3. Kondisi Gerakan Tanah dan Dampaknya
Gerakan tanah di Dusun Pagergunung, Desa Karanggintung adalah rayapan yang bergerak
lambat. Arah relatif ke barat antara N275°E hingga N280°E. Pada lereng bagian atas muncul
retakan dan amblasan sepanjang 60 – 75 m dengan kedalaman amblasan dapat mencapai ± 2
meter. Arah retakan pada pada lereng bagian atas relatif ke arah timur laut – barat daya dengan
kisaran N 200°E - N 220°E sedangkan di sisi utara beberapa retakan menunjukan pola N 100°E
- N 120°E yang mengarah sungai. Pada areal kebun campuran dan pada permukiman lereng
bagian bawah, retakan pada bagian rumah mempunyai pola N 200° E – N 220° E.
Luas area pergerakan tanah lebih kurang 12,5 Ha
Pada saat dilakukan pemeriksaan, gerakan tanah masih berpotensi untuk berkembang terutama
pada saat musim hujan.
Gerakan tanah di lokasi ini mengakibatkan (Informasi berdasarkan laporan Ketua RT 03/01):
4. Faktor Penyebab Terjadinya Gerakan Tanah
Secara umum faktor penyebab terjadinya gerakan tanah adalah:
Kemiringan lereng yang terjal pada lereng bagian atas mengakibatkan tanah mudah
bergerak,
Sifat tanah pelapukan yang sarang dan mudah luruh jika terkena air,
Curah hujan dengan intensitas tinggi dan lama sebagai pemicu terjadinya gerakan tanah.
Bidang lemah berupa kontak antara material porous dari tanah pelapukan dan material
bahan rombakan serta longsoran lama dengan lapisan lempung tufa di bawahnya yang
bersifat lebih kedap air,
Keberadaan tubuh air pada kedalaman 2 - 8 meter menjadi pemicu dari pergerakan
tanah lambat
Buruknya sistem drainase mengakibatkan banyaknya air permukaan yang meresap ke
dalam tanah melalui pori tanah dan retakan sehingga meningkatkan beban pada lereng
dan lereng menjadi tidak stabil.
Lahan persawahan dan permukiman pada tanah pelapukan dan hasil
rombakan/longsoran lama yang mudah membentuk retakan tanah, dan
menyerap/menyimpan air dangkal serta rentan bergerak
5. Mekanisme Terjadinya Gerakan Tanah
Air permukaan yang meresap pada unit batulempung - batu pasir tufa yang terkekarkan, tanah
pelapukan dan bahan rombakan jenuh air dan mudah luruh, mengakibatkan peningkatan
tekanan air pori, bobot massa tanah, dan berkurangnya daya ikat tanah. Air terakumulasi pada
kontak antara tanah penutup yang bersifat porous dengan batuan di bawahnya yang lebih kedap
dan berfungsi sebagai bidang gelincir. Kemiringan lereng yang sangat curam mengakibatkan
terjadinya runtuhan dan longsoran pada lereng atas. Infiltrasi air dan pergerakan tubuh air
bawah tanah pada sudut lereng rendah mengakibatkan fenomena gerakan tanah lambat tipe
rayapan dan terbentuknya retakan dan amblesan. Dampak pergerakan tanah lambat serta erosi
lateral oleh aliran sungai pada kaki lereng mengakibatkan tanah yang telah jenuh dan berat
semakin mudah untuk bergerak ke luar lereng pada bidang gelincir dan di beberapa lokasi terjadi
longsoran ditebing sungai .
6. Kesimpulan dan Rekomendasi Teknis
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan dan curah hujan yang diperkirakan masih tinggi, dapat
disimpulkan bahwa:
Gerakan tanah masih berpotensi untuk berkembang, mengingat kemiringan lereng yang
curam – landai yang bermuara di lembah sungai, dan masih terdapatnya material bahan
rombakan yang belum turun seluruhnya.
Telah terbentuknya retakan retakan di mahkota longsor di lereng , sepanjang wilayah
pemukiman dan persawahan yang mudah air terifiltrasi cepat dan berpotensi kembali
terjadinya gerakan tanah
Rekomendasi Teknis :
Berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan, secara umum direkomendasikan di dalam area
pergerakan tanah sebagai berikut :
Wilayah yang berada dalam area pergerakan tanah dan telah mengalami retakan
bangunan dan yang terdiri dari 23 rumah dan 1 mesjid yang berada di Dusun
Pagergunung sebaiknya di relokasi ke tempat yang lebih aman;
Penduduk yang tinggal di sekitar lokasi retakan, nendatan, dan longsoran agar lebih
meningkatkan kewaspadaan terutama saat hujan deras turun dalam waktu lama;
Untuk memperlambat/menghindari peresapan/penjenuhan air ke tanah dan
mengantisipasi terjadinya perkembangan gerakan tanah agar dilakukan:
o Penutupan retakan dan dipadatkan.
o Pengendalian air permukaan (surface drainage) dengan cara mengatur saluran
permukaan, pengendalian air rembesan (ground water drainage) serta pengaliran
parit pencegat.
o Penataan drainase (air permukaan maupun limbah rumah tangga) dengan
saluran yang kedap air atau pemipaan dan dialirkan langsung ke arah sungai
atau alur air terdekat.
o Tidak membuat kolam, tampungan air atau lahan basah (sawah) di bagian atas
dan kaki lereng untuk menghindari penjenuhan dan pembebanan. Rembesan
pada pada retakan kolam akan memicu gerakan tanah lebih intensif
o Pemeliharaan dan penanaman tanaman keras berakar kuat, cepat tumbuh dan
dalam yang dapat berfungsi menahan lereng.
Peningkatan kewaspadaan saat dan sesudah terjadinya hujan dan dilakukan
pemantauan intensitas curah hujan, pemantauan retakan, dan pemantauan kondisi di
lereng bagian atas sampai bawah.
Jika terjadi perkembangan retakan yang semakin lebar dan tanda-tanda awal gerakan
tanah agar dilaporkan ke pihak berwenang dan segera mengungsi ke tempat yang aman
dari ancaman gerakan tanah melalui alur evakuasi di area pergerakan tanah;
Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat ,untuk ;
a.
1. lebih mengenal dan memahami gerakan tanah dan gejala-gejala yang
mengawalinya seperti timbulnya retakan, munculnya mata air baru, atau
perubahan fisik air pada mata air (menjadi keruh) sebagai upaya mitigasi
bencana akibat gerakan tanah.
2. tidak mengembangkan permukiman dan sarana umum yang berada di zona
pergerakan tanah
3. memahami dan mematuhi arahan alur evakuasi sesuai wilayah yang berada di
dalam zona pergerakan tanah (lampiran)
Masyarakat setempat dihimbau untuk selalu mengikuti arahan dari pemerintah daerah /
BPBD setempat.