Anda di halaman 1dari 10

A.

Permasalahan Parkir

Permasalahan lain pada transportasi perkotaan adalah berkaitan dengan masalah

parkir. Berdasarkan lokasinya, parkir dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yakni parkir

pada badan jalan (on street parking) dan parkir di luar badan jalan (off street

parking). Permasalahan yang sering terjadi di kawasan perkotaan adalah kurangnya

fasilitas parkir di luar badan jalan, baik berupa taman parkir atau Iahan khusus parkir,

sehingga mengakibatkan beban parkir terakumulasi di badan jalan yang berakibat

pada berkurangnya kapasitas jalan, adanya bottle neck, serta kesemrawutan dan

kemacetan lalulintas.

Fasilitas pemberhentian kendaraan dalam kapasitasnya sebagai bentuk kegiatan

parkir pada umumnya dilakukan pada suatu Iahan yang mudah dijangkau ataupun

mudah diakses. Umumnya digunakan tepi jalan untuk kegiatan ini, yang dikarenakan

selain relatif dekat dengan jalan sebagai media penghubung antara satu tempat

dengan tempat lain, satu kepentingan dengan kepentingan lain, juga parkir pada

badan jalan dianggap lebih aman dibandingkan dengan parkir di daerah yang jauh

dari pengawasan pemilik kendaraan. Namun mengingat keterbatasan ruang parkir

yang ada di badan jalan yang kadang tidak seimbang dengan permintaan parkir

kendaraan, akibat dari suatu bentuk aktivitas perekonomian ataupun kegiatan lain

yang menimbulkan bangkitan perjalanan maka dibutuhkan suatu Iahan tertentu yang

diperuntukkan secara khusus untuk menampung kebutuhan parkir yang ada.


Aktivitas suatu pusat kegiatan selalu menimbulkan aktivitas parkir kendaraan.

Bangkitan parkir ini akan menimbulkan masalah antara lain:

 Bangkitan tidak dapat tertampung oleh fasilitas parkir di luar badan jalan

yang tersedia, sehingga meluap ke badan jalan. Luapan parkir di badan

jalan akan mengakibatkan gangguan kelancaran arus lalulintas.

 Tidak tersedianya fasilitas parkir di luar badan jalan sehingga bangkitan

parkir secara otomatis memanfaatkan badan jalan untuk parkir.

Kedua masalah parkir tersebut secara umum terjadi pada hampir semua ruas jalan, lebih-

lebih daerah pertokoan dan perkantoran serta sekolah, yang mempunyai bangkitan parkir di

badan jalan cukup besar.

Kawasan-kawasan yang memiliki permasalahan parkir di daerah perkotaan

antara lain adalah sebagai berikut ini.

Pasar

Kawasan pasar yang ada, penyediaan dan pengaturan parkir belum memadai

sehingga pada jam puncak pagi hari umumnya menimbulkan masalah terhadap

kelancaran arus lalulintas.

Komplek Pertokoan / Perdagangan

Kawasan pertokoan dan perdagangan (pada ruas jalan) pada kondisi jam

puncak menimbulkan permasalahan karena kapasitas jalan berkurang dengan adanya

aktifitas parkir pengunjung kompleks pertokoan tersebut.


Komplek Pendidikan (sekolah, kampus)

Parkir kendaraan penjemput anak sekolah sering menimbulkan masalah

terhadap kelancaran arus lalulintas karena tidak tersedia fasilitas parkir dan

pengaturan perparkiran di badan jalan yang belum baik. Kawasan pendidikan lainnya

seperti kampus juga sering memiliki masalah kurangnya lahan parkir, khususnya

untuk sepeda motor, akibat pertumbuhan jumlah mahasiswa setiap tahunnya yang

tidak seimbang dengan jumlah mahasiswa yang keluar/lulus.

Komplek Perkantoran

Pada umumnya komplcks perkantoran sudah menyediakan fasilitas parkir,

namun ada kantor-kantor tertentu yang bangkitan parkirnya cukup besar, sehingga

tidak etertampung oleh fasilitas yang ada.

Tempat Ibadah

Pada umumnya tempat-tempat ibadah tidak tersedia fasilitas parkir untuk

kendaraan roda 4 yang memadai sehingga pada hari-hari tertentu sering terjadi

lonjakan bangkitan parkir yang besar sehingga tidak tertampung oleh fasilitas parkir

yang ada (bersifat insidental).

Permukiman di Daerah Perkotaan

Pada umumnya pemukiman di dalam kota tidak tersedia fasilitas parkir untuk

tamu sehingga menimbulkan bangkitan parkir di badan jalan.


Konsep dasar penanganan parkir di daerah perkotaan dapat dilakukan dengan

pendekatan -yang didasarkan pada 2 (dua) aspek utama, yakni besaran supply dan

demand, atau dalam hal ini kajian terhadap besaran permintaan parkir dan kajian

terhadap besaran penyediaan fasilitas parkir.

Permintaan Parkir

Besaran permintaan parkir pada suatu kavasan ruas jalan sangat dipengaruhi

oleh pola tata guna lahan di kawasan yang bersangkutan, sehingga di dalam

penanganan masalah parkir harus pula diikuti dengan pengaturan mengenai pola tata

guna lahan yang disesuaikan dengan Rencana Detail Tata Ruang Kota yang ada.

Selain itu, mengingat besarnya permintaan parkir sehingga memunculkan banyak

bangkitan parkir di ruas badan jalan maka, diharapkan adanya persyaratan

penyediaan fasilitas parkir minimal pada pusat kegiatan yang sudah ada atau pusat

kegiatan baru yang dapat dituangkan sebagai persyaratan dalam pembuatan IMB.

Penyediaan Fasilitas Parkir

Penyediaan fasilitas parkir kendaraan di perkotaan pada prinsipnya dapat

dilakukan di badan jalan dan di luar badan jalan dengan persyaratan yang tertentu.

Fungsi ruas jalan dari sisi pandang transportasi dapat dibagi dalam tiga bagian pokok

yaitu : untuk keperluan pergerakan arus lalulintas kendaraan. untuk keperluan

pergerakan arus lalulintas pejalan kaki, serta untuk keperluan berhenti atau parkir.
Fungsi ini apabila dikaitkan dengan masalah parkir maka akan didapat konsep-

konsep dasar sebagai berikut ini.

 Jalan Arteri ; fungsi utama dar pemanfaatan ruang jalan khususnya

perkerasan jalan adalah untuk pergerakan arus lalulintas kendaraan

sehingga lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan seharusnya tidak

diijinkan dan jumlah jalan akses ke ruas jalan arteri dibatasi seminimal

mungkin.

 Jalan Kolektor ; fungsi utama dari pemanfaatan ruang jalan khususnya

perkerasan jalan adalah untuk pergerakan arus lalulintas kendaraan tetapi

masih dimungkinkan parkir kendaraan di badan jalan.

 Jalan Lokal ; pelayanan parkir kendaraan lebih diutamakan, namun

demikian kelancaran arus lalulintas juga harus diperhatikan.

B. Permasalahan Angkutan Umum

Problem yang juga seringkali terjadi pada daerah perkotaan adalah kurang

berfungsinya angkutan umum secara optimal. Sejarah kota-kota besar dunia telah

membuktikan bahwa salah satu cara yang paling efektif untuk mereduksi kemacetan

di kota-kota besar adalah dengan

optimalisasi angkutan umum. Namun hampir di seluruh kota besar di Indonesia,

angkutan publiknya tidak berfungsi dengan baik dan cenderung menjadi opsi terakhir
masyarakat sebagai sarana transportasi. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, seperti

ketidaknyaman, ketidakamanan, jadwal yang tidak teratur, kesemrawutan, berhenti

dan ngetem di sembarang tempat, tidak terintegrasi dengan angkutan lain, hingga

ketidakandalan dari sisi waktu. Perkembangan tataguna lahan yang kurang didukung

oleh pengembangan trayek angkutan umum, serta kemudahan kendaraan pribadi

yang dapat melayani dari pintu ke pintu (door to door sevice) menyebabkan angkutan

umum kurang menarik. Efisiensi angkutan umum juga kurang, sehingga tarif

cenderung naik yang tidak diimbangi dengan kenaikan pelayanan. Oleh karena itu,

dikhawatirkan semakin lama semakin banyak pengguna kendaraan pribadi.

Untuk mengatasi permasalahan angkutan umum di perkotaan, maka perlu

adanya regulasi yang jelas terhadap eksistensi angkutan umum, yang menyangkut:

 pembatasan dan efisiensi jumlah armada; yang dimaksudkan agar mencapai

load factor ideal, sehingga kelangsungan pengusaha angkutan umum dapat

terjamin,

a. optimalisasi dan modifikasi trayek secara periodik; diperlukan agar

angkutan umum dapat menjangkau seluruh wilayah perkotaan sehingga

dapat digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat, dengan seminimal

mungkin berganti moda,

b. optimalisasi infrastruktur pendukung angkutan umum; seperti misalnya

halte bus, terminal, rambu-rambu, ataupun fasilitas park and ride, yang

juga dapat mendukung integrasi antar moda,


c. segmentasi angkutan umum; yang digunakan untuk memberikan

kesempatan kepada pengguna agar dapat memilih jenis angkutan umum

yang sesuai dengan kondisi pengguna, misalnya dengan membuat

angkutan umum eksekutif, patas, dan lain-lain,

d. memberikan prioritas kepada angkutan umum; seperti misalnya

membangun lajur khusus bus, jalan khusus bus (busway), dan

memberikan fasilitas lampu hijau menerus pada angkutan umum yang

sedang melintas di simpang bersinyal.

C. Permasalahan Pencemaran

Permasalahan berikutnya adalah pencemaran (polusi). Hampir di seluruh kota

besar, sekitar 80% polutan disumbangkan oleh transportasi, khususnya transportasi

darat, sehingga membutuhkan penanganan yang komprehensif, sistemik, dan

terintegrasi dengan konsep-konsep transportasi.

D. Perkembangan Transportasi Perkotaan

Di masa depan, transportasi perkotaan dikembangkan dalam koridor pelayanan

yang cepat, andal, efisien, efektif, nyaman, ekonomis dan aman. Seluruh sistem

transportasi terpadu (integrated) secara simultan dan terkoneksi dengan sistem

informasi dan data base yang akurat dan reliable. Sistem nłass rapid transit
menghubungkan kawasan sub urban dan rural ke kawasan urban dan CBD (Central

Business District) dan juga berpadu dengan angkutan lain seperti bus dengan jadwal

yang rapi dan headvvay yang diatur ketat. Tidak terdapat bus yang berhenti di

sembarang tempat karena bus hanya berhenti di tempat perhentian bus seperti halte

dan shelter. Halte yang disediakan pun bersih, aman dan nyaman. Sistem licketing

juga berjalan baik. dengan cara manual ataupun otomatis

Terminal angkutan umum direncana dengan baik. Tak nampak antrean bus atau

metromini yang hendak berangkat atau datang, karena semuanya telah terjadwal tepat

pada waktunya.

Di beberapa kawasan bisnis (CBD), tidak lagi terlihat kendaraan pribadi yang

berlalu-lalang membuang polusi karbonmonoksida. nitro oksida ataupun timbal.

pejalan kaki berjalan di bawah rindangnya pepohonan, sementara di jalan raya hanya

berlalulalang angkutan umum seperti bus. Di antara jalur pedestrian dan jalan raya

terdapat track khusus dan di situlah pengendara sepeda dapat mengendarai

kendaraannya dengan aman.


BAB VI

PERENCANAAN TRANSPORTASI

A. Pemodelan Transportasi

Model adalah sesuatu yang dapat menggambarkan keadaan yang ada di

lapangan. Model memiliki berbagai macam jenis, seperti berikut ini.

1. Model verbal, yakni model yang menggambarkan keadaan yang ada dalam

bentuk kalimat. Misalnya, suatu kota yang dipenuhi dengan pepohonan yang

rindang dengan sungai yang mengalir dan taman taman yang indah.

2. Model flsik, yakni model yang menggambarkan keadaan yang ada dengan

ukuran yang lebih kecil. Misalnya model bendungan, model saluran, model

jembatan, maket bangunan.

3. Model matematis adalah model yang menggambarkan keadaan yang ada

dalam bentuk persamaan persamaanmatematis. Model inilah yang dipakai

pada perencanaan transportasi. Misalnya jumlah lalulintas yang sebanding

dengan jumlah penduduk.

Model matematis transportasi dapat dijabarkan dalam bentuk bentuk berikut ini.

1. Deskriptif, yang menjelaskan keadaan yang ada, atau keadaan jika dilakukan

suatu perubahan terhadap keadaan yang ada.

2. Prediktif, yang meramalkan keadaan yang akan datang.


3. Planning, yang meramalkan keadaan yang akan datang disertai dengan

rencana rencana perubahannya.

Anda mungkin juga menyukai