Anda di halaman 1dari 4

Makna Ukhuwah Islamiyah

Selama ini, masyarakat seringkali memaknai ukhuwah Islamiyah sebagai


persaudaraan terhadap sesama orang Islam. Mestinya tidak demikian. Ukhuwah
Islamiyah (Islamic brotherhood) berbeda dengan ukhuwah baynal-muslimin atau
al-Ikhwanul-Muslimun (moslem brotherhood).<> Makna persaudaraan antara
sesama orang Islam itu bukan ukhuwah Islamiyah, tetapi ukhuwah baynal-
muslimin/ al-Ikhwanul-Muslimun (Moslem Brotherhood). Jika dikaji dari segi
nahwu, ukhuwah Islamiyah adalah dua kata yang berjenis mawshuf atau kata yang
disifati (ukhuwah) dan shifat atau kata yang mensifati (Islamiyah). Sehingga,
ukhuwah Islamiyah seharusnya dimaknai sebagai persaudaraan yang berdasarkan
dengan nilai-nilai Islam. Sedangkan persaudaraan antar sesama umat Islam
dinamakan dengan ukhuwah diniyyah.
Dari pemaknaan tersebut, maka dapat dipahami bahwa ukhuwah diniyyah
(persaudaraan terhadap sesama orang Islam), ukhuwah wathâniyyah (persaudaraan
berdasarkan rasa kebangsaan), dan ukhuwah basyâriyyah (persaudaraan
berdasarkan sesama makhluk Tuhan) memiliki peluang yang sama untuk menjadi
Ukhuwah Islamiyah. Ukhuwah Islamiyah tidak sekedar persaudaraan dengan
sesama orang Islam saja, tetapi juga persaudaraan dengan setiap manusia meskipun
berbeda keyakinan dan agama, asalkan dilandasi dengan nilai-nilai keislaman,
seperti saling mengingatkan, saling menghormati, dan saling menghargai.

Implementasi Ukhuwah Islamiyah


Revitalisasi makna ukhuwah Islamiyah tersebut merupakan sebuah
pencerahan terutama ketika jaman ini sudah didominasi oleh sikap radikal dan
agresif meski itu dalam bidang agama dan keyakinan. Peristiwa saling menyerang
dan merugikan dalam internal agama meski berbeda paham sudah sangat sering
dijumpai di negeri ini, negeri yang katanya paling religius dan memiliki norma
paling halus di antara negeri lain.
Hanya karena berbeda penafsiran dari ayat Al Qur’an dan Hadits, tak jarang
suatu kelompok menjelek-jelekkan kelompok lain, bahkan sampai keluar kata “kafir
dan sesat”. Tidak hanya sampai itu, kebencian terhadap kelompok lain yang
sejatinya masih seagama itu juga disebarkan ke kalangan awam. Terlebih lagi
kebencian terhadap kalangan agama lain, yang seringkali disertai argumentasi yang
berasal dari fantasi sendiri sehingga menjadi bumbu penyedap yang pada akhirnya
virus kebencian tersebut benar-benar menyebar.
Indonesia, 90% lebih penduduknya beragama Islam. Kondisi ini membuat
Indonesia menajdi negara yang penduduk Islamnya terbanyak sedunia. Di dalam
agama Islam itu sendiri, tidak dapat dipungkiri dan sudah menjadi sunnatulah,
bahwa terdapat bermacam penafsiran terhadap teks Al Qur’an dan Hadits sebagai
sumber hukum Islam. Pada akhirnya muncul berbagai paham dan madzhab dalam
Islam. Hal ini pun sudah diprediksi oleh Nabi Muhammad SAW bahwa Islam akan
terpecah menjadi 73 golongan (Sunan al-Tirmîdzî [2565]).
Kondisi yang mustahil untuk dihindari ini mestinya disikapi dengan bijak,
terlebih lagi Islam adalah agama yang tidak hanya sekedar membuat pengikutnya
selamat di akhirat, tetapi juga di dunia. Islam berasal dari kata “salimu” yang artinya
selamat, bahkan Nabi Muhammad SAW mempertegas orang tidak dikatakan
beragama Islam jika orang yang berada di sekitarnya belum selamat dari mulut,
tangan, dan sikapnya. Pemaknaan ini yang juga mempertegas bahwa Islam adalah
rahmat untuk seluruh alam.
Revitalisasi makna Ukhuwah Islamiyah tersebut seharusnya menjadi spirit
baru dalam kehidupan beragama, sehingga agama menjadi sebuah institusi yang
menyejukkan, bukan institusi yang menebar virus kebencian. Di satu sisi,
keteguhan dalam memegang prinsip dan tafsir yang diyakini adalah penting, tetapi
di sisi lain, keteguhan tersebut tidak menjadi kebenaran ketika disertai dengan sikap
memaksa, mengkafirkan, menyesatkan, dan menyebarkan kebencian. Pada taraf
inilah, ukhuwah (persaudaraan) dengan orang Islam tidak menjadi ukhuwah
Islamiyah, ketika disertai dengan sikap saling merugikan dan mendhalimi. Tetapi,
ketika persaudaraan dengan orang lain meskipun berbeda keyakinan, pada saat itu
juga persaudaraan itu menjadi ukhuwah Islamiyah.
Implementasi dari ukhuwah Islamiyah ini memang harus benar-benar
ditegakkan. Ditegakkan bukan hanya sekedar simbol dan semboyan. Tetapi juga
harus berusaha diinternalisasikan kepada seluruh orang Islam. Seringkali penulis
masih menemui kondisi yang tidak mencerminkan ukhuwah Islamiyah meskipun
sesama orang Islam sendiri. Padahal, seluruh pimpinan ormas-ormas Islam di
Indonesia mencontohkan kerukunan dan persaudaraan yang tinggi, misalkan antara
para petinggi di PBNU dan PP Muhammadiyah. Pada taraf ini, persaudaraan sudah
terjalin dengan baik.
Namun, satu hal yang tertinggal, bahwa internalisasi nilai ukhuwah Islamiyah
tersebut juga harus sampai pada tingkat “akar rumput”, misalkan tingkat desa. Hal
yang seringkali terjadi adalah pada tingkat atas sudah dapat mengimplementasikan
ukhuwah Islamiyah dengan baik sedangkan pada tingka “akar rumput” belum
mampu melaksanakannya. Kondisi ini harus menjadi perhatian khusus. Selain itu,
bagaimana ukhuwah Islamiyah ini bisa terimplementasikan dengan baik tidak hanya
sekedar ketika bertemu dengan orang yang berlainan pemahaman, tetapi juga ketika
tidak bertemu sekalipun. Masih banyak majelis-majelis yang membicarakan
kejelekan saudara Islam dan menjatuhkannya meski hanya persoalan perbedaan
pemahaman. Ini menjadi PR besar untuk semua umat Islam di Indonesia.
Pada konteks eksternal, ukhuwah Islamiyah inter keyakinan dan agama ini
juga masih harus ditingkatkan demi kemaslahatan. Sikap saling menghargai dan
menghormati baik itu ketika berada “di depan” maupun ketika berada “di
belakang” harus lebih ditingkatkan dengan memahamkan masyarakat bahwa
berbeda itu bukan berarti lawan, karena semua manusia adalah makhluk Tuhan
yang memiliki hak asasi dalam beragama. Sikap ukhuwah ini tentunya tetap disertai
dengan sikap keteguhan dan memegang prinsip dan keyakinan sebagai jati diri
beragama.
Dengan demikian, sikap ukhuwah Islamiyah akan menjadi representasi Islam
sebagai rahmat untuk seluruh alam. Ukhuwah Islamiyah akan merepresentasikan
bahwa agama adalah institusi yang menyelamatkan dan menyejukkan. Pada
akhirnya kerukunan dan persaudaraan pada agama Islam pada khususnya dan
Indonesia pada umumnya akan menjadi kuat dan kokoh. Dengan ukhuwah, umat
akan terberdayakan. Dengan ukhuwah, umat akan mencapai kemaslahatan.
Ahmad Saifuddin, Mahasiswa S2 Program Magister Psikologi Profesi
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Bergiat sebagai Ketua Pimpinan Cabang
Ikatan Pelajar Nahdlatul ‘Ulama Kabupaten Klaten dan Sekretaris Lembaga Kajian
Pemikiran Islam Darul Afkar Klaten.
Catatan: Sebagian besar artikel ini diinspirasi dari KH Abdul Malik Madani,
Katib Aam PBNU saat menyampaikan materi dalam Seminar Nasional yang
bertemakan “Merajut Ukhuwah, Membangun ‘Izzah, Menggapai Mashlahah
(Aktualisasi Ukhuwah Islamiyah dan Kesejahteraan Umat)”. Seminar
diselenggarakan Sabtu, 15 Maret 2014, oleh Yayasan Jama’ah Haji Al Mabrur
Kabupaten Klaten dalam rangka tasyakuran Hari Lahirnya yang ke-35. Selain KH
Abdul Malik Madani, hadir Prof Hamim Ilyas dari PP Muhammadiyah, dan Prof
Musa Asy’ari, Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/51397/makna-ukhuwah-islamiyah

Kesimpulan
Ukhuwah Islamiyah adalah dua kata yang berjenis mawshuf atau kata yang disifati
(ukhuwah) dan shifat atau kata yang mensifati (Islamiyah). Ukhuwah Islamiyah
akan merepresentasikan bahwa agama adalah institusi yang menyelamatkan dan
menyejukkan.
TUGAS KLIPING AKHLAQ

Sifa Noviatin Setianigrum


Kelas 5
SD IT Mutiara Ilmu

Anda mungkin juga menyukai