Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ALIRAN QODARIYAH

Dosen Pengampu: Halimatuzzahro, Lc., M. Ag

Disusun Oleh:

Yulia Aprianti

200305050

3/B

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI MATARAM

2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Aliran Qodariyah"
ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Tauhid dan Ilmu Kalam yang di ampu oleh ibu Halimatuzzahro, Lc., M. Ag.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai
pengertian Qodariyah, Sejarah munculnya, tokoh-tokoh yang menyebarkan aliran
Qodariyah, doktrin atau pemikiran aliran Qodariyah serta dalil-dalil Al-Qur'an yang
menguatkan aliran ini

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Halimatuzzahro, Lc., M. Ag selaku dosen
mata kuliah Tauhid dan Ilmu Kalam, di jurusan Manajemen Dakwah yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya mengambil beberapa referensi dari buku
dan jurnal.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Mataram, 28 Oktober 2021

Yulia Aprianti
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN QODARIYAH
B. SEJARAH MUNCULNYA ALIRAN QODARIYAH
C. TOKOH-TOKOH INSTITUSI ALIRAN QODARIYAH
D. DOKTRIN ALIRAN QODARIYAH

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam dunia Islam seiring perkembangannya dan perluasan pengaruhnya ke
pelosok seluruh negeri. Tentunya menimbulkan banyak pemahaman baru dan
golongan aliran-aliran baru yang mempunyai pandangan mengenai kajian
tentang ilmu. Dari segi ilmu kalam, banyak muncul golongan atau aliran yang
berbeda dari segi pemahaman terkait qadho’ dan qadar manusia. Ada yang
menganggap perilaku manusia merupakan kehendak Tuhan secara mutlak,
namun juga ada yang beranggapan adanya kasb manusia dibalik itu semua.
Munculnya berbagai kelompok teologi dalam Islam tidak terlepas dari faktor
historis yang menjadi landasan kajian. Bermula ketika Nabi Muhammad saw
wafat, riak-riak perpecahan di antara kaum Muslim timbul kepermukaan.
Perbedaan pendapat dikalangan sahabat tentang siapa pengganti pemimpin
setelah Rasul, memicu pertikaian yang tidak bisa dihindari. Semua terbungkus
dalam isu-isu yang bernuansa politik, dan kemudian berkembang pada
persoalan keyakinan tentang tuhan dengan mengikutsertakan kelompo-
kelompok mereka sebagai pemegang predikat kebenaran.
Salah satu aliran Kalam tersebut adalah aliran Qodariyah, aliran ini
berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perhuatannya,
ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas kehendaknya sendiri.
Aliran ini lebih menekankan atas kebebasan dan kekuatan manusia dalam
mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Berkaitan dengan hal tersebut menurut
aliran Qadariyah Allah membekali manusia sejak lahirnya dengan qudrat dan
iradat, suatu kemampuan untuk mewujudkan perbuat annya sendiri dengan
akal dan ajaran agama sebagai pedoman dalam melakukan perbuatan-
perbuatan Sehingga dengan demikian manusia memperoleh balasan dari apa
yang telah diperbuat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Qodariyah?
2. Bagaimana sejarah munculnya aliran Qodariyah?
3. Siapa saja tokoh-tokoh institusi aliran Qodariyah?
4. Bagaimana doktrin aliran Qodariyah?
5. Dalil apa saja yang digunakan untuk menguatkan aliran Qodariyah?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian Qodariyah.
2. Mengetahui sejarah munculnya aliran Qodariyah.
3. Mengenal tokoh-tokoh institusi aliran Qodariyah.
4. Mengetahui doktrin aliran Qodariyah.
5. Mengetahui dalil-dalil yang digunakan untuk menguatkan aliran
Qodariyah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN QODARIYAH
Qadariyah secara etimologi, berasal dari bahasa Arab, yaitu qadara yang
bemakna kemampuan dan kekuatan. Adapun secara termenologi atau istilah
adalah suatu aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak
diintervensi oleh Allah. (C) Aliran ini juga berpendapat bahwa tiap-tiap orang
adalah pencipta bagi segala perbuatannya, ia dapat berbuat sesuatu atau
meninggalkannya atas kehendak sendiri. Dalam bahasa Inggris qadariyah ini
diartikan sebagai free will and free act, bahwa manusialah yang mewujudkan
perbuatan-perbuatan dengan kemauan dan tenaganya. (B)
Berdasarkan pengertian di atas, Qodariyah merupakan nama suatu aliran yang
memberikan suatu penekanan atas kebebasan dan kekuatan manusia dalam
mewujudkan perbuatannya. (F) Harun Nasution menegaskan bahwa aliran ini
berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai kekuatan untuk
melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa
manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan.
Menurut Ahmad Amin sebagaimana dikutip oleh Hadariansyah, orang-orang
yang berpaham Qadariyah adalah mereka yang mengatakan bahwa manusia
memiliki kebebasan berkehendak dan memiliki kemampuan dalam melakukan
perbuatan. Manusia mampu melakukan perbuatan, mencakup semua
perbuatan, yakni baik dan buruk. (C)

B. SEJARAH MUNCULNYA ALIRAN QODARIYAH


Secara history kemunculan Qodariah dan siapa tokoh utamanya masih
diperdebatkan. Versi pertama berasal dari (B) Ahmad Amin, yang mengatakan
bahwa ada sebagian pakar teologi yang mengatakan bahwa Qadariyah
pertama kali dimunculkan oleh Ma'bad al-Juhaini (Seorang tabi'i yang pernah
berguru pada Hasan Al-Basri) dan Ghailan ad-Dimasyqi (Seorang orator yang
berasal dari Damaskus) sekitar tahun 70 H/689M.
Versi kedua, masih dikemukakan oleh Ahmad Amin berdasarkan pendapat
Ibnu Nabatah menjelaskan dalam kitabnya dalam Syarh al-Uyun, aliran
Qadariyah pertama kali dimunculkan oleh orang Irak. " Pada mulanya
beragama Kristen, kemudian masuk Islam dan kembali lagi ke agama Kristen.
Namanya adalah Abu Yunus Sansawaih atau Susan, kemudian kembali kepada
Kristen. (D) Dialah yang pertama kali mengeluarkan pendapat tentang takdir
dalam dunia Islam Pendapatnya membuat Ma'bad al-Juhani terinspirasi untuk
kemudian mengikuti pendapat-pendapatnya. Selanjutkan diteruskan oleh
Ghilan ad-Dimasyqi. (G)
Versi ketiga, dikemukakan oleh Montgomery Watt menemukan dokumen lain
yang menyatakan bahwa paham Qadariyah terdapat dalam kitab al-Risalah
dan ditulis untuk Khalifah Abdul Malik oleh Hasan al-Basri sekitar tahun
700M. Hasan Al-Basri (642-728) adalah anak seorang tahanan di irak. Ia lahir
dimadinah, tetapi pada tahun 657, pergi ke Basrah dan tinggal disana sampai
akhir hayatnya. Dalam catatannya yang terdapat dalam kitab Risalah ini ia
percaya bahwa manusia dapat memilih secara bebas antara baik dan buruk.
Hasan yakin bahwa manusia bebas memilih antara berbuat baik atau berbuat
buruk. (C) Dengan disebutkannya Ma'bad al-Juhani pernah berguru dengan
Hasan al- Basri pada keterangan az-Zahabi dalam kitab Mizan al-tidal maka
sangat mungkin paham Qadariah mula-mula dikenalkan oleh Hasan al-Basri
dalam bentuk kajian-kajian kelslaman, kemudian dicetuskan oleh Ma'bad al-
Juhani dan Ghailan ad-Dimasyqi dalam bentuk aliran (institusi). (D)
Tidak di ketahui secara pasti kapan munculnya paham Qadariah ini. Akar
Qadariah bersumber dari ketidak mampuan akal mereka dalam memahami
qadar Allah, perintah dan larangannya, janji dan ancamannya, serta mereka
mengira hal-hal seperti itu dilarang untuk difikirkan. Latar belakang timbulnya
firqoh Qadariyah ini sebagai isyarat menentang kebijaksanaan politik Bani
Umayyah yang dianggap kejam dan dzalim.(B) Namun munculnya sebagai
persoalan teologi didasari oleh faktor internal dan eksternal. Secara internal,
Paham Qadariah lahir sebagai reaksi dari paham Jabariah yang telah
berkembang pada masa dinasti Umayyah. Paham ini cenderung melegtimasi
perbuatan maksiat, aniaya dan sebagainya. Bahkan paham ini telah dianut oleh
peguasa Bani Umayyah yang cenderung dalam kezaliman untuk membenarkan
tindakan-tindakan perbuatan sewenang, perbuatan mereka, seperti yang di
saksikan Gilan al-Dimasyqy (tokoh paham Qadariah) ketika menjabat sebagai
sekertaris Negara dalam pemerintahan Umayyah di Damaskus.
la menyaksikan kemerosotan dari sudut agama, kemewahan istana, sementara
rakyat kelaparan, penindasan terhadap rakyat dan sebagainya. Bila diingatkan
mengapa melakukan hal itu, dan harus mempertanggung jawabkan di hadapan
ummat, dan di akhirat kelak, mereka menolak dan mengatakan kami dimintai
pertanggungjawaban atas tindakan kami, sebab Tuhanlah yang menghendaki
semua itu. Berdasarkan kasus tersebut, muncullah paham Qadariah sebagai
reaksi keras dengan mengatakan manusialah yang mewujudkan perbuatan-
perbuatannya dengan kemauan dan tena-ganya sendiri.
Sedangkan faktor eksternal yang menyebabkan munculnya paham Qadariah,
yakni pada waktu yang sama (masa Bani Umayyah), kaum muslimin atau
orang orang Arab bercampur dan berinteraksi dengan berbagai macam
pemikiran dan pendapat asing, sehingga tidak aneh Jika hal itu mengarahkan
mereka pada persoalan persoalan yang sebelumnya tidak pernah terbetik
dalam dalam hati mereka. Kemudian kaum muslimin mulai memecahkan
persoalan mereka dengan metode yang di sesuaikan dengan keyakinan hati
mereka. Dialog itu dapat disimpulkan bahwa semua manusia tidak dapat
melakukan sesuatu kecuali dengan pertolongan Allah SWT. Kalau begitu di
mana posisi kebebasan kehendak dalam diri manusia.(D)
C. TOKOH-TOKOH INSTITUSI ALIRAN QODARIYAH
Aliran Qodariyah diinstitusi oleh Ma'bad al-Juhaini dan Ghailan al-Dimasyqi
dari pemikiran Hasan al-Basri dan Abu Yunus Sansawaih atau Susan.
1. Ma'bad al-Juhaini
Ma'bad Al-Juhani adalah seorang lelaki penduduk Bashro keturunan orang
Majusi. Dia adalah seorang ahli Hadist dan tafsir Al-Qur'an, tetapi
kemudian ia dianggap sesat dan membuat pendapat-pendapat yang salah.
Ia adalah orang pertama yang menyerukan paham Qodariyah. (G) Ia lahir
di Basrah, kemudian berkunjung ke Damaskus dan Madinah. Di dua kota
inilah ia menantang kejahatan dan kezaliman yang dilakukan oleh
sebagian Khalifah Bani Umayyah. (D) Ma'bad menyebarkan pahamnya di
Iraq dalam waktu yang relatif singkat tetapi dengan hasil yang sangat
gemilang. Banyak orang yang tertarik dan menganut pahamnya. (G)
Seiring perjalanan penyebaran paham ini, Ma'bad al-Juhani terlibat dalam
gerakan politik menentang pemerintahan Umayyah. Beliau memihak
kepada Abdurrahman ibn al-Asy'as, Gubernur Sajistan wilayah kekuasann
Bani Umayyah. Pada satu pertempuran, Ma'bad al-Juhani terbunuh pada
tahun 80 H.(D)
2. Ghailan al-Dimasyqi
Ghilan adalah seorang orator yang handal, juru debat yang mahir. la hidup
di Damaskus dekat dangan Bani Umayyah, tetapi hal ini tidak
menghalanginya untuk menentang pemerintahan Umayyah. (D) Setelah
kematian Mabad, Ghailan terus menyebarkan paham qadariyah di
Damaskus, tetapi ini tidak berjalan lancar karena mendapat tantangan dari
khalifah Umar Ibn Abd al-Aziz.(Z) Penolakan terhadap ajaran qadariyah
ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya, pertama, bangsa Arab telah
terbiasa dengan pemikiran pasrah terhadap alam yang keras dan ganas.
Kedua, pemerintah yang menganut jabariyah menganggap gerakan faham
qadariyah sebagai suatu usaha menyebarkan faham dinamis dan daya kritis
rakyat, yang pada gilirannya mampu me ngkritik kebijakan-kebijakan
nereka yang dianggap tidak sesuai, bahkan dapat menggulingkan
kedudukan mereka di dalam pemerintahan. (B) Baru setelah kematian
Umar ia melanjutkan kegiatannya yang sempat terhenti pada masa itu.
Tapi akhirnya ia mati dihukum bunuh oleh Hisyam Abd al-Malik.
Sebelum dilaksanakan hukuman tersebut diadakanlah debat antara Ghailan
dan Awzai yang langsung dihadiri oleh Hisyam mengenai paham yang
dibawa Ghailan. (Z) Banyak sekali pengikut dari paham ini sampai kedua
tokoh tersebut wafat yang kemudian digantikan oleh para pengikut-
pengikutnya."
Dalam perkembangannya penganut paham Mu'tazilah.Paham Mu'tazilah
inilah yang menjadi penyambung ajaran Qadariyah, karena dilihat dari
perkembangan pemikirannya mengalami kesamaan dari keduanya,
walaupun terdapat sudut pandang yang membedakan secara spesifik. (G)
D. DOKTRIN ALIRAN QODARIYAH
Harun Nasution menjelaskan pendapat Ghalian tentang ajaran Qadariyah,
bahwa manusia berkuasa atas perbuatan-perbutannya. Manusia sendirilah yang
melakukan perbuatan baik atas kehendak dan kekuasaan sendiri dan manusia
sendiri pula yang melakukan atau menjauhi perbuatan-perbutan jahat atas
kemauan dan dayanya sendiri.
Dalam kitab A-Milal wa An-Nihal, pembahasan masalah Qadariyah disatukan
dengan pembahasan tentang doktrin-doktrin Mu' tazilah, sehingga perbedaan
antara kedua aliran ini kurang begitu jelas.(B)
Paham yang dikembangkan kaum qadariyah diantaranya adalah:
Manusia mempunyai daya dan kekuatan yang dominan, artinya memiliki
kebebasan mutlak dalam bertindak. Qadariyah meletakkan posisi manusia
sebagai makhluk yang merdeka dalam tingkah laku dan semua perbuatan, baik
dan buruknya. Mereka meyakini bahwa manusia mempunyai kekuatan untuk
menentukan nasibnya tanpa ada intervensi dari Allah Swt. Jadi manusia
mendapatkan surga dan neraka karena kehendak mereka sendiri bukan karena
taqdir. Paham ini merupakan ajaran terpenting dalam keyakinan qadariyah.
Kaum qadariyah mengatakan bahwa Allah itu Esa, dalam artian bahwa Allah
tidak memiliki sifat-sifat Azaly, seperti ilmu, kudrah dan hayat. Menurut
mereka Allah mengetahui semuanya dengan zatNya, dan Allah berkuasa
dengan zatNya, serta hidup dengan zatNya, bukan dengan sifat-sifat
qadimNya tersebut. Mereka juga mengatakan, kalau Allah punya sifat qadim
tersebut, maka sama dengan mengatakan bahwa Allah lebih dari satu.
Takdir merupakan ketentuan Allah SWT terhadap hukum alam semesta sejak
zaman azali, yaitu hukum yang dalam Al-Quran disebut sunnatullah, seperti
matahari terbit dari timur, rotasi bumi dll. Tidak termasuk perbuatan dan
tingkah laku manusia.
Kaum qadariyah berpendapat bahwa akal manusia mampu mengetahui mana
yang baik dan mana yang buruk, walaupun Allah tidak menurunkan agama.
Agama tidak menyebabkan sesuatu menjadi baik karena diperintahkannya,
dan tidak pula menjadi buruk karena dilarangnya. Bahkan perintah atau
larangan agama itu justru mengikuti keadaan segala sesuatu, kalau sesuatu itu
buruk, tentu saja agama melarangnya, begitu sebaliknya. (BARU)
E. DALIL-DALIL YANG MENGUATKAN ALIRAN QODARIYAH
Aliran Qadariyah berpendapat bahwa tidak ada alasan yang tepat
menyandarkan segala perbuatan manusia kepada perbuatan Tuhan.
Pendapat ini diperkuat dengan dalil-dalil Shar'i yang terdapat dalam al-Qur'an
yang selama ini dijadikan pijakan secara legal-formal oleh aliran Qadariyah,
yaitu dalam surat al-Kahf : 29 yang berbunyi:
ْ‫ق ِم ْن َربِّ ُك ْم ۖ فَ َم ْن َشا َء فَ ْليُْؤ ِم ْن َو َم ْن َشا َء فَ ْليَ ْكفُر‬
ُّ ‫َوقُ ِل ْال َح‬
Katakanlah kebenaran dari tuhanmu, barang siapa yang mau berimanlah dia
dan barang siapa yang ingin kafir biarlah ia kafir".
Dalam surat Ar-Ra'ad : 11 juga disebutkan yaitu:
‫ِإ َّن هَّللا َ اَل يُ َغيِّ ُر َما بِقَوْ ٍم َحتَّ ٰى يُ َغيِّرُوا َما بَِأ ْنفُ ِس ِه ْم‬
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, kecuali mereka
dapat merubahnya sendir".
Selanjutnya dalil naqli dalam surat al-Nisa' ayat 111:
‫َو َم ْن يَ ْك ِسبْ ِإ ْث ًما فَِإنَّ َما يَ ْك ِسبُهُ َعلَ ٰى نَ ْف ِس ِه‬
Dan barang siapa melakukan suatu dosa, sesungguhnya ia melakukannya
untuk merugikan dirinya sendirí.
Beberapa ayat al-Qur'an yang telah dipaparkan di atas secara tekstual
mengandung pengertian bahwa manusia mempunyai daya dan kekuatan yang
dominan, artinya memiliki kebebasan mutlak dalam bertindak. Namun
kebebasan tersebut akan memunculkan konsekuensi logis sebagai akibat dari
tindakan yang telah dipilih atau dilakukan sendiri. (F)
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari uraian makalah yang berjudul "Aliran Qodariyah" dapat kita simpulkan
bahwa:
1. Aliran qadariyah adalah salah satu aliran teologi islam yang berpaham
bahwa segala tindakan manusia tidak diinterfensi oleh Allah melainkan
atas kemampuann dan pilihan manusia itu sendiri , mau melakukan
perbuatan baik atau perbuatan buruk.
2. Secara jelas awal kemunculan aliran gadariyah belum diketahui, tapi ada
beberapa sumber menjelaskan bahwa kemunculan aliran qadariyah
dipelopori oleh Ma'bad Al Juhaini dan Ghailan Ad-Dimasyqi.
3. Menurut qadariyah takdir adalah ketentuan yang diciptakan bagi semesta
alam dan seluruh isinya sejak awal yang dida istilah Al Qur'an disebut
dengan istilah sunnatullah, dan secara alamiah mausia tidak dapat
merubahnya, tapi manusia dapat melakukan sesuatu untuk memperbaiki
takdir tersebut dengan kemampuan dan kekuasaannya sendiri.
4. Doktrin Qodariyah pada dasarnya menyatakan bahwa segala tingkah laku
manusia dilakukan atas kehendak sendiri. Manusia mempunyai
kewenangan untuk melakukan segala perbuatan atas kehendaknya sendiri,
baik perbuatan baik maupun jahat. Sesungguhnya tidak pantas, manusia
menerima siksaan atau tindakan salah yang di lakukan bukan atas
keinginan dan kemampuan.
5. Aliran Qodariyah diperkuat dengan dalil-dalil Shar'i yang terdapat dalam
al-Qur'an yang selama ini dijadikan pijakan secara legal-formal oleh aliran
Qadariyah,
B. SARAN
Jika seluruh perbuatan manusia berada pada tangan manusia itu sendiri tanpa
andil Sang Pencipta, maka seberapa kuat kemampuan manusia untuk
mengelola alam ini sementara kemampuan kita sangat terbatas. Maka di mana
letak batas kreatifitas kita. Dengan keyakinan ini, maka di mana letak
keimanan kita terhadap qadha dan qadar Allah SWT.
Untuk memahami atau menjadi pengikut suatu ajaran, sebaiknya kita mengkaji
dulu terhadap pemikiran aliran tersebut dan memahami dalil-dalilnya.
DAFTAR PUSTAKA

Edi Sumanto, "Akal, Wahyu, Dan Kasb Manusia Menurut Jabariyah Dan Qodariyah",
dalam Manthiq Vol. 1, No. 1 th. 2016.

Jamaluddin, dkk, Ilmu Kalam Khazanah Intelektual Pemikiran dalam Islam (Riau:
PT. Indragiri Dot Com, 2020).

Eri Susanti, "Aliran-aliran Dalam Pemikiran Kalam", dalam Jurnal Ad-Dirasah Vol.
1, No. 1 th. 2018.

Suhaimi, "Integrasi Aliran Pemikiran Keislaman: Pemikiran Qadariyah Dan Jabariyah


Yang Bersandar Dibalik Legitimasi al-Qur'an", dalam El-Furqonia Vol. 04, No. 02 th.
2018.

Didin Komarudin, Studi Ilmu Kalam I (Bandung: UIN Sunan Gunung Jati, 2015.

Alkhendra, Pemikiran Kalam, (Bandung: Alfabeta, 2000) hlm. 44.

Muhammad ibn Abd al-Karim al-Syahrastani, al-Milal wa al- Nihal. Beirut: Dar al-
Kutub Ilmiah, hal. 38.

Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, (Jakarta: Rineka Cipta), h. 47

Harun Nasution, Teologi Islam. 1986. Jakarta: UI-Press, hal. 34.

Anda mungkin juga menyukai