Anda di halaman 1dari 12

BAB lll

AKUNTABILITAS KINERJA

A. CAPAIAN KINERJA BKTM MAKASSAR

Pengukuran kinerja dalam penyusunan Laporan Kinerja dilakukan dengan cara membandingkan
target kinerja sebagaimana telah ditetapkan dalam perjanjian kinerja pada awal tahun anggaran dengan
realisasi kinerja yang telah dicapai pada akhir tahun anggaran.

Teknik penetapan indikator dan target perjanjian kinerja dilakukan dengan mengumpulkan data
primer secara kuantitatif terkait penyelenggaraan kegiatan administrasi dukungan manajemen dan
pelaksanaan tugas teknis lainnya program kesehatan masyarakat. Sumber data realisasi capaian target
diperoleh dari data laporan bulanan rutin BKTM Makassar sedangkan target diperoleh dari target tahunan
BKTM Makassar yang telah ditetapkan

Kepala balai membentuk tim yang bertugas melakukan analisa indikator kinerja, dalam hal ini target
atau perencanaan program dan keuangan dan realisasi anggaran pada akhir tahun anggaran. Selain itu
juga memperhatikan berbagai variabel lainnya yang mendukung analisa Laporan Kinerja seperti halnya:
dukungan sumber daya keuangan, sumber daya manusia, analisis tugas dan fungsi organisasi.

Pengukuran pencapaian kinerja merupakan pengukuran target kinerja yang ditetapkan dalam dokumen
perjanjian kinerja dengan membandingkan antara target kinerja danrealisasi kinerja. Pencapaian inilah
yang akan digunakan sebagai ukuran tingkat keberhasilan dalam mengukur kinerja kegiatan.

Adapun capaian kinerja setiap kegiatan tersebut ditampilkan pada tabel 5 berikut
Tabel 4

Kinerja Kegiatan BKTM Makassar

Tahun 2019

INDIKATOR NO SASARAN TARGET REALISASI KINERJA%


KINERJA PROGRAM/
KEGIATAN JML SATUAN JML SATUAN

1.Presaentase 1 Mengelola data, 16 Dokumen 21 Dokumen 131.25


realisasi informasi, dan
kegiatan menyusun evaluasi
administrasi program
dukungan Penggerakan 13 Dokumen 19 Dokumen 146,15
2
manajemen dan provinsi dan
pelaksanaan kabupaten dalam
tugs teknis pelaksanaan
lainnya program kesehatan
program masyarakat
kesehatan
3 Pembayaran gaji 12 Bulan 12 Bulan 100
masyarakat
dan tunjangan

4 Operasional dan 12 Bulan 12 Bulan 100


pemeliharaan
kantor

Berdasarkan data pada tabel 5 terlihat bahwa terdapat dua sasaran kegiatan yang capaiannya
melampaui target yang telah ditetapkan yaitu kegiatan mengelola data, informasi, dan menyusun
evaluasi program dengan capaian 131,25% serta kegiatan penggerakkan provinsi dan kabupaten dalam
pelaksanaan program kesehatan masyarakat dengan capaian 146,15%. Dua kegiatan lainya terlaksana
sesuai target dengan capaian 100%.

Kegiatan mengelola data, informasi, dan menyusun evaluasi program ditargetkan menghasilkan
16 dokumen, pada akhir tahun 2019 dokumen yang dihasilkan sebanyak 21 dokumen. Adapaun dokumen
tambahan yang dihasilkan diantaranya berasal dari kegiatan evaluasi hasil monev tahun 2018 dan
penyusunan rencana monev tahun 2019 dan pengembangan kelembagaan pelayanan kesehatan
tradisional.
Kegiatan penggerakkan provinsi dan kabupaten dalam pelaksanaan program kesehatan
masyarakat ditargetkan menghasilkan 13 dokumen, pada akhir tahun 2019 tercatat 19 dokumen yang telah
dihasilkan. Adapun dokumen tambahan yang dihasilkan diantaranya berasal dari kegiatan asuhan mandiri
dalam rangka pengembangan yankestrad di fasyankes, monitoring evaluasi yankestrad, dan fasilitasi
pemanfaatan TOGA dalam pengendalian 10 penyakit utama di puskesmas.

Kinerja total diperoleh dari hasil penjumlahan kinerja fisik ditambah dengan kinerja anggaran
dibagi dua. Dengan demikian kinerja total masing-masing kegiatan akan ditampilkan pada tabel 6 berikut
ini:

Tabel 6

Kinerja Total Kegiatan BKTM Makssar

Tahun 2019

INDIKATOR NO SASARAN TARGET REALISASI KINERJA


KINERJA PROGRAM/ TOTAL
KEGIATAN FISIK ANGGARAN
(%)
JML KINERJA

(%)

1.Presaentase 1 Mengelola 16 21 131,25 99,29 115,27


realisasi data, informasi, dokumen
dan menyusun dokumen
kegiatan
administrasi evaluasi
program
dukungan
manajemen 2 Penggerakan 13 19 146,15 92,84 119,50
dan provinsi dan
pelaksanaan kabupaten dokumen dokumen
tugs teknis dalam
lainnya pelaksanaan
program program
kesehatan kesehatan
masyarakat
masyarakat
3 Pembayaran 12 bulan 12 bulan 100 100 99,55
gaji dan
tunjangan

4 Operasional 12 bulan 12 bulan 100 100 95,48


dan
pemeliharaan
kantor

TOTAL 107,45

Berdasarkan data pada tabel 6 diketahui bahwa kinerja total kegiatan sebesar 107,45%. Untuk
mendapatkan capaian indikator kinerja maka kinerja total kegiatan dibagi dengan target indikator yang
telah ditetapkan di awal tahun 2019 yaitu sebesar 94%. Dengan demikian diperoleh capaian indikator
kinerja presentase realisasi kegiatan administrasi dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis
lainnya program pembinaan kesehatan masyarakat sebesar 114,31%.

Adapun evaluasi dan analisis capaian indikator kinerja setiap kegiatan dijelaskan sebagai berikut:

1) Mengelola Data, Informasi, dan Menyusun Evaluasi Program

Kegiatan pengelolaan data, informasi, dan penyusunan evaluasi program dimulai dengan
dilaksanakannya kegiatan pertemuan penguatan kelembagaan dengan mengundang seluruh kab./kota di
Provinsi Sulawesi Selatan untuk membahas permasalahan-permasalah terkait dengan rencana kegiatan
penguatan kelembagaan pelayanan kesehatan tradisional di fasyankes. Sesuai hasil evaluasi terhadap
kegiatan pertemuan penguatan kelembagaan pada tahun 2018 bahwa diperlukan dukungan dari LP/LS
dalam pelaksanaan kegiatan kesehatan tradisional maka pada tahun 2019 sasaran kegiatan penguatan
kelembagaan diperluas dengan mengundang ketua tim penggerak PKK provinsi dan kabupaten, ketua
bhayangkari kab.kota, serta ketua persit kab./kota. Dengan dilibatkannya LP/LS terkait dalam kegiatan
penguatan kelembagaan maka LP/LS dapat terpapar dengan program kesehatan tradisional dan mereka
dapat memahami serta menjalankan peranan mereka dalam program kesehatan tradisional.

Selanjutnya dilaksanakan koordinasi program dan pendampingan program secara berkelanjutan


ke masing-masing kabupaten sasaran. Pada akhir tahun dilaksanakan kegiatan evaluasi hasil pemantauan
yankestrad tahun 2019 dan penyusunan perencanaan kegiatan penguatan kelembagaan yankestrad beserta
kegiatan pemantauannya untuk tahun 2020.

Kegiatan ini telah terlaksana melampaui target dengan kinerja fisik sebesar 131,25%. Adapun
faktor-faktor pendukung tercapainya target tersebut yaitu:

a) dimasukkannya pelayanan kesehatan tradisional dalam SKN 2012 sebagai salah satu unsur upaya
kesehatan
b) diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 49 Tahun 2016 tentang Pedoman Teknis
Pengorganisasian Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas
pokok dan fungsi serta tata kerja dinas kesehatan yang kemudian ditindaklanjuti oleh Pemerintah Provinsi
melalui Peraturan Gubernur tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas pokok dan fungsi serta tata
kerja dinas kesehatan sehingga yankestrad sudah menjadi bagian dari struktur organisasi dinas kesehatan
kab./kota

c) adanya dukungan dana dari APBD untuk pengembangan yankestrad di kabupaten kota

d) bertambahnya jejaring kemitraan yankestrad baik dengan LS dan dunia usaha

Selain itu ditemui pula beberapa faktor penghambat dalam pengembangan kelembagaan
pelayanan kesehatan tradisional di fasyankes yaitu;

a) masih kurangnya wawasan pengelola di kabupaten tentang peraturan terkait penyelenggaraan


pelayanan kesehatan tradisional sehingga belum maksimal dalam melakukanpembinaan ke puskesmas

b) belum adanya kebijakan teknis penggunaan dana BOK di puskesmas untuk kegiatan yankestrad

c) masih kurangnya koordinasi dan komunikasi baik lintas program maupun lintas sektor dalam
penyelenggaraan yankestrad.

2) Penggerakkan Provinsi dan Kabupaten dalam Pelaksanaan Program Kesehatan Masyarakat

Kegiatan ini telah terlaksana melampaui target dengan kinerja fisik sebesar 146,15%. Untuk
menggerakkan provinsi dan kabupaten dalam pelaksanaan program kesehatan masyarakat dilaksanakan
beberapa kegiatan, diantaranya sebagai berikut:

a. Asuhan mandiri dalam rangka pengembangan pelayanan kesehatan tradisional di fasyankes

b. Pengembangan model pelayanan kesehatan tradisional di fasyankes

c. Fasilitasi pemanfaatan TOGA dalam pengendalian 10 penyakit utama di wilayah puskesmas

d. Diseminasi dan informasi pelayanan kesehatan tradisional

e. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pelayanan kesehatan tradisional

Kegiatan asuhan mandiri pelayanan kesehatan tradisional memiliki dua jenis sasaran yaitu kab./
kota di Provinsi Sulawesi Selatan dan di provinsi jejaring. Asuhan mandiri pelayanan kesehatan
tradisional di provinsi jejaring telah terlaksana sesuai target yaitu di Prov. Sulawesi Tengah dan Prov.
NTB. Sedangkan asuhan mandiri pelayanan kesehatan tradisional di kab./kota di Provinsi Sulawesi
Selatan yang semula ditargetkan dilaksanakan di 3 kabupaten dapat terlaksana di 23 kab./kota diantaranya
yaitu yaitu Kab. Tana Toraja, Pinrang, Soppeng, Takalar, Palopo, Luwu Utara, dan Pangkep dengan
menggunakan anggaran dari APBD kabupaten masing-masing.

Kegiatan pengembangan model pelayanan kesehatan tradisional terdiri atas dua model kegiatan
yaitu pengembangan model pelayanan kesehatan tradisional yang dilaksanakan di BKTM Makassar dan
pengembangan model yang dilaksanakan di fasyankes kab./kota di Provinsi Sulawesi Selatan.
Pengembangan model yang dilaksanakan di BKTM Makassar dilaksanakan dalam rangka pengembangan
metode pelayanan kesehatan tradisional yang hasilnya akan dijadikan bahan rekomendasi penyusunan
NSPK pelayanan kesehatan tradisional. Sedangkan pengembangan model yang dilaksanakan di fasyankes
kab./kota di Provinsi Sulawesi Selatan dilaksanakan dalam rangka sosialisasi model integrasi pelayanan
kesehatan tradisional di puskesmas-puskesmas kab./kota di Provinsi Sulawesi Selatan dengan tujuan
akselerasi integrasi pelayanan kesehatan tradisional di fasyankes.

Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan pengembangan model tahun 2018, maka dilakukan revisi
metode pelaksanaan kegiatan pengembangan model di tahun 2019. Pada tahun 2018 kegiatan
pengembangan model dilaksanakan secara terpisah oleh masing-masing layanan dengan sasaran yang
berbeda pula. Di tahun 2019 kegiatan pengembangan model dilaksanakan secara serentak oleh seluruh
pelayanan dengan membawa alur pelayanan kesehatan tradisional yang telah diaplikasikan di BKTM
Makassar ke puskesmas sasaran. Hal ini dilakukan untuk memberikan contoh bagaimana pelayanan
kesehatan tradisional dapat diintegrasikan secara utuh di dalam puskesmas menyatu dengan pelayanan
puskesmas. Pasien yang diperiksa di poliklinik umum diberikan pilihan pelayanan kesehatan tradisional,
jika mereka berminat untuk meneria terapi kesehatan tradisional maka pasien akan dirujuk ke dalam alur
pelayanan kesehatan tradisional.

Berdasarkan hasil survei terhadap sasaran kegiatan diketahui bahwa 98,77% responden
menyatakan pelayanan kesehatan tradisional yang diberikan aman dan bermanfaat dan 100%
mengharapkan adanya pelayanan kesehatan tradsional di puskesmas. Namun berdasarkan hasil
monitoring evaluasi terhadap puskesmas ternyata hingga akhir tahun 2019 belum ada puskesmas yang
mengimplementasikan alur pelayanan kesehatan tradisional yang telah dicontohkan ke dalam pelayanan
dalam gedung mereka. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diketahui bahwa kendala yang
dihadapi pihak puskesmas yaitu belum adanya regulasi terkait pelaksanaan pelayanan kesehatan
tradisional. Pelayanan kesehatan tradisional belum dapat diimplementasikan ke dalam UKP karena belum
dimasukkannya pelayanan kesehatan tradisional dalam cakupan pelayanan yang ditanggung oleh BPJS
Kesehatan. Oleh karena itu, pada tahun 2020 dilakukan kembali revisi metode pelaksanaan kegiatan
pengembangan model. Pada tahun 2020 kegiatan pengembangan model diintegrasikan ke dalam kegiatan
UKM berdasarkan SPM puskesmas.

Kegiatan fasilitasi pemanfaatan TOGA dalam pengendalian 10 penyakit utama di wilayah


puskesmas yang semula ditargetkan dilaksanakan di 10 puskesmas dapat terlaksana di 15 puskesmas.
Selain 10 puskesmas yang telah mendapatkan fasilitasi pemanfaatan TOGA dari APBN BKTM Makassar,
terdapat 5 puskesmas mendapatkan fasilitasi pemanfaatan TOGA dengan menggunakan anggaran APBD
Kabupaten Jeneponto.

Adapun 15 puskesmas yang menerima fasilitasi pemanfaatan TOGA yaitu di:

1. Puskesmas Bulupoddo Kab. Sinjai 9. Puskesmas Tarowang Kab. Jeneponto

2. Puskesmas Laureng Kodya Pare-Pare 10. Puskesmas Lasepang Kab. Bantaeng

3. Puskesmas Lompoe Kab. Soppeng 11. Puskesmas Palangga Kab. Gowa

4. Puskesmas Sewo Kab. Soppeng 12. Puskesmas Mallawa Kab. Maros

5. Puskesmas Bontomarannu Kab. Takalar 13. Puskesmas Kahu Kab. Bone

6. Puskesmas Mapakasunggu Kab. Takalar 14. Puskesmas Rantetayo Kab. Tana Toraja

7. Puskesmas Galesong Utara Kab. Takalar 15. Puskesmas Madalle Kab. Pangkep

8. Puskesmas Buludoang Kab. Jeneponto

Kegiatan diseminasi dan informasi yankestrad terdiri atas diseminasi informasi yankestrad dalam
rangka pameran, diseminasi informasi yankestrad melalui pojok jamu, dan diseminasi informasi
yankestrad melalui kegiatan sehat bugar BKTM Makassar. Kegiatan tersebut dilaksanakan untuk
mensosialisasikan yankestrad ke lintas program dan sektor serta masyarakat. Melalui kegiatan tersebut
diharapkan dapat mendorong minat masyarakat dalam pemanfaatan yankestradsebagai salah satu upaya
kemandirian masyarakat dalam memelihara kesehatannya.

Pada tahun 2019, BKTM Makassar membuat suatu inovasi baru melalui kegiatan pojok jamu
yang diselenggarakan di KPPN wilayah IV Makassar. Kegiatan pojok jamu yg semula digiatkan di
fasyankes kali ini dilaksanakan di instansi pemerintah dengan harapan dapat membudayakan kebiasaan
minum jamu di kalangan aparatur negara.
Selain itu, kegiatan diseminasi informasi yang biasanya diselenggaran di acara pameran formal
kali ini dilaksanakan di kegiatan carfreeday dengan tujuan untuk lebih memasyarakatkan pola hidup sehat
dengan tema “Gerakan Sehat Bugar Tradisional Menuju Generasi Sehat Indonesia Unggul’ melalui
kegiatan 1. budaya minum jamu kekinian, 2. senam sehat tradisional, 3. akupresur mandiri, 4.
pelayanan/konsultasi kesehatan tradisional, dan 5. pemanfaatan pangan lokal sebagai makanan
fungsional.

Outcome yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut yaitu terlaksananya


pelayanan kesehatan tradisional di kabupaten/kota dan terlaksananya pemanfaatan asuhan mandiri
kesehatan tradisional di puskesmas. Untuk menilai outcome dari kegiatan-kegiatan tersebut maka
dilaksanakan pemantauan dan evaluasi pelayanan kesehatan tradisional.

Kegiatan pemantauan dan evaluasi pelayanan kesehatan tradisional terdiri atas pemantauan dan
evaluasi yankestrad di kab./kota Provinsi Sulawesi Selatan dan di provinsi jejaring. Kegiatan pemantauan
dan evaluasi yankestrad di kab/kota Provinsi Sulawesi Selatan ditargetkan dilaksanakan di 22 kab./kota,
di akhir tahun 2019 telah terlaksana di 24 kab./kota dengan tambahan satu sasaran yaitu Kota Makassar
dan Kabupaten Selayar. Adapun kab./kota di Prov. Sulawesi Selatan yang berhasil dipantau dan
dievaluasi pelayanan kesehatan tradisionalnya yaitu:

1 Bantaeng 9 Luwu Timur 17 Takalar

2 Barru 10 Luwu Utara 18 Pare-Pare

3 Bone 11 Palopo 19 Torja utara

4 Bulukumba 12 Maros 20 Tanah toraja

5 Enrekang 13 Pinrang 21 Wajo

6 Pangkep 14 Sidrap 22 Gowa

7 Jeneponto 15 Sinjai 23 Makassar

8 Luwu 16 Soppeng 24 Selaya

Kegiatan pemantauan dan evaluasi yankestrad di provinsi jejaring telah terlaksana di 18 provinsi
melebihi target sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Pemantauan dan evaluasi secara langsung
dilakukan di 5 provinsi, yaitu:

1 NTB 2 Bali
3 Kalimantan Selatan 5 Sulawesi Barat

4 Sulawesi Tengah

Sedangkan 13 provinsi lainnya dilaksanakan secara tidak langsung yaitu melalui pegiriman data
yankestrad oleh penanggung jawab yankestrad di provinsi masing-masing. Dengan demikian BKTM
Makassar telah berhasil melaksanakan pemantauan dan evaluasi yankestrad di seluruh provinsi jejaring.
Untuk mengukur outcome dari kegiatan menggerakkan provinsi dan kabupaten dalam pelaksanaan
program kesehatan masyarakat tersebut digunakan indikator kesehatan tradisional terdiri atas cakupan
kab/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional dan cakupan kab/kota yang telah
menggerakan masyarakat untuk pemanfaatan asuhan mandiri kesehatan tradisional di puskesmas. Target
dan realisasi dari masing-masing indikator tersebut ditampilkan pada tabel 7 berikut:

Tabel 7

Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Menggerakkan Provinsi dan Kabupaten dalam


Pelaksanaan Program Kesehatan Masyarakat

Tahun 2019

SASARAN PROGRAM INDIKATOR KERJA TARGET REALISASI CAPAIAN

/KEGIATAN (%) (%) (%)

Menggerakan provinsi dan Presentase cakupan kab/kota 80 81,74% 102,75%


kabupaten dalam yang menjalankan yankestrad
pelaksanaan program
kesehatan masyarakat
presentase cakupan kab/kota 50 75.93% 151,86%
yang telah menggerakan
masyarakat untuk
pemanfaatan asuhan mndiri
kesehatan tradisional
dipuskesmas

Pada tabel 7 terlihat bahwa realisasi dari indikator pertama telah melampaui target sebesar
81,74%, dengan demikian capaianya sebesar 102,75%. Dari 241 kab/kota yang berada di wilayah kerja
BKTM Makassar yang ditargetkan untuk menyelenggarakan yankestradkomp sebanyak 193 kab/kota,
sementara realisasinya sebanyak 197 kab/kota.

Realisasi dari indikator kedua juga telah melampaui target yaitu sebesar 75,93%, dengan
demikian capaiannya sebesar 151,86%. Dari 241 kab/kota yang berada di wilayah kerja BKTM Makassar
yang ditargetkan untuk menggerakan masyarakat untuk pemanfaatan asuhan mandiri kesehatan
tradisional di puskesmas sebanyak 122 kab/kota, sementara realisasinya sebanyak 183 kab/kota.

Adapun faktor-faktor pendukung tercapainya target tersebut yaitu:

a) pelayanan kesehatan tradisional sudah menjadi bagian dari struktur organisasi baik di provinsi maupun
di kab./kota dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan R.I Nomor 49 Tahun 2016 tentang
Pedoman Teknis Pengorganisasian Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten yang kemudian
ditindaklanjuti oleh masing-masing pemerintah provinsi

b) tersedianya tenaga teknis terlatih yankestrad yang dimiliki oleh BKTM Makassar yang berkompoten
untuk melaksanakan bimbingan teknis pelayanan kesehatan tradisional di kab./kota provinsi jejaring.

c) terlaksananya kajian di bidang kestrad sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai bahan pembinaan
pelayanan kesehatan tradisional di wilayah jejaring

d) penerimaan dan pendampingan yang baik dari dinas kesehatan kab/kota sangat membantu dan
memperlancarproses pembinaan pelayanan kesehatan tradisional

e) adanya dukungan dana dari APBD untuk pengembangan yankestrad di kabupaten kota

f) tersedianya sarana prasarana di kab./kota untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional

g) tersedianya tenaga kesehatan terlatih yankestrad di kab./kota

h) adanya peningkatan minat masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional sebagai
salah satu upaya kemandirian masyarakat dalam memelihara kesehatannya

Selain faktor-faktor pendukung keberhasilan terdapat pula hambatan dalam mencapai tujuan akhir
dari kegiatan tersebut, diantaranya:

a) dinas kesehatan kab./kota provinsi jejaring yang telah berkomitmen terkendala implementasi regulasi
di daerah dalam bentuk Perda, SK bupati, SK gubernur, dll
b) belum masuknya layanan kesehatan tradisional dalam sistem jaminan kesehatan masyarakat (BPJS
Kesehatan)

c) masih kurangnya wawasan pengelola di kabupaten tentang peraturan terkait penyelenggaraan


pelayanan kesehatan tradisional sehingga belum maksimal dalam melakukanpembinaan ke puskesmas

d) belum adanya kebijakan teknis penggunaan dana BOK di puskesmas untuk kegiatan yankestrad

e) masih kurangnya koordinasi dan komunikasi baik lintas program maupun lintas sektor dalam
penyelenggaraan yankestrad

f) masih kurangnya pedoman terkait implementasi regulasi upaya yankestradkom

g) masih kurangnya SOP pelayanan kesehatan tradisional yang aman dan bermanfaat

h) masih kurangnya NSPK terkait dengan pembinaan teknis pelayanan kesehatan tradisonal

Anda mungkin juga menyukai