Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran atas
pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Magelang, 05 Juli 2021
Yang Membuat Pernyataan
Jawaban
1. Rona saat ini berusia 6 tahun dan merupakan penyandang tunagrahita atau memiliki
Hambatan intelektual tipe down syndrome.
terkait dengan kesadaran sosial dan sikap pemahaman masyarakat yang diberikan
kepada kelainan ini. Studi lain yang dilakukan oleh Kirk (Triman Prasadio, 1982:25)
menemukan bahwa anak yang berasal dari keluarga yang tingkat sosial ekonominya
rendah menunjukkan kecenderungan prestasi belaja semakin berkurang dengan
meningkatnya usia. Hal lain yang juga penting adalah kurangnya rangsangan intelektual yang
mengakibatkan timbulnya hambatan dalam perkembangan intelegensinya sehingga anak
berkembang menjadi anak tunagrahita.
b.
Kapasitas belajar anak tunagrahita sangat terbatas, lebih-lebih kapasitasnya
mengenai hal-hal yang abstrak. Mereka lebih banyak belaja dengan membeo (rote
learning) dari pada dengan pengertian. Dari hari ke hari mereka membuat kesalahan
yang sama. Mereka cenderung menghindar dari perbuatan berpikir. Mereka mengalami
kesukaran memusatkan perhatian, dan lapang minatnya sedikit. Mereka juga cenderung
cepat lupa sukar membuat kreasi baru, serta rentang perhatiannya pendek. Dampak
tersebut dapat Anda kaji lebih cermat dalam contoh berikut ini.
Apabila mereka diberikan pelajaran matematika hanya berkisar beberapa
menit mereka langsung mengatakan bosan, susah, mengantuk. Tetapi bila diberikan
pelajaran kesenian, olahraga atau keterampilan mereka menunjukkan minat
belajar yang baik dan perhatian berlangsung dalam waktu yang lama. Mereka
meminta ingin belajar lagi.
Apabila anak normal mendapatkan mainan baru ia langsung
memainkannya dengan memeriksa mainan itu. Akan tetapi sebaliknya.
tidak jarang anak tunagrahita hanya diam saja menatap mainan ita tanp mencoba
menggerakkannya.
Sosial/Emosional
Dampak sosial dan emosional tunagrahita dapat berasal dari ketidakmampuannya
dalam menerima dan melaksanakan norma sosial dan pandangan masyarakat yang
masih menyamakan keberadaan anak tumagrahita dengan anggota masyarakat lainnya
atau masyarakat masih menganggap bahwa anak tunagrahita tidak dapat berbuat
sesuatu karena ketunagrahitaannya.
Dampak ketunagrahitaan dalam sosial dan emosional adalah; anak tunagrahita memiliki
ketidakmampuan untuk memahami aturan sosial dan keluarga, sekolah, serta
masyarakat. Dalam pergaulan, anak tunagrahita dapat mengurus diri, memelihara dan
memimpin diri. Ketika masih muda mereka harus dibantu terus karena mereka mudah
terperosok ke dalam tingkah laku yang kurang baik. Mereka cenderung bergaul atau
bermain bersama dengan anak yang lebih muda darinya.
Kehidupan penghayatannya terbatas. Mereka juga tidak mampu menyatakan rasa
bangga atau kagum. Mereka mempunyai kepribadian yang kurang dinamis, mudah goyah,
kurang menawan, dan tidak berpandangan luas. Mereka juga mudah disugesti atau
dipengaruhi sehingga tidak jarang dari mereka mudah terperosok ke hal-hal yang tidak
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
2. Seluruh siswa dari Sekolah Luar Biasa Bina Insan merupakan anak berkebutuhan
khusus dengan berbagai tipe. Sekolah membagi kelas berdasarkan tipe kebutuhan khusus
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
yang sama. Di sekolah tersebut terdapat kelas autism, kelas hambatan intelektual,
kelas hambatan penglihatan, dan sebagainya.
a. Tidak, karena seluruh siswanya merupakan anak berkebutuhan khusus
Pelayanan pendidikan bagi peserta didik berkebutuhan khusus perlu diadakan lainnya.
mengingat mereka harus diperlakukan secara berbeda dibanding manusia normal
Termasuk dalam katagori ini adalah anak autis, mengalami gangguan baik fisik maupun
non fisik, ataupun anak yang di atas rata-rata manusia normal. Hal inilah yang
menjadikan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional juga turut mengakomodir kelompok ini. Sebab mereka adalah warga Negara
Indonesia yang juga mempunyai hak yang sama. Perbedaan pemberian pelayanan
yang diberikan terdapat pada perhatian, keefektifan, proteksi keamanan, dan lain
sebagainya. Maka dari itu, pemerintah wajib mengadakannya.
b. Bentuk Layanan Pendidikan Segregasi
Sistem layanan pendidikan segregasi adalah sistem pendidikan yang terpisah dari
sistem pendidikan anak normal. Pendidikan anak berkebutuhan khusus melalui sistem
segregasi maksudnya adalah penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan secara
khusus dan terpisah dari penyelenggaraan pendidikan untuk anak normal. Dengan
kata lain anak berkebutuhan kusus diberikan layanan pendidikan pada pada lembaga
pendidikan khusus untuk anak berkebutuhan khusus, seperti Sekolah Luar Biasa atau
Sekolah Dasar Luar Bias, Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa, Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa.
Sistem pendidikan segregasi merupakan sistem pendidikan yang paling tua. Pada awal
pelaksanaan, sistem ini diselenggarakan karena adanya kekhawatiran atau
keragaman terhadap kemampuan anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama
dengan anak normal. Selain itu, adanya kelainan fungsi tertentu pada anak
berkebutuhan khusus memerlukan layanan pendidikan dengan menggunakan metode
yang sesuai dengan kebutuhan khusus mereka. Misalnya, untuk anak tuna netra,
mereka memerlukan layanan khusus berupa braille, orientasi mobilitas. Anak tuna
rungu memerlukan komunikasi total, bina persepsi bunyi: anak tuna daksa memerlukan
layanan mobilisasi dan aksesilbilitas, dan layanan terapi untuk mendukung fungsi fisiknya.
c. Adapun kelebihan dan kelemahan dari sistem pendidikan segregasi, yaitu menurut
Haenudin 2013: 86-87 adalah sebagai berikut :
Kelebihan Pendidikan Segregasi
• Ada rasa ketenangan pada anak, karena berada di lingkungan yang sama
atau senasib. Siswa akan merasa nyaman di sekolah, karena memiliki kondisi
yang sama dengan teman-temannya. Sehingga akan mudah berkomunikasi antar
sesama teman tanpa merasa berbeda atau dikucilkan.
• Anak memperoleh layanan pendidikan dengan metode yang khusus yang sesuai
dengan kondisi dan kemampuannya. Sekolah segregasi, sudah disiapkan sejak
awal untuk melayani siswa berkebutuhan khusus sehingga pada proses
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
3. Salah satu tugas guru bagi anak berkebutuhan khusus adalah menyusun rencana
intervensi yang sesuai dengan kebutuhan khusus anak. Hasil asesmen menunjukkan
seorang siswa berkesulitan membaca di kelas 1 SD. Siswa tersebut mengalami
kesulitan dalam mengenal huruf, terutama huruf yang bentuknya mirip (misal : b, p, d –
n, u, m, w, dan sebagainya), huruf-huruf yang jarang muncul (misal: w, x, q, z), dan huruf
konsonan rangkap (ng, ny, atau pola kata kvkkv lainnya). Teknik Gillingham dan Stillman
akan diterapkan untuk intervensi kesulitan membaca untuk siswa tersebut.
a. 9 Program layanan bantuan dalam belajar membaca dibedakan atas program
delivery dan kurikuler. Program delivery merupakan layanan bantuan belajar membaca
yang dilakukan dengan mendatangkan guru khusus yang ahli dalam bimbingan membaca,
menata kelas sehingga dapat merangsang anak untuk belajar membaca atau mengirim
anak yang punya kasus untuk memperoleh layanan bimbingan membaca. Sedangkan
program kurikuler, dilakukan dengan memberikan pengajaran remidi remedial teaching
pada siswa-siswa yang berkesulitan membaca. d Evaluasi, kegiatan evaluasi ditujukan
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
pada dua sasaran yaitu hasil dan proses bantuan. Keberhasilan layanan bantuan
belajar membaca terlihat dari berkurangnya kesulitan atau kesalahan dalam
membaca dan memahami bacaan. Sedangkan penilaian proses dimaksudkan untuk
menganalisis pelaksanaan bantuan mulai dari tahap perencanaan, penyusunan program
sampai pada kegiatan layanan bantuan. Melalui penilaian proses akan dapat dideteksi
kelemahan-kelemahan ataupun hal-hal yang menunjang kegiatan layanan bantuan. Dari
hasil penilaian tersebut, guru atau konselor dapat menyusun program baru berdasarkan
pada permasalahan kesulitan membaca yang belum terselesaikan dengan tuntas.
Teknik yang diklasifikasikan ke dalam pendekatan dengan penekanan pada lambang
antara lain adalah teknik Gillingham dan Stilman serta teknik fernald berikut ini.
Teknik Gillingham dan Stillman
10 Kedua pakar ini berpendapat bahwa siswa yang mengalami hambatan bahasa
secara khusus, hanya dapat belajar membaca secara baik jika metode yang dipilih
sesuai dengan perkembangan fungsi bahasa yang digunakan. Teknik ini dimulai dari sebuah
cerita yang mengikuti perkembangan komunikasi mulai dari bahasa lisan sampai ke
penulisan alfabet. Sejalan dengan cerita tadi instruktur menjelaskan kepada siswa
bahwa kesulitan yang dialami tidak bersifat unik, artinya dialami oleh semua orang.
Setelah pendahuluan diberikan, latihan diberikan secara berurutan mulai dari
mengenalkan huruf dan bunyinya, menyambungkan bunyi huruf menjadi kata dan berakhir
dengan membaca kalimat dan ceritra.
b. prosedur dari teknik Gillingham dan Stillman
Mengenal huruf Siswa diberikan pelajaran tentang bunyi yang berwujud huruf, lalu
menyambung- kan huruf-huruf tersebut menjadi kata. Rumpun kata diajarkan melalui
asosiasi yang melibatkan proses visual dan kinestetik. Guru menunjukkan huruf dan
mengucapkannya, siswa mengulangnya. Proses ini digunakan untuk bunyi yang berwujud huruf.
Untuk mengajarkan pola huruf guru menulis dan menjelaskan pola-pola huruf, siswa
menelusuri garis-garis huruf, meniru huruf, menulis huruf dari ingatan, dan menulis huruf
tanpa melihat apa yang ditulisnya. Beberapa petunjuk pelaksanaan adalah sebagai
berikut.
• Huruf diperkenalkan melalui kata lembaga, misalnya huruf b dalam kata bola.
• Menggunakan kartu latihan untuk mengenalkan setiap huruf.
• Siswa membedakan vokal dan konsonan dengan mengucapkannya dan
mengasosiasikan dengan kartu latihan yang diwarnai. Misalnya warna biru untuk
konsonan dan merah untuk vokal.
• Huruf-huruf pertama yang diperkenalkan hendaknya yang menimbulkan bunyi yang
jelas dan menggambarkan pola-pola yang jelas.
Merangkai huruf menjadi kata Setelah siswa menguasai 10 huruf, huruf-huruf itu
disambungkan menjadi kata. Dalam latihan ini siswa melihat beberapa kartu latihan huruf
dan menyambungkan bunyi-bunyinya sehingga menjadi kata. Kata-kata ini dicetak pada
kartu berwarna dan ditempelkan pada papan kata. Apabila siswa sudah memiliki
sejumlah kata dalam lemari kata, diadakan latihan kebalikannya yaitu siswa diminta
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
menguraikan kata-kata menjadi unsur bunyi. Pada saat itu juga siswa menulis kata-kata
sambil menyebutkan tiap-tiap 11 huruf yang ditulis. Anda dapat membandingkan cara ini
dengan metode SAS yang mungkin sudah sering Anda gunakan.
Membaca kalimat dan cerita Latihan membaca kalimat dan cerita dapat dimulai
setelah siswa dapat membaca dan menulis kata yang lebih dari tiga huruf. Cerita
pertama yang dibaca dan ditulis hendaknya sederhana tetapi struktur katanya tepat.
Cerita ini dibaca dalam hati, lalu dibaca keras di depan guru.
4. Carilah satu kasus anak berusia antara 6 sampai 15 tahun yang menunjukkan gejala
kebutuhan khusus di kelas atau di lingkungan sekitar, atau dari media massa (media
sosial, website pada internet, koran, televisi, dan sebagainya). Kemudian lakukan
asesmen terhadap anak dalam kasus yang ditemukan.
a. Deskripsi hasil Identifikasi kebutuhan khusus anak
Nama : Khoirul Umam
Umur : 9 tahun
Umam mengalami tuna rungu ( kehilangan pendengaran) kategori sedang. Ia dapat
mengerti percakapan dari Jarak 3-5 feet secara berhadapan (face to face)
tetapi Ummam tidak dapat mengikuti diskusi Kelas. Kondisi tersebut disebabkan Umam
pernah mengalami kecelakaan pada usia 5 tahun yang mengakibatkan pertuasi
membran temprani (pecahnya selaput gendang dengar)
b. Hasil asesmen dalam aspek
Bahasa
Kesulitan berkomunikasi yang dialami Umam mengakibatkan Umam memiliki kosakata
yang terbatas, sulit mengartikan ungkapan bahasa yang mengandung kiasan, sulit
mengartikan kata kata abstrak serta kurang menguasai bahasa.
Emosi Sosial
Umam merasa asing dari pergaulan sehari-hari kekurangan pemahaman
terhadap bahasa lisan dan tulisan sering kali menyebabkan anak tunarungu
menafsirkan segala sesuatu itu negatif/salah