Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN

INTRANATAL CARE

KELOMPOK VI
SAMSIR MAPPA,
ARIF TRI CAHYO
ZAHROTUL MAHNUNIN,
TRINIA SUCI OMEGA SIHOTANG
MARINI ANTIKA,
MUSTIKA SINDI,
ANDI MIRAWATI

STIKER PERTAMEDIKA TAHUN AJARAN 2022/2023


BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kehamilan dan persalinan adalah suatu peristiwa yang normal yang akan
dialami oleh setiap wanita, dan bukan suatu penyakit yang harus dihindari sehingga
menimbulkan ketakutan. Saat mengetahui dirinya hamil ibu harus beradaptasi dengan
berbagai perubahan, mulai dari perubahan fisik sampai perubahan psikologis yang
dapat mempengaruhi emosinya.
Intranatal merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi atau
pengeluaran bayi yang cukup bulan atau mendekati cukup bulan yang dapat hidup
diluar kandungan, dan disusul dengan pengeluaran plasenta baik secara spontan
maupun dengan bantuan (Rahmawati, 2017).
Menurut Rukiyah (2009), Intranatal merupakan serangkaian kejadian yang
berakhir dengan pengeluaran bayi cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta
dan selaput janin dari perut ibu, pengeluaran hasil konsepsi yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentase belakang
kepala yang berlangsung tidak lebih dari18 jam tanpa adanya komplikasi baik bagi
ibu maupun janin.
Dengan memberikan asuhan intranatal yang tepat dan sesuai standar,
diharapkan dapat membantumenurunkan angka kematian ibu dan bayi akibat
perdarahan pada saat persalinan

B. TUJUAN UMUM
Agar perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat pagi pasien
intranatal berdasarkan data dan keluhan-keluhan yang didapat dari pasien

C. TUJUAN KHUSUS
1. Mampu melaksanakan pengkajian asuhan keperawatan ibu inpartu
2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada asuhan keperawatan ibu inpartu
3. Mampu menyusun rencana tindakan (intervensi) pada asuhan keperawatan ibu
inpartu
4. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan (implementasi) pada asuhan
keperawatan ibu inpartu
5. Mampu melaksanakan evaluasi pada asuhan keperawatan ibu inpartum
6. Mampu mencatat perkembangan (dokumentasi) pada asuhan keperawatan ibu
inpartu
BAB II
KONSEP TEORI

A. PENGERTIAN
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup kedunia
luar dari rahim melalui jalan lahir / dengan jalan lain (Mochtar, 2002). Primigravida
adalah seorang wanita yang sedang mengalami kehamilan pertama (Cunningham,
2006).
Internatal/ persalinan adalah suatu proses yang di mulai dengan adanya
kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari serviks,
kelahiran bayi,dan kelahiran plasenta, dan proses tersebut merupakan proses alamiah
(Dalam Buku Penanganan Nyeri Persalinan dengan Metode Nonfarmakologi).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan
cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyakit dan komplikasi.
Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan
pada servik (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara
lengkap. Ibu belum inpartu bila kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan
servik. (Repositori Riset Kesehatan Nasional RI 2019)
B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya persalinan adalah:
1. Teori penurunan hormone
1 – 2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormone
progesteron dan esterogen. Progesteron bekerja sebagai penenang otot–otot polos
rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his
bila kadar progesteron turun.
2. Teori progastalgin
Adanya prostaglandine yang dihasilkan oleh desidua merangsang terjadinya
kontraksi yang menyebabkan peristiwa persalinan.
3. Teori oksitosin
Pelepasan prostaglandine ini disertai dengan pelepasan oksitosin dari glandula
pituitaria posterior. Dilatasi segmen uterus bagian bawah pada akhir kehamilan
juga dipercaya merangsang pelepasan oksitosin yang dapat merangsang kontraksi
uterus.
4. Teori distensi Rahim
Pembesaran dan perenggangann rahim oleh isi rahim yang semakin membesar
menyebabkan terjadinya iskemia otot rahim sehingga sirkulasi utero plasenta
terganggu dan menyebabkan terjadinya peristiwa persalinan (Departemen
Kesehatan Jawa Tengah, 2004).
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Tanda–tanda permulaan persalinan yang terjadi beberapa minggu sebelum
persalinan adalah :
a. Lightening / settling / dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas
panggul. Pada primigravida terjadi saat 4–6 minggu terakhir kehamilan,
sedangkan pada multigravida terjadi saat partus mulai.
b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun
c. Perasaan sering atau susah kencing (polakisuria), karena kandung kemih
tertekan oleh bagian terbawah janin.
d. Perasaan sakit perut dan dipinggang karena kontraksi lemah dari uterus
e. Serviks menjadi lebih lembek dan mulai mendatar, sekresinyapun akan
bertambah bisa bercampur darah (Departemen Kesehatan Jawa Tengah, 2004)
2. Tanda–tanda pasti persalinan yang terjadi beberapa saat sebelum persalinan
adalah:
a. Terjadinya his persalinan yang bersifat pinggang rasa sakit dan menjalar
kedepan yang sifatnya teratur, iterfal semakin pendek dan kekuatan semakin
besar, semakin bergerak kekuatan his semakin besar.
b. Pengeluaran lendir dan darah (bloody show) yang lebih banyak karena
robekan kecil pada serviks
c. Pengeluaran cairan yang terjadi pada beberapa kasus ketuban pecah, dan
dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24
jam kemudian.
d. Pada pemeriksaan dalam serviks telah mendatar dan pembukaan telah ada
3. Factor-faktor yang mrmpengaruhi persalinan
a. Power/kekuatan mendorong janin keluar
Power pertama pada persalinan adalah kekuatan yang dihasilkan kontraksi otot
rahim yang terjadi diluar kesadaran. Power terdiri dari 2 faktor, yaitu :
1) His
2) Tenaga mengejan
Adanya kontraksi otot dinding perut maka menyebabkan peningkatan
tekanan intra abdominal (serupa tenaga mengejan sewaktu BAB namun
lebih kuat). Setelah kepala sampai pada dasar panggul timbul suatu reflek
pasien menutup glotisnya, mengkontraksikan otot–otot perutnya dan
menekan diafragma kebawah. Hal ini berhasil bila pembukaan sudah
lengkap dan efektif sewaktu ada kontraksi.
3) Passage (jalan lahir)
4) Passager (janin)
Letak janin yaitu hubungan antara sumbu panjang ibu dan sumbu
panjang janin, dimana janin bisa melintang atau memanjang. Presentasi 8
yaitu bagian terendah janin yang berada di pintu atas panggul yang dapat
berupa kepala, bokong, bahu atau muka
5) Psikologi
Apabila ibu hamil mengalami stress psikologis, janin dan ibu akan
mengalami kondisi yang tidak baik, karena saat stress dapat menyebabkan
disekresinya epineprin yang dapat menghambat aktifitas miometrial
sehingga mengakibatkan tidak terkoordinasinya aktivitas uterus. Agar
tidak terjadi hal tersebut sang calon ibu harus diberikan support dan
dukungan, karena berdasarkan penelitian bahwa support emosional dan
fisik mempunyai hubungan signifikan dalam mempercepat persalinan.
4. Adaptasi yang terjadi selama proses persalinanantara lain:
a. Adaptasi janin:
1) Denyut jantung janin
Pemantauan denyut jantung janin memberi informasi yang dapat dipercaya
dan dapat digunakan untuk memprediksi keadaan janin yang berkaitan
dengan oksigenasi. Denyut jantung janin rata–rata pada aterm adalah 140
denyut/menit, dan batas normalnya adalah 110 – 160 denyut/menit.
2) Sirkulasi darah janin
Dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah posisi ibu,
kontraksi uterus, tekanan darah dan aliran darah tali pusat. Kebanyakan
apabila janin yang sehat akan mampu mengkompensasi stres ini, biasanya
aliran darah tali pusat tidak terganggu oleh kontraksi uterus atau posisi
janin.
3) Pernafasan dan gerak janin
Pada waktu persalinan pervagina 7–24 ml air ketuban diperas keluar dari
paru–paru, tekanan oksigen janin menurun, tekanan karbondioksida
meningkat, gerakan janin masih sama seperti masa kehamilan tetapi akan
menurun setelah ketuban pecah.
b. Adaptasi ibu
1) Perubahan cardiofaskular
Selama proses persalinan pada setiap kontraksi 400 ml darah akan
dikeluarkan dari uterus dan masuk kesistem vaskuler ibu dan hal ini akan
meningkatkan curah jantung sekitar 10%-15% pada tahap pertama
persalina, dan sekitar 30%-50% pada tahap kedua persalinan untuk
mengantisipasi perubahan tekanan darah ibu. Aliran darah yang menurun
pada arteri uterus akibat kontraksi dialirkan kembali kepembuluh darah
perifer yang mengakibatkan tekanan darah meningkat adan frekuensi
denyut nadi menurun. Pada persalinan tahap pertama kontraksi uterus
meningkatkan tekanan sistolik 10 mmHg, sedangkan pada tahanan kedua
sekitar 30 mmHg dan tekanan disrtolik sampai 25 mmHg.
2) Perubahan pernafasan
Peningkatan aktifitas fisik dan peningkatam pemakaian oksigen terlihat
dari peningkatan frekuensi pernafasan sehingga jika pada tahap kedua
persalinan ibu tidak diberi obat-obatan maka ia akan memakai oksigen 2
kali lipat.
3) Perbahan berkemin
Selama persalinan ibu dapat mengalami kesulitan berkemih secara spontan
karena berbagai alasan, antara lain yaitu endema jaringan akibat tekanan
bagian presentasi, perasaan tidak nyaman dan rasa malu.
4) Perbahan integument
Adaptasi sistem integumen jelas telihat khususnya pada daerah introitus
vagina, meskipun daerah tersebut dapat merenggang saat proses persalinan
namun dapat terjadi robekan-robekan kecil sekalipun tidak dilakukan
episiotomy.
5) Proses pencernaan
Proses persalinan mempengaruhi alat pencernaan, bibir dan mulut menjadi
kering akibat bernafas melalui mulut, dehidrasi sebagai respon emosi
terhadap persalinan. Selama persalinan motilitas dana bsorbsi saluran
cerna menurun pada waktu pengosongan lambung menjadi lambat,
seringkali rasa mual dan memuntahkan makanan yang 11 belum dicerna,
mual dan sendawa juga sering terjadi sebagai respon refleks terhadap
dilatasi serviks lengkap.
6) Perubahan endokrin
Awal persalinan dapat diakibatkan karena penurunan kadar progesteron
dan peningkatan kadar esterogen, prostaglandine dan oksitosin,
metabolisme meningkat dan kadar glukosa darah dapat menurun akibat
proses persalinan.
5. Proses persalinan yang terdiri dari 4 kala
a. Kala 1 (pembukaan serfiks)
Pada kala ini pada primigravida terjadi pendataran serviks (effacement)
terlebih dulu baru terjadi pembukaan (dilatasi), sedangkan pada multigravida
pendataran serviks dan pembukaan dapat terjadi bersamaan (Cunningham,
2006).
Kala 1 terdapat 2 fase :
1) Fase laten
Tahap awal persalinan ini dimulai begitu sudah ada pembukaan leher
rahim. His mulai teratur, muncul rasa sakit yang perlahan makin nyeri dan
sering serta makin lama, sejak pembukaan 0cm–3cm umumnya berjalan
lambat. Fase laten terjadi ± 8 jam pada primigravida dan ± 5 jam pada
multigravida. Pencatatan kondisi selama fase laten:
a) Djj setiap ½ jam
b) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap ½ jam
c) Nadi setiap ½ jam
d) Pembukaan serfikx setiap 4 jam
e) TD dan suhu setiap 4 jam
2) Fase aktif
Pada fase ini tahap awal pembukaan 4 cm – 10 cm. Terjadi ± 5 jam pada
primigravida. Pada fase ini bagian terendah bayi (biasanya kepala) mulai
turun kepanggul dan ibu mulai merasakan desakan untuk mengejan. Fase
ini dibagi menjadi 3 sub fase:
a) Fase akselerati (pembukaan menjadi 4 cm)
b) Fase dilatasi maksimal (pembukaan menjadi 9 cm)
c) Fase disalerasi (pembukaan menjadi 10 cm)

b. Kala II (pengeluaran janin)


Pada kala ini his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama ± 2 – 3 menit sekali.
Kepala janin mulai turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan
pada otot–otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa
mengedan. Karena tekanan pada rectum ibu merasa seperti mau BAB dengan
tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva
membuka dan perineum meregang. Pada ibu primigravida dianjurkan
melakukan episiotomi agar tidak terjadi robekan (rupture uteri). Dengan his
mengejan yang terpimpin akan lahirlah kepala diikuti oleh seluruh badan
janin. Kala II pada primigravida terjadi selama ± 1½ - 2 jam, sedangkan pada
multigravida ± ½ - 1 jam.
c. Kala III (pengeluaran plasenta)
Pada kala ini uterus akan teraba keras dengan tinggi fundus uteri setinggi
pusat. 5 – 30 menit setelah bayi lahir rahim akan berkotraksi dan ibu akan
merasakan sakit, rasa sakit ini menandakan lepasnya plasenta dari
perlekatanya dirahim. Dalam waktu 1 – 5 menit seluruh plasenta terlepas,
terdorong kedalam vagina dan akan keluar dengan spontan atau dengan sedikit
dorongan dari atas simfisis pubis atau fundus uteri. Pengeluaran plasenta
disertai dengan pengeluaran darah ± 100 – 200 cc. Setelah itu plasenta akan
diperiksa guna memastikan apakah plasenta sudah lengkap (jika masih ada
jaringan plasenta yang tertinggal dalam
rahim dapat terjadi perdarahan). Pada primigravida kala III terjadi ±½ jam,
pada multigravida ±¼ jam.
d. Kala IV (pengawasan)
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan
postpartum paling sering terjadi 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan
meliputi tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan
darah, nadi dan pernafasan, kontraksi uterus, terjadinya perdarahan.
Perdarahan masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc
D. PATHWAY

E. ADAPTASI FISIOLOGIS DAN PSIKOLOGIS


1. Adaptasi Fisiologis
Adaptasi psikologis masa nifas merupakan proses adaptasi dari seorang
ibu nifas, dimana pada saat ini ibu akan lebih sensitif dalam segala hal, tertama
yang berkaitan dengan dirinya serta bayinya. Perubahan psikologis mempunyai
peranan yang sangat penting. Pada masa ini, ibu cenderung pasif dan tergantung.
Adapun adaptasi Fisiologis terbagi menjadi:
a. Perubahan fisiologis kala 1
1) Uterus
Saat mulai persalinan, jaringan dari Myometrium berkontraksi dan
berelaksasi seperti otot pada umumnya. Pada saat otot retraksi, ia tidak
akan kembali ke ukuran semula tapi berubah ke ukuran yang lebih pendek
secara progresif. ontraksi uterus mulai dari fundus dan terus melebar
sampai ke bawah abdomen dengan dominasi tarikan ke arah fundus
(fundaldominan). Kontraksi uterus berakhir dengan masa yang terpanjang
dansangat kuat pada fundus
2) Serviks
Sebelum onset persalinan, serviks mempersiapkan kelahiran dengan
berubah menjadi lembut. Saat persalinan mendekat, serviks mulai
menipisdan membuka. Seiring dengan bertambah efektifnya kontraksi,
serviks mengalami perubahan bentuk menjadi lebih tipis. Hal ini
disebabkan olehkontraksi uterus yang bersifat fundal dominan sehingga
seolah-olah serviks tertarik ke atas dan lama kelamaan menjadi tipi.
Setelah serviksdalam kondisi menipis penuh, maka tahap berikutnya
adalah pembukaan. Serviks membuka disebabkan daya tarikan otot uterus
keatas secara terus-menerus saat uterus berkontraksi. Dilatasi dandiameter
serviks dapat diketahui melalui pemeriksaan intravaginal.
3) Ketuban
Ketuban akan pecah dengan sendirinya ketika pembukaan hampir
atausudah lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika
pembukaansudah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum pembukaan
5cm, disebut Ketuban Pecah Dini (KPD).
4) Tekanan Darah
Tekanan darah akan meningkat selama kontrkasi, disertai peningkatan
sistol rata-rata 15-20 mmHg dan diastole rata-rata 5-10 mmHg. Pada
waktu-waktu tertentu di antara kontraksi, tekanan darah kembalike tingkat
sebelum persalinan.
5) Metabolik
Peningkatan aktivitas metabolic dari peningkatan suhu tubuh, denyut nadi,
pernapasan, curah jantung, dan cairan yang hilang.
6) Suhu Tubuh
Peningkatan suhu tubuh sedikit adalah normal dalam persalinan,namun
bila persalinan berlangsung lebih lama peningkatan suhu tubuhdapat
mengindikasikan dehidrasi, sehingga parameter lain harus dicek. Begitu
pula pada kasus ketuban pecah dini, peningkatan suhudapat
mengindikasikan infeksi dan tidak dapat dianggap normal dalamkeadaan
ini.
b. Perubahan Fisiologi Kala II
Menurut Damayanti et al (2014) Perubahan fisiologis pada kala II
adalahsebagai berikut:
1) Servix
Serviks akan mengalami pembukaan yang biasanya didahului oleh
pendataran serviks yaitu pemendekan dari kanalis servikalis, yang semula
berupa sebuah saluran yang panjangnya 1-2 cm, menjadi suatu lubangsaja
dengan pinggir yang tipis.
2) Uterus
Saat ada his, uterus teraba sangat keras karena seluruh ototnya
berkontraksi. Proses ini akan efektif hanya jika his bersifat fundal
dominan, yaitu kontraksi didominasi oleh otot fundus yang menarik otot
bawah rahim keatas sehinga akan menyebabkan pembukaan serviks dan
dorongan janin ke bawah secara alami.
3) Tekanan Darah
Tekanan darah sistolik meningkat rata-rata 15mmHg saat kontraksi.Upaya
meneran juga akan memengaruhi tekanan darah, dapatmeningkatkan dan
kemudian menurun kemudian akhirnya kembalilagi sedikit di atas normal.
Rata-rata normal peningkatan tekanandarah selama kala II adalah 10
mmHg.
4) Metabolik
Peningkatan metabolisme terus berlanjut hingga kala II persali nan.Upaya
meneran pasien menambah aktivita otot-otot rangka
sehinggameningkatkan metabolisme.
5) Suhu tubuh
Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat proses persalinan dansegera
setelahnya, peningkatan suhu normal adalah 0,5-10C. Keseimbangan
cairan kehilangan cairan meningkat oleh karenameningkatnya kecepatan
dan kedalaman respirasi yangmenyebabkan restriksi cairan.
c. Perubahan Fisiologis Kala III
Menurut Sondakh J S (2013) menjelaskan bahwa ada tiga perubahanutama
yang terjadi pada saat proses persalinan kala III, yaitu:
1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus uteri
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus
berbentuk bulat penuh, dan tinggi fundus biasanya terletak dibwah
pusat.Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus
berbentuk segetiga atau berbentuk menyerupai buah pir atau alpukat,
danfundus berada diatas pusat (sering kali mengarah ke sisi kanan).
2) Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda Ahfeld).
3) Semburan darah mendadak dan singkat
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong
plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah
(retroplacental pooling) dalam ruang di antara dinding uterus dan
permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya, maka
darahakan tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.
d. Perubahan Fisiologis Kala IV
1) Tanda-tanda Vital
Dalam dua jam pertama setelah persalinan, tekanan darah, nadi, dan
pernapasan akan berangusr kembali normal. Suhu pasien biasanya
akanmengalami sedikit peningkatan, tapi masih dibawah 38 0C, hal
inidisebabkan oleh kurangnya cairan dan kelelahan. Jika intake cairan
baik,maka suhu akan berangsur normal kembali setelah dua jam.
2) Gemetar
Kadang dijumpai pasien pasca persalinan mengalami gemetar, hal
ininormal sepanjang suhu kurang dari 380C dan tidak dijumpai tanda-
tandainfeksi lain. Gemetar terjadi karena hilangnya ketegangan dan
sejumlahenergi selama melahirkan dan merupakan respon fisiologis
terhadap penurunan volume intrabdominal serta pergeseran hematologik.
3) Gastrointestinal
Selama dua jam pascapersalinan kadang dijumpai pasien merasa mual
sampai muntah, atasi hal ini dengan posisi tubuh yang
memungkinkandapat mencegah terjadinya aspirasi corpus aleanum ke
saluran pernapasan dengan setengah duduk atau duduk di tempat tidur.
Perasaanhaus pasti dirasakan pasien, oleh karena itu hidrasi sangat
pentingdiberikan untuk mencegah dehidrasi.
4) Serfiks
Perubahan pada serviks terjadi segera setelah bayi lahir, bentuk
serviksagak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus
uterusyang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak
berkontraksisehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan
serviks berbentuk semacam cincin. Muara serviks yang berdilatasi
sampai10cm sewaktu persalinan akan menututp secara perlahan dan
bertahap.Setelah bayi lahir tangan bisa masuk ke dalam rongga rahim,
setelah dua jam hanya dapat dimasuki dua atau tiga jari.
5) Perineum
Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur karena
sebelunyateregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju.
6) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan, dan dalam beberapa hari pertamasesudah
proses tersebut kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur.Setelah 3
minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamildan rugae
dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali, seperti labia
menjadi lebih menonjol.
7) Pengeluaran ASI
Dengan menurunnya hormon estrogen, progesterone, dan Human Placenta
Lacctogen Hormon setelah plasenta lahir prolactin dapat berfungsi
mebentuk ASI dan mengeluarkannya ke dalam alveoli bahkan sampai
ductus kelenjar ASI.
2. Adaptasi Psikologis
a. Perubahan Psikologis Kala I
1) Kala 1 fase laten
Pada awal persalinan, kadang pasien belum cukup yakin bahwa ia akan
benar-benar melahirkan meskipun tanda persalinan sudah cukup jelas.
Pada tahap ini penting bagi orang terdekat dan bidan untuk
meyakinkandan memberikan support mental terhadap kemajuan
perkembangan persalinan. Seiring dengan kemajuan proses persalinan dan
intensitas rasasakit akibat his yang menngkat, pasien akan mulai
merasakan putus asa dan lelah. pengetauran nafas atau dengan posisi yang
dirasa paling nyaman dan pasien dapat menerima keadaan bahwa ia harus
menghadapi tahap persalinan dari awal sampai selesai.
2) Kala 1 fase aktif
Memasuki kala I fase aktif, sebagaian besar pasien akan mengalami
penurunan stamina dan sudah tidak mampu lagi untuk turun dari tempa
tidur, terutama pada primipara. Pada fase ini pasien sangat tidak suka jika
diajak bicara atau diberi nasehat menganai apa yang seharusnya ia
lakukan. Ia lebih fokuss untuk berjuang mengendalikan rasa sakit dan
keinginan untuk meneran. Jika ia tidak dapat mengendalikan rasa saki
tdengan pengaturan nafas dengan benar. Maka ia akan mulai menangisatau
bahkan berteriak-teriak dan mungkin akan meluapkan kemarahan pada
suami atau orang terdekatnya. Perhatian terhadap orang-orang disekitarnya
akan sangat sedikit berpengaruh, sehingga jika ada keluargaatau teman
yang datang untuk memberikan dukungan mental, sama sekali tidak akan
bermanfaat dan mungkin justru akan sangat mengganggunya. Kondisi
ruangan yang tenang dan tidak banyak orangakan sedikit mengurangi
perasaan kesalnya.
b. Perubahan psikologis kala II
Menurut Sondakh (2013) mengungkapkan bahwa perubahan emosional atau
psikologi dari ibu bersalin pada kala II ini semakin terlihat, diantaranya yaitu.
1) Emosional distres
2) Nyeri menurunkan kemampuan mengendalikan emosi, dan cepat marah
3) Lemah
4) Takut
5) Kultur (respon terhadap nyeri, posisi, pilihan kerabat yang mendampingi,
perbedaan kultur juga harus diperhatikan).
c. Perubahan psikologis kala III dan IV
Sesaat setelah bayi lahir hingga 2 jam persalinan, perubahan-perubahan
psikologis ibu juga masih sangat terlihat karena kehadiran buah hati baru
dalam hidupnya.
1) Bahagia
Karena saat- saat yang telah lama di tunggu akhirnya datang juga yaitu
kelahiran bayinya dan ia merasa bahagia karena merasa sudah menjadi
wanita yang sempurna (bisa melahirkan, memberikanan anak untuk
suamidan memberikan anggota keluarga yang baru), bahagia karena bisa
melihat anaknya.
2) Cemas dan takut
Cemas dan takut kalau terjadi bahaya atas dirinya saat persalinan karena
persalinan di anggap sebagai suatu keadaan antara hidup dan mati.

F. PEMERIKSAAN LAB DAN DIAGNOSTIK


Check up intranatal atau prenatal check up bermamfaat untuk mengetahui ada
atau tidak adanya resiko gangguan kesehatan pada ibu hamil dan berakibat buruk pada
pada janin, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup ibu hamil, memastikan
rencana perawatan yang diperlukan selama kehamilan dan saat persalinan. Berikut
yang perlu di cek saat melakukan intranatal check up:
1. Rekaman kardiografi. Pemantauan secara berkala denyut jantung janin dengan
stetoskop leance atau doptone yaitu sebuah alat elektronik untuk mendenganr
denyut jantung janin. Dilakukan pada kala 1 untuk mengetahui kekuatan dan sifat
kontraksi Rahim serta kemajuan persalinan
2. Pemeriksaan patografi. Adalah suatu alat untuk memantau kemajuan proses
persalinan dan membantu petugas kesehatan dan mengambil keputusan dalam
penatalaksanaan pasien. Partograf berbentuk kertas grafik yang berisi data ibu,
janin dan proses persalinan. Partograf dimulai pada pembukaan mulut rahim 4 cm
(fase aktif)
3. USG. Digunakan untuk mendeteksi keadaan dan posisi janin dalam kandungan.
4. Hemaotologin rutin: mendeteksi anemia yang dapat mempengaruhi kondisi fisik
ibu hamil dan perkembangan janin yang dikandungnya. Di samping ini untuk
mengetahui kelainan sistemik (gangguan hati dan ginjal) yang dapat
mempengaruhi bentuk dan fungsi sel darah; penyakit infeksi dan penyakit
pendarahan yang menunjukan kelainan Faal hemostasis.
5. HBsAg: mengetahui ada atau tidaknya infeksi hepatitis B yang dapat ditularkan
langsung dari ibu kepada janin atau melalui kontak fisik / luka saat melahirkan.
6. Golongan darah A,B,O dan Rh: persiapan untuk kepentingan tranfusi darah (bila
suatu saat dibutuhkan) dan untuk mengetahui kecocokan rhesus. Bila seorang
wanita dengan rhesus negatif hamil dari suami yang menpunyai rhesus positif dan
mengandung anak dengan rhesus positif (terdapat 50% kemungkinan ini), maka
secara alami ibu akan menghasilkan antibodi yang menyerang darah janinnya dan
menyebabkan sel darah merah janin rusak hingga mengakibatkan janin mengalami
anemia, kerusakan otak dan jantung, serta akibat fatal lainnya.
7. Glukosa puasa dan 2 jam: mendeteksi diabetes gestasional yang dapat
mengakibatkan keguguran, kerusakan otak, atau berat badan janin berlebih. Bagi
ibu hamil, diabetes gestasional dapat menyebabkan kesulitan saat melahirkan
(karena bayi berukuran besar) dan meningkatkan resiko preeclampsia.
8. VDRL/RPR : mendeteksi infeksi sifilis yang pada yang pada ibu hamil tidak di
obati dapat menyebabkan sifilis kongenital (bawaan) dengan tingkat penularan ibu
ke janin berkisar 10 - 100% tergantung tingkat infeksi yang dialami ibu.
9. Anti-Toxoplasma IgG & Ig M, Anti-Rubella IgG & IgM, Anti- CMV IgM dan
Anti - HSV2 IgG & IgM: menditeksi infeksi toxoplasma, rubella, cytomagelovirus
dan herpes yang dapat ditularkan dari ibu kepada janinnya dan mengakibatkan
keguguran, bayi lahir premature, atau cacat / kelainan pada janin yang dikandung.

G. DIAGNOSA INTERVENSI KEPERAWATAN


Diagnosa keperawatan adalah Diagnosis Keperawatan adalah suatu penilaian
klinis mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan
yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial,
Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk membantu
pasien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan
dalam hasil yang diharapkan.
Berikut adalah diagnosa dan intervensi keperawatan yang sering muncul
dalam kasus intranatal:
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan kebutuhan oksigen.
Intervensi:
a) Kaji frekuensi nafas dan kedalaman
b) Auskultasi bunyi nafas
c) Beri posisi semifowler
d) Kolaborasi pemberian oksigen sesuai indikasi
2. Nyeri persalinan berhubungan dengan dilatasi serfix dan ekpulsi fetal
Intervensi:
a) Kaji tingkat nyeri
b) Jelaskan penyebab nyeri
c) Ajarkan cara mengendalikan nyeri dengan menarik nafas dalam
d) Kolaborasi pemberian terapi anti piretik
BAB III TINJAUAN KASUS

A. GAMBARAN KASUS
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama : Ny. K, Pendidikan : SMA
Umur : 26 tahun, Pekerjaan : ibu rumah tangga
Agama : islam, TMRS : 10 april 2022
Alamat : Martadinata RM :999999999
Keluhan : pasien mengatakan panas dan nyeri pada kemaluan dan perut skala 8-
9 hilang timbul seperti diiris dirasakan sejak tadi pagi , serasa ingin
mengejan dan BAB tapi tidak bisa keluar, perut serasa mengencang
dan sesekali dirasa kontraksi.

b. Riwayat kesehatan
pasien masuk jam 07.00 WIB, dengan G1 P0 A0, hamil minggu ke 37,
pembukaan satu, kenceng–kenceng mulai jam 04.15 WIB tanggal 18 Agustus
2008. Riwayat penyakit dahulu : pasien mengatakan baru pertama kali hamil,
pasien belum pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya, pasien tidak menderita
penyakit hipertensi, diabetes, jantung atau penyakit menular. Pasien hanya pernah
menderita sakit flu, batuk dan masuk angin. Riwayat penyakit keluarga : keluarga
pasien tidak memiliki riwayat penyakit keturunan maupun penyakit menular,
keluarga pasien tidak pernah memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes,
jantung, dll. Riwayat kehamilan dan persalinan : pasien mengatakan baru pertama
kali hamil (G1P0 A0). Selama hamil pasien rutin memeriksakan kehamilanya
dibidan, masa kehamilan 37 minggu, HPHT 11 November 2007, HPL 18 Agustus
2008. Riwayat reproduksi seksual : menarche umur 13 tahun, lama 7 hari, siklus
28 hari, banyaknya dari hari pertama sampai hari ke 3, banyaknya 1 hari ganti
pembalut 3 kali, jenis dan warna merah tua.

c. Mekanisme kooping
Pola koping dan toleransi stress pasien mau membicarakan masalah yang
dihadapinya selama kehamilan kepada keluarga, suami ataupun pada orang
terdekatnya. Pola kepercayaan dan keyakinan (spiritual) selama kehamilanya
pasien lebih rajin menjalankan sholat 5 waktu, mengaji dan berdoa.

d. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: sedang, Kesadaran: composmentis. TTV: TD: 120/70
mmHg, N: 102x/menit, S: 37ºC, RR: 20x/menit. Pemeriksaan Head to Toe.
Kepala: bentuk masocepal, bersih, tidak ada lesi,rambut bersih, lurus, tidak mudah
rontok. Muka: bersih, terdapat tanda lahir diatas mata bagian kanan. Mata:
Simetris, konjungtiva anemis, seclera tidak ikterik. Hidung: bersih tidak ada lesi,
secret normal. Telinga: simetris, bersih tidak ada serumen. Mulut: bibir lembab,
warna kemerahan, gigi bersih tidak ada caries. Leher: tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid. Dada: Payudaya kanan kiri simetris, areolamamae
hiperpigmentasi, puting menonjol, tidak ada lesi, kolostrum belum keluar.
Abdomen: tidak ada lesi, peristaltic 15x/menit, Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah
pusat. Genetalia: pembukaan lengkap (10 cm), kepala janin mulai terlihat,
perinium menonjol, mengalir darah segar.

e. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium: HbSAg: (-), Hemoglobin: 13,79 g/dl normal
(12,0– 16,0), hematokrit: 40% normal (38 – 47%), leukosit: 11,0 10³/µl normal
(4,5 – 11,0), trombosit: 160 10³/µl normal (150– 440), terapi: amoxilin 500 mg 3 x
1 tablet, gramafik 500 mg 3 x 1 tablet, infus RL 16 tpm, Oksitosin 10 IU
intramuskuler.

2. Analisa Data
a. Data Subjektif
1) Pasien mengatakan nyeri pada daerah kemaluan, hilang timbul seperti diiris
2) Pasien mengatakan panas pada daerah kemaluan
3) Pasien mengatakan ia seperti ingin BAB
4) Pasien mengatakan kontraksinya kuat.
5) Pasien mengatakan ingin mengejan
b. Data Objektif
1) Pasien tampak meringis menahan nyeri
2) P : nyeri karena kontraksi,
Q : nyeri hilang timbul,
R : nyeri pada vagina dan perinium,
S : nyeri skala 8-9,
T : nyeri pada saat kontraksi.
3) Pasien tampak mulai berkeringat
4) Pasien tampak mengejan
5) Pasien tampak menarik nafas dalam
6) Pasien tampak mengelur-elus perutnya

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan usaha mengejan dan distensi perineum
DS: - Pasien mengatakan nyeri pada daerah kemaluan
- Pasien mengatakan kontraksinya kuat
- TTV: S/N: 370C /102x/menit, TD: 120/80 mmHg, HR: 26x/menit
DO: - pasien tampak meringis menahan nyeri
- P : nyeri karena kontraksi
Q : nyeri hilang timbul,
R : nyeri pada vagina dan perinium,
S : nyeri skala 8-9,
T : nyeri pada saat kontraksi.
- Pasien mulai berkeringat
2. Kooping indifidu tidak efektif berhubungan dengan pengarahan persalinan
DS: - Pasien mengatakan kontraksinya kuat
DO: - Pasien tampak mengejan
- Pasien tampak mengelus-elus perutnya
- Pasien tampak meringis menahan nyari
3. Ansietas berhubungan dengan ketidakmampuan mengendalikan defekasi pada saat
mengejan
DS: - Pasien mengatakan ia seperti ingin BAB
DO: - Pasien tampak mengejan
- Pasien tampak mengelus-elus perutnya

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Dx Rencana Keperawatan
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kategori: Luaran Utama: Interfensi utama:
Psikologis Tingkat nyeri Managemen Nyeri
Subkategori: nyeri Pemberian Analgetik
dan kenyamanan Tujuan:
Setelah dilakukan interfensi Obsrvasi:
Nyeri akut keperawatan selama ……………... 1. Identifikasi, lokasi,
Definisi maka tingkat nyeri membaik karakteristik, durasi, frekuensi,
Pengalaman dengan kriteria hasil: kualitas, intensitas nyeri
sensorik atau * 2. Identifikasi skala nyeri
emosional yang Mampu 3. Identifikasi respon nyeri non
1 2 3 4 5
berkaitan dengan beraktifitas ferbal
kerusakan jaringan ** 4. Identifikasi factor yang
actual/fungsional Keluhan memperberat dan
1 2 3 4 5
dengan onset nyeri memperingan nyeri
mendadak atau Gelisah 1 2 3 4 5 5. Identifikasi pengetahuan dan
lambat dan kesulitan keyakinan tentang nyeri
berintensitas ringan 1 2 3 4 5 6. Identifikasi pengaruh budaya
Tidur
hingga berat yang Menarik diri 1 2 3 4 5 terhadap respon nyeri
berlangsung kurang Perasaan 7. Identifikasi pengaruh nyeri
dari 3 bulan. 1 2 3 4 5 pada kualitas hidup
depresi
Meringis 1 2 3 4 5 8. Monitor keberhasilan terapi
Penyebab: Muntah 1 2 3 4 5 komplementer yang sudah
1. Agen penderita diberikan
Sikap
fisiologis( 1 2 3 4 5 9. Monitor efeksamping
protektif
2. Agen pencedera penggunaan analgetik
Ketenagaan
kimiawi 1 2 3 4 5 10. Identifikasi riwayat alergi obat
otot
3. Agen pencedera ** 11. Monitor TTV sebelum dan
fisik. frekuensi sesudah pemberian analgetik
1 2 3 4 5
Nadi 12. Monitor efektifitas analgetik
Gejala dan tanda Tekanan
mayor: 1 2 3 4 5 Terapeutik:
darah
1. Mengeluh nyeri Pola Nafas 1 2 3 4 5 1. Berikan tehnik non
Proses farmakologis untuk
Objektif: 1 2 3 4 5 mengurangi nyeri
berfikir
1. Tampak Focus 1 2 3 4 5 2. Fasilitasi istrahat dan tidur
meringis Nafsu makan 1 2 3 4 5 3. Pertimbangkan jenis dan
2. Bersikap sumber nyeri dalam pemilihan
Pola tidur 1 2 3 4 5
protektif strategi meredakan nyeri
frekuensi
3. Frekuensi nadi 1 2 3 4 5 4. Diskusikan terapi analgetik
berkemih
meningkat yang disukai untuk mencapai
4. Gelisah analgesia normal (jika perlu)
5. Susah tidur 5. Pertimbangkan penggunaan
infus kontinu, aatau bolus
Gejala dan tanda opioid untuk mempertahankan
mayor subjektif: kadar dalam serum
(tidak tersedia) 6. Tetapkan target efektifitas
analgesic untuk
Objektif: mengoptimalkan respon pasien
1. Tekanan darah 7. Dokumentasikan respon
meningkat terhadap efek analgetik dan
2. Pola nafas efek yang tidak diinginkan
berubah
3. Nafsu makan Edukasi:
berubah 1. Anjurkan monitor nyeri secara
4. Proses berfikir mandiri
terganggu 2. Jelaskan efek terapi dan efek
5. Menarik diri samping obat
6. Berfokus pada
diri sendiri Kolaborasi:
7. Diaphoresis 1. Kolaborasi pemberian dosis
dan jens analgesic, sesuai
Kondisi klinis indikasi.
terkait:
1. Kondisi
pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom coroner
akut
5. Glaucoma
Kategori: Luaran Utama: Intervensi utama:
Psikologi Status Kooping Managemen kooping
Sub Kategori: Pemberian terapi
kooping indifidu Tujuan:
Setelah dilakukan interfensi Obsrfasi:
Kooping Indifidu keperawatan selama ……………... 1. Identifikasi persepsi mengenal
Definisi maka status kooping membaik masalah saat pembuatan
Ketidakmampuan dengan kriteria hasil keputusan
menilai dan *
merespon stresor Kemampuan Terapeutik:
dan memenuhi 1. Sediakan mengklarifikasi ilia
1 2 3 4 5
ketidakmampuan peran sesuai dan harapan yang membantu
menggunakan usia membuat pilihan
sumber-sumber Perilaku 2. Diskusikan kekurangan dan
yang ada untuk kooping 1 2 3 4 5 kelebihan dan kekurangan dari
mengatasi masalah. adaktif setiap solusi
Verbalisasi 3. Fasilitasi melihat situasi secaa
Penyebab: kemampuan realistis
1. Ketidakpercayaan 1 2 3 4 5 4. Motifasi mengungkapkan
mengatasi
terhadap masalah tujuan perawatan yang
kemampuan diri Verbalisasi diharapkan
mengatasi kelemahan 1 2 3 4 5 5. Hormati hak pasien untuk
masalah diri menerima atau menolak
2. Ketidaadekuatan Perilaku informasi
sistem pendukung 1 2 3 4 5 6. Fasilitasi menjelaskan
asrtif
3. Ketidaadekuatan Verbalisasi keputusan kepada orang lain
stategi kooping menyalahkan 1 2 3 4 5 jika perlu
4. Ketidaaturan atau orang lain 7. Fasilitahi hubungan antar
kekacauan Verbalisasi psien, keluarga dan tenaga
lingkungan rasional 1 2 3 4 5 kesehatan lainnya
5. Ketidakcakupan kegagalan
persuiapan untuk Edukasi:
Verbalisasi
menghadapi 1. Informasikan alternative solusi
pengakuan 1 2 3 4 5
stresor secara jelas.
masalah
6. Disfungsi sistem 2. Berikan informasi yang
keluarga diminta pasien
7. Krisis situasional
8. Krisis Dukungan penampilan peran:
maratusional Obserfasi
9. Kerentaan 1. Identifikasi berbagai peran dan
personalitas periode transisi sesuai tingkat
10. Ketidakpastian perkembangan
2. Identifikasi peran yang ada
Gejala dan Tanda dalam keluarga
Mayor
Subjektif:
pasien mengatakan
tidak mampu
mengatasi masalah.
Objektif
1. Tidak mampu
memenuhi peran
yang diharapkan
2. Menggunakan
mekanisme
kooping yang
tidak sesuai

Gejala dan tanda


minor
Subjektif:
1. Tidak mampu
memenuhi
kebutuhan dasar
2. Kekhawatiran
kronis

Objektif
1. Penyalagunaan
zat
2. Memanipulasi
orang lain untuk
memenuhi
keinginannya
sendiri
3. Perilaku tidak
asertif
4. Partisipasi sosial
kurang

Kondisi klinis
terkait
1. Gangguan
perilaku
2. Gangguan
kecemasan
perpisahan
3. Delirum
4. Demensia
5. Gangguan
amnestik
Kategori: Luaran Utama: Tingkat Interfensi Utama:
Psikologis Ansietas Reduksi Ansietas
Subkategori: Terapi Relaksasi
integritas Ego Tujuan:
Setelah dilakukan interfensi Observasi:
Ansietas: keperawatan selama ……………... 1. Identifikasi saat tingkat
Definisi maka tingkat ansietas menurun ansietas berubah
Kondisi emosi dan dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi kemampuan
pengalaman * mengambil keputusan
subyektif indifidu 3. Monitor tanda-tanda ansietas
terhadap objek yang ** (verbal dan nonverbal)
tidak jelas dan Verbalisasi 4. Identifikasi penurunan tingkat
1 2 3 4 5
spesifik akubat kebingungan energy, ketidakmampuan
antisifasi bahaya Verbalisasi berkonsentrasi, atau gejala
yang kwatir akibat yang lain mengganggu
1 2 3 4 5
memungkinkan kondisi yang kemampuan kognitif
indifidu mekakukan dihadapi 5. Periksa ketegangan otot,
tindakan untuk Perilaku frekuensi nadi, tekanan darah,
1 2 3 4 5
menghadapi gelisah dan suhu sebelum dan sesudah
ancaman Perilaku latihan.
1 2 3 4 5
tegang 6. Identifikasi tehnik relaksasi
Penyebab: Keluhan yang pernah efektif digunakan
1. Krisis situsional 1 2 3 4 5
pusing 7. Monitor respon terhadap tehnik
2. Kebutuhan tidak Anoreksia 1 2 3 4 5 relaksasi
terpenuhi Palpitasi
3. Krisis diaphoresis Terapeutik:
maratusional 1 2 3 4 5 1. Ciptakan suasana terapeutik
tremor
4. Ancaman pucat untuk menumbuhkan
terhadap konsep *** kepercayaan
diri 2. Temani pasien untuk
5. Ancaman Konsentrasi mengurangi kecemasan jika
terhadap kematian 1 2 4 5 memungkinkan
pola tidur
6. Kekwatiran Frekuensi 3. Dengarkan dengan penuh
mengalami 1 2 3 4 5 perhatian
pernapasan
kegagalan Frekuensi 4. Tempatkan barang pribadi
7. Disfungsi 1 2 3 4 5 yang mrmberikan kenyamanan
nadi
mekanisme Tekanan 1 2 3 4 5 5. Motifasi mengidentifikasi
keluarga situasi yang mrmicu
8. Hubungan darah kecemasan
orangtua anak Kontak 6. Berikan informasi tertulis
1 2 3 4 5
tidak memuaskan mata tentang persiapan dan prosedur
9. Factor keturunan Pola tehnik relaksasi
1 2 3 4 5
10. Penyalahgunaan berkemih 7. Gunakan nada suara lembut
zat orientas 1 2 3 4 5 dengan irama lambat dan
11. Terpapar bahaya berirama
lingkungan 8. Gunakan relaksasi sebagai
12. Kurang terpapar strategi penunjang dengan
informasi analgesic atau tindakan medis
lain, jika sesuai.
Gejala Dan Tanda
Mayor Edukasi:
Subjektif: 1. Jelaskan prosedur termasuk
1. Merasa bingung sensasi yang ungkin dialami
2. Merasa kwatir 2. Informasikan secara factual
akibat ari kondisi mengenai diagnosis,
yang dihadapi pengobatan dan prognosis
3. Sulit berkontrasi 3. Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
Objektif: 4. Anjurkan mengungkapkan
1. Tampak gelisah perasaan dan persepsi
2. Tampak tegang 5. Latihan tehnik relaksasi
3. Sulit tidur 6. Jelaskan tujuan, mamfaat
batasan dan jenis relaksasi
Gejala dan tanda yang tersedia
minor 7. Jelaskan secara rinci intervensi
Subjektif: relaksasi yang telah dipilih
1. Mengeluh pusing 8. Anjurkan mengambil posisi
2. Anoreksia yang nyaman
3. Palpitasi 9. Anjurkan rileks dan merasakan
4. Merasa tidak sensasi relaksasi
berdaya 10. Anjurkan sering mengulangi
atau melatih tehnik yang
Objektif: dipilih
1. Frekuensi nafas
meningkat
2. Frekuensi nadi Kolaborasi:
meningkat 1. Kolaborasi pemberian obat
3. TD meningkat ansietas, jika perlu
4. Diaphoresis
5. Tremor
6. Muka pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata
buruk
9. Sering berkemih
10. Berorientasi
terhadap masa
lalu

Kondisi terkait:
1. Penyakit kronis
2. Penyakit akut
3. Hospitalisasi
4. Rencana operasi
5. Penyakit
neurologis

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tgl/jam D Tindakan Keperawatan Dan Hasil Paraf


X
10/4/22 1 1.1 Mengkaji skala nyeri dan TTV
Hasil:
- Pasien mengatakan nyeri pada daerah kemaluan
- Skala nyeri 8-9
- Pasien mengatan nyeri hilang timbul seperti diiris
- TTV: S/N : 370C/102x/menit
TD : 120/80 mmHg
RR : 20x/menit
1.2 Memberikan posisi yang nyaman dan menciptakan
lingkungan yang nyaman
Hasil:
- Memberikan pasien posisi semifowler
- Memberikan ruangan yang tenang dikamar pasien
1.3 memberikan terapi non farmakologi untuk mengurangi
nyeri
Hasil:
- Mengajakan pasien tehnik relaksasi nafas dalam
- Memberikan 02 bila perlu

2 1.1 Mengkaji kemampuan pasien memahai proses persalinan


Hasil:
- Pasien mengatakan kontraksinya kuat
- Pasien tampak meringis menahan nyeri
- Pasien tamak mengelus-elus perutnya
1.2 Memberikan motifasi pasien dalam menghadapi masalah
Hasil:
- memberitahukan pasien tahapan-tahapan proses
persalinan

3 1.1 Mengkaji kemampuan pasien dalam menangani kecemasan


akibat proses persalinan
Hasil:
- Pasien mengatakan ingin BAB
- Pasien tampak mengelus-elus perutnya
- Pasien tampak mengejan
1.2 Memberikan lingkugan yang nyaman kepada pasien
Hasi:
- Memberikan situasi yang tenang dikamarpasien
1.3 kolaborasi pemberian terapi non fasrmakologi dan
farmakologi
Hasil:
- Mengajakan pasien tehnik relaksasi nafas dalam
- Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi obat
ansietas bila perlu

E. EVALUASI KEPERAWATAN

Tgl/jam DX Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf


13/4/22 1 Setelah dilakukan interfensi keperawatan selama 3 x 24 jam
maka tingkat nyeri membaik dengan kriteria hasil:
S: pasien mengatakan nyeri berkurang
O: pasien tampak tidak meringis lagi
A: tingkat Nyeri Berkurang
P: Intervensi dilanjutkan

2 Setelah dilakukan interfensi keperawatan selama 3 x 24 jam


maka kooping indifidu membaik dengan kriteria hasil:
S: pasien mengatakan sudah memahami proses persalinan
O: pasien tampak mampu berorientasi dengan keadaan sekarang
A: koping indifidu teratasi
P: Interfensi dihentikan

3 Setelah dilakukan interfensi keperawatan selama 3 x 24 jam


maka Ansietas membaik dengan kriteria hasil:
S: pasien mengatakan tidak cemas lagi setelah bersalin
O: pasien tampak bahagia
A: tingkat ansietas teratasi
P: Intervensi dihentikan

BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 hari pada Ny. K, pasien intranatal
dibangsal Dahlia RS Pertamina Balikpapan penulis dapat menarik kesimpulan :
1. Berdasarkan data-data yabg diperoleh dari obserfasi pasien maupun catatan medis
pasien pada pengkajian yang dilakukan, maka kelompok menetapkan 3 diagnosa.
2. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada Ny. K kelompok melakukan
kolaborasi dengan perawat ruangan, keluarga dan tenaga kesehatan lain.
3. Pada saat dilakukan evaluasi asuhan keperawatan yang telah diberikan pada Ny. K
terdapat 2 masalah yang telah teratasi dan 1 masalah yang belum teratasi.

B. SARAN
Ada beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai masukan dalam pemberian asuhan
keperawatan agar menjadi lebih baik :
1. Memperbanyak waktu pendokumentasian dari pengajian sampai evaluasi.
2. Meningkatkan hubungan yang lebih baik dengan tim dan tenaga kesehatan agar
intervensi yang diharapkan dapat tercapai.
3. Melanjutkan intervensi diagnosa keperawatan yang belum teratasi, diagnosa yang
muncul pada kasus Ny. K ada 3, yang 2 sudah teratasi dan yang 1 belum teratasi
a. Diagnosa yang belum teratasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan usaha mengejan dan distensi perineum.
b. Diagnose yang sudah teratasi:
1) Kooping indifidu tidak efektif berhubungan dengan pengarahan persalinan
2) Ansietas berhubungan dengan ketidakmampuan mengendalikan defeksi pada
saat mengejan.
DAFTAR PUSTAKA

Mimin fajrotus Syahbiyah, Asuhan keperawatan pada Ny. U dengan internatal, 2019,
http://repository.unmuhjember.ac.id/6285/3/ABSTRAK-converted.pdf
Makalah kasus intranatal, 2019, http://repository.unmuhjember.ac.id/6285/4/BAB%20I-
converted.pdf
Alif Khaila, Intranatal Care Atau Standar INC 4, 2019,
https://www.academia.edu/38890189/MAKALAH_INTRANATAL_CARE
Konsep dasar internatal care, 2017,
https://www.academia.edu/41006163/KONSEP_DASAR_INTRANATAL_CARE
Repositori Riset Kesehatan Nasional, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2019,
http://r2kn.litbang.kemkes.go.id:8080/handle/123456789/63922
Rizka Sari Anggraini, Asuhan keperawatan pada Ny.K dengan intranatal pada
primigravida, 2009, http://eprints.ums.ac.id/6056/1/J200060037.PDF
Pemeriksaan diagnostik dan laboratorium pada intranatal, 2022,
https://ykpbankbjb.or.id/content/post/20/pemeriksaan-laboratorium-untuk-ibu-hamil

Anda mungkin juga menyukai