Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
NIM: 1213050092
Hukum wad’i
Pembahasan hukum dalam ilmu ushul fiqh tidak berhenti pada hukum taklifi saja.ada pula
hukum yang menghubungkan dua hal dan disebut dengan hukum wadh'i atau hukum
kondisional. Yang dimaksud dengan menghubungkan dua hal di sini adalah kondisi
yang satu menjadi sebab, syarat, atau halangan bagi yang lain.
Contoh hubungan yang menjadi sebab adalah:
Ketika seseorang telah menyaksikan hilal pada 1 Ramadhan, diwajibkan baginya untuk
berpuasa Ramadhan. Berarti, melihat hilal menjadi sebab bagi wajibnya puasa. Rasulullah
SAW bersabda, ''Berpuasalah kalian karena melihat bulan (1 Ramadhan) dan berbukalah
karena melihat bulan (1 Syawwal).''
Adapun contoh hubungan yang menjadi syarat bagi yang lain adalah:
mengambil air wudhu menjadi syarat bagi sahnya shalat adanya saksi menjadi syarat bagi
sahnya pernikahan niat menjadi syarat bagi sahnya puasa, dan lain-lain.
Sedangkan, contoh hubungan yang menjadi penghalang ( mani' ) adalah:
pembunuhan atau murtad (keluar dari Islam) menjadi halangan bagi seseorang untuk
memperoleh harta warisan. Nabi SAW bersabda, ''Seorang pembunuh tidak berhak atas
pembagian harta warisan.'' Demikian pula dengan gila dan tidak sadar diri yang menjadi
penghalang bagi wajibnya shalat.
2. Berikan contoh proses penggalian/penemuan hukum yang menggunakan
pendekatan kaidah kebahasaan dan yang menggunakan teori teori ushul fiqh!
Terdapat tiga rumpun ilmu dalam kajian hukum Islam yang saling berkait kelindan satu
sama lain, yakni:
Ushul fikih,
fikih,dan
kaidah fikih
Secara istilah fikih adalah pengetahuan tentang hukum-hukum syar’i yang bersifat
praktis yang diperoleh melalui proses istinbat (menggali dan menelaah) dari dalil-dalil
syar’i. Ungkapan yang sangat populer dalam pembahasan fikih, nahu nahkumu
biddhawahir (kita memutuskan dan menghukumi secara luar saja, apa yang tampak).
Sehingga, fokus sorotan fikih atau objek kajiannya adalah perbuatan orang mukallaf. Oleh
karena itu, yang dihukumi oleh fikih harus berbentuk perbuatan, bukan persoalan
keyakinan yang menjadi garapan tauhid, atau soal rasa (dzauq) yang digarap oleh ilmu
tasawuf.
Sedangkan ushul fikih secara sederhana adalah cara atau metode yang dijadikan
perantara untuk memproduksi sebuah hukum. Pengetahun tentang metode dan tata cara
memproduksi hukum-hukum syar’i melalui dalilnya itu yang disebut dengan ushul fikih.
Misalnya, membasuh muka dalam wudlu’ merupakan kewajiban dan salah satu unsur
yang harus ada (rukun). Bagaimana metode dan cara menghasilkan hukum wajib
membasuh muka dalam wudlu’ itulah garapan ushul fikih. Proses apa yang harus
ditempuh oleh seorang mujtahid melalui sumber-sumber hukum atau dalil-dalil syar’i
sehingga menghasilkan hukum wajib.
Sementara rumpun ilmu yang terakhir adalah kaidah fikih. Secara bahasa kaidah
berarti rumusan yang menjadi patokan dan asas. Kaidah fikih didefinisikan sebagai
ketentuan umum (dominan) yang dapat diterapkan terhadap kasus-kasus yang menjadi
cakupannya agar kasus tersebut dapat diketahui status hukumnya. Kaidah fikih
menghimpun persoalan-persoalan fikih dalam satu naungan berupa rumus dan ketentuan
umum. Contoh kaidah fikih yang berbunyi: keyakinan tidak bisa dikalahkan oleh
keraguan. Kaidah ini mencakup setiap persoalan hukum yang terkait dengan keyakinan.
Bahwa keyakinan seseorang tentang suatu perbuatan tertentu tidak dapat dikalahkan
dengan munculnya keraguan.
Ketiga disiplin ilmu di atas dipertemukan dan bersinggungan dalam satu term hukum
syar’i. Secara sederhana perbedaan antara tiga rumpun ilmu tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
Ushul fikih adalah rumah produksi atau pabrik, sementara fikih merupakan
produknya, sedangkan kaidah fikih adalah pengikat yang menghubungkan produk-
produk yang bertebaran dan memiliki kesamaan jenis dalam produksi.
Pendek kata, fikih adalah hasil atau produk, ushul fikih adalah cara (proses) bagaimana
memproduksi, sedangkan kaidah fikih adalah media untuk menata dan mengkaitkan
sekaligus merawat produk yang dihasilkan.
Andaikan fikih adalah roti, maka ushul fikih adalah cara membuat roti, sementara kaidah
fikih mengelompokkan jenis-jenis produk roti.
3. Buatlah sebuah skema yang menunjukan di dalamnya terdapat hukum taklifi
dan hukum wad’i terkait salah satu hukum syara shalat,waris,haji,misalnya dll!