Anda di halaman 1dari 12

Available online at https://jurnal.stikesmus.ac.id/index.

php/avicenna
Avicenna : Journal of Health Research, Vol 4 No 2. Oktober 2021 (47 - 58) 47

PENGARUH PERBEDAAN WAKTU DAN TEKNIK PEMERAHAN SUSU


SAPI TERHADAP JUMLAH BAKTERI ESCHERICHIA COLI

The Effect of Time Differences and Cow Milking Techniques on the Number of
Escherichia coli

Verliana Maya Sari1, Gravinda Widyaswara2*, F. Pramonodjati 3


Politeknik Santo Paulus Surakarta
gravindaw@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Boyolali merupakan daerah penghasil susu sapi. Sebagian besar
masyarakatnya bekerja sebagai petani sapi perah. Susu perah tergolong sebagai
bahan makanan bergizi tinggi. Susu perah tanpa dilakukan pengolahan sebelum
dikonsumsi, mudah mengalami kerusakan dan kontaminasi bakteri. Salah satu
bakteri yang mengkontaminasi susu yaitu Escherichia coli. Penggunaan mesin
pemerah modern dapat menekan jumlah bakteri, menjaga kesehatan ambing, dan
memperbaiki rendemen susu. Namun, peternak sapi perah di Boyolali masih
banyak melakukan pemerahan secara tradisional, sehingga kualitas susu tergolong
rendah.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh perbedaan teknik dan
waktu pemerahan susu terhadap jumlah bakteri Escherichia coli.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan total
26 sampel yang diambil di Kecamatan Musuk. Penelitian dilaksanakan bulan
Agustus 2020. Kontaminasi bakteri Escherichia coli diuji menggunakan metode
MPN. Analisis data menggunakan uji T.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan perbedaan nilai MPN terhadap perbedaan
teknik pemerahan susu sapi P sebesar 0,03. Bakteri Escherichia coli meningkat
pada teknik pemerahan tradisional sebesar 57,69% dan waktu pemerahan siang
hari meningkat sebesar 61,54%.
Simpulan: Dari hasil penelitian didapatkan perbedaan nilai MPN terhadap
perbedaan teknik pemerahan susu sapi P sebesar 0,03. Pada teknik pemerahan
tradisional, bakteri Escherichia coli meningkat sebesar 57,69%. Pada pemerahan
siang hari, bakteri Escherichia coli meningkat sebesar 61,54%.

Kata kunci: Susu sapi; Teknik Pemerahan; Waktu Pemerahan; Escherichia coli

ABSTRACT

Background: Boyolali is a cow's milk producing area. Most of the people work as
dairy farmers. Milk is a highly nutritious food. Milk without processing before
consumption, easily damaged and bacterial contamination. One of the bacteria
that contaminate milk is Escherichia coli. The use of modern milking machines
can reduce the number of bacteria, maintain the health of the udder, and improve

10.36419/avicenna.v4i2.530
Avicenna : Journal of Health Research, Vol 4 No 2 Oktober 2021 (47 - 58) 48
Verliana Maya Sari, Gravinda Widyaswara, F. Pramonodjati (Pengaruh Perbedaan Waktu Dan
Teknik Pemerahan Susu Sapi Terhadap Jumlah Bakteri Escherichia Coli )

milk yield. However, dairy cattle farmers in Boyolali still do a lot of traditional
milking, so the milk quality is relatively low.
Objective: This study aims to determine the effect of differences in technique and
milking time on the number of Escherichia coli bacteria.
Methods: This study uses observational analytical methods with a total of 26
samples taken in Musuk District. The research was conducted in August 2020.
Bacterial contamination of Escherichia coli was tested using the MPN method.
Data analysis using T test.
Results: The results showed that the difference of MPN value to the difference of
P cow milking technique is 0.03. Escherichia coli bacteria increased by
traditional milking techniques by 57.69% and daytime milking time increased by
61.54%.
Conclusion: From the results of the research, it is obtained that the difference in
MPN value to the difference in milking technique of P cow is 0.03. In traditional
milking techniques, Escherichia coli bacteria increased by 57.69%. During
milking during the day, Escherichia coli bacteria increased by 61.54%.

Keywords: Cow's milk; Milking Techniques; Milking Time; Escherichia coli

PENDAHULUAN

Boyolali merupakan daerah penghasil susu sapi. Sebagian besar


masyarakatnya bekerja sebagai petani sapi perah. Populasi sapi di Boyolali
mencapai 92.856 ekor yang tersebar di Kecamatan Selo, Cepogo, Mojosongo,
Ampel dan Musuk (Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali, 2011). Kecamatan
Musuk merupakan daerah penghasil susu terbanyak. Satu ekor sapi perah dapat
menghasilkan produk susu sebanyak 15 L/hari. Susu yang dihasilkan biasanya
didistribusikan ke wilayah Surakarta dan sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.
Kebutuhan susu di Indonesia meningkat seiring dengan berkembangnya
pengetahuan masyarakat akan kebutuhan unsur gizi terutama protein, serta
kesadaran masyarakat akan pangan yang berasal dari hewan yang aman, sehat,
utuh dan halal (ASUH). Susu segar banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena
mempunyai kandungan gizi yang lengkap untuk memenuhi kebutuan nutrisi
tubuh, susu memiliki pH antara 6,5% sampai 6,6 % merupakan kondisi yang
menguntungkan bagi pertumbuhan mikroorganisme karena pH mendekati normal
sehingga susu mudah rusak (Nurhadi, 2012).
Susu sapi segar merupakan salah satu bahan pangan yang memiliki zat gizi
berupa protein, laktosa, lemak, garam mineral, dan vitamin yang cocok untuk
pertumbuhan dan perkembangan sel tubuh. Susu sapi adalah suatu sekresi yang
komposisinya sangat berbeda dari komposisi darah. Kandungan dalam susu
misalnya lemak susu, kasein, laktosa yang disintesa oleh alveoli di dalam ambing
sapi, tidak terdapat dibagian lain dalam tubuh sapi. Sejumlah besar darah harus

Copyright © 2021, Avicenna : Journal of Health Research


ISSN 2615-6458 (print) | ISSN 2615-6466 (online)
Avicenna : Journal of Health Research, Vol 4 No 2 Oktober 2021 (47 - 58) 49
Verliana Maya Sari, Gravinda Widyaswara, F. Pramonodjati (Pengaruh Perbedaan Waktu Dan
Teknik Pemerahan Susu Sapi Terhadap Jumlah Bakteri Escherichia Coli )

mengalir melalui alveoli dalam pembuatan susu yaitu sekitar 50 kg darah


dibutuhkan untuk menghasilkan 30L susu (Ressang dan Nasution, 2010).
Susu sapi segar diambil dari ambing sapi dengan cara diperah. Sapi harus
dimandikan terlebih dahulu terutama bagian ambingnya, lalu dilap dengan air
hangat (370C) agar tidak tercemar oleh bakteri dan merangsang keluarnya susu
dari kelenjar susu. Pemerahan dilakukan dengan menggunakan kelima jari tangan
tanpa dipijit ataupun ditarik. Pemerahan dilakukan sampai susu yang keluar habis,
hal ini bertujuan agar kelenjar-kelenjar susu dapat terangsang untuk memproduksi
susu kembali. Pemerahan pertama dan kedua air susu ditampung dalam cangkir
yang ditutup dengan kain hitam untuk menghindari kemungkinan adanya mastitis,
kemudian dilihat apakah susu bercampur dengan darah ataupun nanah. Bila benar
terjangkit mastitis pemerahan segera dihentikan, bila tidak pemerahan bisa
dilanjutkan. Susu yang sudah diperah segera disaring dengan kain nilon yang
halus. Setelah pemerahan, puting ambing sapi dibilas dengan air hangat yang
bersih (Latifa, 2015).
Aspek yang perlu diperhatikan ketika memerah susu yaitu, kebersihan
kandang, alat-alat pemerahan, dan petugas pemerah. Pakaian yang bersih dipakai
oleh petugas pemerah susu. Upaya untuk menjaga higienitas susu, alat pemerahan
seperti saringan susu dan ember penampung wajib dibersihkan sebelum
pemerahan dimulai. Sapi bisa distimulasi untuk memproduksi susu dengan cara
memberi selang waktu saat pemerahan. Jeda waktu pemerahan antara 10, 12 atau
14 jam dan jeda waktu pemerahan wajib sama. Produksi susu akan menurun jika
jeda waktu pemerahan semakin lama. Pemerahan susu sapi dilakukan pagi jam
lima sampai jam enam dan sore jam tiga sampai jam empat (Latifa, 2015).
Saat ini cara pemerahan susu sapi secara tradisional sudah mulai
ditinggalkan dan beralih ke cara pemerahan modern. Cara ini dilakukan dengan
menggunakan mesin pemerah susu sapi yang menggunakan metode penghisapan.
Mesin ini menghasilkan susu lebih banyak karena tidak bergantung dengan tangan
manusia saat proses pemerahan susu sapi. Selain itu, dengan menggunakan mesin
dapat mengurangi jumlah total bakteri hingga 75%. Sistem mesin pemerah susu
terdiri dari pompa vakum, pulsator, milk claw, sedotan puting (Teat cup) dan
wadah susu (Bucket). Terdapat dua mesin pemerahan susu sapi, yaitu mesin
pemerah susu sapi portable dan mesin pemerah susu sapi permanen.
Penggunaan mesin perah memiliki kelebihan yaitu : 1) penggunaan mesin
perah menghasilkan susu lebih maksimal, sebab susu tidak tercecer pada saat
pemerahan, 2) relatif cepat dan waktu yang dibutuhkan lebih efesien, 3) petugas
pemerah tidak mengeluarkan energi yang banyak saat memerah dan 4) waktu
pemerahan lebih singkat sehingga dapat menurunkan tercemarnya susu oleh
mikroba. Penggunaan mesin perah memiliki kekurangan yaitu : 1) harga mesin
yang mahal, 2) listrik yang diperlukan besar apabila semua mesin dinyalakan.
Teknik pemerahan tradisional memeiliki kelemahan yaitu : 1) energi yang
dibutuhkan pekeja banyak, 2) waktu pemerahan lama, 3) masih ada susu yang
tertinggal diambing sapi. Kelebihan dari pemerahan tradisional yaitu : 1) biaya

Copyright © 2021, Avicenna : Journal of Health Research


ISSN 2615-6458 (print) | ISSN 2615-6466 (online)
Avicenna : Journal of Health Research, Vol 4 No 2 Oktober 2021 (47 - 58) 50
Verliana Maya Sari, Gravinda Widyaswara, F. Pramonodjati (Pengaruh Perbedaan Waktu Dan
Teknik Pemerahan Susu Sapi Terhadap Jumlah Bakteri Escherichia Coli )

pemerahan ekonomis, 2) alat pemerahan praktis cukup menggunakan ember


(Sulistyati dkk., 2013).
Kualitas susu menurut Schutz dan Ferree (2012), dikategorikan menjadi 3
yaitu susu dengan Grade A (kualitas baik), susu Grade B (kualitas sedang), dan
susu dengan Grade C (kualitas buruk). Apabila jumlah bakteri yang terdapat
dalam susu segar >100.000/ml dan bakteri Escherichia coli < dari 10/ml, maka
dapat dikategorikan susu dengan kualitas baik atau Grade A. Apabila jumlah
bakteri antara 100.000–1.000.000/ml, dan jumlah bakteri Escherichia coli < dari
10/ml, maka susu Grade B (kualitas sedang). Sementara susu dengan Grade
(kualitas buruk) jika jumlah bakterinya Escherichia coli > 1.000.000/ml. Adanya
bakteri Coliform dan Escherichia coli menunjukkan tingkat sanitasi yang rendah.
Bakteri Coliform dapat digunakan sebagai indikator karena densitasnya
berbanding lurus dengan tingkat pencemaran air. Bakteri ini dapat mendeteksi
patogen pada air seperti virus, protozoa, dan parasit. Selain itu, bakteri ini juga
memiliki daya tahan yang lebih tinggi daripada patogen serta lebih mudah
diisolasi dan ditumbuhkan (Prayitno, 2009).

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini yaitu analitik observasional menggunakan uji proporsi


untuk mengetahui adanya perbedaan teknik dan waktu pemerahan susu sapi
terhadap jumlah bakteri. Sumber data dalam penelitian ini adalah 13 sampel susu
sapi yang aktif diperah setiap hari baik pada pagi hari pukul 06.30 WIB maupun
siang hari pukul 12.30 WIB dengan teknik tradisional dan teknik modern.
Kemudian dilakukan pengujian Most Probable Number (MPN) di Laboratorium
Mikrobiologi Politeknik Santo Paulus Surakarta.
Adapun tahapan kerja terdiri dari tahapan persiapan yaitu sterilisasi alat,
pembuatan media, dan tahapan pengambilan susu sapi perah. Pada tahapan
sterilisasi alat, cawan petri, tabung reaksi, beacker glass, botol kaca dicuci bersih
dan dikeringkan. Setelah kering alat disterilkan menggunakan alat autoklaf
dengan suhu 121˚C selama 15 menit. Alat pemerahan seperti ember penampung
selang dan diguyur dengan air panas. Pada tahapan media, media yang dibuat
antara lain media EMB (Eosin Methylene Blue Agar), media LB (Lactose Broth),
dan media BGLB (Brilliant Green Lactase Bilebroth.
Pada tahapan pengambilan susu sapi perah, harus dilakukan dalam kondisi
aseptik. Pemerahan dengan teknik tradisional, susu yang diperah dengan tangan
langsung ditampung dalam botol steril. Pemerahan teknik modern, susu yang
diperah dengan mesin portable. Susu diambil dari ember penampung lalu
dipindahkan ke botol kaca steril. Beri label pada masing-masing botol supaya
tidak tertukar. Tahap terakhir sampel yang telah diperoleh segera dipindahkan ke
Laboratorium Mikrobiologi Politeknik Santo Paulus. Selama proses pemindahan
susu dimasukkan ke dalam termos berisi ice pack.
Tahapan yang kedua adalah tahapan pengujian yaitu uji kontaminasi bakteri
Escherichia coli, diperiksa dengan metode MPN yang terdiri dari tiga tahapan,

Copyright © 2021, Avicenna : Journal of Health Research


ISSN 2615-6458 (print) | ISSN 2615-6466 (online)
Avicenna : Journal of Health Research, Vol 4 No 2 Oktober 2021 (47 - 58) 51
Verliana Maya Sari, Gravinda Widyaswara, F. Pramonodjati (Pengaruh Perbedaan Waktu Dan
Teknik Pemerahan Susu Sapi Terhadap Jumlah Bakteri Escherichia Coli )

yaitu uji penduga (presumptive test), uji konfirmasi (confirmed test), dan uji
kelengkapan (completed test). Pada uji penduga memakai deret 9 tabung reaksi
yang masing-masing berisi media LB. Deret 9 tabung dihomogenkan secara
perlahan supaya sampel menyebar rata ke seluruh media. Kemudian dinkubasikan
seluruh tabung pada suhu 370C selama 1x24 jam. Tabung dinyatakan positif jika
terbentuk gas sebanyak 10% atau melebihi dari volume di dalam tabung durham.
Pada uji konfirmasi dilakukan inokulasi kuman dari tabung yang positif
menghasilkan gas pada uji penduga ke media BGLB. Media BGLB diinkubasi
370C selama 24 jam. Jumlah tabung positif yaitu terbentuknya warna keruh dan
gas dilihat dalam tabung durham berupa gelembung udara. Escherichia coli dapat
dilihat dengan menghitung tabung yang menunjukkan reaksi positif terbentuk
asam dan gas dan dibandingkan dengan table MPN 333. Pada uji kelengkapan,
dilakukan inokulasi kuman dari tabung yang positif pada uji konfirmasi ke media
EMB. Media EMB diinkubasi 370C selama 24 jam. Koloni bakteri Escherichia
coli berwarna hijau metalik dan bintik hitam di tengah koloni. Dilakukan uji
penguat dengan uji biokimia untuk memastikan apakah bakteri yang tumbuh
benar Escherichia coli, yaitu dengan uji IMVIC Escherichia coli.
Tahapan terakhir adalah tahapan pembuangan limbah. Adapun alat dan
bahan yang telah digunakan selama penelitian dimasukkan ke dalam autoklaf
bersuhu 121˚C selama 15 menit. Alat dicuci lalu dikeringkan sedangkan limbah
dibuang pada sampah medis. Sedangkan analisis data dengan menggunakan data
primer yang diperoleh dari sampel penelitian. Data yang diperoleh dari hasil
penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan dideskripsikan. Untuk
mengetahui hubungan antara dua variabel yang diteliti, dilakukan analisa uji
proporsi dengan taraf signifikansi () sebesar 0,05 dengan rumus :

Z=

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
1. Hasil MPN berdasarkan Teknik dan Waktu Pemerahan Susu Sapi
Pengambilan sampel susu pada pemerahan teknik tradisional 13 sampel dan
teknik modern 13 sampel. Pengambilan susu pada pagi hari 13 sampel dan siang
hari 13 sampel. Total keseluruhan sampel yaitu 52 sampel selanjutnya di uji
dengan uji beda dengan taraf signifikan sebesar 0,05.

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan MPN


No Teknik dan Waktu MPN / 100 Teknik dan Waktu MPN /
sampel Pemerahan ml Pemerahan 100 ml
1. Pagi tradisional 3 Sore tradisional 6
2. Pagi tradisional 3 Sore tradisional 4

Copyright © 2021, Avicenna : Journal of Health Research


ISSN 2615-6458 (print) | ISSN 2615-6466 (online)
Avicenna : Journal of Health Research, Vol 4 No 2 Oktober 2021 (47 - 58) 52
Verliana Maya Sari, Gravinda Widyaswara, F. Pramonodjati (Pengaruh Perbedaan Waktu Dan
Teknik Pemerahan Susu Sapi Terhadap Jumlah Bakteri Escherichia Coli )

3. Pagi tradisional 6 Sore tradisional 4


4. Pagi tradisional 3 Sore tradisional 3
5. Pagi tradisional 4 Sore tradisional 0
6. Pagi tradisional 4 Sore tradisional 3
7. Pagi tradisional 0 Sore tradisional 7
8. Pagi tradisional 4 Sore tradisional 3
9. Pagi tradisional 3 Sore tradisional 0
10. Pagi tradisional 0 Sore tradisional 6
11. Pagi tradisional 3 Sore tradisional 6
12. Pagi tradisional 4 Sore tradisional 3
13. Pagi tradisional 9 Sore tradisional 3
14. Pagi modern 3 Sore modern 4
15. Pagi modern 3 Sore modern 3
16. Pagi modern 0 Sore modern 3
17. Pagi modern 3 Sore modern 3
18. Pagi modern 3 Sore modern 0
19. Pagi modern 0 Sore modern 3
20. Pagi modern 6 Sore modern 3
21. Pagi modern 3 Sore modern 3
22. Pagi modern 0 Sore modern 3
23. Pagi modern 4 Sore modern 0
24. Pagi modern 4 Sore modern 3
25. Pagi modern 0 Sore modern 0
26. Pagi modern 3 Sore modern 3
Sumber : Data pribadi, 2020

Sampel yang diperoleh dari peternak sapi perah, diantaranya melebihi batas
maksimum cemaran mikroba yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional
7388 Tahun 2009. Sampel yang menunjukkan nilai < 3 MPN/ml masih belum
melebihi batas maksimum cemaran mikroba yang ditetapkan oleh Badan
Standarisasi Nasional. Standar ini digunakan untuk kategori produk susu segar
yang tidak dipasteurisasi untuk diproses lebih lanjut.
Perbedaan nilai MPN berdasarkan teknik pemerahan susu bisa dilihat pada
Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Perbedaan nilai MPN berdasarkan teknik pemerahan susu.


Teknik Besar Sampel Rata-Rata Standar Deviasi P
Pemerahan
Tradisional 26 3,62 2,192 0,031
Modern 26 2,42 1,629
Sumber : Data pribadi, 2020

Dilihat pada tabel 2 bahwa nilai p < 0,05 yang artinya terdapat perbedaan
nilai MPN berdasarkan teknik pemerahan susu sapi. Penggunaan mesin modern
nyatanya lebih mengurangi tingkat terkontaminasinya susu oleh bakteri Coliform.
Sedangkan perbedaan nilai MPN berdasarkan waktu pemerahan susu sapi bisa
dilihat pada Tabel 3.

Copyright © 2021, Avicenna : Journal of Health Research


ISSN 2615-6458 (print) | ISSN 2615-6466 (online)
Avicenna : Journal of Health Research, Vol 4 No 2 Oktober 2021 (47 - 58) 53
Verliana Maya Sari, Gravinda Widyaswara, F. Pramonodjati (Pengaruh Perbedaan Waktu Dan
Teknik Pemerahan Susu Sapi Terhadap Jumlah Bakteri Escherichia Coli )

Tabel 3. Perbedaan nilai MPN berdasarkan waktu pemerahan susu


Waktu Besar Sampel Rata-Rata Standar Deviasi P
Pemerahan
Pagi 26 3,00 2,135 0,946
Siang 26 3,04 1,907
Sumber : Data pribadi, 2020
Nilai p pada tabel diatas > 0,05 artinya tidak terdapat perbedaan yang nyata
berdasarkan waktu perah pagi dan siang hari. Tingkat kontaminasi Coliform lebih
tinggi pada pemerahan siang hari.
Sampel menunjukkan terkontaminasi oleh bakteri Coliform. Coliform
merupakan golongan bakteri intestinal yang hidup pada saluran pencernaan
manusia dan hewan. Bakteri Coliform digunakan sebagai indikator adanya
kontaminasi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air, minuman maupun
makanan, keberadaan bakterini ini menunjukkan rendahnya tingkat sanitasi.
Bakteri Coliform dibedakan menjadi dua kelompok Coliform fekal : Escherichia
coli dan Coliform non fekal : Enterobacter aerogenes. Coliform fekal berasal dari
kotoran manusia dan hewan. Coliform non fekal berasal dari tumbhan dan hewan
yang telah mati (Batt & Tortorello, 2014).
Sanitasi kandang di peternakan Y belum memenuhi syarat karena letak
kandang yang terlalu dekat dengan tempat kotoran sapi, penerangan yang kurang
karena sinar matahri tertutup oleh bangunan sehingga lembab dan ventilasi cukup
banyak sehingga dapat memungkinkan kontaminasi lewat udara. Pembersihan
hanya dilakukan menggunakan air kran tanpa menggunakan desinfektan yang
dilakukan sebelum pemerahan. Saluran air kotor di kandang terbuka dan aliran
tidak lancer sehingga menjadi perindukan vektor. Lantai kandang terbuat dari
semen tapi tidak miring sehingga lantai menjadi sangat lembab. Kebersihan
kandang belum baik karena masih terdapat sisa pakan dan kotoran sapi yang
pada lantai.
Kandang sapi perah minimal memiliki lantai tahan air, tidak berlubang
dan landai, memiliki ventilasi yang baik menjamin kualitas udara karena udara
yang bersih dapat mencegah timbulnya bau yang mudah diserap oleh susu, dan
penerangan cukup, kotoran mudah mengalir ke penampungan. Kebersihan
kandang berkaitan erat dengan kualitas susu, apabila kebersihan kandang tidak
baik maka kualitas susu yang dihasilkan akan menurun dan sebaliknya. Jumlah
bakteri pada susu dapat meningkat dengan pesat apabila kandang yang digunakan
untuk tempat tinggal ternak dan tempat pemerahan susu tidak bersih dan sehat
(Nurhadi, 2012).

2. Hasil Bakteri Escherichia coli Berdasarkan Teknik dan Waktu Pemerahan


Susu Sapi
Tabel 4. Hasil uji Escherichia coli Berdasarkan Teknik dan Waktu
No Teknik dan Waktu E.coli Teknik dan Waktu E.coli
sampel Pemerahan Pemerahan
1. Pagi tradisional Negatif Sore tradisional Positif
2. Pagi tradisional Negatif Sore tradisional Positif

Copyright © 2021, Avicenna : Journal of Health Research


ISSN 2615-6458 (print) | ISSN 2615-6466 (online)
Avicenna : Journal of Health Research, Vol 4 No 2 Oktober 2021 (47 - 58) 54
Verliana Maya Sari, Gravinda Widyaswara, F. Pramonodjati (Pengaruh Perbedaan Waktu Dan
Teknik Pemerahan Susu Sapi Terhadap Jumlah Bakteri Escherichia Coli )

3. Pagi tradisional Negatif Sore tradisional Positif


4. Pagi tradisional Negatif Sore tradisional Positif
5. Pagi tradisional Negatif Sore tradisional Positif
6. Pagi tradisional Positif Sore tradisional Positif
7. Pagi tradisional Negatif Sore tradisional Negatif
8. Pagi tradisional Positif Sore tradisional Positif
9. Pagi tradisional Negatif Sore tradisional Negatif
10. Pagi tradisional Negatif Sore tradisional Positif
11. Pagi tradisional Positif Sore tradisional Negatif
12. Pagi tradisional Positif Sore tradisional Positif
13. Pagi tradisional Positif Sore tradisional Positif
14. Pagi modern Negatif Sore modern Negatif
15. Pagi modern Negatif Sore modern Positif
16. Pagi modern Negatif Sore modern Negatif
17. Pagi modern Negatif Sore modern Positif
18. Pagi modern Negatif Sore modern Positif
19. Pagi modern Negatif Sore modern Positif
20. Pagi modern Negatif Sore modern Negatif
21. Pagi modern Positif Sore modern Positif
22. Pagi modern Negatif Sore modern Negatif
23. Pagi modern Negatif Sore modern Negatif
24. Pagi modern Negatif Sore modern Positif
25. Pagi modern Negatif Sore modern Negatif
26. Pagi modern Negatif Sore modern Negatif
Sumber : Data pribadi, 2020

Tabel 5. Perbedaan Escherichia coli Berdasarkan Teknik dan Waktu.


Kandungan Kandungan
Escherichia Teknik Pemerahan Jumlah Escherichia Waktu Jumlah
Coli Coli Pemerahan
Tradisional Modern Pagi Siang
Negatif 11 19 30 Negatif 20 10 30
Positif 15 7 22 Positif 6 16 22
Jumlah 26 26 52 26 26
Sumber : Data pribadi, 2020

Pengambilan sampel susu pada pemerahan teknik tradisional 13 sampel dan


teknik modern 13 sampel. Pengambilan susu pada pagi hari 13 sampel dan siang
hari 13 sampel. Total keseluruhan sampel yaitu 52 selanjutnya di uji dengan uji
proporsi. Persentase banyaknya bakteri Escherichia coli berdasarkan teknik
tradisonal (57,69%) lebih besar dibandingkan persentase banyaknya bakteri
Escherichia coli berdasarkan teknik modern (26,92%). Persentase banyaknya
bakteri Escherichia coli berdasarkan waktu pemerahan susu sapi pada siang
(61,54%) lebih besar dibandingkan persentase banyaknya bakteri Escherichia coli
berdasarkan waktu pemerahan susu sapi pada pagi (23,08%).

Copyright © 2021, Avicenna : Journal of Health Research


ISSN 2615-6458 (print) | ISSN 2615-6466 (online)
Avicenna : Journal of Health Research, Vol 4 No 2 Oktober 2021 (47 - 58) 55
Verliana Maya Sari, Gravinda Widyaswara, F. Pramonodjati (Pengaruh Perbedaan Waktu Dan
Teknik Pemerahan Susu Sapi Terhadap Jumlah Bakteri Escherichia Coli )

Pembahasan
Escherichia coli merupakan salah satu bakteri yang sering mengkontaminasi
susu yang berarti tidak baik untuk dikonsumsi, sebagaimana dibakukan dalam
Standar Nasional Indonesia (SNI 7388:2009). Kejadian kontaminasi Escherichia
coli kemungkinan disebabkan karena adanya kontaminasi feses sapi selama
penanganan susu pada saat proses pemerahan. Susu bukan hanya merupakan
makanan yang baik bagi manusia tetapi juga bagi bakteri. Kontaminasi yang
terjadi pada susu dapat berasal dari badan sapi, lingkungan kandang, peralatan
perah, dan juga tangan pemerah yang terinfeksi selama penanganan susu (Fikri
dkk, 2017).
Selain itu sanitasi lingkungan yang kurang bersih sehingga masih terdapat
feses pada lantai kandang menjadi penyebab susu terkontaminasi oleh bakteri
Escherichia coli. Kejadian kontaminasi Escherichia coli kemungkinan disebabkan
karena adanya kontaminasi feses sapi selama penanganan susu pada saat proses
pemerahan maupun lama waktu susu di milk can sebelum diserahkan kepada
koperasi. Susu bukan hanya merupakan makanan yang baik bagi manusia
tetapi juga bagi bakteri. Kontaminasi yang terjadi pada susu dapat berasal dari
badan sapi, lingkungan kandang, peralatan perah, dan juga tangan pemerah yang
terinfeksi selama penanganan (Fikri dkk, 2017).
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan di peternakan Y tentang
pengaruh perbedaan waktu dan teknik pemerahan susu sapi terhadap jumlah
bakteri Escherichia coli didapatkan presentase seperti gambar di bawah ini:

Gambar 1. Grafik Perbedaan Proporsi Bakteri Escherichia coli

Copyright © 2021, Avicenna : Journal of Health Research


ISSN 2615-6458 (print) | ISSN 2615-6466 (online)
Avicenna : Journal of Health Research, Vol 4 No 2 Oktober 2021 (47 - 58) 56
Verliana Maya Sari, Gravinda Widyaswara, F. Pramonodjati (Pengaruh Perbedaan Waktu Dan
Teknik Pemerahan Susu Sapi Terhadap Jumlah Bakteri Escherichia Coli )

Berdasarkan gambar 1, bakteri Escherichia coli meningkat pada


pemerahan teknik tradisional dengan presentasi 57,69 %. Pada pemerahan teknik
tradisional, sapi diperah langsung menggunakan tangan. Kebersihan tangan
pemerah yang kuran baik dapat berpotensi menularnya bakteri dari sapi satu ke
sapi yang lain. Penelitian sebelumnya yang dilakukan Taufik, dkk (2008), sampel
susu yang diperiksa di daerah Bogor terdapat sejumlah bakteri indikator.
Penelitian ini menyimpulkan karena tingkat higiene yang belum baik di setiap
peternakan yang ada di daerah tersebut. Faktor penyebab meningkatnya bakteri
Escherichia coli, karena tingkat sanitasi dan higienitas pekerja kurang baik.
Kondisi proses pemerahan yang berbau, lembab, terdapat sisa kotoran di lantai
kandang, peralatan pemerahan yang kurang bersih seperti ember penampung
berpotensi sebagai penularan mikroba penginfeksi susu. Selain itu puting sapi
hanya dicuci dengan air biasa sehingga kemungkinan bakteri dari feses atau kolon
sapi masih menempel di puting sapi. Higienitas pemerah yang tidak dijaga seperti
memakai baju khusus pada proses pemerahan dan mencuci tangan dengan sabun
sebelum dan sesudah pemerahan, dari sapi satu ke sapi yang lain.
Penggunaan mesin pemerah nyatanya mengurangi tingkat kontaminasi
bakteri Escherichia coli (26,92 %). Hal ini dikarenakan pada pemerahan teknik
modern susu langsung tertampung pada ember penampung dalam keadaan
tertutup sehingga tidak kontam dengan udara luar. Mesin pemerahan sebelum
digunakan dibersihkan dengan diguyur air panas pada selang vakum dan ember
penampung. Kontaminasi bakteri air susu dapat dimulai ketika proses pemerahan,
menurut Hijriah et.al. (2016) pencemaran susu akibat mikroorganisme terjadi
pada proses pemerahan, penangganan, penyimpanan dan aktivitas pra pengolahan.
Penerapan teknologi pada proses pemerahan dapat mengurangi kontaminasi pada
susu yang diperah menggunakan mesin pemerah, karena dapat menjaga kesehatan
ambing sapi, puting , memperbaiki rendemen susu dan kesehatan sapi.
Penelitian Usmiati dan Abu Bakar (2009), hasil pemerahan dengan
menggunakan alat perah mengahasilkan susu yan relatif steril sebab susu
lasngsung tertampung di wadah penampung susu tanpa kontak dengan udara luar
sehingga mikroba yang ada didalam susu adalah mikroba indigenus. Tingginya
nilai TPC susu dapat berasal dari peralatan, sapi maupun pemerah yang kurang
higienis. Penggunaan alat perah dapat mengurangi kontak tangan dan udara
disekitar sehingga menghasilkan susu yang bersih dan higienis serta dapat
menguragi tingkat TPC pada susu.
Berdasarkan gambar 1, kontaminasi bakteri meningkat pada pemerahan
siang hari Escherichia coli (61,54 %). Penyebab meningkatnya bakteri pada
pemerahan siang hari dibandingkan pagi hari karena pada pelaksanaan pemerahan
sapi hanyak dimandikan pada pagi hari saja dengan menggunakan air kran.
Sedangkan pada siang hari sapi hanya dibersihkan pada ambing dan puting sapi
sebelum dilakukan pemerahan. Kebersihan sapi sangat penting untuk
menghasilkan susu dengan kualitas baik. Sapi yang kurang bersih dapat
mengontaminasi susu pada saat pemerahan dan bakteri bisa masuk melalui udara
terbuka. Tingginya pencemaran bakteri pada semua sampel susu dapat disebabkan

Copyright © 2021, Avicenna : Journal of Health Research


ISSN 2615-6458 (print) | ISSN 2615-6466 (online)
Avicenna : Journal of Health Research, Vol 4 No 2 Oktober 2021 (47 - 58) 57
Verliana Maya Sari, Gravinda Widyaswara, F. Pramonodjati (Pengaruh Perbedaan Waktu Dan
Teknik Pemerahan Susu Sapi Terhadap Jumlah Bakteri Escherichia Coli )

adanya kontaminasi yang berasal dari air yang digunakan dalam peternakan.
Menurut Manning (2010), air yang terkontaminasi Coliform merupakan sumber
pencemaran yang paling penting di sebuah peternakan karena bakteri ini dapat
bertahan hidup dalam sedimen air selama enam bulan, bahkan dapat bertahan
sepanjang musim dingin. Selain itu, air yang telah terkontaminasi dapat tercampur
dengan air tanah dan menjadi sumber penularan ke tanaman dan rumput
yang dimakan oleh ternak melalui sistem irigasi, serta dapat
mengkontaminasi danau, sungai dan sumber air lainnya yang berada di sekitar
ternakan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh perbedaan teknik dan
waktu pemerahan susu sapi terhadap jumlah bakteri Escherichia coli dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nilai MPN terhadap perbedaan teknik
pemerahan susu sapi p sebesar 0,03, bakteri Escherichia coli meningkat pada
teknik pemerahan tradisional dengan presentase 57,69 % dan pada pemerahan
siang hari sebesar 61,54 %.

Saran
Peternakan susu sapi perah perlu melakukan edukasi kepada pegawai
tentang bagaimana cara pemerahan yang baik dan benar sehingga mampu
menurunkan angka kontaminasi susu oleh bakteri. Selain itu, perlu dilakukan
monitoring kesehatan hewan ternak secara berkala, menjaga sanitasi di
lingkungan kandang, membersihkan peralatan yang digunakan sebelum dan
sesudah digunakan dengan desinfektan, melakukan steriliasi pada alat yang akan
digunakan untuk pemerahan dan penyimpan peralatan pemerahan di tempat yang
bersih dan terpisah dari kandang.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali. 2011. Kabupaten Boyolali dalam


Angka. Kabupaten Boyolali, Boyolali.
Batt, C. A., Tortorello, M.L. 2014. Encylopedia Food Microbiology II. USA :
Elsevier.
Fikri, F., Hamid, I.S., dan Purnama, M.T.E. 2017. Uji Organoleptis, pH, Uji Eber
dan Cemaran Bakteri pada Karkas yang Diisolasi dari Kios di Banyuwangi.
J.Medik Veteriner, 1 (1) : 23-27.
Hijriah, P. F., Santoso, P. E., Wanniatie, V. 2016. Status mikrobiologi (total plate
count, coliform, dan escherichia coli) susu kambing peranakan etawa (pe) di
desa Sungai Langka kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.
J.Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): 217-221.

Copyright © 2021, Avicenna : Journal of Health Research


ISSN 2615-6458 (print) | ISSN 2615-6466 (online)
Avicenna : Journal of Health Research, Vol 4 No 2 Oktober 2021 (47 - 58) 58
Verliana Maya Sari, Gravinda Widyaswara, F. Pramonodjati (Pengaruh Perbedaan Waktu Dan
Teknik Pemerahan Susu Sapi Terhadap Jumlah Bakteri Escherichia Coli )

Latifa, O. 2015. Identifikasi Bakteri Escherichia coli Pada Susu Sapi Segar Dan
Susu Sapi Cair Kemasan Ultra High Temperature (UHT) Di Kecamatan
Mampang Prapatan. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. Hal: 20-23.
Manning DS. 2010. Eschericia coli Infection. Chelsea House Pub. New York.
Nurhadi, M. 2012. Kesehatan Masyarakat Veteriner (Higiene Bahan Pangan Asal
Hewan dan Zoonosis). Gosyen Publishing. Yogyakarta.
Prayitno, A. 2009. Uji Bakteriologi Air Baku dan Siap Konsumsi dari PDAM
Surakarta Ditinjau dari Jumlah Bakteri Coliform. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Ressang, A. A dan Nasution A. M. 2010. Pedoman Mata Pelajaran Ilmu
Kesehatan Susu (Milk Hygiene) edisi 2. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Schutz, M., Ferree, M. 2012. Raw Milk Faqs. Purdue University. United States.
Sulistyati, M., Hermawan., A. Fitriani. 2013. Potensi Usaha Peternak Sapi Perah.
J.Ilmu Ternak. 1 (3): 17-23.
Taufik. E, Hildebrant, G., Kleer, J. N., Wirjajanto, T.I. 2008. Microbiological
quality of raw goat milk in Bogor Indonesia. Media Peternakan, 34 : 105-
111.
Usmiati, S., Abubakar. 2009. Teknologi Pengolahan Susu. Balai Besar Penelitisn
dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Bogor.

Copyright © 2021, Avicenna : Journal of Health Research


ISSN 2615-6458 (print) | ISSN 2615-6466 (online)

Anda mungkin juga menyukai