Anda di halaman 1dari 13

CRITICAL BOOK REPORT

MK: Metode Melatih Fisik Karate


S1/PENDIDIKAN
KEPELATIHAN
OLAGRAGA

Skor Nilai:

METODE MELATIH FISIK KARATE


CRITICAL BOOK REPORT
Dosen Pengampu: Drs. Muhammad Nustan Hasibuan, M.Kes.

DISUSUN OLEH :
Biel Katanta
Srindiko Hutapea
Uni Jumat Sari Tumanggor

PROGRAM PENDIDIKAN S1
PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas CBR (Critical Book Report). Tujuan kami menyelesaikan tugas
ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah “Metode Melatih Fisik Karate”. Kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen “Drs. Muhammad Nustan Hasibuan, M. Kes. ” Yang telah
membimbing dan memotivasi kami dalam pembuatan makalah ini, dan kami juga berterimakasih
kepada setiap pihak yang memberikan dukungan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini dengan baik dan tepat waktu.

Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan baik dari
segi isi maupun penyusunannya. Atas semua itu dengan rendah hati penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun guna menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Medan, 22 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................1
D. Manfaat CBR...........................................................................................................................1
E. Identitas Buku..........................................................................................................................1
Buku Utama.................................................................................................................................1
Buku Pembanding :.....................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
RINGKASAN BUKU..........................................................................................................................3
Buku Utama :...................................................................................................................................3
Buku Pembanding :.........................................................................................................................3
BAB III.................................................................................................................................................8
PEMBAHASAN...................................................................................................................................8
Buku Utama :...................................................................................................................................8
Buku Pembanding :.........................................................................................................................8
BAB IV.................................................................................................................................................9
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI...........................................................................................9
A. Kesimpulan..............................................................................................................................9
B. Rekomendasi............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Critical Book Report ini dilakukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metode
Melatih Fisik Karate, dikarenakan Universitas Negeri Medan menerapkan kurikulum baru yang
mengacu pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), dan untuk mengetahui materi yang
berhubungan dengan teknik dan taktik karate dari buku karate yang berbeda.

Banyaknya penulis dalam pembuatan buku menjadi hal yang menguntungkan bagi pembaca
sebab terdapat perbedaan pemahaman antara 1 penulis dengan yang lain. Sehingga ini bisa menjadi
referensi yang baik dalam berbagai hal yang terkait dengan suatu kemajuan, misalnya dalam
melakukan perbandingan, penelitian dan hal yang lainnya. Oleh karena itu, penulis membuat Critical
Book ini, untuk melihat perbedaan dan persamaan dari kedua buku yang berbeda penulisnya.

B. Rumusan Masalah
1) Apa saja identitas dari buku?
2) Apa saja isi ringkasan dari kedua buku?
3) Apa saja kelebihan dan kekurangan dari kedua buku?
C. Tujuan CBR
1. Mengulas isi sebuah buku
2. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam dua buku
3. Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh setiap bab dari
buku

D. Manfaat CBR
1. Critical book review ini diharapkan dapat digunakan sebagai pendalaman terhadap masalah-
masalah yang berhubungan dengan Metode melatih fisik karate.
2. Critical book review ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan menjadi referensi bagi
pembaca.

E. Identitas Buku
Buku Utama
Judul Buku : Pembinaan Kondisi Fisik Karate
Pengarang : Prihastono, Arief
Edisi : Cet. ke-1
No. Panggil : 796.89 Pri p
Subyek : Karate

1
Nomor Rak : 796.89
GMD : Buku Teks
Bahasa : Indonesia
Penerbit  : CV. Aneka
Tahun Terbit : 1994
Kota Terbit : Solo
Deskripsi Fisik : 80 p. : il.; 21 cm.
Dimensi Buku : 15 cm x 20,5 cm
Design Cover : AIC Graphic
Setting & Layout : AIC Graphic
Cover Buku :

Buku Pembanding :
Judul buku : The Way of “SHOTOKAN” Karate–do
Pengarang : Bondhan Adi Pratomo
Penerbit : Meyer dan Meyer Sport
Bahasa : Inggris
Tahun Terbit : 2003
ISBN 10 : 184126-0916
ISBN 13 : 9781841260914
Jumlah Bab : 10 Bab
Cover Buku :

2
BAB II

RINGKASAN BUKU
Buku Utama :
Buku ini mempunyai 4 Bab tentang Pembinaan Kondisi Fisik Karate.
Bab I Pendahuluan Buku
Membentuk atlet karateka yang profesional dengan mengoptimalkan kemampuan fisik dan
mental melalui latihan-latihan yang teratur dan terarah sistem modern sehingga mampu meraih
puncak prestasi.
Bab II Analisis Kebutuhan Olahraga Karate
Analisis Kebutuhan Olahraga Karate ada 5 yaitu : Jenis dan Macam gerak, Kerja Otot,
Kebutuhan Energi, Waktu Aplikasi Gerak, dan Komponen Fisik yang Dominan.
Bab III Pemanasan
Pemanasan / warming-up bertujuan untuk menyiapkan organ-organ atlet dalam menerima
beban latihan baik secara jasmani maupun rohani. Pada olahraga prestasi, seorang atlit yang
berpengalaman akan menggunakan seperempat waktu latihannya untuk pemanasan, tujuannya agar
selalu sempurna mungkin melaksanakan pemanasan.
Bab IV Latihan Kondisi Fisik
Latihan Kondisi Fisik ada 8 yaitu : Kekuatan, Daya Tahan, Kecepatan, Kelincahan,
Kelentukan, Keseimbangan, Latihan Ketepatan, dan Antisipasi.

Buku Pembanding :
Bab I : Sejarah Karate

1.1. Apakah Karate Itu ?

Karate berasal dari pengucapan dalam bahasa Okinawa “Kara” yang berarti Cina dan “Te”
yang bararti tangan. Selanjutnya arti dari dua pengucapan itu adalah tangan Cina, teknik Cina, tinju
Cina (pada masa lampau). Selanjutnya sekitar tahun 1931 Gichin Funakoshi –dikenal sebagai Bapak
Karate Moderen– mengubah istilah karate ke dalam huruf kanji Jepang yang terdengar lebih baik.
Tahun 1936 buku Karate-do

1.2. Sejarah Karate

Menurut sejarah, Okinawa sebelum menjadi bagian dari Jepang adalah suatu wilayah
berbentuk kerajaan yang bebas merdeka. Pada waktu itu Okinawa mengadakan hubungan dagang
dengan pulau-pulau tetangga. Dan memang Okinawa mendapatkan pengaruh yang kuat akan budaya
Cina. Sebagai pengaruh pertukaran budaya itu banyak orang-orang Cina dengan latar belakang yang
bermacam-macam datang ke Okinawa mengajarkan bela dirinya pada orangorang setempat. Yang di

3
kemudian hari menginspirasi nama kata seperti Jion yang mengambil nama dari biksu Budha.
Sebaliknya orang-orang Okinawa juga banyak yang pergi ke Cina lalu kembali ke Okinawa dan
mengajarkan ilmu yang sudah diperoleh di Cina.

1.3. Shoto Niju-Kun (20 Petunjuk Berlatih Gichin Funakoshi)


Sebagai salah satu langkah modernisasi karate yang dilakukan Funakoshi adalah mengubah
karate dari seni bela diri yang sebelumya murni hanya teknik (jutsu) menjadi bela diri yang
berfilosofi. Langkah ini juga dilakukan agar karate juga dapat diterima oleh masyarakat Jepang
mengingat kebanyakan bela diri Jepang telah berubah menjadi bela diri yang dipengaruhi filsafat
Budo dan Bushido seperti kenjutsu berubah menjadi kendo dan jujutsu menjadi judo. Diduga
Funakoshi menuliskan Shoto Niju Kun ini berdasarkan Bubishi, sebuah literatur kuno yang menjadi
sumber dari berbagai aliran bela diri termasuk karate.
1.4. Kihon - Kumite – Kata
Hampir seluruh aliran karate saat ini memasukkan tiga materi wajib yaitu kihon, kumite dan
kata dalam latihan. Walaupun sebagian dari aliran juga memasukkan materi lain seperti teknik senjata
seperti yang dilakukan oleh Shito-ryu. Adalah Funakoshi yang memberikan tiga materi ini sebagai
komponen latihan ketika di Jepang dojo-dojo karate mulai banyak bermunculan. Pada perkembangan
selanjutnya, JKA yang berdiri tahun 1949 kembali mempertegas hal ini dengan menstandarisasikan
kihon, kumite dan kata sebagai materi wajib.

Bab II : Tentang Gichin Funakoshi

Jika ada laki-laki yang dipercaya menempatkan karate sampai dapat diterima di Jepang, dan
pada posisi yang dapat dinikmati oleh orang-orang Jepang, dialah Gichin Funakoshi. Dilahirkan di
Yamakawa Prefektur Shuri Okinawa tanggal 10 November 1868, Funakoshi masih memiliki garis
keturunan keluarga samurai salah satu bangsawan di Okinawa. Funakoshi terlahir bukan sebagai anak
yang sehat karena seringnya sakit-sakitan. Namun dari ketekunannya mampu akurat Shotokan
sebagai salah satu aliran karate yang tidak hanya empat besar di Jepang namun terbesar di dunia.
Akibat kondisi fisiknya yang kurang baik, orang membawanya membawanya ke Azato dan Itosu
untuk belajar karate. Selain dari mereka Funakoshi juga menerima pelajaran dari Arakaki Seisho
(yang tidak percaya menemukan kata unsu) dan Sokon Matsumura yang merupakan tokoh sentral dari
tidak

Bab III : Karate-Do Kyohan

Terjadi pada tahun yang sama, 1868. Para pendahulu telah melihat hari yang “bercahaya” di
Edo, ibukota Shogun yang sebelumnya, yang di kemu- Dian hari yang dikenal dengan Mater Tru
Tokyo. Aku berkembang di- trik Yamakawa-cho, di ibukota kerajaan di Shuri. Jika orang-orang
kesulitan dengan catatan resminya, dia pastilah mengira aku berada di tahun ketiga Meiji (1870),

4
namun sebenarnya lahir-ku terjadi di tahun pertama pemerintahan Meiji, dan aku harus memalsukan
catatan resmi kelahiranku agar diloloskan duduk mengikuti ujian sekolah kedokteran di Tokyo.

Di masa itu ada sebuah peraturan hanya bagi mereka yang lahir di tahun 1870 atau
sesudahnya yang diizinkan untuk mengikuti ujian. Karena itu aku tidak memiliki pilihan lain kecuali
memalsukan catatan resmi, karena lebih mudah dilakukan.

Syarat-Syarat Bagi Yang Berlatih

Kata “bu” dari budo (seni bela diri) ditulis dengan huruf Cina “dalam sebuah huruf yang. Dua
kapak menyilang yang berarti untuk pertentangan. Sejak karate sebagai suatu budo, arti ini harus
dipertimbang- kan dalam-dalam, dan tinju seharusnya tidak boleh dipakai sembarangan. Masa muda
adalah keadilan dan keadilan. Kekuatan dirangsang oleh bu (seni bela diri) dan itu bisa menjadi hal
yang baik atau kadang-kadang perbuatan jahat. Dengan demikian jika karate-do mengikuti dengan
benar, maka akan membentuk watak seseorang dan dia akan keadilan.

Delapan pokok yang penting dalam karate: Pikiran sama dengan bumi dan langit. Irama
peredaran tubuh adalah mirip dengan bulan dan matahari. Aturan termasuk kekerasan dan
kelembutan. Bertindak sesuai dengan perubahan dan waktu. Teknik akan keluar ketika masalah
sudah ditemukan. “Ma” membutuhkan, memajukan dan memundur- kan, mempertemukan dan
menyimpan. Mata tetap sekalipun pandangan berubah. Telinga mendengarkan dengan baik ke semua
arah.

Bab IV : Karate-Do Nyumon

Kisah Pemabuk Dan Pedagang Tua

Di masa lalu adalah wajar jika sejarah dihiasi dengan kisah tentang bela diri, meskipun akhirnya
cerita-cerita itu hanya berakhir menjadi sebuah mitos belaka. Sebagai contohnya, sebuah kejadian
yang terjadi di Cina di masa lampau. Di sebuah festival yang dipadati banyak pengunjung, saat itu
orang-orang sibuk memadati tenda-tenda pedagang yang berwarna-warni. Mereka asyik melihat
barang-barang yang tengah dijajakan pedagang seperti makanan, pakaian, mainan, perhiasan dan
kembang api. Tiba-tiba sebuah teriakan memecah di tengah keramaian.

Hanya menggunakan lima jari dari satu tangan, seseorang dapat menembus ke dalam tulang
rusuk lawannya, memegang tulang-tulangnya dan menarik keluar dari tubuhnya. Ini, tentu saja,
”orang yang disebut sang ahli melanjutkan”, sebuah kata yang amat sulit untuk dikuasai. Seseorang
harus berlatih untuk itu dengan menusukkan jari-jari ke dalam satu bejana penuh berisi kacang setiap
hari selama berjam-jam, hingga ratusan kali. Awalnya jari-jari akan terluka karena latihan, dan tangan
akan berdarah. Kemudian, lamalama darah membeku, bentuk jari-jari akan berubah aneh.”

Bab V : Karate-Do “My Way Of Life”

5
5.1. Kebanggaan Yang Membahayakan

Suatu sore, saat baru saja kulewati usiaku yang ketiga puluh, aku berjalan pulang dari Naha
ke Shuri. Jalan yang kulalui begitu sepi dan semakin sepi setelah melewati Kuil Sogenji. Sepanjang
jalan di sebelah kiri terbentang sebuah pemakaman, dan di dekatnya terdapat sebuah kolam besar
yang jauh di masa lalu digunakan para pendekar untuk memberi minum kudanya. Di samping kolam
ada sebidang tanah kosong dengan sebuah panggung dari batu di tengah-tengahnya; disinilah anak-
anak muda Okinawa datang untuk menguji kekuatannya dalam pertarungan gulat. Tidak seperti
biasanya, saat aku lewat beberapa anak muda tengah melakukan pertarungan gulat. Seperti yang telah
kutulis sebelumnya, gulat Okinawa sangatlah berbeda dengan apa yang dikerjakan di Jepang. Aku
sangat gemar dengan olah raga itu dan (harus kuakui) mempunyai cukup rasa percaya diri. Aku
berdiri dan mengamati untuk sejenak.

5.2. Seorang Pria Sederhana

Saat aku masih bekerja sebagai seorang asisten guru di sebuah sekolah di Naha, dalam sehari
aku harus berjalan kaki dua setengah mil sebanyak dua kali, karena aku dan istriku tinggal di rumah
orang tuanya di Shuri. Suatu hari ada pertemuan guru yang berlangsung cukup lama, karena itulah aku
terlambat saat kembali pulang, dan tidak berapa lama hujanpun turun. Akupun memutuskan untuk
“menghamburkan” uangku dengan menyewa sebuah jinriksha (semacam becak seperti di Cina yang
ditarik menggunakan tenaga manusia). Untuk menghabiskan waktu, kubuka sebuah percakapan
dengan penarik jinriksha itu.

5.3. Berlatih Hidup – Melawan Topan

Barangkali akan lebih rendah hati jika membiarkan orang lainlah yang menceritakan
perbuatan kepahlawanan seorang anak muda ini daripada aku lakukan sendiri. Tetapi hasilnya aku
menelan rasa malu, aku disini untuk menjelaskan kalimat dari Yukio Togawa, pengarang, yang tidak
bertanggung-jawab dengan menjamin kepada para pembaca bahwa kejadian yang diceritakannya
memang benar-benar terjadi. Para pembaca dapat merasakan suatu hal yang gila, tetapi aku tidak
menyesal.

Bab VI : Antara Karate Dan Kobudo

Harus diakui bahwa Okinawa (Ryukyu) mempunyai keindahan baik alam dan budaya. Tidak
mengherankan jika Okinawa menjadi aset unggulan Jepang yang terus dipelihara.

Istilah “kobu” dapat ditafsirkan kuno atau lama. Tidak mengherankan karena kobudo
memang mempunyai sejarah yang justru lebih tua daripada karate. Meskipun menyandang makna

6
“kuno” bukan berarti kobudo ketinggalan jaman. Sebaliknya, kobudo tetap dipertahankan hingga kini
sebagai warisan leluhur.

Saat ini kebanyakan aliran karate di Okinawa masih mempertahankan kobudo disamping
latihan kihon, kumite dan kata. Diantaranya adalah Shorin-ryu yang menjadi salah satu gaya karate
yang dipelajari Funakoshi. Sebaliknya, 4 besar karate Jepang (kecuali Shito-ryu) tampaknya sudah
banyak yang meninggalkannya. Meski demikian, ada juga praktisi karate Jepang moderen yang
berlatih kobudo meski hanya pilihan yang tidak wajib. Contohnya adalah Hirokazu Kanazawa
(pendiri SKIF) yang mengajari senjata (semisal nunchaku) pada beberapa muridnya yang senior.

Bab VII : Misteri Tora No Maki

Selain berlatih karate pada Azato dan Itosu, Funakoshi juga belajar seni sastra pada gurunya
ini. Tampaknya hal ini berpe- ngaruh besar pada munculnya simbol harimau yang kemudian lazim
dikenal dengan Tora no Maki yang digunakan oleh Shotokan dan Shotokai saat ini.

Bab VIII: Ikken Hissatsu


Ikken Hissatsu adalah salah satu dari sekian banyak filosofi Shoto- kan yang berkaitan dengan
pertarungan (combat oriented). “Ikken” berarti tunggal, sedang “hissatsu” berarti serangan. Ikken
Hissatsu berarti bertujuan membunuh dengan satu serangan. Dalam literatur lain istilah ini ada yang
menyebut dengan “ippon ieatsu”. Banyak yang salah kaprah dengan istilah ikken hissatsu ini.
Sebagian praktisi karate menganggap bahwa membunuh lawan diperbolehkan. Tentu saja ini salah
besar.

Bab IX : Mengapa Harus Kiai

“Kiai”, yang berarti teriakan semangat merupakan salah satu komponen penting dalam
berlatih karate. Bukan sekedar mengeluarkan udara dan suara sekeras-kerasnya, namun lebih dari itu.
Kiai yang salah hanya akan membahayakan karate-ka itu sendiri, karena dalam kondisi itu akan
mudah diserang. Bahkan dalam serangan yang lemah sekalipun. “Kiai”, yang berarti teriakan
semangat merupakan salah satu komponen penting dalam berlatih karate. Bukan sekedar
mengeluarkan udara dan suara sekeras-kerasnya, namun lebih dari itu. Kiai yang salah hanya akan
membahayakan karate-ka itu sendiri, karena dalam kondisi itu akan mudah diserang. Bahkan dalam
serangan yang lemah sekalipun. Dalam sesi latihan biasanya kiai pada gerakan ke-lima atau ke-
sepuluh, jika berlatih dasar (kihon). Atau pada teknik yang terakhir.

Bab X : Evolusi Karate

Karate sebagai seni bela diri adalah ungkapan klise yang telah kita ketahui. Namun seiring
jaman yang berubah, karate juga berevolusi dalam fungsinya. Ketika diperkenalkan pertama kali di
Okinawa fungsinya semula bela diri yang murni. Karena murni bela diri, maka membunuh dan

7
terbunuh adalah lumrah. Pada masa itu karate sangat dirahasiakan, bahkan untuk membicarakan saja
orang tidak berani. Walau Jepang sudah masuk masa Restorasi Meiji, budaya merahasiakan ini baru
benar-benar berakhir tahun 1901. Ketika itu Itosu berhasil mengangkat karate ke permukaan dengan
menunjukkan manfaat fisik dan mental dalam karate.

BAB III

PEMBAHASAN
Buku Utama :
Keunggulan Buku :
1. Terdapat gambar gerakan seorang ahli karate, sehingga pembaca dapat memperagakan gerakan
dalam buku.
2. Buku ini cukup lengkap dari bagian isi.
3. Buku ini ditulis oleh seorang atlit karate, terlebih lagi beliau lulusan IKIP (sekarang menjadi
UNY).
Kelemahan Buku :
1. Gambar tidak berwarna.

Buku Pembanding :
Kelebihan Buku

4. Dalam buku tersebut struktur bukunya sudah baik dan tersusun dengan rapi.
5. Didalam buku ini juga diberikan beberapa contoh ketika menjelaskan beberapa materi agar lebih
jelas atau agar membuat si pembaca cepat menalar.
6. Secara keseluruhan bab ini sudah dikatakan cukup baik dari segi pemamahan materi.

Kelemahan Buku

1. Tidak terdapat kesimpulan, sehingga pembaca kurang bisa mengasa kemampuan


2. didalam buku ini tidak semua dari pembahasan dicantumkan kesimpulan dari setiap bab buku
tersebut.
3. Terdaat beberapa kekurangan penulisan kata dan tidak terdapat rangkuman yang mempermudah
pembaca dalam membaca secara inti materi

8
BAB IV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


A. Kesimpulan
Buku-buku ini cocok untuk pembaca yang ingin belajar/mempelajari Pembinaan Kondisi
Fisik Karate serta mengetahui latar belakang atau perkembangan dari karate itu sendiri, baik dari
kalangan mahasiswa, siswa sma/smk, dan bahkan para profesional/atlet pun juga dapat membaca
buku ini.

B. Rekomendasi
Buku-buku ini sangat direkomendasikan mulai dari anak-anak hingga dewasa. Bahkan untuk
pemula yang ingin mempelajari karate, tidak sulit untuk menguasai dan memahami seluk beluk karate
melalui buku ini. Isi yang simpel dan disertai gambar yang jelas memang sangat cocok untuk berbagai
kalangan, khususnya untuk pemula yang ingin belajar menganai karate.

9
DAFTAR PUSTAKA

Prihastono, Arief. 1994. Pembinaan Kondisi Fisik Karate. CV.Aneka.


Pratomo, Bondhan Adi. 2003. The Way of “SHOTOKAN” Karate–do. Meyer dan Meyer Sport.

10

Anda mungkin juga menyukai