Anda di halaman 1dari 18

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

kajian teori dipergunakan untuk menjelaskan berbagai konsep dan prinsip

untuk landasan dalam pengembangan. Kajian teori terdiri dari (1) Desain and

Development Research, (2) e-learning, (3) Flipped Classroom, (4) matematika, (5)

hasil belajar.

2.1.1. Desain and Development Research

Penelitian pengembangan adalah serangkaian metode riset yang dilakukan

guna menghasilkan suatu produk tertentu seperti prototipe, media, materi

pembelajaran strategi pembelajaran, desain, model pembelajaran dan alat evaluasi

pendidikan dalam pembelajaran. Menurut Richey & Klein (dalam Tracey, 2009)

studi desain pengembangan dan evaluasi bertujuan untuk membangun dasar

empiris dalam menciptakan produk, alat instruksional , noninstruksional dan

model baru. Penelitian ini adalah bentuk penelitian praktis yang berusaha untuk

menguji teori dan validitas praktik. Penelitian desain dan pengembangan juga

memiliki proses yang interaktif, proses yang paralel, proses yang berevolusi

seperti game, kreatif dan terkadang tidak dapat dijelaskan.

Adapun fase-fase yang harus ditempuh dalam melaksanakan penelitian

pengembangan adalah fase mengembangkan model konseptual, fase

pengembangan produk, dan fase menguji coba produk.

17
2.1.3. Model Pembelajaran

2.1.2.1. Pengertian Model Pembelajaran

Istilah penggunaan model pembelajaran menurut Arends (dalam Trianto,

2007: 4) berdasarkan dua alasan penting, yaitu (1) model mempunyai makna yang

lebih luas daripada strategi, metode, atau prosedur; (2) sebagai sarana komunikasi

yang penting, apakah yang dibicarakan tentang mengajar di kelas, atau praktik

mengawasi anak-anak. Jadi menurut Arends Pemilihan istilah model pembelajaran

ini berfungsi untuk memberikan pedoman bagi perancang pengajar dan para guru

dalam melaksanakan pembelajaran.

Joyce dan Weill (dalam Miftahul Huda 2013: 73) mendeskripsikan model

pengajaran sebagai rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk

kurikulum, mendesain materi-materi instruksional, dan memandu proses

pengajaran di ruang kelas atau setting yang berbeda. Dalam konteks

pembelajaran, Trianto (2007: 1) menjelaskan model pembelajaran sebagai suatu

perencanaan/pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan

pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial. Model juga didefinisikan

sebagai sesuatu yang menggambarkan adanya pola berpikir dan biasanya

direpresentasikan dalam bentuk grafis atau flow chart yang menggambarkan

keseluruhan konsep yang saling berkaitan (Benny, 2010: 86).

Definisi di atas merupakan gambaran konseptual mengenai model

pembelajaran. Adapun beberapa ahli telah mendesain dan mengembangkan model

pembelajaran untuk tujuan-tujuan tertentu berdasarkan prinsip-prinsip dan teori

belajar. Gerlach dan Ely (dalam Rusman 2013: 155) mendesain model

18
pembelajaran yang cocok di segala kalangan termasuk pendidikan tingkat tinggi

dengan adanya penentuan strategi yang cocok digunakan oleh peserta didik dalam

menerima materi yang disampaikan. Ia juga mendefinisikan model pembelajaran

sebagai suatu cara yang sistematis dalam mengidentifikasi, mengembangkan, dan

mengevaluasi seperangkat materi dan strategi yang diarahkan untuk mencapai

tujuan pendidikan tertentu.

Sementara itu, Jerold E.Kemp (dalam Rusman 2013:166) mengembangkan

model desain instruksional yang berbentuk lingkaran mengarahkan pada para

pengembang desain instruksional untuk melihat karakteristik para siswa serta

menentukan tujuan-tujuan belajar yang tepat.

2.1.2.2. Ciri - Ciri Model Pembelajaran

Model pembelajaran memiliki ciri-ciri menurut Kardi dan Nur (dalam

Ngalimun 2016) (1) model pembelajaran merupakan kerangka berpikir yang

disusun oleh pengembang, (2) berupa landasan teori mengenai bagaimana peserta

didik akan belajar, dan (3) memerlukan tingkah laku pembelajar. Sedangkan

menurut Rusman (2013: 136), model pembelajaran memiliki ciri-ciri antara lain:

1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu;

2. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berpikir

induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif;

3. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar-mengajar di kelas;

4. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan:

a. urutan langkah-langkah pembelajaran Langkah-langkah pembelajaran

biasanya termuat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP);

b. adanya prinsip-prinsip reaksi;

19
c. sistem sosial;

d. sistem pendukung.

5. Memiliki dampak akibat terapan model pembelajaran, meliputi:

a. dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur;

b. dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.

6. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model

pembelajaran yang dipilihnya.

Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri model pembelajaran

merupakan kerangka berpikir yang dibuat oleh para ahli guna mengembangkan

pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Selain itu ciri-ciri model

pembelajaran berguna untuk guru dalam membuat persiapan mengajar serta

memiliki dampak meningkatkan hasil belajar jangka panjang dan hasil

pembelajaran yang akan bisa diukur

2.1.4. Flipped Classroom

2.1.5.1. Pengertian Flipped Classroom

Flipped Classroom merupakan salah satu model dari sekian banyak model

yang bisa digunakan dalam pembelajaran Blended. Model ini memberikan

keleluasaan pada guru untuk memberikan materi di luar sekolah. Menurut

Prayitno, dkk. ( dalam sukayanti, 2018: 137) Flipped Classroom adalah model

pembelajaran yang membalik proses pembelajaran yang biasanya dilaksanakan di

kelas akan dilaksanakan di rumah. Selain itu menurut Carl Reidismen (dalam

Kurniawidi, 2018:555) dalam Flipped Classroom siswa diminta untuk terlibat

atau menyelesaikan beberapa pembelajaran awal secara Online sebagai persiapan

untuk kegiatan pembelajaran yang selaras secara struktural di kelas bersama

20
teman-teman mereka. Dari dua kutipan di atas, dapat di simpulkan bahwa Flipped

Classroom adalah model pembelajaran yang akan membalik proses pembelajaran

atau pemberian materi yang biasanya dilaksanakan di kelas, diarahkan di rumah.

Begitu juga pemberian tugas yang biasanya di selesaikan di rumah diganti ke

sekolah.

2.1.5.2. Sintak Flipped Classroom

Menurut Adhitiya dkk. (dalam Riadi, 2020), langkah-langkah model

pembelajaran dengan metode Flipped Classroom adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1
Sintak Flipped Classroom
No Fase Guru Siswa Media
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Pra kelas a. Sebelum a. Pemberian Video
tatap muka informasi dan Pembelajaran
guru media dan Handout
memberikan pembelajaran dengan
materi yang bantuan
dalam digunakan wordpress
bentuk dalam berbatuan tutor
video pembelajaran LMS
pembelajara adalah video
n. scribe dan
b. Guru handout serta
menyampai menggunakan
kan tujuan wordpress
pembelajara berbantuan
n yang akan tutor LMS
dicapai. 
c. Guru
menyampai
kan secara
garis besar
materi yang
akan
dipelajari.
2 Dalam a. Guru a. Siswa Buku Paket
Kelas membagi membuat LKS

21
siswa kelompok
menjadi b. Siswa
beberapa mendapatkan
kelompok tanya jawab
yang terdiri dari guru
dari 4-5 c. Siswa
orang siswa.  mengerjakan
b. Melalui tanya latihan di
jawab dengan LKS
siswa, guru d. Siswa
menguatkan berdiskusi
konsep. dengan
c. Guru kelompoknya
memberikan untuk
latihan menyelesaika
pemecahan n masalah.
masalah e. Salah satu
melalui kelompok
LKS.  mempresenta
d. Peran guru sikan hasil
saat diskusi diskusi dan
adalah yang lain
memfasilitasi menanggapin
siswa agar ya.
mampu
menuliskan
ide atau
gagasannya
terkait
masalah yang
diberikan. 
e. Guru
memberikan
tes untuk
mengetahui
tingkat
pemahaman
siswa.

3 Aplikasi Guru memberikan Siswa mengerjakan Soal Pre tes


siswa soal pre tes soal pre tes dan post dan Post test
dan post tes tes

22
2.1.5 E-Learning

2.1.4.1. Pengertian E-Learning

E-learning merupakan cara baru dalam proses pembelajaran. E-learning

sendiri merupakan salah satu dari banyaknya hal yang muncul karena adanya

perkembangan Teknologi informasi. Menggunakan E-learning akan

mempermudah peserta didik dalam menggali materi yang mereka inginkan. E-

leraning Menurut Michael ( 2013:27) ialah suatu sistem pembelajaran dengan

tujuan menggunakan sistem elektronik untuk membantu pembelajaran itu sendiri,

sedangkan menurut Gilbert dan Jones (dalam Hidayah, 2012:25) mengatakan

bahwa E-learning ialah pengiriman materi melalui media elektronik seperti

internet, intranet/extranet, satelit broadcast, audio/ video tape, interactive TV, CD-

Room dan computer based traning (CBT). Dari kedua pendapat di atas bisa kita

simpulan bahwa E-learning adalah proses pembelajaran jarak jauh yang dibantu

dengan sistem elektronik dalam proses pembelajarannya.

Stasiun radio merupakan salah satu pelopor pemanfaatan E-learning.

Selain itu TV kabel juga merupakan salah satu media yang menggunakan E-

learning. Seiring pergantian zaman mulai banyak bermunculan media yang

memanfaatkan E-learning. Salah satunya adalah jaringan komputer. Implementasi

penggunaan E-learning yang ada pada saat ini sangat bervariasi, namun semua itu

didasarkan pada suatu konsep bahwa E-learning adalah upaya dalam

pendistribusian materi pembelajaran dengan memanfaatkan internet. Surjono

(2011:3) menyatakan bahwa ciri dari pembelajaran E-learning adalah terciptanya

lingkungan pembelajaran yang flexibel dan distributed.

23
Fleksibilitas menjadi kata kunci dalam penggunaan E-learning. Pesewrta

didik menjadi lebih Flexibel dalam memilih waktu belajar maupun materi

pembelajarannya. Di lain pihak pengajar dapat dengan mudah mencari referensi

dalam menambah bahan ajarnya. Dilihat dari segi sisi materi pembelajaran dapat

dibuat sangat fleksibel mulai dari materi berbasis teks maupun berbasis

multimedia. Sedangkan distributed menunjukkan bahwa pembelajaran di mana,

pengajar, peserta didik, dan materi pembelajaran bisa berada di mana saja.

2.1.4.2. Kelebihan dari penggunaan e-learning

Salah satu kelebihan E-Learning menurut Sujana (2005:253) adalah

memberikan fleksibilitas, interaktivitas, kecepatan, dan visualisasi melalui

berbagai kelebihan masing-masing media. Dengan kata lain E-Learning bisa

meningkatkan kemampuan siswa dalam menyerap berbagai materi yang ada.

Sedangkan menurut Tjokoro (2009) mengatakan bahwa,

Kelebihan dalam menjalankan e-learning antara lain (1) Lebih mudah


diserap, artinya menggunakan fasilitas multimedia berupa gambar, teks,
animasi, suara, video. (2) Jauh lebih efektif dalam biaya, artinya tidak
perlu instruktur, tidak perlu minimum audiensi, bisa di mana saja, bisa
kapan saja, murah untuk diperbanyak.(3) Jauh lebih ringkas, artinya tidak
banyak formalitas kelas, langsung pada pokok bahasan, mata pelajaran
sesuai kebutuhan. (4) Tersedia 24 jam/hari – 7 hari/minggu, artinya
penguasaan materi tergantung pada semangat dan daya serap siswa, bisa
dimonitor, bisa diuji dengan test.

2.1.4.3. Kekurangan E-learning

Kekurangan E-learning sendiri menurut Gavrilova (2006:354) ialah

pembelajaran E-learning membutuhkan peralatan yang lebih seperti komputer,

smartphone, internet, dsb di mana peralatan tersebut mungkin akan membebani

keuangan dari orang tua peserta didik. Sedangkan menurut Nursalam (2008)

mengemukakan bahwa

24
1. Kurangnya interaksi antara pengajar dan pelajar atau bahkan antar pelajar

itu sendiri.

2. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan

sebaliknya membuat tumbuhnya aspek bisnis/komersial.

3. Proses belajar mengajar cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan. 

4. Berubahnya peran pengajar dari yang semula menguasai teknik

pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik

pembelajaran yang menggunakan ICT (information, communication, dan

technology).

5. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet ( mungkin hal ini berkaitan

dengan masalah tersedianya listrik, telepon, ataupun komputer).

6. Kurangnya sumber daya manusia yang menguasai internet.

7. Kurangnya penguasaan bahasa komputer.

8. Akses pada komputer yang memadai dapat menjadi masalah tersendiri

bagi peserta didik. 

9. Peserta didik bisa frustrasi jika mereka tidak bisa mengakses grafik,

gambar, dan video karena peralatan yang tidak memadai.

10. Tersedianya infrastruktur yang bisa dipenuhi.

11. Informasi dapat bervariasi dalam kualitas dan akurasi sehingga panduan

dan fitur pertanyaan diperlukan.

12. Peserta didik dapat merasa terisolasi

Jadi selain keunggulan dari E-Learning juga memiliki beberapa

kekurangan. Kekurangan ini bisa di atasi dengan bantuan teknolog

pembelajaran salin dari guru itu sendiri. Sebagai contoh kurangnya

25
penguasaan komputer bisa diadakan diklat guna meningkatkan kemampuan

guru. Kepala sekolah juga bisa minta Disdikpora meningkatkan sarana dan

prasaran berupa komputer maupun akses internet guna mempermudah siswa

dalam pembelajaran e-learning ini. Selain hal tersebut sebagai contoh lainnya

kurangnya interaksi pengajar dan pelajar bisa diatasi dengan sistem flipped,

membuat siswa masih bisa berinteraksi di kelas maupun di luar kelas.

d. Pembelajaran Matematika

2.1.6.1. Pengertian Matematika

Matematika adalah ilmu tentang sesuatu yang memiliki pola keteraturan

dan urutan yang logis. Matematika membahas tentang bilangan, kemungkinan,

bentuk, algoritma, dan perubahan. Sebagai ilmu dengan objek yang abstrak,

matematika bergantung pada logika bukan pada pengamatan sebagai standar

kebenarannya meskipun menggunakan pengamatan, simulasi, dan bahkan

percobaan sebagai alat untuk menemukan kebenaran menurut Van de Walle

(dalam Sormin 2014:8).

Dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 menyatakan bahwa “matematika

merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern,

mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir

manusia.” Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi

dewasa ini dilandasi oleh perkembangan Matematika di bidang teori bilangan,

aljabar, analisis, teori peluang, dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan

menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan Matematika yang

kuat sejak dini.

26
Standar kompetensi dan kompetensi dasar Matematika dalam skripsi ini

disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan

tersebut di atas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan

menggunakan Matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan

ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.

(Permendiknas No. 22 tahun 2006)

Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik

dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir

logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama.

Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan

memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada

keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. (Permendiknas No. 22

tahun 2006). Untuk kurikulum dan materi bisa di lihat dalam tabel di bawah ini

Tabel 2.2
Kurikulum dan materi matematika

No. Kurikulum Materi


(1) (2) (3)
1 Kurikulum 2013 revisi Memeriksa kebenaran teorema Pythagoras
Menentukan panjang sisi segitiga siku-siku
jika panjang dua sisi diketahui
Menerapkan teorema Pythagoras untuk
menyelesaikan permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari
Menentukan jenis segitiga berdasarkan
panjang sisi-sisi yang diketahui
Menentukan tiga bilangan bulat yang
merupakan tripel Pythagoras
Menerapkan tripel Pythagoras untuk
menyelesaikan permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari
Menentukan perbandingan sisi-sisi pada
segitiga siku-siku istimewa.

27
Pada mata pelajaran ini akan di bahas tentang teorema Pythagoras,

sedangkan untuk kurikulum akan menggunakan kurikulum K13. Materi yang

akan dipelajari sebanyak (7) materi yang mencangkup 1) Memeriksa kebenaran

teorema Pythagoras, 2) Menentukan panjang sisi segitiga siku-siku jika panjang

dua sisi diketahui, 3) Menerapkan teorema Pythagoras untuk menyelesaikan

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, 4) Menentukan jenis segitiga

berdasarkan panjang sisi-sisi yang diketahui, 5) Menentukan tiga bilangan bulat

yang merupakan tripel Pythagoras, 6) Menerapkan tripel Pythagoras untuk

menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, 7) Menentukan

perbandingan sisi-sisi pada segitiga siku-siku istimewa.

2.1.6.2. Karakteristik Matematika

Mengajarkan matematika tidaklah mudah karena fakta menunjukkan

bahwa para siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika (Jaworski,

1994). Perlu kiranya dibedakan antara matematika dan matematika sekolah. Agar

pembelajaran matematika dapat memenuhi tuntutan inovasi pendidikan pada

umumnya, menurut Mustamin (2017) menuliskan ciri – ciri pembelajaran

matematika adalah sebagai berikut:

1. Menggunakan masalah kontekstual, yaitu matematika dipandang sebagai

kegiatan sehari-hari manusia, sehingga memecahkan masalah kehidupan yang

dihadapi atau dialami oleh siswa (masalah kontekstual yang realistis bagi

siswa) merupakan bagian yang sangat penting.

2. Menggunakan metode, yaitu belajar matematika berarti bekerja dengan

matematika

28
3. Menggunakan hasil dan konstruksi siswa sendiri, yaitu siswa diberi

kesempatan untuk menemukan konsep-konsep matematis, di bawah

bimbingan guru.

4. Pembelajaran terfokus pada siswa

5. Terjadi interaksi antara murid dan guru, yaitu aktivitas belajar meliputi

kegiatan memecahkan masalah kontekstual yang realistis, mengorganisasikan

pengalaman matematis, dan mendiskusikan hasil-hasil pemecahan masalah

tersebut (Suryanto dan Sugiman, 2001).

Sedangkan menurut hudoyo dan herman (dalam umanah 2013:19) mengatakan

ciri-ciri matematika adalah

1. Memiliki objek yang abstrak

Matematika memiliki objek yang abstrak, meskipun tidak semua objek

matematika itu abstrak. Sebagai contoh pada mata materi bangunan datar,

objek yang harus di pelajari siswa adalah objek abstrak hal ini akan

mempersulit siswa, karena pada alam bawah sadar siswa sendiri lebih memilih

objek konkret.

2. Bertumpuk pada kesepakatan

Simbol-simbol yang ada pada matematika merupakan kesepakatan yang sangat

penting. Dengan simbol dan istilah yang telah disepakati akan mempermudah

dalam pengerjaan suatu soal matematika.

3. Pola berpikir yang deduktif

Pola berpikir deduktif secara sederhana adalah pemikiran yang bersifat umum

menuju kepada pemikiran yang bersifat khusus

4. Memiliki simbol yang kosong dari arti

29
5. Memperhatikan semesta pembicaraan

Semesta pembicaraan adalah penggunaan matematika harus didasarkan pada

lingkup apa dia digunakan. Sebagai contoh jika lingkup pembicaraan mengarah

ke bilangan , maka simbol-simbol akan diartikan bilangan.

6. Konsisten dalam sistemnya

Dalam suatu sistem matematika sangat ditekankan asas atau konsistensi. Hal

ini juga berlaku untuk semua sistem dan struktur dari matematika tidak boleh

kontradiksi. Suatu teorema atau definisi haruslah menggunakan istilah yang

telah disepakati.

Jadi menurut kedua padangan di atas bisa diambil kesimpulan bahwa matematika

merupakan suatu mata pelajaran yang bersifat deduktif, penggunaan simbol yang

telah disepakati agar tidak terjadi kontradiksi.

2.1.7. Hasil Belajar


Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana

Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah

perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas

mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono

(2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi

tindak belajar dan tindak mengajar. sependapat dengan pendapat tersebut menurut

Gunawan (2003) faktor yang paling menentukan hasil belajar adalah mengenal

gaya belajar dari peserta didik yang beragam dan unik.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

keberhasilan dalam meningkatkan hasil belajar terletak pada faktor-faktor

eksternal dan internal. Pendekatan dalam proses pembelajaran juga menjadi faktor

30
lain dalam meningkatkan hasil belajar. sehingga guru harus memperhatikan

faktor-faktor tersebut. Jika hanya memperhatikan satu faktor saja maka hasil

belajar yang di dapatkan tidak akan maksimal.

2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut temuan-temuan hasil penelitian dari beberapa peneliti yang

relevan. Dapat disajikan sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Luh Rika Sukayanti, I Komang

Sudarma, I Nyoman Jampel (2018) mendapatkan hasil bahwa sistem e-

learning tipe flipped classroom sangat baik digunakan dalam

pembelajaran dilihat dari rancang bangun yang sesuai dengan metode

ADDIE, Validitas yang baik dilihat melalui skor yang didapatkan,

serta hasil tes yang didapat di mana pro test memiliki skor yang lebih

baik dari pada pre test. Sehingga penelitian ini ternyata sejalan dengan

judul penelitian tentang “Pengembangan E-Learning Berbasis Model

Flipped Classroom Pada Siswa Kelas VII Mata Pelajaran Matematika

Di SMP N 2 Singaraja Tahun Ajaran 2020/2021”.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Windy Ayu Estika (2017) mendapatkan

hasil bahwa media, RPP, serta soal yang digunakan dalam e-learning

sangat valid, selain itu berdasarkan hasil uji t mendapatkan perbedaan

Sehingga penelitian ini ternyata sejalan dengan judul penelitian tentang

“Pengembangan model e-learning Berbasis Model Flipped Classroom

Pada Siswa Kelas VII Mata Pelajaran Matematika Di SMP N 2

Singaraja Tahun Ajaran 2020/2021”.

31
3. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Hajar Halili dan Zamzami

Zainuddin (2015) mendapatkan hasil bahwa siswa akan lebih dengan

teknologi, oleh sebab itu pengguna e-learning berbasis flipped

classroom sangat baik digunakan karena menggunakan media yang

beragam, dan penggunaan flipped classroom akan lebih efektif

ketimbang penggunaan kelas tradisional. Sehingga penelitian ini

ternyata sejalan dengan judul penelitian tentang “Pengembangan E-

Learning Berbasis Model Flipped Classroom Pada Siswa Kelas VII

Mata Pelajaran Matematika Di SMP N 2 Singaraja Tahun Ajaran

2020/2021”.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Sara Arnold dan Garza (2014)

mendapatkan hasil bahwa flipped classroom menawarkan berbagai

manfaat dari pada penggunaan pembelajaran tradisonal. Fitur fiturnya

lebih meefisienkan waktu yang ada sehingga interaksi guru dan siswa

lebih baik. Sehingga penelitian ini ternyata sejalan dengan judul

penelitian tentang“Pengembangan E-Learning Berbasis Model Flipped

Classroom Pada Siswa Kelas VII Mata Pelajaran Matematika Di SMP

N 2 Singaraja Tahun Ajaran 2020/2021”.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Aeni, Titi Prihatin dan Yuli Utanto

(2017) mendapatkan hasil bahwa pembelajaran e-learning berbasis

flipped clasrrom efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa

dikarenakan indikator yang meningkatkan hasil pembelajaran,

pelaksanaan yang baik, ketiga dapat meningkatkan motivasi dari siswa,

dan keempat respon dari siswa yang positif dalam penggunaan model

32
pembelajaran ini. Sehingga penelitian ini ternyata sejalan dengan judul

penelitian tentang “Pengembangan e-learning Berbasis Model Flipped

Classroom Pada Siswa Kelas VII Mata Pelajaran Matematika Di SMP

N 2 Singaraja Tahun Ajaran 2020/2021”.

2.3. Kerangka berpikir

Kemajuan pendidikan di suatu negara bisa dilihat dari inovasi pendidikan

yang telah dilaksanakan oleh guru. Oleh sebab itu peran guru sangat vital dalam

memajukan pendidikan melalui inovasi. Guru yang kurang dalam menginovasi

pendidikan akan tergerus dalam kemajuan jaman. Sebagai contoh inovasi yang

jarang digunakan oleh guru adalah e-learning. E-learning sendiri adalah model

pembelajaran yang membuat siswa tidak jenuh harus belajar di sekolah saja.

Dengan inovasi model pembelajaran ini juga, tidak ada lagi kata guru yang tidak

bisa hadir di kelas maupun siswa yang tertinggal materi. E-learning sendiri juga

memudahkan guru dalam mengintegrasikan baik itu bahan ajar maupun media

pembelajaran.

Berdasarkan permasalahan yang ada di atas perlu dikembangkan model E-

learning berbasis model Flipped Classroom pada materi matematika semester

genap kelas VIII di SMP N 2 Singaraja. Keberadaan model pembelajaran e-

learning ini terdapat media pendukung seperti handout, Video Scribe, dan

beberapa bahan ajar

2.4 Hipotesis Hipotesis

Berdasarkan kajian teori, kajian penelitian yang relevan dan kerangka

berpikir sebagaimana dipaparkan di atas, dapat diajukan rumusan hipotesis

33
penelitian sebagai berikut. Terdapat perbedaan hasil belajar Matematika yang

signifikan sebelum dan sesudah diberikan pembelajaran e-learning berbasis model

Flipped Classroom pada siswa kelas VIII SMP N 2 Singaraja Tahun Pelajaran

34

Anda mungkin juga menyukai