Anda di halaman 1dari 4

Laporan Dan Rekomendasi Gerakan Tanah

Serta Rencana Lokasi Calon Relokasi Di


Kecamatan Gandrungmangu Kabupaten
Cilacap, Provinsi Jawa Tengah
23 June 2021
Menindaklanjuti surat dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Cilacap
No.360/529/39 tanggal 2 Juni 2021, perihal permohonan kajian tanah, bersama ini kami
sampaikan laporan hasil pemeriksaan gerakan tanah dan lokasi calon relokasi dan
Rekomendasi di Kecamatan Gandrungmangu, Kabupaten Cilacap, sebagai berikut:
A. Lokasi Longsoran
1. Lokasi Bencana Dan Waktu Kejadian
Gerakan tanah di Dusun Pagergunung RT 03/ RW 02, Desa Karanggintung, Kecamatan
Gandrungmangu, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Secara geografi terletak pada
koordinat 108° 51’ 2” BT dan 07° 27’ 13” LS. Menurut keterangan warga, gerakan tanah terjadi
sejak November 2020 dan terus berkembang hingga tanggal 19 Mei 2021.
 
2. Kondisi Daerah Bencana

 Morfologi, Secara umum Dusun Pagergunung, Desa Karanggintung berada pada lahan


dengan morfologi berupa lereng landai dengan kemiringan lereng antara 3° hingga 15°
yang diapit dua morfologi bergelombang kasar yaitu disis dengan bukaan morfologi
kearah selatan. Mahkota longsor dan tubuh longsoran merupakan bukit dengan
kemiringan antara 20° hingga lebih besar dari 35° pada bagian mahkota dan tubuh
longsoran. Daerah bencana berada pada ketinggian 117 -  131 mdpl.
 Geologi, Berdasarkan Peta Geologi Lembar Majenang, Jawa (Kastowo, 1975), secara
regional lokasi gerakan tanah berada pada daerah yang disusun oleh batuan dari
Formasi Kumbang dengan penyusun breksi gunungapi andesit, pejal dan tidak berlapis,
termasuk beberapa aliran lava dan retas yang bersusunan sama, tufa berwarna abu-abu
dan batupasir tufaan mengandung konglomerat dan sisipan lapisan tipis magnetit 
(Tmpk, dengan kontak bantuan bersifat jemari dengan batuan sedimen turbidit dari
Formasi Halang (Tmph), dengan struktur sedimen yang jelas. Struktur geologi terdekat
adalah perlipatan (sinklin) sekitar 2,5 km di sebelah utara Dusun Kucing Ireng. Struktur
geologi lainya adalah sesar diperkirakan sekitar 5 km di sebelah barat Dusun
Pagergunung. Berdasarkan pengamatan di lokasi bencana, Dusun Pagergunung, Desa
Karanggintung disusun oleh batu lempung-pasir tufa. Pada lembah sungai ,
batulempung tufa yang masih segar berwarna hijau kehitaman dengan sifat fisik batuan,
keras,  pecahan concoidal/mengulitbawang, menyerpih yang ditutupi secara tidak
selaras  oleh endapan alluvium dengan fragmen lava andesitik  dengan diameter
ditemukan berkisar  10 – 30 cm. Pada bagian lereng endapan batulempung – batupasir
tufa umumnya telah mengalami pelapukan berwarna putih, rapuh, mudah luruh dengan
pecahan concoidal/mengulitbawang yang ditutupi diatasnya oleh tanah pelapukan
berwarnah coklat dan merah, dan longsoran bahan rombakan lama bersifat rapuh,
mudah luruh dengan fragmen dari batulempung-batupasir tufa
 Keairan, Kondisi keairan di sekitar lokasi gerakan tanah terdapat mata air yang
meningkat debitnya pada musim penghujan. Terdapat alur-alur air dan sungai kecil pada
bagian bawah lereng yang longsor. Sistem pengaliran air permukaan di semua lokasi
gerakan tanah umumnya berupa saluran terbuka dan tidak kedap. Terdapat  sumur gali
yang dilewati retakan  pada lokasi bencana dengan kedalaman muka air sumur lk. 1,54
m dari permukaan tanah dengan kedalam sumur mencapai 8 meter.  Pada saat kejadian
gerakan tanah, air sumur meluap yang menandakan terdapatnya tubuh air bawah
permukaan dangkal dengan debit air pada saat kejadian tinggi. Pada bagian lembah
mengalir Sungai Pagergunung yang mengalir cukup deras pada saat musim hujan.
 Tata Guna Lahan, Tataguna lahan pada lereng bagian atas berupa hutan pinus dan
lereng tengah berupa kebun campuran dan tegalan. Vegetasi  hutan merupakan hutan
pinus yang dimanfaatkan getahnya. Dan pada lereng tengah yang ditemukan umumnya
adalah albasia, pohon jati, kelapa, mahoni, dan sedikit rumpun bambu. Sedangkan pada
lereng bagian bawah berupa pemukiman, kolam ikan  dan sawah.
 Kerentanan Gerakan Tanah, Berdasarkan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah
Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah (Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi) secara regional daerah pemeriksaan di Kecamatan Gandrungmangu
termasuk dalam Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah sampai Tinggi. Artinya
daerah yang mempunyai tingkat kerentanan menengah hingga tinggi untuk gerakan
tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal,
terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau
jika lereng mengalami gangguan sedangkan gerakan tanah lama dan gerakan tanah
baru masih aktif bergerak, akibat curah hujan yang tinggi dan erosi yang kuat.

 
3.  Kondisi Gerakan Tanah dan Dampaknya
Gerakan tanah di Dusun Pagergunung, Desa Karanggintung adalah rayapan yang bergerak
lambat. Arah relatif ke barat antara N275°E hingga N280°E. Pada lereng bagian atas muncul
retakan dan amblasan sepanjang 60 – 75 m dengan kedalaman amblasan dapat mencapai ± 2
meter. Arah retakan pada pada lereng bagian atas relatif ke arah timur laut – barat daya dengan
kisaran N 200°E - N 220°E sedangkan di sisi utara beberapa retakan menunjukan pola N 100°E 
- N 120°E yang mengarah sungai. Pada areal kebun campuran dan pada permukiman lereng
bagian bawah, retakan pada bagian rumah mempunyai pola N 200° E – N 220° E.
Luas area pergerakan tanah lebih kurang 12,5 Ha
Pada saat dilakukan pemeriksaan, gerakan tanah masih berpotensi untuk berkembang terutama
pada saat musim hujan.
Gerakan tanah di lokasi ini mengakibatkan (Informasi berdasarkan laporan Ketua RT 03/01):

 9 (sembilan) rumah rusak / retak-retak


 1 (satu) masjid rusak / retak-retak
 14 rumah rusak ringan

 
4. Faktor Penyebab Terjadinya Gerakan Tanah
Secara umum faktor penyebab terjadinya gerakan tanah adalah:

 Kemiringan lereng yang terjal pada lereng bagian atas mengakibatkan tanah mudah
bergerak,
 Sifat tanah pelapukan yang sarang dan mudah luruh jika terkena air,
 Curah hujan dengan intensitas tinggi dan lama sebagai pemicu terjadinya gerakan tanah.
 Bidang lemah berupa kontak antara material porous dari tanah pelapukan dan material
bahan rombakan serta longsoran lama dengan lapisan lempung tufa di bawahnya yang
bersifat lebih kedap air,
 Keberadaan tubuh air pada kedalaman 2 - 8 meter menjadi pemicu dari pergerakan
tanah lambat
 Buruknya sistem drainase mengakibatkan banyaknya air permukaan yang meresap ke
dalam tanah melalui pori tanah dan retakan sehingga meningkatkan beban pada lereng
dan lereng menjadi tidak stabil.
 Lahan persawahan dan permukiman   pada  tanah pelapukan dan hasil
rombakan/longsoran lama yang mudah membentuk retakan tanah, dan
menyerap/menyimpan  air dangkal serta rentan bergerak

 
5. Mekanisme Terjadinya Gerakan Tanah 
Air permukaan yang meresap pada unit  batulempung - batu pasir  tufa yang terkekarkan, tanah
pelapukan dan  bahan rombakan  jenuh air dan mudah luruh, mengakibatkan  peningkatan
tekanan air pori, bobot massa tanah, dan berkurangnya daya ikat tanah. Air terakumulasi pada
kontak antara tanah penutup yang bersifat porous dengan batuan di bawahnya yang lebih kedap
dan berfungsi sebagai bidang gelincir. Kemiringan lereng yang sangat curam mengakibatkan
terjadinya runtuhan dan longsoran pada lereng atas. Infiltrasi air dan pergerakan tubuh air
bawah tanah pada sudut lereng rendah mengakibatkan fenomena gerakan tanah lambat tipe
rayapan dan terbentuknya retakan dan amblesan. Dampak pergerakan tanah lambat serta erosi
lateral oleh aliran sungai pada kaki lereng mengakibatkan tanah yang telah jenuh dan berat
semakin mudah untuk bergerak ke luar lereng pada bidang gelincir dan di beberapa lokasi terjadi
longsoran ditebing sungai .
 
6.  Kesimpulan dan Rekomendasi Teknis
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan dan curah hujan yang diperkirakan masih tinggi, dapat
disimpulkan bahwa:

 Gerakan tanah masih berpotensi untuk berkembang, mengingat kemiringan lereng yang
curam – landai yang bermuara di lembah sungai, dan masih terdapatnya material bahan
rombakan yang belum turun seluruhnya.
 Telah terbentuknya retakan retakan di mahkota longsor di lereng ,  sepanjang wilayah
pemukiman dan persawahan yang mudah air terifiltrasi cepat dan berpotensi kembali
terjadinya gerakan tanah

Rekomendasi Teknis :
Berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan, secara umum direkomendasikan di dalam area
pergerakan tanah sebagai berikut :

 Wilayah yang berada dalam area pergerakan tanah   dan telah mengalami retakan
bangunan dan yang terdiri dari 23 rumah dan 1 mesjid yang berada di Dusun
Pagergunung sebaiknya di relokasi ke tempat yang lebih aman;
 Penduduk yang tinggal di sekitar lokasi retakan, nendatan, dan longsoran agar lebih
meningkatkan kewaspadaan terutama saat hujan deras turun dalam waktu lama;
 Untuk memperlambat/menghindari peresapan/penjenuhan air ke tanah dan
mengantisipasi terjadinya perkembangan gerakan tanah agar dilakukan:
o Penutupan retakan dan dipadatkan.
o Pengendalian air permukaan (surface drainage) dengan cara mengatur saluran
permukaan, pengendalian air rembesan (ground water drainage) serta pengaliran
parit pencegat.
o Penataan drainase (air permukaan maupun limbah rumah tangga) dengan
saluran yang kedap air atau pemipaan dan dialirkan langsung ke arah sungai
atau alur air terdekat.
o Tidak membuat kolam, tampungan air atau lahan basah (sawah) di bagian atas
dan kaki lereng untuk menghindari penjenuhan dan pembebanan. Rembesan
pada pada retakan kolam akan memicu gerakan tanah lebih intensif
o Pemeliharaan dan penanaman tanaman keras berakar kuat, cepat tumbuh dan
dalam yang dapat berfungsi menahan lereng.
 Peningkatan kewaspadaan saat dan sesudah terjadinya hujan dan dilakukan
pemantauan intensitas curah hujan, pemantauan retakan, dan pemantauan kondisi di
lereng bagian atas sampai bawah.
 Jika terjadi perkembangan retakan yang semakin lebar dan tanda-tanda awal gerakan
tanah agar dilaporkan ke pihak berwenang dan segera mengungsi ke tempat yang aman
dari ancaman gerakan tanah melalui alur evakuasi di area pergerakan tanah;
 Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat ,untuk ;

a.  
1. lebih mengenal dan memahami gerakan tanah dan gejala-gejala yang
mengawalinya seperti timbulnya retakan, munculnya mata air baru, atau
perubahan fisik air pada mata air (menjadi keruh) sebagai upaya mitigasi
bencana akibat gerakan tanah.
2. tidak mengembangkan permukiman dan sarana umum yang berada di zona
pergerakan tanah
3. memahami dan  mematuhi arahan alur evakuasi sesuai wilayah yang berada di
dalam zona pergerakan tanah (lampiran)

 Masyarakat setempat dihimbau untuk selalu mengikuti arahan dari pemerintah daerah /
BPBD setempat.

Anda mungkin juga menyukai