Anda di halaman 1dari 4

Obsesi Berlebihan Untuk Terus Produktif:Kenali Toxic Productivity

Menjadi pribadi yang produktif merupakan hal yang positif,tetapi hal yang berlebihan tentu
berakhir buruk. Di tengah situasi pandemic Corona Virus-19 ini yang tak kunjung
selesai,banyak orang berlomba lomba untuk meluangkan waktu kosong dirumahnya dengan
produktif,seperti mengikuti berbagai organisasi,webinar,seminar,belajar hal-hal baru dan skill
baru. menjadi produktif memang bagus,apalagi jika kita bisa mengatur dan mengendalikan
waktu,namun tak jarang juga kejadian yang awalnya bisa mengatur dan mengendalikan
akhirnya keteteran dan berakhir kewalahan sendiri,itulah yang disebut Toxic Productivity.

Toxic Productivity adalah sebuah obsesi untuk terus mengembangkan diri dan akan merasa
sangat bersalah jika tidak bisa melakukan banyak hal dalam 1 rangkap.datang dari mana sih
sebenarnya Toxic Productivity itu? Menurut pengalaman saya, demi mencapai target dan
impian, ditambah dengan lingkungan pertemanan yang kompetitif nya sangat ketat,saya
akhirnya terdorong untuk produktif dan berakhir Toxic Productivity.saya akan merasa
bersalah jika tidak bisa menyelesaikan hal yang belum saya selesaikan dan tidak bisa tertidur
tenang,capek bukan?

Lantas,mengapa pola pikir obsesi berlebihan ini muncul dibenak?

Penyebab Terjebak Toxic Productivity

a.) Pengaruh media social

Media social sangat berpengaruh untuk melakukan Toxic Productivity lho! teman teman di
Instagram memposting tentang semua pencapaian,skill baru,organisasi di kampus yang
sangat sukses,produktif dari pagi hingga malam tidak pulang,memamerkan hasil kerja
kerasnya selama ini,lalu para influencer yang selalu memposting pencapaiannya di
Instagram.yang melihat pasti terdorong bukan?fenomena ini cepat menyebar memengaruhi
orang yang melihatnya.melihat teman teman sudah berada di atas puncak
kesuksesan,influencer yang semakin lama semakin kaya,perasaan untuk melakukan hal yang
sama demi pencapaian yang setara itu akhirnya terdorong di pikiran.sekilas,memang tidak
ada salahnya untuk menjadikan mereka inspirasi dan mengikutinya,tetapi,hal seperti ini lah
bisa menjadi motivasi yang salah kaprah. Orang akan menjadi bekerja sangat keras untuk
mencapai hal yang setara dengan yang ia lihat tanpa memerhatikan kapasitas kemampuan dan
Kesehatan diri sendiri.
b.) Ekspetasi Target Terlalu Tinggi

Sangat wajar jika kalian mempunyai target hidup,yang tidak wajar itu jika tidak mempunyai
target hidup.mempunyai target hidup bisa membuat kita focus kedepan untuk mencapai target
dalam hidup kita,semisal mempunyai tabungan sendiri di usia sekian,membeli Handphone
mewah di usia sekian,mencapai jabatan yang lebih tinggi,dan lain lain. Tetapi,bagaimana jika
ekspetasi itu terlalu tinggi? Kalian perlu bijak untuk mengatur target hidup kalian,tidak perlu
mengorbankan semua tenaga dan segalanya demi semua ekspetasi target kalian,apalagi
sampai merusak diri sendiri demi semua ekspetasi itu. Lakukan secara pelan pelan,dilihat apa
target yang bisa dicapai di waktu terdekat,kejarlah target itu dahulu,pelan pelan saja jangan
terlalu terburu buru,hidup juga masih Panjang sekali apalagi jika umur kalian masih muda.

c.) Overthinking dengan Masa Depan

Hidup di dunia ini memanglah tidak mudah,apalagi masa depan itu nyata. Semua manusia di
dunia ini pasti merasakan khawatir akan masa depan,bagaimana jodoh nanti,pekerjaan
nanti,perekonomian nanti,bagaimana nasib hidup nya di masa depan. Khawatir adalah hal
yang sangat lumrah terjadi di pikiran. Yang menjadi masalah yaitu ke khawatiran ini menjadi
overthinking dan berujung Toxic Productivity,lagi dan lagi… toxic productivity terjadi
seseorang terpacu bukan takut untuk hidup lebih maju,tetapi lebih takut untuk menganggur.
Orang yang sudah terjebak Toxic Productivity cenderung susah untuk menganggur,padahal
jiwa dan raganya sudah capek.

d.) Produktivitas yang salah arah

Toxic Productivity adalah ilusi. Seseorang yang terjebak Toxic Productivity seperti memacu
diri untuk berkembang dan menghasilkan banyak pencapaian. Kenyataanya, malah
mengorbankan begitu banyak hal penting di dalam hidup demi mengejar sesuatu yang semu.
Yang tujuannya mencapai target, eh malah dapatnya kelelahan,frustasi,stress,sampai sampai
menganggu Kesehatan. Lebih parahnya jika sudah di titik terendah,motivasi untuk bekerja
dengan semangat menjadi Nol tidak ada sama sekali.

Pengalaman Nyata Terjebak Toxic Productivity

Pada saat saya awal memasuki kuliah semester 1,teman teman sekeliling saya tampak sangat
semangat sekali mengikuti organisasi lebih dari dua,kegiatan diluar kampus,bahkan ada yang
kerja disambi kuliah pagi. Saya melihat teman teman saya yang super sibuk dan ambisius jadi
termotivasi untuk ikut seperti mereka,akhirnya saya mengikuti sebuah organisasi,event,dan
jaga kafe sekaligus kuliah pagi full sks. Awal awal emang terasa asik dan produktif,melewati
banyak event dan event organisasi disambi jaga kafe di siang hari dan selanjutnya
kuliah,tetapi di hari saat event saya sudah agak berat,kafe saya sudah semakin ramai dan
tugas tugas kuliah menumpuk nganggur,disitulah capenya sangat terasa,tapi mau gimana
lagi?harus diselesaikan semua. Jam 09.00 pagi kuliah,jam 12 siang pulang jaga kafe hingga
jam 5 sore, sehabis itu rapat event organisasi hingga malam dan sisa waktunya hanya untuk
mengerjakan tugas dan kekurangan tidur. Sampai sampai Kesehatan saya terganggu akhirnya
tipes. Apa yang di dapat?pengalaman?sertifikat?pencapaian? iya memang dapat semua
itu,namun waktu waktu berharga untuk bersenang senang di masa muda saya hilang
setengah,masa masa saya harus full time refreshing dengan keluarga saya di hari minggu pun
saya jarang merasakannya dulu,hanya mengurus dengan kerjaan kerjaan di zona Toxic
Productivity saya. Hingga sekarang pun saya masih merasa bahwa saya merasa di zona Toxic
Productivity karena saya masih mengurus kerjaan dan kuliah full 24sks,tetapi tidak separah
pada saat saya semester 1. Saat ini sudah lumayan pelan pelan keluar dari zona Toxic
Productivity dan memulai hidup dengan realita dan tidak berekspetasi tinggi-tinggi,
mengurangi hidup ambisius karena menurut saya hidup seperti itu akan capek capek
sendiri,melihat teman sudah sukses?tenang saja,Tuhan sudah atur waktu kapan saya akan
sukses,tidak perlu tergesa gesa,santai saja…

Cara Mengurangi Toxic Productivity

a.) Membuat Track

Melatih untuk membuat track dalam hidup membantu untuk keluar dari zona Toxic
Productivity. Dengan mencatat kegiatan di hidup kita,kita akan tahu waktu untuk bekerja dan
bisa memanage waktu agar tidak overtime dalam bekerja.

b.) Membuat target yang realistis tidak berlebihan

Buatlah target yang realistis,jangan terlalu tinggi agar terhindar dari Toxic Productivity.

c.) Ingat pentingnya istirahat

Istirahat adalah hal yang sangat penting bagi semua orang. Jika kurang istirahat, tubuh kita
akan kekurangan stamina dan bisa bisa berujung sakit. Orang yang beristirahat normal akan
lebih produktif dibanding yang tidak.
Setelah mengetahui ciri-ciri dan penyebab terjebak zona Toxic Productivity diharapkan
membantu kalian untuk lebih waspada dengan zona Toxic Productivity,tentu menjadi
produktif adalah tujuan yang baik,harus tau Batasan dan kemampuan diri kalian agar tidak
terjebak dalam zona Toxic Productivity.

Nama:Raihan Bramanta Aji

Umur:20 tahun

Asal:Surabaya

Alamat Email: raihanbramantaaji78@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai