol, kalsium oksalat,
alkaloid murisine (Utami & Desi 2013), annomuricine dan muricapentocin yang
memiliki efek antibakteri. Daun sirsak (Annona muricata) merupakan bagian yang
paling berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit salah satunya adalah penyakit
gout, menurunkan kadar gula darah yang berlebih (Lina, 2012) serta
menyembuhkan jerawat. Karena berdasarkan penelitian apriliana & syafira tahun
2016 ekstrak daun sirsak efektif dalam menghambat bakteri
propionibacteriumacne penyebba jerawat.

Cara pembuatan

1. Rebus 10 lembar daun sirsak dengan tiga gelas air sampai mendidih
2. Tunggu sampai air rebusan daun sirsak tersisa 1/3
3. Dinginkan lalu minum sampai habis
4. Rebusan daun sirsak tersebut bisa diminum setiap pagi agar cepat menurunkan
kadar asam urat dan gula darah bagi penderita Diabetes Melitus.
5. Selain mengonsumsi air rebusan daun sirsak, sebaiknya menghindari konsumsi
makanan tinggi purin agar asam urat segera mereda serta membatasi konsumsi
gula berlebih.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.I. Waktu dan Tempat Pengambilan Data

Penelitian dilakukan pada tanggal 26 januari 2022 di dusun Tambakrejo, Desa


Jombatan, Kecamatan Kesamben, kabupaten Jombang dan Dusun Klampisan Desa Tejo
Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang.

3.2. Metode Pengambilan Data

Teknik pengambilan data dilakukan dengan membagikan link googleform untuk


pengisian kuisioner melalui platform whatsapp kepada masyarakat di dusun Tambakrejo,
Desa Jombatan, Kecamatan Kesamben, kabupaten Jombang. Pemilihan responden saya
lakukan secara acak (random) dari kontak nomor yang ada di handphone.

3.3 Penelusuran Tanaman

Tidak banyak rumah di dusun tempat saya tinggal yang masih mempunyai tanaman
obat dipekarangan rumah seperti tanaman tanaman jahe merah, kunyit, kencur, dan daun
sirsak. Kalaupun ada, jumlahnya sangat sedikir. Karena mayoritas lebih memilih
membeli di pasar.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Kuisioner

4.2. Table Kandungan Senyawa dalam Tanaman Serta Khasiatnya

No Tanaman Kandungan Fungsi Khasiat


kandungan
1. Jahe Merah (Zingiber zingiberin, kamfena, Antiinflamsi, batuk, kepala
officinale var. lemonin, borneol, antioksidan, pusing, rematik,
rubrum) shogaol, sineol, analgesik dan sakit pinggang,
fellandren, zingiberol, antikarsinogenik masuk angin,
gingerol, zingeron, bronchitis, nyeri
Minyak atsiri, lambung, nyeri
oleoresin, kalori, otot, vertigo,
karbohidrat, serat, osteoarthritis
protein, sodium, besi,
potasium, magnesium,
fosfor, zeng, folat,
vitamin C, vitamin
B6, vitamin A,
riboflavin dan niacin.
2. Kencur (Kaempferia minyak atsiri, saponin, Antiinflamasi, Asma, obat
Galanga L.) flavonoid, triterpenoid, antibakteri, diare,
polifenol, dan essensial antijamur malnutrisi,
oils (Ethyl-trans-p- rematik, sakit
methoxy cinnamate, maag, batuk,
trans-ethyl cinnamate) asma, gangguan
dan Etil saluran
parametoksisinamat pencernaan,
demam, ramuan
untuk
meningkatkan
stamina
3. Kunyit (Curcuma minyak atsiri, pati, anti inflamasi, osteoarthritis,
longa L) serat, protein, lemak, anti hepatitis,

mineral, karbohidrat, imunodefisiensi, dislipedimia,

minyak esensial seperti anti virus, anti diabetes,


phellandrene, sabinene, bakteri, anti obesitas,

cineol, borneol, jamur, anti aterosklerosis,

zingiberene, kurkumin, oksidan, anti dan sindrom

dan sesquiterpenes karsinogenik, metabolic


dan anti infeksi
4. Daun sirsak (Annona steroid/terpenoid, Efek antibakteri, Mengatasi
muricata Linn) flavonoid, kumarin, antiinflamasi, penyakit Gout
alkaloid, dan tannin, Arthritis,
fitosterol, kalsium menurunkan
oksalat, alkaloid kadar gula
murisine, annomuricine darah
dan muricapentocin
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Bersumber dari berbagai litaratur jurnal penelitian, tanaman jahe merah,


kunyit,kencur, dan daun sirsak termsuk dalam golongan tanaman obat karena kandungan
senyawa kimia aktif didalamnya memiliki khasiat untuk mencegah dan mengobati
berbagai penyakit tertentu.

5.2 SARAN
5.2.1 Bagi Penulis
Perlu membaca lebih banyak studi literatur dari jurnal Kesehatan atau jurnal
penelitian ilmiah terkait inovasi ilmu pengobatan tradisional untuk kesempurnaan
makalah.
5.2.2 Bagi Pembaca
Karena ilmu pengobatan selalu berkembang, maka pembaca diharapkan
mengupgrade ilmu pengetahuan dan wawasan melalui publikasi jurnal=jurnal
ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA

Muktiningsih, S. ., Muhammad, H. S., Harsana, I. ., Budhi, M., & Panjaitan, P. (2015).


Review Tanaman Obat Yang Digunakan Oleh Pengobat Tradisioal Di Sumatera Utara,
Sumatera Selatan, Bali Dan Sulawesi Selatan. Media Litbang Kesehatan, XI(4), 25–36.

Direktorat Jenderal Hortikultural. 2016. Laporan Kinerja & Khasiat Tanaman Obat. Jurnal
publishing.

Abdi, M. A., Murdiono, W. E., & Sitompul, S. M. (2015). Kajian Etnobotani Tumbuhan Obat
Pembuat Jamu di Kecamatan Wringin Kabupaten Bondowoso. Jurnal Produksi
Tanaman, Vol.10 (10), 1-7.

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Murni, Pinta, Muswita, Harlis, Upik Yelianti, And Winda Dwi Kartika. 2015. Lokakarya
Pembuatan Herbarium Untuk Pengembangan Media Pembelajaran Biologi Di Man
Cendikia Muaro Jambi‘, Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, 30.2.

Wardana. 2002. Budi Daya Secara Organik Tanaman Obat Rimpang. Penebar Swadaya.
Jakarta. 127 hal.

Lentera, T. 2002. Khasiat dan Manfaat Jahe Merah: Si Rimpang Ajaib. Jakarta : AgroMedia
Pustaka.

Saptiwi, B. Sunarjo, L. dan Rahmawati, H . 2018. Perasan Jahe Merah (Zingiber officinale
var. rubrum) Terhadap Daya Hambat Bakteri Aggregatibacter
Actinomycetemcomitans. Jurnal Riset Kesehatan, 7 (2): 61 – 65.

Aryanta, I.W.R. 2019. Manfaat Jahe Untuk Kesehatan. E-Jurnal Widya Kesehatan,Volume 1,
Nomor ;2 Program Studi Ayurweda, Fakultas Kesehatan.Universitas Hindu Indonesia

Setyawan, E,. Putratama, P., (2012) Optimasi Yield Etil P -Metoksisinamat pada Ekstrak Oleoresin
kencur (Kaemferia galangal) Menggunakan pelarut etanol. Jurnal Bahan Alam Terbarukan, 1.

Haryudin, W., & Rostiana, O. (2016). Karakteristik Morfologi Bunga Kencur (Kaempferia galanga L.).
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, 19(2), 109-116.
Ibrahim H. (1999) Kaempferia galanga L. Medicinal and poisonous plants. Plant Resources of South -
East Asia.; 12(1): 334 -335.

Silalahi, M. 2019. Kencur (Kaempferia Galanga) dan Bioaktivitasnya. Jurnal Pendidikan


Informatika dan Sains. Vol.8.No.1.

Suharso. 2015. Pengaruh Macam Kosentrasi Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Dan Macam
Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Bibit Jahe Merah (Zingiber officinale
var.rubrum). Saintis. 7(2): 137-138

Larasati, E. et al. 2018. Karakterisasi Morfologi Dan Anatomi Kunyit (Curcuma Domestica)
Berdasarkan Perbedaan Ketinggian Tempat Sebagai Booklet Untuk Mata Kuliah
Morfologi Dan Anatomi Tumbuhan. Jurnal Pendidikan Biologi.

Fahryl, N., & Carolia, N. 2019. Kunyit (Curcuma domestica Val) sebagai Terapi Artritis
Gout. Jurnal Majority, 8(1), 251- 255.

Aziz, A. 2019. Kunyit (Curcuma domestica Val) Sebagai Obat Antipiretik. Jurnal Ilmu
Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 2,

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. 2013. Khasiat Kunyit Sebagai Obat
Tradisional dan Manfaat Lainnya. Vol. 19. No. 2. Hal: 7.

Widyaningrum, Herlina. 2012. Sirsak Si Buah Ajaib 10.000x Lebih Hebat dari Kemoterapi. Yogyakarta:
MedPress.

Utami, Prapty & Desty Ervira P. 2013. The Miracle of Herbs. Jakarta: PT Argomedia
Pustaka.

Lina,J. 2012. Ramuan dan khasiat sirsak. Jakarta: Penebar Swadaya.

Zuhud, E. (2011). Bukti Kedahsyatan: Sirsak Menumpas Kanker. AgroMedia

Susanti, T. 2011. Daun Sirsak Vs Kemoterapi (Ribuan Kali Lebih Kuat). Trubus 494-Januari /
XLII. Hal: 15

Apriliana, E. & Syafira, A.U. 2016. Ekstraksi Daun Sirsak (Annona muricata) sebagai
Antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acnes. Jurnal
fakultas kedokteran, Vol.5. No.1.

Anda mungkin juga menyukai