Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH BAHAN KONSTRUKSI TEKNIK KIMIA

BAHAN-BAHAN GALIAN YANG DIGUNAKAN DALAM KONTRUKSI TEKNIK KIMIA


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Bahan Konstruksi Teknik Kimia
Dosen Pengampu: Panca Nugrahini, S.T., M.T

KELOMPOK 9:

1. OKTA VIYANI (2015041030)


2. M. IKHSAN (2015041046)
3. LINTANG PUTRI MAHARANI (2015041110)
4. THERESIA DELVIANA SIHOMBING (2015041120)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya kepada kami sehingga Makalah Bahan Konstruksi Teknik Kimia yang berjudul “ BAHAN-BAHAN GALIAN
YANG DI GUNAKAN DALAM KONTRUKSI TEKNIK KIMIA” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini berisikan tentang: kata pengantar, pendahuluan, isi, serta kesimpulan. Diharapkan makalah ini
dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang bahan-bahan galian yang di gunakan dalam kontruksi
teknik kimia.
Penyusunan Makalah Kimia Organik ini pun tidak luput dari bantuan maupun kerja sama dengan pihak lain.
Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Panca Nugrahini F., S.T., M.T. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Konsep Dasar Bahan Konstruksi
Teknik Kimia Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Lampung.
2. Seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu di
sini. Atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan makalah ini kami ucapkan terima kasih.

Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah.
Akhir kata, semoga bantuan serta dukungan yang telah diberikan oleh semua pihak di atas dapat menjadi
amalan yang bermanfaat dan mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa

Bandar Lampung, Maret 2022

Kelompok 9
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
Tujuan..................................................................................................................................................................... 4
Kompetensi Umum..................................................................................................................................................4
Kompetensi Khusus.................................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................................5
Pengertian Bahan Galian.........................................................................................................................................5
Klasifikasi Bahan Galian.........................................................................................................................................5
Contoh Bahan Galian di Indonesia dan Manfaatnya................................................................................................6
Bahan Galian dan Manfaatnya.................................................................................................................................7
Bahan Galian Berkaitan Dengan Batuan Gunung Api...........................................................................................13
Bahan Galian Industri Yang Berkaitan Dengan Intrusi Plutonik Batuan Asam dan Ultra Basa.............................16
Bahan Galian Industri Yang Berkaitan Dengan Endapan Residu dan Endapan Letakan.....................................18
Bahan Galian Industri Yang Berkaitan Dengan Proses Ubahan Hidrotermal........................................................22
Bahan Galian Industri Yang Berkaitan Dengan Batuan Malihan...........................................................................25
Dasar – Dasar Pengolahan Bahan Galian...............................................................................................................26
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................................29
Kesimpulan............................................................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................................30
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah konsep dasar bahan konstruksi teknik kimia ini antara lain:
1. Untuk mengetahui bahan-bahan galian yang di gunakan dalam kontruksi teknik kimia
2. Untuk mengetahui pengertian dari bahan galian itu sendiri.
3. Untuk mengetahui klasifikasi bahan galian.
4. Untuk mengetahui contoh bahan galian beserta manfaatnya.
5. Untuk mengetahui bahan galian yang berkaitan dengan batuan gunung api
6. Untuk mengetahui contoh bahan galian indutri yang berkaitan dengan beberapa hal.
7. Untuk mengetahui dasar-dasar pengolahan bahan galian.

1.2 Kompetensi Umum

Setelah mengikuti pembelajaran tentang materi “Bahan-Bahan Galian Yang Di Gunakan Dalam Kontruksi Teknik
Kimia”, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan dan memahami tentang pengertian bahan galian itu sendiri dan
klasifikasi dari bahan galian. Ruang lingkupnya meliputi pembahasan tentang contoh bahan galian beserta
contohnya, contoh bahan galian industri yang berkaitan dengan beberapa hal dan dasar-dasar pengolahan bahan
galian. Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan dan mengetahui contoh-contoh dari bahan galian dan manfaatnya.

1.3 Kompetensi Khusus

1. Mahasiswa diharapkan mampu memiliki pengetahuan tentang bahan-bahan galian yang di gunakan
dalam kontruksi teknik kimiayang didapat dari berbagai sumber baik buku, internet, maupun sumber
bacaan lainnya.
2. Mahasiswa diharapkan mampu memiliki pemahaman tentang pengertian dari bahan galian.
3. Mahasiswa diharapkan mampu memiliki pemahaman tentang contoh bahan-bahan galian dan
manfaatnya.
4. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan contoh bahan galian industri yang berkaitan dengan
beberapa hal.
5. Mahasiswa diharapkan mampu memiliki pemahaman tentang dasar-dasar pengolahan bahan galian.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bahan Galian

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa bahan galian juga dikenal sebagai bahan-bahan hasil dari
pertambangan yang diperoleh dengan cara pelepasan dari batuan induknya yang berada di dalam kerak Bumi.
Bahan- bahan galian ini biasanya terdiri dari berbagai jenis mineral. Mineral sendiri merupakan bahan kandungan
yang ada di dalam kerak Bumi yang bisa berupa benda padat, cair maupun gas. Mineral ini terbentuk dari material-
material yang homogen, yang terbentuk di dalam kerak Bumi secara alami dari bahan- bahan yang anorganis namun
memiliki komposisi kimia tertentu dengan struktur atom dan sifat fisik yang sama. Nah, kurang lebih seperti
itulahpengertian dari bahan galian atau barang tambang. Perlu kita ketahui bersama pula bahwa bahan galian ini
diklasifikasikan menjadi beberapa golongan. Adapun klasifikasi dari bahan galian akan dijelaskan di bawah ini.

2.2 Klasifikasi Bahan Galian

Bahan galian atau barang tambang ada berbagai jenis. Bahan galian atau barang tambang ini diklasifikasikan ke
dalam beberapa golongan tertentu. Klasifikasi bahan galian ini dibedakan menurut undang- undang, menurut
kandungan mineralnya, dan lain sebagainya. Adapun penjelasan lebih rinci mengenai klasifikasi bahan galian antara
lain sebagai berikut:

1. Menurut Undang- undang Pokok Pertambangan, bahwasannya bahan galian dibedakan menjadi 3 golongan
yaitu:

a. Bahan galian strategis atau Golongan A


Bahan galian strategis atau yang disebut sebagai bahan galian golongan A merupakan bahan galian
yang penting untuk pertahanan, keamanan negara atau untuk menjamin perekonomian negara. Dengan
demikian bahan galian golongan ini sangatlah penting keberadaannya. Beberapa contoh bahan galian
golongan A atau golongan strategis ini antara lain adalah minyak bumi, gas alam, bitumen cair dan
padat, aspal, batubara, antrasit, uranium, radium, thorium, serta bahan- bahan radioaktif lainnya.

b. Bahan galian vital atau Golongan B


Bahan galian vital atau golongan B adalah bahan galian yang dapat digunakan untuk memenuhi
hajat hidup orang banyak. Bahan galian ini sifatya penting untuk kepentingan umum. Bahan galian vital
diperlukan oleh orang banyak. Adapun beberapa jenis dari bahan galian vital atau golongan B antara
lain adalah besi, mangan, bauksit, titan, tembaga, timbal, seng, emas, platina, perak, air raksa, intan,
kristal, kuarsa, yodium, belerang dan logam- logam lainnya.

c. Bahan galian bukan strategis dan vital atau Golongan C


Jenis bahan galian yang ketiga menurut undang- undang adalah golongan bukan strategis dan bukan
vital atau golongan C. Bahan galian golongan ini memiliki sifat tidak langsung memerlukan pasaran
yang bersifat internasional, maka dari itulah masuk kedalam golongan C ini. Beberapa contoh dari
bahan tambang golongan ini antara lain nitrat, pospat, asbes, talk, mika, grafit, magnesit, kaolin, batu
apung, marmer, batu tulis dan lain sebagainya.

2. Menurut kandungan mineralnya, bahan galian dapat dibedakan menjadi 2 jenis antara lain:

a. Bijih (ore)
Bahan galian sebagai sumber bahan logam contohnya adalah kasiterit (Sn), Hematit (Fe), Bauksit
(Al), dll.

b. Bukan bijih
Sebagian bahan bukan logam , contohnya adalah belerang, fosfat, kaolin, kapur dan lain
sebagainya. Itulah beberapa jenis barang tambang menurut kandungan minralnya. Bahan galian
juga dikelompokkan berdasarkan mineral ekonominya.

3. Berdasarkan Mineral ekonominya, bahan galian dibedakan menjadi 3 golongan antara lain adalah:

a. Metalic mineral
Metalic mineral ini masih dibagi menjadi dua lagi yaitu:
 Precious metal, seperti tembaga, seng, dan timah.
 Steel industry, seperti besi, nikel, chromium, mangan, tungsten, dan juga vanadium.
 Electronic industry, seperti cadmium, bismuth, dan germanium.
 Radio active, seperti uranium dan radium.

b. Non- metalic mineral


Non metalic mineral dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:
 Isolator, seperti mika dan asbes
 Refractory material, seperti silica, alumina, zircon dan grafit
 General industry mineral seperti fosfat, belerang, batu gamping, garam, barit, borax, magnesit,
gypsum dan juga clay.
c. Fuel mineral
Fuel mineral dibedakan menjadi dua jenis antara lain:
 Solid (zat padat), seperti coal, lignite, dan juga oil shale
 Liquid (zat cair), seperti minyak bumi.

4. Berdasarkan cara terbentuknya, bahan galian dapat dibedakan menjadi 6 golongan, yaitu:

a. Bahan galian magmatic


Bahan galian magmatik merupakan bahan galian yang terjadi dari magma dan bertempat di
dalam atau berhubungan dan dekat dengan magma.

b. Bahan galian pematit


Bahan galian pematit merupakan bahan yang terbentuk di dalam diatrema dan dalam
pembentukan instrusi yang disebut gang atau apofisa.

c. Bahan galian hasil pengendapan 


Bahan galian ini yang berada di dasar sungai atau genangan air melalui proses pelarutan pada
batuan hasil pelapukan.

d. Bahan galian hasil pengayaan sekunder


Bahan galian hasil pengayaan sekunder yaitu bahan galian yang terkonsentrasi karena proses
pelarutan pada batuan hasil pelapukan

e. Bahan galian hasil metamorfosis kontak


Bahan galian hasil metamorfosis kontak merupakan batuan di sekitar magma yang berubah
menjadi mineral ekonomik.

f. Bahan galian hidrotermal


Bahan galian hidrotermal merupakan resapan magma cair yang membeku di celah- celah struktur
lapisan bumi atau yang berada pada lapisan yang bersuhu relatif rendah dibawah 500 derajat
Celcius.

2.3 Contoh Bahan Galian di Indonesia dan Manfaatnya

Bahan galian memiliki banyak manfaat, khususnya bagi manusia yang diberikan akal dan pikiran untuk
mengolah dan menjadikan bahan galian sebagai sesuatu yang sungguh bisa bermanfaat bagi manusia. Indonesia
adalah salah satu negara yang terkenal akan kekayaan alamnya, termasuk dalam hal ini adalah produksi
tambangnya. Ada banyak barang tambang atau bahan galian yang dihasilkan dari Bumi Indonesia, sebagain bahkan
merupakan produk andalan dari negara kita ini. Bahan- bahan galian tersbeut memiliki kegunaannya masing-
masing. Adapun beberapa barang tambang atau bahan galian yang dihasilkan di Indonesia antara lain sebagai
berikut:

1. Emas

Bahan galian dari Indonesia yang pertama adalah emas. Emas merupakan logam mulia yang sangat berharga.
Emas bahkan digunakan sebagai barang investasi karena diyakini nilainya akan terus stabil. Tambang emas terbesar
di Indonesia terdapat di Papua yaitu PT. Freeport Indonesia. Namun sayang sekali karena tambang emas terbesar di
Indonesia tersebut saai ini masih dikuasai oleh orang asing dan bukan milik Indonesia sendiri.
2. Batubara

Bahan galian yang dihasilkan di Indonesia selanjutnya adalah batubara. Batubara mejrupakan bahan yang
digunakan untuk pembakaran berbagai macam kegiatan produski dalam Industri. Tambang batu bara yang terbesar
di Indonesia ada di Kalimantan.
 
3. Minyak Bumi

Minyak Bumi juga merupakan salah satu bahan galian yang dihasilkan oleh Indonesia. Minyak Bumi digunakan
sebagai bahan bakar kendaraan. Adapun tambang minyak Bumi yang besar di Indoesia salah satunya berada di
pulau Sumatera.
 

4. Gas alam

Gas alam juga merupakan bahan galian yang dihasilkan di Indonesia. Gas alam digunakan untuk berbagai macam,
salah satunya untuk pembakaran. Salah satu sumber gas alam di Indonesia adalah di Jawa Tengah. Yaitu di Cepu.

5. Bauksit, asbes, alumunium, aspal, belerang, biji besi, perak, dan lain sebagainya

2.4 Bahan Galian dan Manfaatnya

a. Batu Gamping
Secara kimia batu gamping terdiri atas Kalsium karbonat (CaCO 3). Dialam tidak jarang pula dijumpai batu gamping
magnesium. Batu gamping/batu kapur/limestone merupakan salah satu golongan batuan sedimen yang paling
banyak jumlahnya.

Ciri dari batu gamping adalah sebagai berikut :

a. Warna : Putih, Putih kecoklatan, dan Putih keabuan


b. Kilap : Kaca, dan tanah
c. Goresan : Putih sampai putih keabuan
d. Bidang belahan : Tidak teratur
e. Pecahan : Uneven
f. Kekerasan : 2,7 – 3,4 skala mohs
g. Berat Jenis : 2,387 Ton/m3
h. Tenacity : Keras, Kompak, sebagian berongga

Batu Gamping terjadi secara organik, mekanik atau secara kimia.

 Organik
Pengendapan binatang karang/cangkang siput, foraminifera, koral/kerang.
 Mekanik
Bahannya sama dengan organik yang berbeda hanya terjadinya perombakan dari batu gamping tersebut
yang kemudian terbawa arus dan diendapkan tidak terlalu jauh dari tempat semula.
 Kimia
Terjadi pada kondisi iklim  dan suasana lingkungan tertentu dalam air laut atau air tawar. Mata air
mineral dapat juga mengendapkan batu gamping karena peredaran air panas alam yang melarutkan lapisan
batu gamping dibawah permukaan yang kemudian diendapkan di permukaan.
Sebagian perlapisan batu gamping hampir murni terdiri dari kalsit, dan pada perlapisan yang lain
terdapat sejumlah kandungan silt atau clay yang membantu ketahanan dari batu gamping tersebut terhadap
cuaca. Lapisan gelap pada bagian atas mengandung sejumlah besar fraksi dari silika yang terbentuk dari
kerangka mikrofosil, dimana lapisan pada bagian ini lebih tahan terhadap cuaca.

Tempat Terdapatnya Batu Gamping:

1. Jabar (serang, padalarang, cibadak, tasikmalaya)


2. Jateng ( nusakambangan, gunungkidul, rembang, klaten)
3. Jatim ( tuban, pacitan, madura, malang)
4. Sumatera ( kotaraja, aceh, nias, jambi, bengkulu)
5. Kalimantan ( barito, kutai, kalbar, kalteng)
6. Sulawesi ( tonnasa, ujungpandang)
7. Nusa tenggara (timor, sumbawa)
8. Maluku
9. Papua (kotabaru)

Lokasi yang menghasilkan batu gamping terbanyak adalah di Kabupaten Manggarai dengan cadangan mencapai
5.558.771.299 m3.

Penambangan : Tambang terbuka, dikupas tanah penutupnya dengan bulldozer/powershovel kemudian ditambang
dengan pemboran peledakan atau secara sederhana dengan linggis, ganco dan lain-lain.

Pengolahan:
 Tanpa diolah dapat untuk semen jalan bangunan
 Dengan pemanasan untuk mendapatkan kapur tohor (CaO) 3, kapur padam (Ca(OH))2 dan gas CO2.
prosesnya disebut kalsinasi pada T = 900-1000 0C.

Reaksi :
CaCO3 CaO + CO2
CaO + H2O Ca(OH)2
Pada pembuatan LCC (Light Calcium Carbonat) Bahan Galian gamping telah dikalsinasi. Masing-masing produk
dicuci dan direaksikan kembali maka didapatkan CaCO3 yang murni dan ringan, kadar tinggi. Di alam ada HCC
(High Calcium Carbonat) yaitu Bahan Galian gamping yang dengan kadar tinggi dialam >95% CaCO3.
 Berwujud bongkahan
 Digiling halus
 Dipanaskan/dibakar/ kalsinasi

Kegunaan :

1. Batu bangunan
Dipakai untuk pondasi jalan, rumah, bendungan. Biasanya dipakai Bahan Galian Gamping yang keras dan
pejal berhablur halus dan mempunyai daya tekan 800-2500 kg/cm2.
2. Bahan bangunan 
Syarat : CaO+ MgO mininal 95 %, SiO 2+Al2O3 + Fe2O3 maksimal 5%, CO2 3 %, 70 % lolos ayakan 0,85
mm.
3. Industri kaca
Berfungsi sebagai Galian fluks dengan kadar 0,96% SiO 2, 0,04 Fe2O3, 0,14 % Al2O3, 0,15% MgO, 55,8%
CaO
4. Industri bata silika
Syarat: 90% CaO, maksimal 4,5% MgO, maksimal 1,5% Fe2O3+Al2O3, maksimal 55,8% CO2.
5. Industri semen :
Syarat: 50-55% CaO, maksimal 2% MgO, viskositas 3200 cp (40% H2O), 2,47 % Fe 2O3, 0,95% Al2O3.
6. Pembuatan karbit
Bahan utama 60 % kapur tohor dan 40 % kokas.
Syarat: minimal 92% CaO, 75 % MgO, maksimal 1% Fe2O3 + Al2O3. Untuk kokas maksimal 5% Fe2O3,
maksimal 0,2% S, maksimal 0,02 % P, hilang pijar 4 % maksimal 2% SiO2. Khusus kokas kadar arang padat >
86%. Kadar abu maks 12%, tidak rapuh, kadar air rendah.
Pembuatan karbit : kokas dan kapur tohor dicampur dengan perbandingan 1,7 : 1 diaduk, kemudian dibakar
dalam tanur listrik dengan T 2000C. Hasil pembakaran dimasukan dalam tabung dengan reaksi:
CaO+ C + CaC2 + CO
7. Pembuatan refraktori
Sebagai Galian bahan baku adalah high calcium lime yg mengandung 95% CaCO 3, 5 % dolomit. Dapat juga
high magnesium lime mengandung 50-90% CaCO3, 10-50% dolomit, sebagai Galian bahan tambahan adalah
clay dan air.
Pembuatannya :
Dibuat CaO maupun CaOMgO, dilakukan hidrasi diperoleh Ca(OH) 2 dan Ca(OH)2MgO kemudian bahan baku
dicampur dengan bahan tambahan (clay,samot,air) dan dicetak serta diangin-anginkan, setelah itu dipanaskan
1200 0C sehingga didapatkan produk.
8. Pelicin tablet
Syarat: berukuran –200 mesh, kandungan CaCO 3 98,5% sehingga merupakan serbuk hablur putih tidak berbau
dan tidak berasa, tidak mengandung arsen dan logam berat lainnya, susut kering tidak melebihi 1% tidak
mengganggu bahan aktif.
Pembuatannya :
Formulasi tablet dicampur sesuai dosis + digiling granuler dan dikeringkan + digiling dan ditambah dengan
CaCO3 + lubrication & dicetak & ditekan + didapat produk.
9. Peleburan baja
Berfungsi sebagai Galian bahan imbuh (fluks). Silika dan alumina akan bereaksi dengan bahan imbuh menjadi
terak/slag yang mengapung terletak di atas lelehan besi baja, sehingga mudah dipisahkan. Disamping itu Bahan
Galian Gamping dapat mengikat SO2 dan H2O.
Syarat: CaO minimal 52%, SiO2 maksimal 4%, Al2O3+Fe2O3 3%, MgO maksimal 3,5%, P maksimal 0,1%,
Fe2O3 maksimal 0,65%.
10.Bahan Pemutih kertas, pulp, karet
Bahan Galian Gamping hablur murni digerus halus dengan syarat 98% CaCO 3 dan PH > 7,8 dengan kehalusan
325 mesh mempunyai daya serap terhadap minyak warna putih.
11.Industri gula
Bahan Galian gamping berfungsi menjernihkan nira tebu dan menaikan tebu. Biasanya untuk 1000 kw
tebu = 100 kg kapur tohor dengan syarat 0,2% H2), 0,2% HCl, 55% CaO, 0,1% SiO2, 0,1% Al2O3,
0,4% MgO, 43,6% CO2, 0,3% Na2OK2O.

b. Dolomit

Nama kimia : CaMg(CO3)2, Karbonat Magnesium Zat kapur

Dolomit (Dolomite)  Sistem hablur Rhombohedral


CaMg(CO3)2  Berasosiasi (associated) dengan mineral kalsit dan evaporit

Karakteristik Fisik:
 Berwarna sering merah muda atau kemerah merahan dan dapat tidak berwarna, putih, kuning,
beruban/kelabu atau bahkan warna coklat atau hitam ketika besi hadir di kristal.
 Berkilap seperti mutiara ke seperti kaca ke tumpul.
 Sifat terhadap cahaya adalah transparan ke tembus cahaya.
 Sistem hablur adalah trigonal; menghalangi 3 Crystal Habits meliputi rhombohedral pelana yang shaped
yang kembar belah ketupat dan yang sederhana beberapa dengan wajah yang sedikit dibengkokkan, juga
seperti prisma/aneka warna, raksasa (masive), berisi butir kecil dan batu karang yang membentuk. Tidak
pernah yang ditemukan di scalenohedrons.
 Perpecahan sempurna di tiga arah yang membentuk rombohedron.
 Belahan conchoidal.
 Kekerasannya adalah 3.5-4
 Specific Gravity adalah 2.86 ( rata-rata)
 Warna lapisan putih.
 Karakteristik yang lain: Tidak sama dengan kalsit, berbuih dengan lemah dengan cuka yang hangat atau
ketika lebih dulu bertepung/berbubuk dengan HCl yang dingin.
 Mineral yang dihubungkan: meliputi kalsit, mineral bijih sulfida, fluorit [CaF], barit, kwarsa dan
adakalanya dengan emas.

Dolomit termasuk rumpun mineral karbonat, mineral dolomit murni secara teoritis mengandung 45,6%
MgCO3 atau 21,9% MgO dan 54,3% CaCO 3 atau 30,4% CaO. Rumus kimia mineral dolomit dapat ditulis meliputi
CaCO3.MgCO3, CaMg(CO3)2 atau CaxMg1-xCO3, dengan nilai x lebih kecil dari satu. Dolomit di alam jarang yang
murni, karena umumnya mineral ini selalu terdapat bersama-sama dengan batu gamping, kwarsa, rijang, pirit dan
lempung. Dalam mineral dolomit terdapat juga pengotor, terutama ion besi.

Dolomit berwarna putih keabu-abuan atau kebiru-biruan dengan kekerasan lebih lunak dari batu gamping,
yaitu berkisar antara 3,50 - 4,00, bersifat pejal, berat jenis antara 2,80 - 2,90, berbutir halus hingga kasar dan
mempunyai sifat mudah menyerap air serta mudah dihancurkan.
Penggunaan dolomit dalam industri tidak seluas penggunaan batu gamping dan magnesit. Kadang-kadang
penggunaan dolomit ini sejalan atau sama dengan penggunaan batu gamping atau magnesit untuk suatu industri
tertentu. Dalam beberapa semen, sebagai sumber dari magnesium dan sebagai specimen mineral.

Tempat Terdapatnya Batu Dolomit :


 Propinsi Nangroe Aceh Darussalam; Aceh Tenggara, desa Kungki berupa marmer dolomit. Cadangan
masih berupa   sumberdaya dengan kandungan MgO = 19%.
 Propinsi Sumatera Utara; Tapanuli Selatan, desa Pangoloan, berupa lensa dalam batugamping. Cadangan
berupa sumberdaya   dengan kandungan MgO = 11 - 18%.
 Propinsi Sumatera Barat; Daerah Gunung Kajai. (antara Bukittinggi - Payakumbuh). Umur diperkirakan
Permokarbon.
 Propinsi Jawa Barat; daerah Cibinong, yaitu di Pasir Gedogan. Dolomit di daerah ini umumnya berwarna
putih abu-abu dan   putih serta termasuk batu gamping dolomitan yang bersifat keras, kompak dan
kristalin.
 Propinsi Jawa Tengah; 10 km timur laut Pamotan. Endapan batuan dolomit dan batu gamping dolomitan.
 Propinsi Jawa Timur;
- Gunung Ngaten dan Gunung Ngembang, Tuban, formasi batu-gamping Pliosen. MgO = 18,5% sebesar
9 juta m3, kandungan MgO = 14,5% sebesar 3 juta m3;
- Tamperan, Pacitan. Cadangan berupa sumberdaya dengan cadangan sebesar puluhan juta ton.
Kandungan MgO = 18%;
- Sekapuk, sebelah Utara Kampung Sekapuk (Sedayu – Tuban). Terdapat di Bukit Sekapuk, Kaklak dan
Malang, formasi gamping umur Pliosen, ketebalan 50 m, bersifat lunak dan berwarna putih. Cadangan
sekitar 50 juta m3; Kandungan MgO di Sekapuk (7,1 - 20,54%); di Sedayu (9,95- 21,20 %); dan di
Kaklak (9,5 - 20,8%);
- Gunung Lengis, Gresik. Cadangan sumberdaya, dengan kandungan MgO = 11,1- 20,9 %, merupakan
batuan dolomit yang bersifat keras, pejal, kompak dan kristalin;
- Socah, Bangkalan, Madura; satu km sebelah Timur Socah. Cadangan 430 juta ton dan sumberdaya.
Termasuk Formasi Kalibeng   berumur Pliosen, warna putih, agak lunak, sarang. Ada di bawah batu
gamping dengan kandungan MgO 9,32 -20,92%.
- Pacitan, Sentul dan Pancen; batu gamping dolomitan 45,5 - 90,4%, berumur Pliosen. Di Bukit Kaklak,
Gresik endapan dolomit   terdapat dalam formasi batu-gamping Pliosen, tebal + 35 m dan cadangan
sekitar 70 juta m3.
 Propinsi Sulawesi Selatan; di Tonassa, dolomit berumur Miosen dan merupakan lensa-lensa dalam batu
gamping.
 Propinsi Papua; di Abe Pantai, sekitar Gunung Sejahiro, Gunung Mer dan Tanah Hitam; kandungan MgO
sebesar 10,7-21,8%,   dan merupakan lensa-lensa dan kantong-kantong dalam batu gamping.

c. Kalsit (batu bintang)

Sistem hablur Rhombohedral, Banyak ditemui dalam batuan sedimen tua


Kalsit (Calcite)
daripada Tertier, Low magnesium calcite (<4%) and high magnesium calcite
CaCO3
(>4%) still maintain, calcite crystal structure

Kalsit merupakan mineral utama pembentuk batu gamping, dengan unsur kimia pembentuknya terdiri dari
kalsium (Ca) dan karbonat (CO3), mempunyai sistem kristal Heksagonal dan belahan rhombohedral, tidak berwarna
dan transparan. Unsur kalsium dalam kalsit dapat tersubtitusi oleh unsur logam sebagai pengotor yang dalam
persentasi berat tertentu membentuk mineral lain. Dengan adanya substitusi ini ada perubahan dalam penulisan
rumus kimia yaitu CaFe (CO3)2 dan MgCO3 (subtitusi Ca oleh Fe), CaMgCO3, Ca2MgFe (CO3)4 (subtitusi oleh Mg
dan Fe) dan CaMnCO3 (substitusi oleh Mn).
Sifat fisika dari kalsit adalah bobot isi 2,71; kekerasan 3 (skala Mohs); bentuk prismatik; tabular; pejal;
berbutir halus sampai kasar; dapat terbentuk sebagai stalaktit, modul tubleros, koraloidal, oolitik atau pisolitik.
Warna kalsit yang tidak murni adalah kuning, coklat, pink, biru, lavender, hijau pucat, abu-abu, dan hitam.
Penggunaan kalsit saat ini telah mencakup berbagai sektor yang didasarkan pada sifat fisik dan kimianya.
Tempat Terdapatnya Batu Kalsit meliputi daerah sepanjang pantai barat Sumatera, Jawa bagian selatan dan utara.

d. Marmer (Batu Pualam)

Marmer atau batu pualam merupakan batuan hasil proses metamorfosa atau malihan dari batu gamping.
Pengaruh suhu dan tekanan yang dihasilkan oleh gaya endogen menyebabkan terjadi rekristalisasi pada batuan
tersebut membentuk berbagai foliasi mapun non foliasi.
Tulungagung adalah salah satu penghasil marmer terlama di Indonesia. Saat ini daerah penghasil marmer di
Indonesia sangat tersebar, antara lain Lampung, Jawa Tengah, Bandung, Sulawesi, Kalimantan, Bangka, dan
Kupang.
Marmer akan selalu berasosiasi keberadaanya dengan batu gamping. Setiap ada batu marmer akan selalu ada
batu gamping, walaupun tidak setiap ada batu gamping akan ada marmer. Karena keberadaan marmer berhubungan
dengan proses gaya endogen yang mempengaruhinya baik berupa tekan maupun perubahan temperatur yang tinggi.
Penggunaan marmer atau batu pualam tersebut biasa dikategorikan kepada dua penampilan yaitu tipe ordinario dan
tipe staturio. Tipe ordinario biasanya digunakan untuk pembuatan tempat mandi, meja-meja, dinding dan
sebagainya, sedangka tipe staturio sering dipakai untuk seni pahat dan patung.

Kelas Daya Aus (mm/menit) Kuat Tekan (kg/cm2)


1 < 0,100 1500 – 2000
2 0,100 – 0,130 1200 – 1400
3 0,130 – 0,160 990 – 1100
4 < 0,160 300 – 800

e. Oniks

Batu oniks atau onyx yang tergolong batu-batu kuarsa ada tiga macam. Yang berwarna hitam dan dasarnya
putih disebut batu oniks biasa, yang berwarna merah dan dasarnya putih dinamakan karneol onyx, sedangkan yang
merah tua dan dasarnya putih diberi nama sardonyx. Biasanya batu oniks atau onyx di buat menjadi bentuk
cabochon dan kebanyakan warna dari batu ini telah dihasilkan lewat proses pemanasan atau kimia dan amat sulit
untuk dibedakan sehingga pembeli maupun penjualnya pun banyak yang tidak bisa membedakan mana yang alami
dan mana yang tidak. Batu oniks mempunyai nilai keras 7 dalam daftar Mohs, walaupun batu ini keras tapi juga
mudah tergores atau lecet jika terbentur dengan keras.

Tempat ditemukan :
 Jawa Barat : Cinuru, Kabupaten Kuningan
 Jawa Tengah : Daerah Wirosan
 Jawa Timur : Desa Jari, Kecamatan Bubulan, Kabupaten Bojonegoro; Pulau Bawean, Kecamatan
Sangkapura, Kabupaten Gresik; Petiken, Kabupaten Mojokerto.

Pengolahan dan Pemanfaatannya : Oniks biasanya dimanfaatkan sebagai hiasan seperti asbak, vas, lampu
duduk/gantung atau bentuk dekorasi lainnya atau ornamen.

f. Fosfat

Fosfat adalah unsur dalam suatu batuan beku (apatit) atau sedimen dengan kandungan fosfor ekonomis.
Biasanya, kandungan fosfor dinyatakan sebagai bone phosphate of lime (BPL) atau triphosphate of lime (TPL), atau
berdasarkan kandungan P2O5.
Fosfat apatit termasuk fosfat primer karena gugusan oksida fosfatnya terdapat dalam mineral apatit
(Ca10(PO4)6F2) yang terbentuk selama proses pembekuan magma. Kadang kadang, endapan fosfat berasosiasi
dengan batuan beku alkali kompleks, terutama karbonit kompleks dan sienit.
Fosfat komersil dari mineral apatit adalah kalsium fluo-fosfat dan kloro-fosfat dan sebagian kecil wavellite,
(fosfat aluminium hidros). Sumber lain dalam jumlah sedikit berasal dari jenis slag, guano, crandallite
[CaAl3(PO4)2(OH)5.H2O], dan millisite (Na,K).CaAl 6(PO4)4(OH)9.3H2O. Sifat yang dimiliki adalah warna putih atau
putih kehijauan, hijau, berat jenis 2,81-3,23, dan kekerasan 5 H.
Kegunaan Fosfor/Fosfat Kegunaan fosfor yang penting adalah dalam pembuatan pupuk, dan secara luas
digunakan dalam bahan peledak, korek api, pestisida, odol dan deterjen.
Di Indonesia, jumlah cadangan yang telah diselidiki adalah 2,5 juta ton endapan guano (kadar P 2O5 = 0,17 -
43 %). Keterdapatannya di Propinsi Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah
dan NTT, sedangkan tempat lainnya adalah Sumatera Utara, Kalimantan, dan Irian Jaya.

2.5 Bahan Galian Berkaitan Dengan Batuan Gunung Api

a. Perlit

Perlit terdapat pada hasil letusan atau lelehan dibagian bawah atau tengah. Hal ini di interpretasikan bahwa
terjadinya perlit disebabkan oleh proses pertilisasi selama atau pada waktu pembekuan. Proses tersebut berlangsung
pada temperatur tertentu yang disebabkan oleh berat lapisan diatasnya.
Selama pertilisasi berlangsung terjadi penambahan air yang berasal dari batuan sekitarnya atau post magmatic
hydration. Pecahan-pecahan perlit berbentuk kulit bawang (union skin fracture), mungkin disebabkan oleh gaya
tarikan (strain) pada waktu proses pendinginan.
Tebal lapisannya mencapai ratusan meter. Umumnya batuan pengandung tersebut adalah batuan piroklastik,
sediment tufaan yang kadang-kadang mengandung kerakal (pebbles) tersisipkan bersama-sama dengan anglomerat
amygdaloidal. Perlit yang terdapat pada batuan intrusi didekat permukaan umumnya berbentuk kubah (dome),
retas (dike), dan sill.

Mineralogi Perlit 
Struktur aliran ditandai dengan warna goresan merah atau coklat. Selain itu terdapat pula mineral-mineral biotit
yang berwarna coklat, yang yang dapat menunjukkan arah aliran. Perlit merupakan batuan yang dihasilkan dari
kegiatan vulkanik, berkomposisi riolitik, berstruktur perlitik, dan umumnya mempunyai kandungan air lebih besar
dari obsidian (glossary of geology) pada endapan yang berbentuk memancar (radier) atau sentripetal. Umur batuan
pengandung umumnya tersier sampai kwarter, jarang yang berumur lebih tua.

Potensi Perlit di Indonesia


Sesuai dengan keterjadiannya, perlit selalu berasosiasi dengan aktivitas gunung berapi, sehingga banyak
kemungkinan keterdapatannya di Indonesia yang kaya akan gunung berapi. Dari berbagai studi dapat diinventarisasi
keberadaan, potensi dan hasil analisis kimia perlit di Indonesia adalah sebagai berikut.
 Pansurnapitu, Sumatra Utara
Perlit ditemukan di daerah Pansurnapitu, kecamatan Silindung, kabupaten Tapanuli Utara. Perlit berada
dalam suatu endapan bersama dengan obsidian sebagai bongkah-bongkah di dalam tufa, berwarna keabu-
abuan, dan keputihan agak lunak.
 Bukit Sikaping, Sumatra Barat
Perlit di daerah ini ditemukan bersama dengan obsidian sebagai bongkah-bongkah dalam tufa. Perlitnya
agak keras, nerwarna keabu- abuan, dengan faktor pengembangan 9,4% dari hasil crucible test.
 Mutaralam, Lampung
Perlit ditemukan sebagai aliran riolit dan berlokasi di daerah Mutaralam, Kecamatan SumberJaya,
Kabupaten Lampung Utara. Hasil dari Laboratorium (crubble test) menunjukkan bahwa
pengembangannya sebesar 269%
Dengan hasil kimia :
SiO2 = 7,94%; Al2O3= 18,45%
Fe2O3 = 0,23%; FeO = 0,21%
CaO = 1,46%; MgO = 0,30%
Na2O = 2,80%; K2O = 1,60%
TiO2 = 0,16%; P2O5 = 0,01%
MnO = 0,06%; H2O = 0,76%;
H2O+ = 3,03%
 Dan beberapa daerah lain yang terdapat di Indonesia.
b. Obsidian

Obsidian merupakan batuan vulkanik amorf dan sedikit kristal feldspar, mineral hitam dan kuarsa dengan komposisi
utama aluminium silikat. Obsidian terbentuk oleh hasil kegiatan erupsi gunung api bersusunan asam hingga basa
yang pembekuannya sangat cepat sehingga akan terbentuk gelas atau kaca daripada kristal dominan.

Mineralogi Obsidian
Kebanyakan obsidian berwarna hitam, walaupun ditemukan juga berwarna merah hijau, abu-abu, hijau tua,
merah, kuning, merah muda putih, kuning, hijau muda, biru kehijauan, biru tua, ungu, dan coklat. Kadang-kadang
pecahannya seperti kulit kerang dan kilap gelas. Kebanyakan obsidian memiliki komposisi seperti batuan rhiolit.
Batu Obsidian sebenarnya bukan batu tambang melainkan sejenis batu lahar yang dimuntahkan dari kawah gunung
api. Batu obsidian dapat ditemukan di Jepang, Hawaii, Iceland, Mexico.
Obsidian merupakan batuan vulkanik asam yang mengandung silika 70 - 75% dengan struktur perlitik
(mengulit bawang) yang tertutup. Batuan vulkanik ini mudah pecah menjadi butiran-butiran kecil (0 – < 1 cm)
dengan ukuran hampir seragam. Menurut Uluatam (1991) berdasarkan sifat fisika dan kimianya Obsidian lebih baik
digunakan sebagai media penyaring dibandingkan dengan pasir kuarsa alam.
Batuan Obsidian umumnya mengandung air terperangkap < 2%. Dengan adanya air terperangkap ini
menyebabkan Obsidian mudah dikembangkan melalui pemanasan pada suhu 800 – 1200 0C. Secara umum
komposisi Obsidian dapat dilihat pada tabel berikut:

Manfaat Obsidian
Batu obsidian memiliki manfaat antara lain:

a. Menyembuhkan penyakit yang terdapat di area sirkulasi darah


b. Sebagai bahan baku beton ringan, isolasi bangunan, plesteran, isolator temperatur tinggi/rendah, bahan
penggosok, saringan/filter, bahan pembawa (media) dan campuran makanan ternak.
c. Sebagai adsorben logam-logam berat dalam limbah cair.

Penelitian menunjukkan kemampuan Obsidian dalam menyerap limbah logam Pb, Cu, Cr, Cd, Fe, Mg, Ca dan
Zn berkisar antara 60 sampai dengan 96 % (Adinal et al, 1999). Obsidian memiliki kemampuan untuk meng-
adsorpsi logam-logam berat yang terkandung dalam limbah cair. Adsorpsi atau penyerapan permukaan adalah suatu
proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun gas , terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat penyerap,
adsorben) dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis atau film (zat terserap, adsorbat) pada permukaannya.
Obsidian dihaluskan dengan alat penggerus dan diayak sesuai dengan ukuran partikel yang diinginkan.
Kemudian obsidian dikembangkan volumenya di dalam furnace dengan temperatur 800 – 1200 0C. Obsidian yang
telah mengembang volumenya ini akan dimasukkan ke dalam kolom dengan massa atau tinggi unggun yang dapat
divariasikan sesuai dengan kebutuhan dan debit limbah cair.
d. Batu Apung ( Pumice )

Batu apung (pumice) adalah jenis batuan yang berwarna terang, mengandung buih yang terbuat dari gelembung
berdinding gelas, dan biasanya disebut juga sebagai batuan gelas volkanik silikat.
Batuan ini terbentuk dari magma asam oleh aksi letusan gunungapi yang mengeluarkan materialnya ke udara,
kemudian mengalami transportasi secara horizontal dan terakumulasi sebagai batuan piroklastik. Batu apung
mempunyai sifat vesicular yang tinggi, mengandung jumlah sel yang banyak (berstruktur selular) akibat ekspansi
buih gas alam yang terkandung di dalamnya, dan pada umumnya terdapat sebagai bahan lepas atau fragmen-
fragmen dalam breksi gunungapi. Sedangkan mineral-mineral yang terdapat dalam batu apung adalah
feldspar,kuarsa,obsidian,kristobalit,dantridimit.
Jenis batuan lainnya yang memiliki struktur fisika dan asal terbentuknya sama dengan batu apung adalah
pumicit, volkanik cinter, dan scoria. Didasarkan pada cara pembentukan, distribusi ukuran partikel (fragmen), dan
material asalnya, batu apung diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu: sub-areal, sub-aqueous, new ardante,
dan hasil endapan ulang (redeposit).

Mineralogi Batu Apung


Sifat kimia dan fisika batu apung antara lain, yaitu: mengandung oksida SiO2, Al2O3, Fe2O3, Na2O, K2O, MgO,
CaO, TiO2, SO3, dan Cl, hilang pijar (Loss of Ignition) 6%, pH 5, bobot isi ruah 480 – 960 kg/cm3, peresapan air
(water absorption) 16,67%, berat jenis 0,8 gr/cm3, hantaran suara (sound transmission) rendah, rasio kuat tekan
terhadap beban tinggi, konduktifitas panas (thermal conductivity) rendah, dan ketahanan terhadap api sampai
dengan 6 jam.

Potensi Batu Apung di Indonesia


Keterdapatan batu apung selalu berkaitan dengan rangkaian gunungapi berumur Kuarter sampai Tersier.
Penyebaran meliputi daerah Serang, Sukabumi, Pulau Lombok, dan Pulau Ternate.

e. Belerang

Belerang terdapat dalam bentuk kristal, lumpur belerang. Terbentuk dari kegiatan sulfatara, fumarol akibat gas
dan larutan yg mengandung belerang keluar dari perut bumi. Belerang selalu berkaitan dg gunung api yg masih
aktif, Ada dua jenis yaitu Tipe sublimasi dan tipe lumpur terdapat di kawah atau danau.

Mineralogi Belerang
Sifat-sifat fisik belerang adalah kristal belerang berwarna kuning, kuning kegelapan, dan kehitam-hitaman, karena
pengaruh unsur pengotornya. Berat jenis Belerang 2,05 - 2,09, kekerasan 1,5 - 2,5 (skala Mohs), Ketahanan
getas/mudah hancur (brittle), pecahan berbentuk konkoidal dan tidak rata. Kilap damar Gores berwarna putih. Sifat
belerang lainnya adalah tidak larut dalam air, atau H 2SO4. Titik lebur 129oC dan titik didihnya 446oC. Mudah larut
dalam CS2, CC14, minyak bumi, minyak tanah, dan anilin, penghantar panas dan listrik yang buruk. Apabila dibakar
apinya berwarna biru dan menghasilkan gas-gas SO 2 yang berbau busuk.

Potensi Belerang di Indonesia


Potensi dan penyebaran endapan belerang Indonesia saat ini baru diketahui di enam propinsi, dengan total cadangan
sekitar 5,4 juta. Untuk tipe sublimasi, karena proses terjadinya didasarkan kepada aktivitas gunung berapi, maka
selama gunung berapi aktif, belerang tipe ini dapat diproduksi. Dengan demikian sumber daya belerang sublimasi
dapat dianggap tidak terbatas.

Manfaat Belerang
 Untuk membuat asam sulfat
 Untuk membuat gas SO2 yang biasa dipakai untuk mencuci bahan yang terbuat dari wool dan sutera.
 Pada industri ban, belerang untuk vulkanisasi karet yang berkaitan agar ban bertambah ketegangannya serta
kekuatannya.
 Belerang juga digunakan pada industri obat-obatan, bahan peledak, dan industri korek api yang
menggunakan Sb2S3 
 Unsur alami dan sifat belerang banyak digunakan di sejumlah produk obat dan kosmetik yang membantu
dalam masalah jerawat. Produk dapat dipakai dengan aman tapi kecuali anda alergi terhadap belerang.
Belerang sangat baik dalam membunuh mikroorganisme berbahaya seperti bakteri.

f. Opal

Opal adalah bentuk amorfis dari silika yang berkaitan dengan kuarsa ( bentuk mineraloid-nya, bukan mineral ).
3% hingga 21% dari berat keseluruhannya berupa air, namun biasanya isinya antara 6% hingga 10%. Opal
terbentuk pada suhu yang relatif rendah dan ada di retakan setiap jenis batuan, umumnya ditemukan bersama
limonit, batu pasir, riolit, marl dan basal. 97% opal berasal dari Australia dan merupakan batu permata nasionalnya.

Mineralogi Opal
Struktur dalam opal membuatnya mampu menyebarkan cahaya; tergantung kondisi tempat batu ini terbentuk yang
membuatnya dapat memunculkan berbagai warna. Warna opal bervariasi mulai dari jernih sampai putih, abu-abu,
merah, jingga, kuning, hijau, biru, magenta, mawar, slat, zaitun, cokelat, dan hitam. Dari warna-warna tersebut,
merah dan hitam adalah yang paling langka, sementara putih dan hijau sangat umum. Opal juga bervariasi dalam
kepadatan optiknya mulai dari opak hingga semi-transparan. Untuk dipakai pada batu permata, warna alaminya
sering digunakan dengan meletakkan lapisan opal tipis pada batu gelap seperti basal.

2.6 Bahan Galian Industri Yang Berkaitan Dengan Intrusi Plutonik Batuan Asam dan Ultra Basa

a. Granit dan Granodiorit

Ciri-ciri :
• Batuan beku asam berbutir kasar.
• Batuan granit berwarna kelabu dan terdapat bintik-bintik hitam.
• Mineral pembentuknya berwarna terang (Kuarsa Ortoklas).
• Proses pembekuannya perlahan dan jauh dari permukaan bumi.
• Susunan kimianya terdiri dari Al2O3, SiO2, TiO2, K2O, Fe2O3, MgO, CaO, MnO, FeO, Na2O, H2O+, P2O5.
• Batuan granit berbentuk padat tak bereaksi dengan asam sulfat, permukaan kasar, berat, tidak mudah hancur, dan
berkilau.

Umumnya bersifat masif dan keras, bertekstrur porfiritik, terdiri atas mineral kuarsa, ortoklas, plagioklas, biotit, dan
hornblende. Granit adalah batuan beku dalam, mineralnya berbutir kasar hingga sedang, berwarna terang,
mempunyai banyak warna umumnya putih, kelabu, merah jambu atau merah. Warna ini disebabkan oleh variasi
warna dari mineral feldspar. Granit terbentuk jauh di dalam bumi dan tersingkap di permukaan bumi karena adanya
erosi dan tektonik. Granit merupakan batuan yang banyak terdapat di alam.

Tempat Ditemukan : NAD, Sumut, Sumbar, Jambi, Riau, Bengkulu, Kalbar, Kalsel, Sulsel.

Teknik Penambangan : Dilakukan seperti pada penambangan andesit.


Pengolahan dan pemanfaatan : Kegunaan Granit sebagai bahan Bangunan rumah dan gedung, untuk bangunan
Monumen, jalan dan jembatan, sebagai batu hias (dekorasi), sebagai bahan baku industri poles (tegel, ornamen, dan
lain-lain) dan bahan bangunan (gedung, jalan, jembatan, dan lain-lain), selain itu dapat digunakan sebagai bahan
baku pembuatan aksesoris rumah seperti lantai, wastafel dan meja serta di bidang konstruksi.

b. Bauksit

Bauksit merupakan bahan yang heterogen, yang mempunyai mineral dengan susunan terutama dari oksida
aluminium, yaitu berupa mineral buhmit (Al 2O3H2O) dan mineral gibsit (Al2O3.3H2O). Secara umum bauksit
mengandung Al2O3 sebanyak 45 – 65%, SiO2 1 – 12%, Fe2O3 2 – 25%, TiO2 >3%, dan H2O 14 – 36%.
Bijih bauksit terjadi di daerah tropika dan subtropika dengan memungkinkan pelapukan sangat kuat.
Bauksit terbentuk dari batuan sedimen yang mempunyai kadar Al nisbi tinggi, kadar Fe rendah dan kadar kuarsa
(SiO2) bebasnya sedikit atau bahkan tidak mengandung sama sekali. Batuan tersebut (misalnya sienit dan nefelin
yang berasal dari batuan beku, batu lempung, lempung dan serpih. Batuan-batuan tersebut akan mengalami proses
lateritisasi,yang kemudian oleh proses dehidrasi akan mengeras menjadi bauksit.

Tempat Ditemukan : Sumut, Kalbar, Riau, dan Bangka Belitung.


Teknik Penambangan : Dilakukan dengan penambangan terbuka diawali dengan land clearing.

Pengolahan dan Pemanfaatan :


 Bauksit mengandng beberapa mineral dengan kadar bervariasi, bila kandungan Al 2O3 dominan baru
dinamakan bauksit.
 Dilakukan proses penggilingan sampai ukuran <35 mesh (0,417 mm)
 Proses melarutkan AL2O3 yang terdapat pada bauksit dengan larutan soda api pada konsentrasi dan
suhu tertentu dengan menggunakan uap sebaga media penghantar panas dalam tabung baja yang
tertahan terhadap tekan yang ditimbulkan uap.
 Untuk Proses memisahkan larutan Al2O3 dari benda-benda padat yang tidak larut dan disilication
product, endapan dari persenyawaan yang terbentuk antara silika reaktif dengan Na 2O dan Al2O3.
 Penyaringan larutan Al2O3 dari koloid-koloid dan benda padat lainnya sehingga diperoleh larutan
Al2O3 yang bening.
 Adapun kegunaan dari bauksit adalah bahan utama penggunaan logam aluminium dan bahan dasar
industri kimia dan refraktori.

c. Mika

Mika adalah sejenis mineral. Kata "mika" berasal dari kata bahasa Latin micare, "bergemerlapan", sebab mineral
satu ini terlihat gemerlap (khususnya saat berskala kecil).

Tempat Ditemukan : NAD, Sumut, Kalbar, Kalteng, Sulteng, Irian Jaya.

Pengolahan dan pemanfaatan :


1. Karena memiliki kuat dielektrik yang tinggi dan stabilitas kimiawi yang sempurna, mika sering
dijadikan bahan pembuatan kondensator untuk penerapan frekuensi radio. Selain digunakan sebagai
insulator dalam alat listrik tegangan tinggi, mika yang juga merupakan bias ganda biasanya
digunakan untuk membuat lempeng gelombang paruh.
2. Karena tahan panas, mikalah yang digunakan (bukannya kaca) dalam berbagai jendela untuk kompor
dan pemanas minyak tanah. Mika juga dipakai untuk memisahkan konduktor listrik dalam kabel yang
dirancang untuk memiliki sebuah tingkat tahan api agar menyediakan integritas sirkuit.

d. Asbes

Asbes dibagi menjadi dua kelompok:


o Asbes serpentin
Jenis ini dapat dipintal, yang termasuk golongan ini antara lain mineral kristosil – 3 Mg 2 SiO2 2H2O; serabutnya
lemas dan halus seperti sutera, warna putih, panjang serabut antara 4-5 inch, sangat kuat, satu ton bahan ini dapat
dipintal sampai 10.000 meter, bila dipanaskan dapat bertahan hingga 2760 0C.

o Asbes Amfibol
Jenis ini sukar dipintal, yang termasuk golongan ini antara lain mineral antofilit – (Fe, Mg) SiO 3, terdapat sebagai
gumpalan serabut pendek dan gelas, panjang serabut 4-5 inch, bila dipanaskan dapat bertahan hingga 2760 0C.
Autofilit selain didapat di alam, dapat pula dibuat dengan memanaskan magnesium metalisikat yang jauh lebih
tinggi dari pada titik lelehnya dan kemudian dengan cepat didinginkan.
Pengolahan dan Pemanfaatan :
Asbes dari hasil penggalian diadakan pemilahan dengan tangan. Serabut yang disebut mutu no.1 adalah yang
panjangnya ≥0,75 inch, sedang yang panjangnya 0,37 – 0,75 inch disebut mutu no.2.

Bahan galian yang harus digiling, kemudian disaring bertahap dengan cara penyedotan dengan udara dan akhirnya
disisir dan dipintal. Didalam pemanfaatan asbes dibagi menjadi 2 kelompok.

o Yang Dipintal
Terutama dari jenis krisotil, dipergunakan sebagian besar untuk lapisan pada rem mobil. Selain itu dipergunakan
untuk bahan pelindung terhadap api, listrik dan bahan kimia.

o Yang sukar dipintal


Dimanfaatkan untuk pembuatan panil asbes (lazim disebut eternit). Eternit dibuat dari semen portland dan serabut
asbes golongan nomor 2. banyaknya asbes untuk pembuatan eternit biasanya 10-15% pipa asbes semen
dipergunakan untuk mengalirkan berbagai macam air, larutan bahan kimia, sebagai pelindung, kabel listrik, telepon
dan sebagainya.

2.7 Bahan Galian Industri Yang Berkaitan Dengan Endapan Residu dan Endapan Letakan

a. Lempung

Lempung merupakan istilah butir yang lebih kecil dari 1/256 mm (menurut ukuran wentworth). Apabila butiran-
butiran tersebut sudah kompak kemudian lempung sama pengertiannya dengan batu lempung.
Lempung dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
1. Lempung residu
2. Lempung sedimen

Teknik penambangan : Penambangan tanah liat diawalin dengan pengupasan tanah penutup baik dilakukan dengan
peralatan sederhana maupun dengan peralatan berat misalnya bulldozer.

Persyaratan tanah liat yang akan dimanfaatkan untuk bahan baku semen portland

Semen Persentase (%)


SiO2 AL2O3 Fe2O3 CaO MgO SO3 loss Insol
Tipe I 21,3 6,0 2,7 63,2 2,9 1,8 1,3 0,2
Tipe II 22,3 4,7 4,3 63,1 2,5 1,7 0,8 0,1
Tipe III 20,4 5,9 3,1 64,3 2,0 2,3 1,2 0,2
Tipe IV 24,3 4,3 4,1 62,2 1,8 1,9 0,9 0,2
Tipe V 25,0 3,4 2,8 64,1 1,9 1,6 0,9 n.d
Putih 25,5 5,9 0,6 65,0 1,1 0,1 n.d n.d
Pozzolan 26,0 6,9 3,6 52,3 4,2 1,8 4,8 9,4

b. Pasir Kuarsa

Tempat ditemukan :Aceh, Sumut, Sumbar, Sumsel, Jambi, Bengkulu, Jawa tengah, Jawa timur, Kalimantan selatan,
Kalimantan barat, Sulawesi selatan Irian jaya, Kalimantan timur.
Teknik penambangan : Penambangan pasir kuarsa dilakukan secara tanbang terbuka berbentuk jenjang. Tahapan
kegiatan meliputi pengupasan lapisan penutup, pembokaran pemuatan dan pengangkutan.

Spesifikasi pasir kuarsa untuk bata tahan api berdasarkan komposisi kimia.

Analisis Spesifikasi
(Komposisi kimia)

SiO3 98 % (min)
Al2O3 1 % (min)
Na2O 0,3 % (maks)
K2O 0,3 % (maks)
TiO2 0,3 % (maks)

c. Intan

Sistem Cristal : isometrik.


Warna : umumnya kuning pucat, atau tak berwarna, dapat pula coklat, putih sampai putih kebiruan, jingga, merah
muda, biru, merah, hijau, atau hitam.
Goresan : putih
Belahan dan pecahan : sempurna pada ( 111 ); konkoidal.
Kekerasan : 10
Berat jenis : 3,50
Genesis : intan terbentuk pada pembentukan batuan beku ultrabasa, yaitu porfiri-olivin, atau porfiri kaya-flogopit;
batuan ini dikenal sebagai kimberlit. Dapat dijumpai dalam deposit aluvial, baik di sungai-sungai maupun di pantai.
Manfaat : digunakan dalam industri sebagai alat pemotong kaca, pengasah, dipasang pada mata bor untuk
eksplorasi; dan dijadikan batu permata.
Tempat ditemukan : Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan timur.
Teknik penambangan : Intan dicari dengan cara membuat galian lubang didalam tanah yang mungkin mengandung
intan. Ada 2 macam lubang yaitu lubang surut dan lubang dalam.
Derajat kejernian intan

Simbol Kelas Keterangan


IF 1 Mutu tinggi, tak ada cacat/pengotoran.
VVS 2 Sedikit sekali mengandung cacat/pengotoran
VS 3 Sedikit mengandung cacat/pengotoran
SI 4 Pengotoran/ cacat sekali
P1 5 Pengotoran/cacat nyata
P2 6 Pengotoran/cacat besar
P3 7 Mutu rendah, pengotoran/cacat besar sekali.

d. Kaolin

Tempat ditemukan :
Daerah istimewa aceh, sumatra utara, Sumatera selatan, Kalimantan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi
Tengah, Maluku.

Teknik penambangan :
Tambang terbuka (open kit), tambang semprot (hydraulicking), tambang dalam (underground mining).
e. Zirkon

Mineral utama yang mengandung unsur zirkonium adalah zirkon/zirkonium silika (ZrO 2.SiO2) dan
baddeleyit/zirkonium oksida (ZrO2). Kedua mineral ini dijumpai dalam bentuk senyawa dengan hafnium. Pada
umumnya zirkon mengandung unsur besi, kalsium sodium, mangan, dan unsur lainnya yang menyebabkan warna
pada zirkon bervariasi, seperti putih bening hingga kuning, kehijauan, coklat kemerahan, kuning kecoklatan, dan
gelap, sistim kristal monoklin, prismatik, dipiramida, dan ditetragonal, kilap lilin sampai logam, belahan sempurna
– tidak beraturan, kekerasan 6,5 – 7,5, berat jenis 4,6 – 5,8, indeks refraksi 1,92 – 2,19, hilang pijar 0,1%.

Kegunaann zirkon adalah untuk bahan baku elektronik, keramik.


Potensi zirkon menyebar di Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, dan Kalimantan bagian barat.
Potensi ini mengikuti penyebaran kasiterit, yang dikenal dengan nama tin belt.
f. Korundum

Rumus kimia aluminium oksida, Al2O3


Warna Coklat hingga abu-abu, lebih jarang merah, biru, putih,
kuning.
Sifat kristal Steep bipyramidal, tabular, prismatic, rhombohedral
crystals, massive or granular
Skala Mohs 9
kekerasan
Indeks bias nω=1.768 - 1.772 nε=1.760 - 1.763, Biref 0.009
Cerat Putih
densitas 3.95-4.1
relatif
Kelarutan tidak larut

Korundum adalah kristal aluminium oksida dan merupakan salah satu mineral pembentuk batuan. Secara alami
mineral ini jernih, tapi dapat memiliki warna yang berbeda dengan adanya zat pengotor. Spesimen yang transparan
digunakan sebagai batu permata, yang disebut rubi jika berwarna merah dan safir jika berwarna selain merah. Selain
kekerasannya, korundum dikenal karena densitasnya yang tinggi (4,02 g/cm³), yang sangat tinggi untuk suatu
mineral transparan yang tersusun dari unsur ber-massa atom rendah aluminium dan oksigen.

2.8 Bahan Galian Industri Yang Berkaitan Dengan Proses Ubahan Hidrotermal

a. Barit

Pada umumnya, barit (BaSO4) mengandung campuran unsur Cr, Ca, Pb, dan Ra, yang senyawanya
mempunyai bentuk kristal yang sama. Unsur pengotor barit adalah besi oksida, lempung, dan unsur organik, yang
semuanya dapat memberikan beragam warna pada warna kristal barit murni adalah putih atau abu-abu. Sebagai
unsur Barium (Ba), barit juga dijumpai sangat terbatas mengandung feldspar (3% BaO), plagioklas (7,3% BaO),
muskovit (9,9% BaO), dan biotit (6-8% BaO). Kerak bumi rata-rata mengandung unsur barium sekitar 0,05%. Barit
juga dijumpai sebagai mineral ikutan (gangue mineral) terutama pada cebakan logam sulfida, seperti timah.
Sebagian besar produksi barit dunia digunakan dalam industri perminyakan. Pemakaian ini mencapai
sekitar 85-90% dari produksi barit secara keseluruhan. Sisanya digunakan sebagai bahan baku dalam industri kimia
barium, sebagai bahan pengisi dan pengembang (filler dan extender), dan agregat semen.

Sifat Fisik dan Kimia :


Barit dengan rumus kimia BaSO4, bentuk kristal tabular, tidak berwarna/putih apabila murni, kuning, merah, hijau,
kadang-kadang hitam akibat adanya kontaminasi. Sifat Kristal yang lain kompak, granular, massive, ataupun
berbentuk sebagai stalaktit. Mempunyai kekerasan 2,5 – 3,5 berat jenis 4,48 cukup berat walaupun bukan termasuk
logam. Mudah pecah membentuk belahan prismatik, transparan ataupun translusen dengan luster vitreus, cerat
putih, sulit terbakar, dan tidak larut dalam asam, apabila dipanasi memberi nyala kuning-hijau.

Tempat diketemukan :
 Jawa Barat : Cikondang, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya (berupa urat-urat pada celah-celah
batuan tufa breksi).
 Jawa Tengah : Kepulauan Plampang Kukusan, watutugu, Serno, Kabupaten Kulon Progo (berupa urat-urat
pada celah-celah batuan andesit, ditandai dengan kenampakan warna coklat tua); Durensari, Bagelen,
Kabupaten Purworejo (seperti yang terdapat di Plampang).
 Kalimantan Barat : Desa Lanjut, Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Pontianak (berupa urat/pengisian
pada rekahan-rekahan silicified limestone dengan komposisi BaSO4= 96,5 - 98,5%, SiO2= 0,9 - 2,2%,
Fe2O3= 0,3 - 0,57%.
 Nusa Tenggara Timur : Tg. Merah dan Pakuoyong (Pulau Lomblen), Kabupaten Flores timur (berupa
urat-urat berasosiasi batuan kuarsa pada dasit); Kecamatan Riung Kabupaten Ngada (berupa urat-urat
dalam batuan tufa dasit).
 Sulawesi Selatan : Sangkanropi, Kabupaten Tanotoraja (berasosiasi dengan bijih sulfide pada zona
riolit/dasit yang terkersikan).

Teknik Penambangan :
Penambangan barit lebih banyak ditunjukan oleh singkapan yang banyak tampak di permukaan. Oleh sebab itu
sistem panambangan yang diterapkan adalah penambangan terbuka dengan peralatan sederhana. Pada umumnya
barit terakumulasi pada reaktan-reaktan ataupun patahan. Oleh sebab itu penambangan sistem gophering sangat
mungkin dilakukan tetapi harus sangat hati-hati karena terjadinya runtuhan tanah akan sangat mungkin terjadi.

Pengolahan dan Pemanfaatan :


Barit dari penambangan pada umumnya kotor dan dilekati oleh batuan yang lain. Sehingga langkah awal
barit ini dicuci dengan air cara disemprot. Yang bersih dan kering dapat ditumbuk dan digerus, kemudian disaring
dengan ukuran tertentu. Karena barit mempunyai berat jenis besar (±4,4) maka proses floatasi dapat menghasilkan
fraksi barit murni. Pada instalasi pengolahan yang agak modern, fraksi barit yang merupakan hasil proses
pemecahan, dicuci dengan log-washer, kemudian disaring, fraksi yang berukuran halus diproses dengan jig untuk
selanjutnya dikonsentrasi dengan cara floatasi. Hasilnya dikeringkan untuk selanjutnya dibuat dalam bentuk tepung.
Tepung barit dimanfaatkan sebagai bahan cat, industry karet, kaca atau gelas, kertas, dan plastic. Tepung barit juga
dimanfaatkan untuk lumpur pemboran minyak dan gas (untuk mengakut cutting dari dasar lubang bor ke atas
lubang bor). Dalam hal pemakaian yang demikian barit yang sudah dipakai dapat dimanfaatkan kembali (dengan
system sirkulasi). Karena berat jenis besar, barit cukup baik untuk bahan tambahan dalam membangun reactor atom.
Barit dicampur dengan fenol-formal dehid, silikat, asbes, dan arang kemudian digerus halus akan diperoleh semen
fenolik yang mempunyai daya tahan yang besar terhadap berbagai bahan kimia.

b. Pirofilit

Piropilit adalah paduan dari alumunium silikat, yang mempunyai rumus kimia Al 2O3.4SiO2H2O. Mineral
yang termasuk piropilit adalah kianit, andalusit, dan diaspor. Bentuk kristal piropilit adalah monoklin serta
mempunyai sifat fisik dan kimia yang mirip dengan talk.
Piropilit terbentuk umumnya berkaitan dengan formasi andesit tua yang memiliki kontrol struktur dan
intensitas ubahan hidrotermal yang kuat. Piropilit terbentuk pada zone ubahan argilik lanjut (hipogen), seperti
kaolin, namun terbentuk pada temperatur tinggi dan pH asam. Kegunaan piropilit adalah untuk pakan ternak,
industri kertas sebagai pengganti talk, dan lain-lain.
Piropilit terdapat di beberapa tempat yang diakibatkan munculnya formasi andesit tua, seperti di Pulau
Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Pulau Sulawesi.

Tempat Diketemukan :
 Daerah Istemewa Aceh : Takengon kabupaten Aceh Tengah
 Bengkulu : Sungai Batuintan dan Sungai Musna, desa Air Kopras, Kecamatan Lebong Utara, Kabupaten
Rejang Lebong (berwarna abu-abu muda keputihan, kompak, agak keras dari tufa dasitis terubah,
komposisi SiO2=58,48 – 65,54%, Al2O3=13,25 – 14,37%, FeO3=1,27-2,36%, MgO=0,12-0,48%,
CaO=4,03-4,37%)
 Kalimantan Tengah : Kuala Kurun Tewah
 Kalimantan Barat : Desa Sememeng, Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau (berasal dari tufaterubah,
berwarna putih)

Teknik Penambangan : Dilakukan seperti penambangan kaolin.

Pengolahan dan Pemanfaatan : Pengolahan dilakukan seperti pada kaolin. Pirofilit banyak digunakan pada industry
keramik, refraktori, kosmetik, kertas, cat, plastic, karet, dan industry kimia/sabun.

c. Toseki

Toseki adalah batuan beku asam (ziolit, dasit, perlit dan tufa asan) yang terbentuk oleh proses hidrotermal
dan menyebabkan terjadinya endapatn bijih pada dinding yang diterobos dan kemudian mengalami perubahan sifat
fisik, kimia dan mineral. Lokasi toseki ditemukan di daerah timur laut Gunung Mandalagiri, Kecamatan Cikajang,
Kandungan serisit dalam toseki ini cukup baik (15-20%) dan sangat baik digunakan sebagai bahan keramik.
Kegunaan toseki umumnya dikaitan dengan kadar Fe 2O3. Toseki terutama untuk bahan baku keramik, refraktori,
isolator. Sebagai bahan keramik toseki mudah dikerjakan dan tidak memerlukan bahan campuran lain.

Tempat Diketemukan :
 Sumatra Barat : Barangan, Kabupaten Padang Pariaman
 Bengkulu : tambang Sawah : Muaraman (warna putih keabuan, keras)
 Kalimantan Barat : Lumar, kabupaten Bengkoyang (hasil ubahan hydrothermal dari batuan tufa dasitik,
mutu kurang baik)
 Sulawesi Selatan : Sadang Malibong, Kecamatan Sesean, Kabupaten Tator (hasil ubahan hydrothermal
dalam batuan tufa dasit).

d. Oker

Oker ditemukan di jawa barat dan jawa timur. Penambangannya dilakukan dengan tambang terbuka dan
pengolahannya sebelum digiling oker dibersihkan dari kotorannya. Untuk memisahkan fraksi dari serbuk dilakukan
penyedotan sehingga akan diperoleh dalam bentuk tepung, kemudian dilakukan pembakaran untuk mendapatkan
warna tertentu. Saat pembakaran besi hidrat yang mulanya berwarna kuning akan berubah menjadi merah karena
airnya menguap dan terbentuk besi oksida. Pada pembakaran di udara yang lebih lama dan suhu yang tinggi, ferro
akan berubah menjadi ferro oksida yang warnanya merah tua.
Oker sendiri dimanfaatkan sebagai bahan utama cat merah (apabila dicampur dengan minyak cat) dan dapat
memberikan warna pada ubin.

e. Tawas
Alum merupakan salah satu senyawa kimia yang dibuat dari molekul air dan dua jenis garam, salah satunya
biasanya Al2(SO4)3. Alum kalium, juga sering dikenal dengan alum, mempunyai rumus formula yaitu
K2SO4.Al2(SO4)3.24H2O. Alum kalium merupakan jenis alum yang paling penting. Tipe lain dari alum adalah
aluminium sulfat yang mencakupi alum natrium, alum amonium, dan alum perak. Alum digunakan untuk
pembuatan bahan tekstil yang tahan api, obat, dan sebagainya.

Pengolahan dan pemanfaatan :


Tawas dimanfaatkan untuk menjernihkan air/air sumur yang keruh. Air yang telah dijernihkan dengan tawas tidak
boleh diminum secara langsung tetapi harus dimasak terlebih dahulu. Tawas dimanfaatkan pula sebagai sumber
bahan pembuatan natrium dan kalium, untuk bahan antiseptik, bahan industri farmasi, untuk bahan cat, bahan
penyamak kulit.

2.9 Bahan Galian Industri Yang Berkaitan Dengan Batuan Malihan

a. Batu Sabak (Slate)

Batu yang terbentuk dari butiran yang sangat halus. Batuan ini sangat keras dan bersusun berlapis di alamnya
dimana mudah dibelah mengikuti celah lapisannya sehingga menjadi lempengan tipis. Tingkat homogen bervariasi
ada yang rendah ada yang cukup tinggi. Sering disebut juga sebagai Batu Templek.

b. Kuarsit

Kuarsit adalah batuan metamorf yang mempunyai ciri fisik seperti warnanya putih, tekstur nematoblastik
dengan strukturnya nonfoliasi. Batuan ini tersusun oleh mineral kuarsa yang warnanya putih dengan bentuk
prismatik.
Kuarsit terbentuk pada metamorfisme kontak atau regional rendah – sedang. Batuan ini terbentuk dari
batuan sedimen yaitu batu pasir kuarsa atau kaya akan silika, jasper, dan juga dapat diperoleh dari aplites dan
pegmatites. Temperatur terbentuknya pada suhu sekitar 8000 0C dengan tekanan sekitar 5 – 8 kilobar. Kuarsit
termasuk dalam fasies greenschist.
Proses penambangan menggunakan system penambangan terbuka karena segala kegiatan yang dilakukan
berada pada tempat yang terbuka atau berhubungan dengan udara bebas. Penambangan ini dilakukan dalam skala
kecil atau biasanya dilakukan oleh penduduk setempat.
Kegunaannya untuk persediaan bahan bangunan, sering di gunakan sebagai bahan dalam industry gelas dan
keramik.

c. Grafit

Grafit umumnya berwarna hitam hingga abu-abu tembaga, kekerasan 1 – 2 (skala Mohs), berat jenis 2,1 –
2,3, tidak berbau dan tidak beracun, serta tidak mudah larut, kecuali dalam asam hidroflorik atau aqua regia
mendidih. Proses dekomposisi berlangsung lambat pada suhu 600 0C dan dalam kondisi oksida atau pada suhu
3.5000C bila kondisi bukan oksida.
Grafit adalah mineral yang dapat berasal dari batuan beku, sedimen, dan metamorf. Secara kimia, grafit
sama dengan intan karena keduanya berkomposisi karbon, yang membedakannya adalah sifat fisik. Intan dikenal
sangat keras, langka, dan transparan, sedangkan grafit agak lunak, mudah ditemukan, dan opak.
Belum ditemukan daerah yang berpotensi di Indonesia. Sampai saat ini Indonesia masih megimpor grafit.

d. Wolastonit

Wolastonit ditemukan di Sumatera Barat. Penambangnnya dilakukan dengan cara tambang terbuka dan
menggunakan alat yang sederhana. Oleh karenanya wolastonit yang diperoleh dari tambang harus dibersihkan dari
zat pengotor dan kemudian dicuci dengan air untuk membebaskan wolastonit agar bisa dimanfaatkan sebagai
refraktori.

2.10 Dasar – Dasar Pengolahan Bahan Galian

A Pengolahan Bahan Galian

Pengolahan Bahan Galian (Mineral dressing) adalah pengolahan mineral dengan tujuan untuk memisahkan mineral
berharga dan gangue-nya (tidak berharga) yang dilakukan secara mekanis, menghasilkan produk yang kaya mineral
berharga (konsentrat) dan yang kadarnya rendah (tailing). Proses pemisahan ini didasarkan pada sifat fisik mineral
maupun sifat kimia fisika permukaan mineral dan diupayakan menguntungkan.

Dengan melakukan Pengolahan Bahan Galian ini didapat beberapa keuntungan, antara lain :
 Mengurangi ongkos transport dari lokasi penambangan ke pabrik peleburan, karena sebagian dari waste
telah terbuang selama proses ore dressing, dan juga kadar bijih telah ditingkatkan.
 Mengurangi jumlah flux yang ditambahkan dalam peleburan, serta mengurangi metal yang hilang bersama
slag.
 Mereduksi ongkos keseluruhan dalam peleburan, karena jumlah tonase yang dileburkan lebih sedikit.
 Bila dilakukan pengolahan akan menghasilkan konsentrat yang mempunyai kadar mineral berharga relatif
tinggi, sehingga lebih memudahkan untuk diambil metalnya.
 Bila konsentratnya mengandung lebih dari satu mineral berharga, maka ada kemungkinan dapat diambil
logam yang lain sebagai hasil sampingan.

Didalam operasi mineral dressing ada beberapa tahap yang dilakukan, yaitu : preparasi, konsentrasi, dewatering dan
operasi tambahan lain yang diperlukan

1. Preparasi
Yaitu merupakan proses persiapan sebelum dilakukan proses konsentrasi. Dalam preparasi ini ada beberapa tahap
yaitu :

 Komunusi, ialah mereduksi ukuran butir sehingga menjadi lebih kecil dari ukuran semula. Hal ini dapat
dilakukan dengan crushing atau grinding. Grinding digunakan untuk proses basah dan kering, sedangkan
crushing digunakan untuk proses kering saja. Selain untuk mereduksi ukuran butir, kominusi dimaksudkan
juga untuk meliberasikan bijih, yaitu proses melepas mineral tersebut dari ikatan yang merupakan gangue
mineral. Untuk melakukan hal ini digunakan alat crusher dan grinding mill.
 Sizing, ialah pengelompokan mineral, dalam pengelompokan mineral ini dapat dilakukan dengan cara :
• screening, ialah pemisahan besar butir mineral berdasarkan lubang ayakan, sehingga hasilnya seragam.
• classifying, ialah pemisahan butir mineral yang mendasarkan atas kecepatan jatuh material dalam suatu
media (air, udara), sehingga hasilnya tidak seragam. Alat untuk melakukan screening disebut screen dan
alat untuk melakukan classifying disebut classifier.

2. Konsentrasi
Yaitu suatu proses pemisahan antara mineral yang berharga dengan mineral yang tak berharga, sehingga didapat
kadar yang lebih tinggi dan menguntungkan. Pemisahan ini ada beberapa cara yang mendasarkan atas sifat fisik
mineral, diantaranya adalah :

 Warna, kilap dan bentuk kristal, Konsentrasi yang dilakukan dengan tangan biasa (hand picking).
 Specific gravity (gravity concentration). Adalah konsentrasi berdasarkan berat jenisnya. Dalam hal ini, ada
tiga macam yakni : Flowing film concentration, Jigging, Heavy Media Separation dan Heavy Liquid
Separation,
 Magnetic susceptibility, Setiap mineral akan mempunyai sifat kemagnetan yang berbeda yakni ada yang
kuat, lemah dan bahkan ada yang tidak sama sekali tertarik oleh magnet. Berdasarkan sifat kemagnetan
yang berbeda-beda itulah mineral dapat dipisahkan dengan alat yang disebut magnetic-separator.
 Conductivity, Mineral itu ada yang bersifat konduktor dan non konduktor. Untuk memisahkan mineral jenis
ini diperlukan alat yang disebut High Tension Separator, dan hasil yang didapat adalah mineral konduktor
dan non konduktor.
 Sifat permukaan mineral, Permukaan mineral itu ada yang bersifat senang dan tidak senang terhadap
gelembung udara. Mineral yang senang terhadap udara akan menempel pada gelembung udara sedangkan
mineral yang senang terhadap air tidak akan menempel pada gelembung udara. Untuk mengubah agar
mineral yang senang terhadap air menjadi senang terhadap udara digunakan suatu reagen kimia, yang mana
reagen ini hanya menyelimuti permukaan mineral itu saja (tidak bereaksi dengan mineral). Dengan
memberi gelembung udara maka mineral akan terpisah. Sehingga antara mineral yang dikehendaki dengan
yang tidak dikehendaki dapat dipisahkan. Proses pemisahan semacam ini disebut dengan flotasi.

3. Dewatering
Adalah merupakan proses pemisahan antara cairan dengan padatan. Proses ini tidak dapat dilakukan sekaligus,
tetapi harus secara bertahap, yaitu dengan jalan :

 Thickening, Yaitu merupakan proses pemisahan antara padatan dengan cairan yang mendasarkan atas
kecepatan mengendap partikel atau mineral tersebut dalam suatu pulp sehingga solid factor yang dicapai
sama dengan satu (% solid = 50%)
 Filtrasi, Adalah merupakan proses pemisahan antara padatan dengan cairan jalan menyaring (dengan filter)
sehingga didapat solid factor sama dengan empat (% solid = 100%).
 Drying, Adalah proses penghilangan air dari padatan dengan jalan pemanasan, sehingga padatan itu betul-
betul bebas dari cairan atau kering (% solid = 100%).

4. Operasi Tambahan
Operasi tambahan ini juga sangat besar artinya dalam proses. Pengolahan atau operasi yang sedang dijalankan, yang
meliputi :
 Feeding yaitu merupakan proses memasukkan feed kedalam unit konsentrasi secara tetap dan lancar baik
beratnya feed maupun volumenya.
 Sampling yaitu merupakan proses pengambilan contoh yang sesedikit mungkin tetapi bisa mewakili bijih
seluruhnya. Setiap proses konsentrasi selalu dilakukan sampling, ini dengan tujuan untuk mengontrol
apakah operasi yang sedang berjalan ini sesuai dengan keinginan atau tidak. Dalam sampling ini hasilnya
akan lebih baik jika pengambilan sample dilakukan berkali-kali dalam jumlah yang sedikit dari pada sekali
tetapi jumlah yang banyak.

B Pengolahan Bahan Galian Industri

Pengolahan bahan galian industri bertujuan untuk meningkatkan mutu dan berbagai nilai, seperti tingkat konsentrat,
kadar suatu unsur kimia, mutu fisik, mutu bentuk dan penampilan.
a. Pemurnian dengan konsentrasi

Penambangan intan yang dipisahkan dari mineral lain dilakukan dngan konsep konsentrasi berdasarkan atas gaya
berar seperti meja goyang (shaking table), dan alat-alat jig. Pemurnian felsfar mempergunakan proses gaya berat
dan juga flotasi untuk menghasilkan feldspar bermutu tinggi. Pemurnian fosfat dilakukan dengan cara flotasi,
sedangkan barit serbuk yang merupakan hasil pengolahan tailing pertambangan emas di pulau wetar diolah dengan
cyclone, classifier dan pengering (dryer).

b. Peningkatan kadar suatu unsur

Pengolahan belerang dapat dilakukan dengan proses penyulingan (frazer) dalam usaha mendapatkan belerang dalam
mutu tinggi. Pemurnian pasir besi dengan memperhatikan perbedaan berat jenis dengan mineral yang lain dan sifat
kemagnitannya telah dilakukan di penambangan pasir besi di Cilacap.

c. Peningkatan sifat kimia

Peningkatan sifat kimia yang sudah dilakukan adalah pembakaran batu gamping untuk mendapatkan kalsium
oksida. Peningkatan mutu zeolit dengan pengolahan secara benefisiasi dan kimia telah berhasil meningkatkan nilai
jualnya.

d. Peningkatan sifat fisika

Pengolahan kaolin untuk meningkatkan kehalusan dan keputihan dengan pencampuran (blending) untuk
mendapatkan jenis kaolin dengan mutu prima.

e. Peningkatan bentuk permukaan

Cara ini diterapkan khususnya untuk bahan bangunan dan batuhias. Pengolahan dapat dilakukan dengan
pemotongan dan penggosokan (polishing).
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bahan galian adalah bahan-bahan hasil dari pertambangan yang di peroleh dengan cara pelepasan dari batuan
induknya yang berada di dalam kerak bumi. Bahan-bahan galian ini biasanya terdiri dari berbagai jenis mineral.
Klasifikasi bahan galian dibedakan menurut undang-undang, menurut kandungan mineralnya, menurut mineral
ekonominya, dan berdasarkan cara terbentuknya. Contoh bahan galian yang ada di Indonesia yaitu emas, batubara,
minyak bumi, gas alam, bauksit, asbes, alumunium, aspal, belerang dan lain sebagainya. Selain itu masih banyak
contoh bahan galian yang lain dan contoh bahan galain industri yang berkaitan dengan banyak hal, misalnya bahan
galian industri yang berkaitan dengan intrusi plutonik batuan alam dan ultra basa dan lain sebagainya. Pengolahan
bahan galian merupakan pengolahan mineral dengan tujuan memisahkan mineral berharga dan gangue-nya (mineral
tak berharga) yang dilakukan secara mekanis.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Ir.Rosman. 2007. Bahan Bangunan sebagai Dasar Pengetahuan.Bangun Cipta Pustaka. Jakarta

http://www.wikipedia.org (diakses tanggal 5 April 2021)

http://tokobangunan.net/daftar-harga-bahan-bangunan/daftar-harga-bahan bangunan-dan-material-bangunan
(diakses tanggal 5 April 2021)

http://www.info-rumah.com/bahanbangunan.htm (diakses tanggal 5 April 2021)

http://www.beacukai.go.id/library/data/Semen.htm (diakses tanggal 5 April 2021)

http://mowilex.com/ind/prod_tips.php (diakses tanggal 5 April 2021)

http://www.propanraya.com/index.php?option=com_content&view=article &id=156&Itemid=257 (diakses


tanggal 5 April 2021)

https://ilmugeografi.com/geologi/bahan-galian (diakses tanggal 5 April 2021)


Nurhakim, Draft Modul BGI Teknik Kimia, Buku Galian Industri.

Anda mungkin juga menyukai