Anda di halaman 1dari 19

5 KASUS PELANGGARAN DALAM

PEMBANGUNAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Aspek Hukum Dalam
Pembangunan

Oleh,

Raissa Alifah
(167011082)
Kelas A

TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SILIWANGI
2017
1. Terkait UU Nomor 20 Tahun 2011, Pelanggaran royek Meikarta
Melanggar.

Nusantara.news, Jakarta – Rencana pembangunan kota raksasa Meikarta kembali


menyentak kesadaran publik. Gegap gempita, maupun pro dan kontra, termasuk
perizinan yang belum jelas, menjadi pergunjingan yang tidak sedap. Akankah
Grup Lippo memenuhi izin atau mbalelo dengan terus membangun dan
membangun tanpa izin?

Cukup beralasan jika Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar misu-misu
terkait status pembangunan dan pemasaran kawasan permukiman raksasa
Meikarta di kawasan Lippo Cikarang dihentikan. Penyebabnya, lantaran izin
resmi dan rekomendasi Pemerintah Provinsi Jawa Barat belum diberikan, namun
aktivitas pembangunan dan pemasaran sudah begitu gencar dilakukan. Bahkan
hampir setiap hari Meikarta memasang iklan full colour 5 halaman di media
massa mainstream meski sudah diperingatkan oleh Pemprov Jawa Barat. Hingga
akhirnya mengundang reaksi yang negatif dari para stakeholder bangsa ini.

Menurut calon Gubernur Jawa Barat itu, pembangunan hunian vertikal itu
melanggar Peraturan Daerah Nomor 12/2014 tentang Pengelolaan Pembangunan
dan Pengembangan Metropolitan dan Pusat Pertumbuhan di Jawa Barat. Karena ia
memutuskan untuk menghentikan pembangunan Meikarta sampai ada izin
rekomendasi. Bahkan Deddy khawatir pembangunan dan pemasaran tanpa izin
berpotensi sebagai tindakan kriminal. “Yang jelas menjual barang ilegal itu adalah
kriminal. Kan logikanya memasarkan barang ilegal, enggak ada izin, kriminal.
Saya khawatir akan dikriminalisasi nantinya,” katanya.

Hiruk pikuk kejelasan proyek Meikarta senilai Rp278 triliun itu pun membuat
Bupati Bekasi Neneng Hasanah Yasin berang. “Meikarta ini belum ada izin
apapun, baru izin lokasi. Kemudian kalau berdasarkan tata ruang sudah selesai,
cuma yang dikhawatirkan itu iklannya luar biasa,” katanya kepada pers beberapa
waktu lalu.
Neneng bahkan mengaku tidak tahu Meikarta itu yang mana. Karena, kalau
datang ke Kabupaten Bekasi atas nama perusahaan, bukan merek dagang. Dia
pribadi mengaku belum melihat desainnya seperti apa, Grup Lippo juga belum
mengajukan desain dan apa yang akan dibangun. Neneng menegaskan akan segera
memanggil pihak pengembang Meikarta untuk menjelaskan persoalan perizinan.
Mereka pun harus bisa menerangkan sikap manajemen yang terlebih dulu menjual
unit rumah sebelum proses izin selesai.

Saat ini proses pembangunan fisik Meikarta sudah berlangsung, sedikitnya 4


tower sudah didirikan. Bahkan warga Cibatu Cikarang, Kabupaten Bekasi men-
sweeping pengerjaan mega proyek Meikarta pada Senin (24/7/2017). Perusahaan
yang mengerjakan proyek tersebut tidak memperhatikan lingkungan sekitarnya.
Terutama warga yang berdekatan dengaan proyek tersebut. “Sebagai warga kami
merasa keberatan dengan adanya mega proyek ini. Selain warga tidak ada yang
diakomodir bekerja, keberadaan proyek tersebut menimbulkan kebisingan dan
juga mengakibatkan kerusakan infrastruktur jalan. Ini kan proyek bekerja 24 jam
engga berhenti. Selain itu jalan jadi becek dari tanah yang berceceran,” kata H.
Mamat koordinator aksi. Namun Direktur PT Lippo Karawaci Tbk Danang
Kemayan Jati menyatakan bahwa pihaknya merasa tidak memiliki masalah dalam
pembangunan properti Meikarta Lippo Cikarang. Saat ini manajemen sedang
menuntaskan proses perizinan proyeknya ke Pemerintah Kabupaten Bekasi.
“Semuanya sedang dalam proses, mulai amdal, izin mendirikan bangunan dan izin
prinsip ke Pemerintah Kabupaten Bekasi. Perizinan itu tidak di pemerintah tingkat
satu (provinsi), tapi di pemerintah tingkat dua atau kabupaten. Jadi, proses ini
tidak ada hubungannya dengan pemerintah provinsi (Jawa Barat),” tutur Danang
Kemayan Jati seperti dikutip media.

Danang juga menjelaskan kegiatan pemasaran yang dilakukan Lippo yakni


dengan terlebih dulu menjual konsep merupakan hal yang wajar dilakukan oleh
developer. Adapun yang dibayarkan oleh pelanggan saat ini sebenarnya bukan
merupakan down payment (uang muka), melainkan nomor urut pemesanan (pre-
project selling).
“Itu sudah lazim di dunia developer, kami bisa menjual konsep. Kami juga belum
launching, baru nomor urut pemesanan. Supaya antrenya rapi, jadi nanti
dikembalikan. Setelah dipanggil sesuai nomor urut, dia pilih unit, ukuran, di tower
mana. Setelah itu ada transaksi, penentuan skema cicilan dan baru tanda tangan,”
kata Danang.

Tunda pembelian

Merespon sikap Meikarta, Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen


Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan promosi, iklan, dan marketing
Meikarta yang begitu masif, terstruktur, dan sistematis, telah memikat 20.000-an
konsumen. Bahkan boleh jadi sudah melakukan transaksi.

Praktik semacam itu pada akhirnya posisi konsumen berada dalam kondisi yang
sangat rentan dirugikan karena tidak memiliki jaminan atas kepastian
pembangunan. Padahal pemasaran yang dilakukan tersebut, diduga keras
melanggar ketentuan Pasal 42 UU No. 20/2011, yang mewajibkan pengembang
untuk memiliki jaminan atas kepastian peruntukan ruang; kepastian hak atas
tanah; kepastian status penguasaan gedung; perizinan; dan jaminan pembangunan
sebelum melakukan pemasaran.

YLKI sendiri sudah menerima aduan sekurangnya 440 pengaduan terkait


penjualan perumahan dengan konsep pre-project selling. Karena itu YLKI
mengimbau masyarakat agar berhati-hati dan bila perlu menunda pemesanan unit
apartemen Meikarta.

YLKI juga minta pemerintah perlu menindak tegas, bila perlu menjatuhkan sanksi
atas segala pelanggaran perizinan dan pemanfaatan celah hukum yang dilakukan
pengembang Meikarta. Bila perlu pengembang Meikarta menghentikan segala
bentuk promosi, iklan dan bentuk penawaran lain. Pakai good corporate
goernance (GCG)-lah kalau berbisnis.
Mantan Staf Khusus Menteri ESDM Muhammad Said Didu juga
mempertanyakan sikap membandel Grup Lippo. Karena Pemda setempat minta
pembangunan Meikarta dihentikan tapi kabarnya pembangunan terus berlanjut.
“Meikarta belum ada izin tapi sudah jualan dan ambil uang dari masyarakat.
Semua yang berwenang diam, termasuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ada apa
yang terjadi di NKRI?” kritiknya

Mantan Menteri Kehutanan MS Kaban juga menyatakan sebaiknya proyek


tersebut dihentikan karena belum memiliki izin dari pemda setempat. “Owner
pengembang Meikarta dengarlah suara masyarakat yang meminta proyek tersebut
dihentikan sebelum ada izin. Beradab dikitlah. Ojo mentang-mentang,” katanya.
Kaban mengingatkan bahwa pemerintah melalui Joko Widodo pernah
menyampaikan harus menunggu izin keluar jika ingin tetap dikerjakan
pembangunan tersebut. Ia juga mengkritisi aparat penegak hukum yang seolah
hanya diam mengetahui kenyataan proyek tersebut. “Bukankah perizinan hitungan
minggu kata Presiden Jokowi? Kok bisa-bisanya Meikarta dan reklamasi gak
berizin tetap beroperasi, dan aparat diam, diam, diam,” lanjut Ka’ban.

Langgar GCG

Apa yang dilakukan Grup Lippo sebenarnya masuk dalam pelanggaran GCG, di
mana Lippo tidak comply dengan aturan yang berlaku di pemda setempat. Tapi
sudah melakukan aktivitas promosi dengan alasan hal biasa. Lippo memang kerap
melakukan tata kelola perusahaan yang tidak baik, memanfaatkan celah, dan
tricky.

Tidak hanya pelanggaran hukum yang diterabas, bahkan pelanggaran etika. Dan
bukan kali ini saja Grup Loppo melakukannya. Masih segar dalam ingatan
bagaimana Bank Lippo melakukan laporan keuangan ganda pada 2002. Lippo
melakukan insider trading, lewat kaki tangannya yang melakukan aksi beli dan
aksi beli saham dalam jumlah besar di Bank Lippo.
Bank Lippo saat masih ditangan Grup Lippo melakukan informasi keuangan yang
menyesatkan yang melanggar UU Pasar Modal.

James Riady, anak dari pendiri Grup Lippo Mochtar Riady, terlibat aktif dalam
skandal sumbangan pada kampanye Presiden AS Bill Clinton dan Wapres Al
Gore dan dinyatakan bersalah oleh Pengadilan AS.

Berbagai bentuk pelanggaran etika bisnis, pelanggaran hukum pasar modal,


maupun pelanggaran dukung mendukung dalam politik pernah dilakukan oleh
Grup Lippo. Jadi kalau hari ini Grup Lippo melanggar aspek perizinan pada
proyek Meikarta, adalah hal biasa.

Yang tidak biasa adalah sikap pemerintah pusat yang tidak tegas dan cenderung
menutup mata atas pelanggaran yang dilakukan oleh Grup Lippo.
2. Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional

Hal-hal yang terjadi dalam pembangunan :

Bandara berdiri di atas kawasan rawan bencana tsunami


NYIA Kulonprogo yang diklaim sebagai proyek untuk kepentingan umum, adalah
sarana transportasi udara yang akan memiliki resiko bahaya amat tinggi terutama
bagi calon pengguna transportasi penerbangan. Sebab, bandara ini berdiri di atas
kawasan rawan bencana tsunami. Menyangkut hal ini dapat dilihat di dalam
Perpres Nomor 28 tahun 2012 tentang RTR Pulau Jawa-Bali di mana Kabupaten
Kulonprogo jadi salah satu wilayah yang ditetapkan sebagai zona rawan bencana
alam geologi (pasal 46 ayat 9 huruf d). Selain itu, menilik Perda Provinsi DIY
Nomor 2 tahun 2010 tentang RTRW DIY, sepanjang pantai di Kabupaten
Kulonprogo telah ditetapkan sebagai kawasan rawan tsunami (Pasal 51 huruf g).
Bahkan Perda Kabupaten Kulon Progo Nomor 1 Tahun 2012 Tentang RTRW
Kabupaten Kulonprogo pun lebih detail menyatakan bahwa kawasan rawan
tsunami salah satunya meliputi Kecamatan Temon (pasal 39 ayat 7 huruf a).

Eko Teguh Paripurna, ahli geologi dan kebencanaan Universitas Pembangunan


Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta mengatakan, lokasi bandara termasuk zona
merah bencana risiko tinggi terdampak bahaya bencana alam. Seluruh bagian
dalam rencana pembangunan bandara dan Airport City memiliki risiko bencana
besar. Langkah Pemda Yogyakarta sangat berbeda pada kasus zona merah
bencana di Lereng Merapi, masyarakat relokasi, area itu hanya lahan pertanian.
Sedangkan, di Kulon Progo, lahan produktif warga harus bertukar demi proyek
berisiko bencana. Peta rencana bandara 27% di daerah risiko tinggi bencana, 65%
sedang dan 7% rendah. Untuk kota bandara 27% tinggi, 55% sedang, 17% rendah.
Kawasan Temon, sebagai bandara baru merupakan daerah rawasan gempa dan
tsunami. Blok Jogja termasuk blok yang belum pernah mengalami gempa besar.
Tahun 2006, bukan dari Blok Jogja, tetapi patahan Opak. Berdasarkan peta
bahaya tsunami Kulon Progo 2012, tapak bandara rawan bencana tsunami tinggi
seluas 167,2 hektar, rawan bahaya sedang 40,02 hektar, bahaya rendah 44,3
hektar.
Hal ini juga menyinggung Perpres no.3 tahun 2016 tentang Percepatan
Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional pasal 19 dan 20 mengenai Tata Ruang.
3. Pelanggaran Jasa Konstruksi Jembatan Kutai KartaNegara

Jembatan yang dibangun oleh kontraktor PT Hutama Karyadan Pembuatan Desain


Jembatan Kutai Kartanegara dipercayakan kepada PT Perencana Jaya. PT
Perencana Jaya sendiri diketahui merupakan perusahaan konsultan di bidang
pembangunan gedung dan jembatan. Pembangunan jembatan ini sempat
terkendala pendanaan dalam pembangunannya, yang semula hanya mengandalkan
dana APBD murni, APBD Tingkat II, APBN, Bantuan Luar Negeri OECF INP
23, mengalami terjangan badai krisis ekonomi tahun 1998. Akibatnya,
pembangunan sempat terhenti hampir 2 tahun. Namun bantuan dana APBN di
Tahun Anggaran 1999/2000 dengan pagu dana Rp 36 miliar memulai kembali
dalam pembangunan jembatan ini.

Jembatan Kutai Kartanegara adalah salah satu Jembatan yang dirancang dengan
menggunakan cable-suspension sebagai konstruksi utamanya yang berfungsi
sebagai penahan sekaligus penyalur tegangan-tegangan yang terjadi yang
diakibatkan beban-beban statis ataupun juga beban-beban dinamis. Dimana dalam
perhitungan konstruksi jembatan biasanya diistilahkan dengan Beban Mati (Dead
Load) dan beban hidup (live Load).

Selain kedua istilah beban tersebut masih ada istilah lain untuk beban-beban yang
biasa terjadi dan harus diperhitungkan antara lain beban angin (Wind Load) dan
beban yang disebabkan oleh gempa (Seismic Load) serta masih adalagi tetapi
jarang diperhitungkan yaitu Resonansi Load yang disebabkan pengaruh dari suatu
bunyi yang cukuup keras dan  bisa menimbulkan getaran pada kontruksi
jembatan, terjadi pada tempat-tempat tertentu yang sering dilanda angin
kencangatau badai. Dalam analisis perhitungannya beban-beban tersebut harus
dikombinasikan antara satu dengan yang lain berdasarkan aturan-aturan yang
sudah baku dan telah ditetapkan sebagai peraturan-peraturan yang ahrus diikuti
dan dilaksanakan.

Adapun yang dimaksud beban mati di atas adalah semua bagian komponen atau
material konstruksi yang bersifat tetap dan terus menerus membebani keberadaan
konstruksi tersebut. Untuk beban hidup umumnya merupakan beban segala
macam kandaraan yang melintas dan mempengruhi konstruksi tersebut sewaktu
pada saat berada diatasnya. Sedangkan beban angin dan beban gempa sifatnya
temporary tetapi tetap harus ada dalam analisisnya. Kegagalan konstruksi
merupakan kegagalan yang bersifat teknis dan non teknis. Kegagalan ini dapat
disebabkan karena kegagalan pada proses pengadaan barang atau jasa, atau
kegagalan saat proses pelaksanaan konstruksi. Kegagalan perkerjaan konstruksi
adalah keadaan hasil pekerjaan konstruksi yang tidak sesuai dengan spesifikasi
pekerjaan sebagaimana disepakati dalam kontrak kerja konstruksi baik sebagian
maupun keseluruhan sebagai akibat kesalahan pengguna jasa atau penyedia jasa.
(PP. 29/2000 pasal 31 tentang Penyelenggaran Jasa Konstruksi).

Mengamati dan mencermati dari insiden kagagalan konstruksi pada jembatan


kutai Kartanegara yang terjadi pada tanggal 28 November 2011 berdasarkan
keterangan saksi-saksi pada saat terjadinya insiden kegagalan konstruksi, secara
teoritis ada dua hal yang dapat menyebabkan hal tersebut :
a. Pertama, akibat adanya pengruh maitenance atau pemeliharaan (saat insiden
terjadi maitenence/pemeliharaan sedang berlangsung).
b. kedua adanya peningkatan beban hidup yang bisa menjadikan terjadinya
kelebihan beban (over load). Untuk alasan pertama kemungkinannya sangat
kecil karena umumnya maintenance atau pemeliharaan dilakukan dengan
tidak mengganti atau merubah konstruksi utama jembatan.
Bagaimana dengan kemungkinan kedua hal ini terjadi secara tidak langsung
akibat dari adanya maintence/pemeliharaan dikarenakan adanya buka tutup salah
satu sisi jalan pada jembatan sehingga menyebabkan perlambatan dan bahkan
bisa kemacetan kendaraan yang berpengaruh pada peningkatan beban pada salah
satu sisi yang lain hal ini bisa membuat lantai jembatan miring tegak lurus sisi
arah jalan pada jembatan ini sesuai dengan keterangan salah seorang saksi yang
melihat terjadinya kemiringan sisi jembatan pada saat insiden.
Jika dilihat dari kontruksinya yang terbagi menjadi beberapa macam kontruksi
yaitu kontruksi utamanya, pertama adalah pondasi atau pilar, pada jembatan
Kartanegara ini meskipun ada sedikit cacat, tetapi tetap kokoh berdiri, dalam hal
ini tentunya bukan menjadi penyebab kegagalan kontruksi pada jembatan
Kartanegara ini. Kedua block beton penahan angkur cable tetap ada serta masih
kokoh dan demikian pula cable suspensionya tetap menempel serta tergantung
pada pilar utama, sekalipun ada informasi block beton sedikit ada keretakan dan
pergeseran tetapi hal itu sudah terjadi beberapa waktu sebelumnya, indikasi itu
bisa dicermati pernah adanya pelebaran pada perletakan girder salah satu sisi yang
terletak di Tenggarongnya.
Kalaupun hal tersebut terjadi karena kegagalan end blok ternyata konstruksi
rangka tetap tergantung pada tempatnya dan tidak secepat hitungan detik jatuhnya
bersamaan ke sungai serta adanya bekas dari pergeseran tersebut. Dalam suatu
kesempatan sertfikasi konstruksi pada 2004 di kota Samarinda, salah satu
mentornya yang cukup mengetahui dalam perancangan jembatan tersebut
menyebutkan secara teknis bahwa untuk sistem pembagian distribusi pembebanan
pada jembatan kutai Kartanegara terbagi 2, yaitu: rangka baja dengan bentang 270
meter tersebut merupakan konstruksi penahan untuk semua beban mati yang
disalurkan ke pilar utama dan selanjutnya ke pondasi. Dan cable suspension utama
sebagai penahan konstruksi semua beban hidup untuk disalurkanke pilar dan
seterusnya ke pondasi.
Pada saat sebelum terjadinya keruntuhan adanya peningkatan jumlah kendaraan
yang melintas dalam ini merupakan beban hidup. Tentunya akan diterima calbe
suspension-nya sebagai penyalur utama tegangan yang timbul dari akibat hal itu.
Yang sangat menarik kiranya untuk dicermati adalah semua beban hidup dari
kendaraan yang akan disalurkan ke cable suspension harus melewati kontruksi
yang biasa disebut tie-rod/hanger atau penggantung. Titik terlemah pada konstuksi
tie-rod/hanger ini terletak pada derat bautnya dan pada clampnya. Jika kita
mengamati keruntuhan dilokasi insiden, hampir-hampir tidak tampak dari sisa-sia
kontruksi tie-rod/hanger atupun penggantung tersebut, jika disebabkan derat
bautnya dapat dipastikan sekurang-kurangnya masih tetap tergantung dan berada
pada tempat terkoneksinya di cable-suspension, sementara clamp-clampnya juga
tidak tersisa. Sangatlah sayang jika hal ini dikesampingkan begitu saja, terutama
pada kekuatan material clamp-nya yang pantas untuk dicurigai sebagai
penyebabnya.
4. Pelanggaran Praktik Monopoli Perusahaan Listrik Negara (PLN)

Kasus Monopoli Perusahaan Listrik Negara (PT. PLN)


Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengakui adanya dugaan
pelanggaran UU No.5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat oleh PT PLN (Persero) apabila BUMN sektor listrik itu
meneruskan kebijakan capping untuk TDL sektor industri. KPPU akan mengkaji
sesuai dengan prosedur lewat pemeriksaan selanjutnya. Kemungkinan pasal yang
akan dikaji KPPU ialah pasal 19d di dalam Undang-Undang Nomor 5/1999 yang
mengatur masalah diskriminasi terkait penerapan tarif terhadap para pelaku
industri.Untuk itu, KPPU akan segera menelisik data-data PLN untuk melihat
siapa saja pelanggan industri yang menikmati capping dengan yang tidak.
Sementara ini, KPPU mengakui pada 2010 memang terdapat perbedaan tarif
untuk golongan-golongan industri. Untuk golongan industri kecil atau rumah
tangga yang dikenakan capping diganjar Rp803 per KWh. Sementara yang tidak
kena capping dikenakan Rp916 per KWh. Sehingga ada disparitas harga sekitar
Rp113 per KWh. Sementara untuk golongan menengah berkapasitas tegangan
menengah berbeda Rp667 per KWh apabila dikenakan capping dan Rp731 KWh
untuk yang tidak. Perbandingan bagi industri yang memakai capping dengan yang
tidak, untuk tegangan menengah sebesar 23%. Untuk golongan tarif untuk
keperluan industri besar, mereka yang dikenakan capping harus membayar
sebesar Rp594 per KWh sementara yang tidak menjadi Rp605 per KWh
(disparitas harga Rp11 per KWh). Berdasarkan indikasi-indikasi tersebut, KPPU
akan segera melakukan pemeriksaan sesuai prosedur yang ada berdasarkan surat
yang masuk ke pihaknya pada 11 Januari silam.

KPPU juga akan panggil pihak yang selama ini diuntungkan dengan tarif lebih
rendah atau yang iri terhadap perbedaan harga karena mereka dikenakan beban
yang lebih tinggi dibanding yang lain. Selain itu, mereka juga akan memanggil
Pemerintah dan Kementerian Keuangan dan Dirjen Listrik Kementerian ESDM
untuk meminta pandangan dari mereka dan akan membuktikan di lapangan misal
cek kuitansi supaya ada fakta dan data hukum tidak hanya data statistik.
Fungsi PT. PLN sebagai pembangkit, distribusi, dan transmisi listrik sebenarnya
sudah mulai dipecah. Swasta diizinkan berpartisipasi dalam upaya pembangkitan
tenaga listrik. Sementara untuk distribusi dan transmisi tetap ditangani PT. PLN.
Saat ini telah ada 27 Independent Power Producer di Indonesia. Mereka termasuk
Siemens, General Electric, Enron, Mitsubishi, Californian Energy, Edison
Mission Energy, Mitsui & Co, Black & Veath Internasional, Duke Energy,
Hoppwell Holding, dan masih banyak lagi. Tetapi dalam menentukan harga listrik
yang harus dibayar masyarakat tetap ditentukan oleh PT. PLN sendiri.

Krisis listrik kemudian juga memuncak saat PT. Perusahaan Listrik Negara (PT.
PLN) memberlakukan pemadaman listrik secara bergiliran di berbagai wilayah
termasuk Jakarta dan sekitarnya, selama periode 11-25 Juli 2008. Hal ini
diperparah oleh pengalihan jam operasional kerja industri ke hari Sabtu dan
Minggu, sekali sebulan. Semua industri di Jawa-Bali wajib menaati, dan sanksi
bakal dikenakan bagi industri yang membandel. Dengan alasan klasik, PLN
berdalih pemadaman dilakukan akibat defisit daya listrik yang semakin parah
karena adanya gangguan pasokan batubara pembangkit utama di sistem kelistrikan
Jawa-Bali, yaitu di pembangkit Tanjung Jati, Paiton Unit 1 dan 2, serta Cilacap.
Namun, di saat yang bersamaan terjadi juga permasalahan serupa untuk
pembangkit berbahan bakar minyak (BBM) PLTGU Muara Tawar dan PLTGU
Muara Karang.

Akibat dari PT. PLN yang memonopoli kelistrikan nasional, kebutuhan listrik
masyarakat sangat bergantung pada PT. PLN, tetapi mereka sendiri tidak
mampu secara merata dan adil memenuhi kebutuhan listrik masyarakat.
Banyak daerah-daerah yang kebutuhan listriknya belum terpenuhi dan juga
sering terjadi pemadaman listrik secara sepihak. Kejadian ini menyebabkan
kerugian yang tidak sedikit bagi masyarakat, dan investor menjadi enggan
untuk berinvestasi.

Contoh kasus monopoli yang dilakukan oleh PT. PLN adalah:

1. Fungsi PT. PLN sebagai pembangkit, distribusi, dan transmisi listrik mulai
dipecah. Swasta diizinkan berpartisipasi dalam upaya pembangkitan
tenaga listrik. Sementara untuk distribusi dan transmisi tetap ditangani PT.
PLN. Saat ini telah ada 27 Independent Power Producer di Indonesia.
Mereka termasuk Siemens, General Electric, Enron, Mitsubishi,
Californian Energy, Edison Mission Energy, Mitsui & Co, Black & Veath
Internasional, Duke Energy, Hoppwell Holding, dan masih banyak lagi.
Tetapi dalam menentukan harga listrik yang harus dibayar masyarakat
tetap ditentukan oleh PT. PLN sendiri.
2. Krisis listrik memuncak saat PT. Perusahaan Listrik Negara (PT. PLN)
memberlakukan pemadaman listrik secara bergiliran di berbagai wilayah
termasuk Jakarta dan sekitarnya, selama periode 11-25 Juli 2008. Hal ini
diperparah oleh pengalihan jam operasional kerja industri ke hari Sabtu
dan Minggu, sekali sebulan. Semua industri di Jawa-Bali wajib menaati,
dan sanksi bakal dikenakan bagi industri yang membandel. Dengan alasan
klasik, PLN berdalih pemadaman dilakukan akibat defisit daya listrik yang
semakin parah karena adanya gangguan pasokan batubara pembangkit
utama di sistem kelistrikan Jawa-Bali, yaitu di pembangkit Tanjung Jati,
Paiton Unit 1 dan 2, serta Cilacap. Namun, di saat yang bersamaan terjadi
juga permasalahan serupa untuk pembangkit berbahan bakar minyak
(BBM) PLTGU Muara Tawar dan PLTGU Muara Karang.
Dikarenakan PT. PLN memonopoli kelistrikan nasional, kebutuhan listrik
masyarakat sangat bergantung pada PT. PLN, tetapi mereka sendiri tidak mampu
secara merata dan adil memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. Hal ini
ditunjukkan dengan banyaknya daerah-daerah yang kebutuhan listriknya belum
terpenuhi dan juga sering terjadi pemadaman listrik secara sepihak sebagaimana
contoh diatas. Kejadian ini menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bagi
masyarakat, dan investor menjadi enggan untuk berinvestasi.

5. Kasus Suap Proyek Pelabuhan Tanjung Emas


Jakarta, Klikanggaran.com (24/11/2017) – Proyek pengembangan tol laut
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dinilai oleh Solidaritas Mahasiswa Anti
Korupsi (Somasi) sarat dengan praktek korupsi dan ternyata banyak ditunggangi
oleh birokrasi yang bermental korup, serta dijalankan tidak dengan profesional
dan patuh kepada Undang-Undang.

Proses tender yang dijalankan oleh Kemenhub menurut Somasi penuh dengan
dugaan gratifikasi dan praktek tidak sehat, serta terindikasi telah terjadi
persekongkolan antara peserta tender dengan oknum di jajaran Kemenhub secara
masif dan tersistem. Proses lelang 16 proyek bandara dan pelabuhan salah satunya
terkait pengembangan tol laut yaitu proyek pengerukan jalur pelayaran pelabuhan
Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, dimenangkan oleh PT. Adhi Guna
Keruktama (PT. AGK) secara berturut-turut dengan nilai tender sebesar Rp
214,475 miliar. Somasi menilai, dalam proses lelang syarat akan korupsi, karena
telah terjadi praktek suap saat mengurus perizinan dan memuluskan jalan PT.
AGK sebagai peserta tender tersebut.

Kemenhub di bawah kepemimpinan Budi Karya Soemadi, dipandang seakan


sudah tidak punya komitmen lagi untuk menjalankan program nawacita dan
revolusi mental Presiden RI. Karena Budi Karya Soemadi tidak bisa mencegah
praktek baik pungli surat perizinan, permasalahan tender di bandara dan
pelabuhan, serta tindakan-tindakan lain yang bertentangan dengan Undang-
Undang. Kasus suap yang terjadi di pelabuhan Tanjung Emas ini, patut diduga ada
keterlibatan elite birokrasi di tubuh Kemenhub.

Dalam hal ini, Budi Karya Soemadi selaku Menteri Perhubungan, dinilai Somasi
sangat diduga kuat sebagai aktor intelektual atau operator yang mengendalikan
terjadinya kasus suap dan gratifikasi pada Dirjen Hubla yang merugikan Negara
triliunan rupiah. Logika sederhananya, Budi Karya Soemadi tentunya mengetahui
betul proses awal sampai finish tender di Kemenhub tersebut, dan tidak mungkin
akan diam saja ketika melihat adanya praktek tender yang tidak sehat.
Kasus ini dipandang Somasi haruslah menjadi perhatian yang khusus bagi
pemerintah, terutama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan KPPU, agar
melakukan pemeriksaan yang lebih intensif serta mendalami lebih jauh siapa saja
birokrat yang terlibat dalam kasus mega skandal tender pelabuhan Tanjung Emas
yang merugikan negara. 

Dalam pasal 22 tentang larangan persekongkolan tender Undang-Undang Nomor


5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat, bahwa persekongkolan tender merupakan suatu bentuk kegiatan yang
dilarang oleh Undang-Undang, karena dapat menimbulkan persaingan usaha yang
tidak sehat dan bertentangan dengan tujuan dilakukannya tender tersebut, dan
persekongkolan tender juga dapat mengakibatkan kerugian Negara.

DAFTAR PUSTAKA
https://nusantara.news/meikarta-dan-rekam-jejak-pelanggaran-grup-lippo/

https://m.tempo.co/read/news/2017/01/27/058840393/presiden-jokowi-bandara-
kulon-progo-sudah-diramal-leluhur

http://beritatrans.com/2016/08/07/menhub-budi-karya-sri-sultan-hb-x-bahas-
percepatan-pembangunan-bandara-kulon-progo/

http://msyafransmts.blogspot.co.id/2013/04/kegagalan-struktur-jembatan-
kartanegara.html

http://yolandarica.blogspot.co.id/2012/05/analisis-kasus-runtuhnya-jembatan-
kutai.html

https://lppcommunity.wordpress.com/2009/01/08/etika-bisnis-monopoli-kasus-pt-
perusahaan-listrik-negara/

https://nenygory.wordpress.com/2011/05/30/kasus-monopoli-yang-dilakukan-
oleh-perusahaan-listrik-negara-pt-pln/

Anda mungkin juga menyukai