Anda di halaman 1dari 5

Nama :Nuhrani Wahab

Npm :03301811013

Kelas :A/IV

Mata kuliah :filsafat pendidikan

A. Filsafat Pendidikan Sebagai Sistem

Sistem filsafat pendidikan adalah kata sistem barasal dari bahasa Yunani yaitu systema
yang berarti “cara, strategi”. Dalam bahasa Inggris system berarti “system, susunan, jaringan,
cara”. System juga diartikan “suatu strategi, cara berpikir atau model berpikir”.
Sedangkan pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan yang secara sadar dan
disengaja serta penuh tanggung jawab yang dilakukan orang dewasa kepada anak sehingga
timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan.
Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokraris serta bertanggung jawab.Untuk mengembangkan fungsi
tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum
dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kehidupan
bangsa mencakup seluruh bangsa; warga Negara tua-muda, kaya-miskin, di kota–di desa, tanpa
memandang latar belakang dan cerdas dalam hidup dan kehidupan,kognitif, piskomotor, dan
afektif, totalitas dan integratif.
Seperti dikatakan di buku ajar Filsafat Pendidikan Unimed Filsafat pendidikan terujud
ddengan menarik garis linier, antara filsafat dan pendidikan. Dalam hal ini filsafat seolah-olah
dijabarkan secara langsung dalam pendidikan dengan maksud untuk menghasilkan konsep
pendidikan yang berasal dari satu cabang atau aliran filsafat, misalnya dengan idealism. Bila
konsep dasar tentang kenyataan yang pada hakikatnya, menurut idealism, adalah sama dengan
hal-hal bersifat kerohanian ataupun yang lain yang sejenis dengan itu, maka pendidikan itu
adalam mengutamakan perkembangan aspek aspek spritual dan kerohanian pada peserta didik.
Pendekatan lain yang akan dikembangkan adalah ketika pendidikan itu menghadapi
masalah atau keadaan yang tidak seperti yang diharapkan, pasti memerlukan jawabn yang tidak
semata-mata berada dalam ruang lingkup pendidikan. Misalnya tentang manusia seutuhnya,
untuk memperjelas konsep ini memerlukan penjelesan dari filsafat. Bila hal ini akan dijawab
dengan menggunakan ilmu pengetahuan yang lain, jawaban itu tidak dapat seketika secara
spekulatif seperti halnya dalam filsafat. Kemungkinan-kemungkinan tersebut dengan mengingat
tujuan pendidikan bila dikembangkan secara proporsional akan sangat memadai dalam mengisi
fundasi-fundasi ilmu pendidikan, sebagai bagian utama dalam ilmu pendidikan umumnya.
B. Substansi Filsafat Pendidikan

Dalam dunia pendidikan, filsafat pendidikan adalah bagian dari fundasi-fundasi


pendidikan. Yang berarti bahwa filsafat pendidikan perlu mengetengahkan konsep-konsep dasar
pendidikan. Di Indonesia sendiri Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan undang-undang
pendidikan merupakan dasar atau landasan utama terhadap pelaksanaan pendidikan. Hal ini yang
menjadikan Pancasila, atau khususnya Filsafat Pancasila mempunyai kedudukan sentral dalam
wawasan kependidikan, dan nilai-nilai serta norma-norma Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 itu melingkupi pendidikan secara keseluruhan, baik itu mengenai teori maupun mengenai
praktek.

Dengan berpijak pada pandangan tentang kedudukan filsafat dan filsafat pendidikan
Pancasila sebagai filsafat terbuka, maka sikap konvergensi atau elektif inkorpatif terhadap
filsafat atau filsafat pendidikan yang berasal dari luar perlu dikembangkan. Dengan mempelajari
filsafat dan filsafat pendidikandari luar pad hakekatnya adalah upaya untuk memperkaya atau
meperkuat substansi dari pada filsafat pendidikan telah berada pada peringkat lanjut.

Roh dan Jiwa Undang-Undang Dasar 1945 harus mendaqsari landasan praksis dan
praktik pendidikan. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah dijelaskan nyata arah
dan tujuan pendidikan yakni : untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Harapan ini didukung
oleh batang tubuh dan pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa
pemerintah akan melaksanakan pendidikan bermutu bagi setiap warga negara dan setiap warga
negara berhak mendapatkan pendidikan minimal sampai pada tingkat pendidikan dasar. Tujuaan
pendidikan semakin diperjelas dan dipertegas substansi dan arahnyayakni menjadikan manusia
yang cerdas, berbudi luhur berakhlak mulia dan lainnya.

C. Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan

Sudah merupakan pandangan atau pemahaman umum bahwa filsafat yang dijadikan
pandangan hidup oleh seseorang atau suatu masyarakat bahkan suatu bangsa merupakan asas
atau pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan kehidupan orang atau masyarakat tersebut
atau bangsa itu sendiri, termasuk didalamnya bidang pendidikan. Segala usahan atau aktifitas
yang dilakukan dengan mempedomani filsafat yang dianutnya.
Pandangan filsafat pendidikan sama pernannya dengan landasan filosofis yang menjiwai
seluruh kebijaksanaan pelaksanaan pendidikan. Antara filsafat dan pendidikan terdapat kaitan
yang sangat erat. Filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat,
sedangkan pendidikan berusaha mewujudkan citra tersebut. Formula tentang hakekat dan
martabat manusia serta masyarakat terutama di Indonesia dilandasi oleh filsafat yang dianut
bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Pancasila merupakan sumber dari segala gagasan mengenai
wujud manusia dan masyarakat yang dianggap baik, sumber dari agama sumber yang menadi
pangkal serta muara dari setiap keputusan dan tindakan dalam pendidikan dan pembelajaran.
Filsafat mengadakan tinjauan yang luas mengenai realita, maka dikupaslah antara lain
pandangan dunia dan pandangan hidup. Konsep-konsep mengenai ini dapat menjadi landasan
penyusunan konsep tujuan dan metodologi pendidik. Disamping itu, pengalaman pendidik dalam
menuntut pertumbuhan dan perkembangan anak akan berhubungan dan berkenalan dengan
realita. Semuanya itu dapat disampaikan kepada filsafat untuk dijadikan bahan-
bahan pertimbangan dan tinjauan untuk memperkembangkan diri. Hubungan filsafat
dengan filsafat pendidikan dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Filsafat mempuyai objek lebih luas, sifatnya universal. Sedangkan filsafat pendidikan
objeknya terbatas dalam dunia filsafat pendidikan saja.
2. Filsafat memberikan sintesis kepada filsafat pendidikan yang khusus, mempersatukan
dan mengkoordinasikannya
3. Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan filsafat pendidikan tetapi sudut
pandangannya berlainan.

Brubacher (1950) mengemukakan tentang hubungan antara filsafat dengan filsafat


pendidikan, dalam hal ini pendidikan : bahwa filsafat tidak hanya melahirkan sains atau
pengetahuan baru, melainkan juga melahirkan filsafat pendidikan. Filsafat merupakan kegiatan
berpikir manusia yang berusaha untuk mencapai kebijakan dan kearifan. Sedangkan filsafat
pendidikan merupakan ilmu yang pada hakekatnya jawab dari pertanyaan-pertanyaan yang
timbul dalam lapangan pendidkan. Oleh karena berisfat filosofis, dengan sendirinya filsafat
pendidikan ini hakekatnya adalah penerapan dari suatu analisa filosofis terhadap lapangan
pendidikan.Filsafat pendidikan sudah seharusnya dipelajari dan didalami oleh setiap orang yang
memperdalam ilmu pendidikan, terlebih mereka yang memilih profesi sebagai tenaga pendidik.
Ada beberapa alasan yang mendasarnya antara lain;
1. Adanya problema-problema pendidikan dari zaman ke zaman yang menjadi perhatian
para ahli masing masing. Pendidikan adalah usaha manusia untuk meningkatkan
kesejathteraan lahir dan batin masyarakat dan bangsa. Banyak tulisan yang dihasilkan
oleh para ahli pikir, dan tidak jarang gagasan ahli yang satu mempengaruhi gagasan
ahli-ahli yang lain. Corak gagasan yang berlandaskan filsafat sering timbul dari ahli-
pikir ini. Hal ini masuk dalam lapangan filsafat pendidikan.
2. Dapatlah diperkirakan bahwa bagi barang siapa yang mempelajari filsafat pendidikan
dapat mempunyai pandangan pandangan yang jangkauannya melampaui hal-hal yang
diketemukan secara eksperimental dan empirik. Maka dari itu filsafat pendidikan dapat
diharapkan merupakan bekal untuk meninjau pendidikan beserta masalah-masalahnya
secara kritis.
3. Dapat terpenuhi tuntutan intelektual dan akademik dengan landasan asas bahwa
berfilsafat adalah berfikir logis yang nuntut teratur dan kritis, maka berfilsafat
pendidikan mempunyai kemampuan semacam itu.
Beberapa aliran filsafat pendidikan yang dominan di dunia adalah sebagai berikut :

1) Esensialis
Filsafat pendidikan Esesialis bertitik tolak dari kebenaran yang telah terbukti berabad-
abad lamanya. Kebenaran seperti itulah yang esensial, yang lain adalah kebenaran secara
kebetulan saja. Kebenaran esensial itu adalah kebudayaan klasik yang muncul pada zaman
Romawi yang menggunakan buku-buku klasik ditulis dengan bahasa latin dikenal dengan
nama Great Book.
Tekanan pendidikannya adalah pada pembentukan intelektual dan logika. Dengan mempelajari
kebudayaan Yunani-Romawi yang menggunakan bahasa latin yang sulit itu, diyakini otak
peserta didik akan terarah dengan baik dan logikanya akan berkembang. Disiplin sangat
diperhatikan, pelajaran dibuat sangat berstruktur, dengan materi pelajaran berupa warisan
kebudayaan, yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga mempercepat kebiasaan berpikir
efektif, pengajaran terpusat pada guru.

2) Perenialis
Filsafat pendidikan Perenialis bahwa kebenaran pada wahyu Tuhan. Tentang bagaimana
cara menumbuhkan kebenaran itu pada diri peserta didik dalam proses belajar mengajar tidaklah
jauh berbeda antara esensialis dengan peenialis. Proses pendidikan meraka sama-sama
tradisional.

3) Progresivis
Filsafat pendidikan Progresivis mempunyai jiwa perubahan, relativitas, kebebasan,
dinamika, ilmiah, dan perbuatan nyata. Menurut filsafat ini tidak ada tujuan yang pasti, begitu
pula tidak ada kebenaran yang pasti. Tujuan dan kebenaran itu bersifat relatif, apa yang sekarang
dipandang benar karena dituju dalam kehidupan, tahun depan belum tentu masih tetap benar.
Ukuran kebenaan adalah yang berguna bagi kehidupan manusia hari ini.
Sebagai konsekuensi dari pandangan ini, maka yang dipentingkan dalam pendidikan adalah
mengembangan peserta didik untuk bisa berpikir, yaitu bagaimana berpikir yang baik. Hal ini
bisa tercapai melalui metode belajar pemecahan masalah yang dilakukan oleh anak-anak itu
sendiri. Karena itu pendidikan menjadi pusat pada anak. Untuk mempercepat proses
perkembangan mereka juga menekankan prinsip mendisiplin diri sendiri, sosialisasi, dan
demokratisasi. Perbedaan-perbedaan individual juga sangat mereka perhatikan dalam
pendidikan.
4) Rekonstruksionis
Filsafat pendidikan Rekonstruksionis merupakan variasi dari Progresivisme, yang
menginginkan kondisi manusia pada umumnya harus diperbaiki (Callahan, 1983). Meraka
bercita-cita mengkonstuksi kembali kehidupan manusia secara total. Semua bidang kehidupan
harus diubah dan dibuat baru aliran yang ektrim. Ini berupaya merombak tata susunan kehidupan
masyarakat lama dan membangun tata susunan hidup yang baru sekali, melalui lembaga dan
proses pendidikan. Proses belajar dan segala sesuatu bertalian dengan pendidikan tidak banyak
berbeda dengan aliran Progresivis.

5) Eksistensialisi
Filsafat pendidikan Eksistensialis berpendapat bahwa kenyataan atau kebenaran adala
eksistensi atau adanya individu manusia itu sendiri. Adanya manusia didunia ini tidak punya
tujuan dan kehidupan menjadi terserap karena ada manusia. Manusia adalah bebas, akan menjadi
apa orang itu ditentukan oleh keputusan komitmennya sendiri. (Callahan, 1983)
Pendidikan menurut filsafat ini bertujuan mengembangkan kesadaran individu,
memberikesempatan untuk bebas memilih etika, mendorong pengembangkan pengetahuan diri
sendiri, bertanggung jawab sendiri, dan mengembangkan komitmen diri sendiri. Materi pelajaran
harus memberikesempatan aktif sendiri, merencana dan melaksanakan sendiri, baik dalam
bekerja sendiri maupun kelompok. Materi yang dipelajari ditekankan kepada kebutuhan
langsung dalam kebutuhan manusia. Peserta didik perlu mendapatkan pengalaman sesuai dengan
perbedaan-perbedaan individual mereka. Guru harus bersifat demokratis dengan teknik mengajar
langsung.

Anda mungkin juga menyukai