Anda di halaman 1dari 16

Nama kecil : Kusno

Tempat, tanggal lahir : Surabaya, 6 Juni 1901

Agama : Islam

Nama Isteri : Fatmawati, Hartini, Ratna Sari Dewi, Kartini Manopo, Haryati, Yurike Sanger, dan
Heldy Djafar

Nama Anak : Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, Guruh (dari Fatmawati) Taufan,
Bayu (dari Hartini) Kartika (dari Ratna Sari Dewi)

Pendidikan : HIS di Surabaya, Hogere Burger School (HBS), Technische Hoogeschool (THS) di
Bandung
Meninggal : Jakarta, 21 Juni 1970

Dimakamkan : Blitar, Jawa-Timur


Kehidupan Pribadi Ir. Soekarno

Ir. Soekarno atau akrab dipanggil Bung Karno lahir pada 6 Juni 1901 di Surabaya, Jawa Timur
dengan nama kecilnya Kusno Sosrodihardjo dan wafat pada 21 Juni 1970 di Jakarta. Bung Karno
adalah anak dari pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai. Karena
sakit-sakitan, Soekarno kecil dirawat kakaknya bernama Raden Hardjodikromo di Tulungagung.
Soekarno kembali tinggal dengan bapak dan ibunya pada 1909 di Mojokerto.
banner-promo-gramedia

Di Mojokerto itulah sang ayah ditugaskan sebagai kepala Eerste Inlandse School dan Soekarno
pun sekolah ditempat itu. Sejak tinggal kembali bersama orang tuanya, Soekarno mengganti
namanya dari Kusno menjadi Soekarno agar dirinya tidak sakit-sakitan lagi dan dapat tumbuh
dengan sehat. Sejak kecil Soekarno sudah menjadi anak yang berprestasi bahkan mampu
menguasai banyak bahasa. Itulah sebabnya kecerdasan Soekarno dikenal oleh dunia.

Tahun 1911 Soekarno pindah lagi ke ELS yang setara dengan Sekolah Dasar (SD) yang khusus
dipersiapkan untuk masuk Hogere Burger School (HBS) di Surabaya. Tahun 1915 Soekarno pun
menamatkan sekolahnya di ELS dan kemudian tinggal di rumah sahabat ayahnya, Haji Oemar
Said Tjokroaminoto atau HOS Cokroaminoto yang merupakan pendiri Serikat Islam. Sejak itulah
Soekarno mulia mengenal dunia perjuangan yang akhirnya membuatnya sangat ingin berjuang
bagi bangsa Indonesia.

Di Kediaman Cokroaminoto, Soekarno muda mulai banyak belajar politik dan banyak berlatih
pidato. Di sanalah Soekarno mulai kenal dan berinteraksi dengan tokoh-tokoh hebat, seperti Dr.
Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara. Merekalah pemimpin
organisasi National Indische Partij saat itu.

Bersekolah di HBS memberi banyak pengalaman dan pelajaran bagi Soekarno, hingga akhirnya
lulus dan tahun 1921. Setelah itu Soekarno pun kembali pindah tempat tinggal, yakni ke
Bandung dan tinggal bersama Haji Sanusi untuk melanjutkan pendidikannya di Technische
Hooge School (THS) jurusan teknik sipil atau kita kenal sekarang sebagai kampus ITB.
Disanalah Soekarno mendapatkan gelar insinyur-nya dengan lulus pada tanggal 25 Mei 1926.

Soekarno diwisuda bersama dengan delapan belas unsur lainnya tepat saat Dies Natalis ITB yang
ke-61 pada 3 Juli 1926. Menurut Prof. Jacob Clay Sebagai ketua Fakultas di kampus tersebut
menyatakaan kebanggannya karena ada 3 orang insinyur orang Jawa, Yakni Soekarno, Anwari,
dan Soetedjo, dan gelar insinyur dari daerah lainnya.

Di masa hidupnya, Soekarno telah menikahi sejumlah perempuan, yakni Fatmawati, Hartini,
Ratna Sari Dewi, Kartini Manopo, Haryati, Yurike Sanger, dan Heldy Djafar. Atas
pernikahannya tersebut, Soekarno dikarunia 11 orang anak. Sebagian keturunan Soekarno pada
akhirnya juga ada yang mengikuti jejak sang ayah di dunia politik Indonesia.

Yakni putrinya yang bernama Megawati Soekarnoputri yang pernah menjabat sebagai presiden
ke-5 RI, Rachmawati Soekarnoputri, dan Sukmawati Soekarnoputri. Putranya yang pertama
dengan Fatmawati, Guntur Soekarnoputra justru tidak terjun ke dunia politik seperti dirinya dan
adik-adik perempuannya.
Perjalanan Politik Ir. Soekarno

Berbicara soal biografi Ir.Soekarno tidak lengkap rasanya jika tidak membahas kiprahnya di
dunia politik yang sangat luar biasa. Ir. Soekarno bahkan sudah terjun ke dunia politik sejak
usianya masih sangat muda. Soekarno terkenal pertama kali pada tahun 1915 saat menjadi
anggota Jong Java Cabang Surabaya. Kebanyak organisasi di Indonesia menurut Soekarno
masihlah Jawa Sentris yang hanya memikirkan kebudayaan saja.

Hal itulah yang membuat Soekarno perlu menjawab tantangan tersebut. Karena kesedihannya
tersebut Soekarno pun memberikan pidato menggunakan bahasa ngoko (bahasa Jawa yang kasar)
dalam rapat pleno tahunan Jong Java di Surabaya. Tak berselang lama, setelah sebulan rapat
tersebut, Soekarno mencetuskan gagasan untuk membuat surat kabar Jong Java menggunakan
bahasa Melayu, bukan bahasa Belanda.

Soekarno kemudian mendirikan Algemeene Studie (ASC) di Bandung pada tahun 1926 yang
merupakan hasil inspirasi dari Dr. Soetomo di Indonesische Studie Club. Organisasi ASC inilah
yang menjadi cikal bakal berdirinya partai besar di Indonesia, Partai Nasional Indonesia yang
lahir tahun 1927. Berkat aktif di organisasi PNI itulah Soekarno beberapa ditangkap Belanda
karena dianggap membahayakan pemerintah kolonial.
Tanggal 29 Desember 1929 Soekarno ditangkap di Yogyakarta untuk dipindahkan ke penjara
Banceuy di Bandung. Kemudian pada tahun 1930 dipindahkan ke penjara Sukamiskin dan di
tahun ini pula Soekarno mengeluarkan pledoi Indonesia Menggugat yang sangat fenomenal saat
itu sampai akhirnya dibebaskan pada 31 Desember 1931. Setelah bebas dari penjara, tahun 1932
SOekarno bergabung dalam Partai Indonesia (Partindo) yang masih pecahan PNI karena saat itu
PNI dibubarkan dan dinyatakan dilarang oleh Belanda.

Namun keaktifannya di Partino kembali mengantarkan ke penjara pada tahun 1933 di


pengasingan Folders karena pergerakan yang bahaya bagi Belanda. Karena pengasingannya yang
cukup lama dan sangat jauh hampir membuat tokoh-tokoh nasional Indonesia yang lainnya
melupakan keberadaan dan keterlibatan Soekarno. Hal itu tidak membuatnya menyerah dan
Soekarno terus mengirim surat kepada Ahmad Hasan, seorang Guru Persatuan Islam.

Tahun 1938 Soekarno kemudian diasingkan ke Provinsi Bengkulu sampai tahun 1942. Pada
masa penjajahan Jepang tahun 1942 Soekarno baru kembali dibebaskan. Setelah melalui
perjalanan panjang, tahun 1943 perdana menteri Jepang, Hideki Toja mengundah Soekarno,
Muhammad Hatt, dan Ki Bagoes Hadikoesoemo yang kemudian disambut hangat kehadirannya
oleh Kaisar Hirohito. Mereka bertiga telah dianggap sebagai keluarga kaisar Jepang dengan
diberikannya Bintang Kekaisaran (Ratna Suci).

Sejak masa penjajahan Jepang itulah banyak muncul organisasi, seperti Jawa Hokokai, BPUPKI,
Pusat Tenaga Rakyat (Putera) hingga PPKI dengan tokoh-tokoh utama yakni Soekarno, K.H Mas
Mansyur, Ki. Hajar Dewantara, dan tokoh lainnya yang aktif di organisasi pergerakan nasional.
Akhirnya tokoh-tokoh pergerakan nasional tersebut melakukan buy clenbuterol bekerjasama
dengan pemerintah jepang untuk kemerdekaan Indonesia. Meskipun tetap ada yang melakukan
gerakan bawah tanah seperti Amir Sjarifuddin dan Sutan Syahrir yang tidak sepenuhnya percaya
pada Jepang dan menganggapnya berbahaya dan fasis.

Selama perjuangan yang panjang akhirnya Soekarno dan Moh. Hatta memproklamasikan
kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 yang didesak oleh kaum muda dan sempat diculik ke
Rengasdengklok. Sejak itulah Soekarno diangkat menjadi Presiden pertama Indonesia dan mulai
dikenal sebagai Sang Proklamator yang didampingi Mohammad Hatta sebagai wakilnya.
Sebelumnya pada 1 Juni 1945 dalam sidang BPUPKI Soekarno sudah mengemukakan gagasan
tentang dasar Negara, yakni Pancasila yang sekarang masih menjadi dasar Negara kita.
Setelah berhasil merumuskan Pancasila, Soekarno berupaya menyatukan nusantara menjadi
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahkan bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin
juga sempat diusahakan Soekarno dalam Konferensi Asia Afrika tahun 1955 di Bandung hingga
akhirnya berkembang menjadi Gerakan Non Blok. Berkat jasa Soekarno lah banyak Negara
kawasan Asia Afrika yang mereka, meskipun ada pula yang konflik berkepanjangan karena
ketidakadilan di negaranya. Itulah sebabnya Soekarno dikenal dalam menjalankan politik bebas
aktif dunia Internasional.

Atas kejayaan perjuangannya untuk Indonesia, Ir Soekarno juga mengalami masa jatuh dalam
politiknya setelah Wakil Presiden Mohammad Hatta akhirnya memutuskan untuk mengundurkan
diri dan memisahkan diri dari Soekrano tahun 1956. Selain itu banyak pula pemberontakan
separatis yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Berdasarkan catatan sejarah, puncak
pemberontakan tersebut adalah saat terjadinya pemberontakan yang dikenal dengan G30S PKI
yang meluluhlantakan masyarakat Indonesia Saat itu.

Karena peristiwa itulah Soekarno mendapat pengucilan dari presiden yang menggantikan
dirinya, yakni Soeharto. Karena usianya yang sudah tua dan sering sakit-sakitan akhirnya
Soekarno wafat di Jakarta, tepatnya Wisma Yaso pada tanggal 21 Juni 1970. Kemudian jasadnya
dimakamkan di Blitar dan menjadi ikon kota Blitar hingga saat ini. Makam Soekarno Pun selalu
ramai peziarah dan wisatawan yang datang di hari-hari tertentu dan sangat ramai saat haul Sang
Proklamator tersebut.
Peninggalan Barang Pribadi Ir. Soekarno

Berpulangnya sosok yang pernah menjadi orang nomor satu di Indonesia ini meninggalkan
banyak peninggalan barang bersejarah dalam perjuangannya bagi Bangsa Indonesia. Hingga saat
ini Grameds masih bisa melihat barang-barang peninggalan Ir. Soekarno berikut ini di beberapa
museum terkenal di Indonesia:
1. Peci Hitam

Dalam dokumen sejarah kita pasti sudah tidak asing dengan Soekarno yang selalu mengenakan
Peci hitam. Barang ini bahkan sudah menjadi ciri khas dari Bung Karno. Sampai sekarang kita
juga masih bisa menemukan banyak prang yang masih menggunakan peci hitam ini. Bahkan
hampir jarang sekali melihat soekarno terlihat tanpa peci hitamnya saat itu.
banner-promo-gramedia
2. Wesi Kuning
Wesi kuning atau besi kuning milik Soekarno berbentuk seperti gada milik Minak Jinggo.
Barang ini dianggap memiliki kekuatan supranatural bagi Soekarno.
3. Tongkat Komando

Tongkat komando yang terbuat dari kayu asal pegunungan Kalak, Ponorogo, Jawa Timur ini
tidak pernah lepas atau ditinggalkan Soekarno. Bahkan sampai kunjungannya ke luar negeri,
tongkat ini tetap dibawa oleh Soekarno. Tongkat ini sudah menjadi barang yang wajib Soekarno
bawa ke mana saja
4. Keris Peninggalan Perang Puputan

Soekarno sangat gemar mengoleksi berbagai macam keris, salah satu koleksinya yakni keris
perang puputan yang sangat terkenal. Keris ini bahkan banyak dipercaya orang membuat
Soekarno menjadi presiden Indonesia.
5. Tongkat Monyet

Tongkat monyet yang dimiliki Ir. Soekarno didapatkan saat dirinya berada di pengasingan
Belanda. Soekarno sering membawa tongkat tersebut dalam aktivitasnya sehari-hari.
6. Jas Putih

Jas putih adalah pakaian yang sering dikenakan oleh Soekarno di beberapa acara kebangsaan di
dalam negeri atau luar negeri. Bahkan barang ini sudah menjadi identitas unik Sang Proklamator.
Jas Putih ini dapat membuat penampilan Soekarno semakin berwibawa dan membawa aura yang
positif bagi dirinya.
7. Ajian Lembu Sekilan

Barang milik Soekarno ini konon merupakan ajian Patih Gajah Mada yang memiliki kesaktian
untuk menjaga keselamatan Soekarno.
8. Keris Kehilangan Tubuh

Keris sakti yang dikenal dimiliki oleh Jenderal Soedirman ini ternyata juga dimiliki oleh
Soekarno. Keris ini juga dianggap memiliki kekuatan supranatural tertentu bagi Soekarno di
masa hidupnya.
Penghargaan Yang Diterima Ir Soekarno
Perlu Grameds ketahui bahwa kehebatan Soekarno tidak hanya di dalam negeri melainkan juga
diakui dunia. Semasa hidupnya Soekarno telah memperoleh banyak penghargaan dari gelar
Doktor Honoris Causa dari 26 universitas di dalam negeri dan luar negeri. Banyak penghargaan
yang Soekarno punya selama kiprahnya di dunia politik terutama perjuangannya atas
kenegaraan. Berikut ini daftar penghargaan yang dimiliki Soekarno semasa hidupnya yang perlu
Grameds ketahui:

Bintang Kelas satu The Order of the Supreme Companions Dari Presiden Afrika Selatan,
Thabo Mbeki
Lenin Star Dari Pemerintah Rusia
Grand Yugoslav Star Dari Pemerintah Yugoslavia
Grand Of The Order Of The Southern Cross Dari Pemerintah Brazillia
Grand Knight of The Order If Oats IX Dari Tahta Suci Vatikan
Satyalancana Perintis Kemerdekaan Dari Pemerintahan RI
White Lion Medal Dari Czechoslovakia
The Gold Medal Of The Consecration Dari Tahta Suci Vatikan
Collar Of The Order Of San Martin Dari Pemerintah Argentina
Medal Of The Order Of The Golden Spur Dari Tahta Suci Vatikan
The Medal Of The Highest Order Dari Pemerintahan Australia
Philippine Legion of Honor Dari Pemerintah Filipina
Medal of Resistance, First Class Dari Pemerintah Vietnam Utara
Order of The Condor of the Andes Dari Pemerintah Bolivia
Bintang Sewindu Angkatan Perang Indonesia (APRI) Dari Pemerintah RI tahun 1959
Bintang Republik Indonesia Adipura Dari Republik Indonesia tahun 1959
Bintang Gerilya Dari Republik Indonesia tahun 1959
Bintang Mahaputera Adipura Dari Republik Indonesia tahun 1959
Bintang Bhayangkara Utama Dari Republik Indonesia tahun 1959
Bintang Sakti Dari Republik Indonesia tahun 1959
Bintang Garuda Dari Republik Indonesia tahun 1959
Bintang Dharma Dari Republik Indonesia tahun 1959
Bintang Jasa Utama Dari Republik Indonesia tahun 1963
Pahlawan Proklamator Dari Republik Indonesia tahun 1983
Grand Cordon of the Supreme Order of the Chrysanthemum Dari Pemerintah Jepang tahun
1961

Nah, itulah biografi Ir. Soekarno yang perlu Grameds ketahui sebagai generasi muda bangsa
Indonesia. Cara terbaik menghargai jasa para pahlawan bangsa adalah mengenali dan
mempelajari sejarah perjuangannya. Kisah perjuangan Ir. Soekarno bagi bangsa Indonesia
memberi kita pelajaran betapa berharganya bangsa ini untuk kita jaga.

Grades bisa mengambil banyak nilai-nilai positif dalam biografi Ir.Soekarno ini sebagai pribadi
yang idealis, pemikir, pemberani, dan kegigihan untuk tidak mudah menyerah. Soekarno juga
telah memberikan kontribusi besar pada pembangunan bangsa Indonesia hingga menjadi Negara
seperti sekarang.

Nama Lengkap
Dr. (H.C) Drs. H. Mohammad Hatta
Alias
Bung Hatta
Agama
Islam
Tempat Lahir
Bukittinggi, Sumatera Barat
Tanggal Lahir
Selasa, 12 Agustus 1902
Zodiak
Leo
Warga Negara
Indonesia
Istri
Rahmi Rachim
Anak
Meutia Farida Hatta Swasono, Gemala Hatta, Halida Hatta
Biografi

Dr. H. Mohammad Hatta lahir di Bukittinggi, 12 Agustus 1902. Pria yang akrab disapa
dengan sebutan Bung Hatta ini merupakan pejuang kemerdekaan RI yang kerap
disandingkan dengan Soekarno. Tak hanya sebagai pejuang kemerdekaan, Bung Hatta
juga dikenal sebagai seorang organisatoris, aktivis partai politik, negarawan, proklamator,
pelopor koperasi, dan seorang wakil presiden pertama di Indonesia.

Kiprahnya di bidang politik dimulai saat ia terpilih menjadi bendahara Jong Sumatranen
Bond wilayah Padang pada tahun 1916. Pengetahuan politiknya berkembang dengan
cepat saat Hatta sering menghadiri berbagai ceramah dan pertemuan-pertemuan politik.
Secara berkelanjutan, Hatta melanjutkan kiprahnya terjun di dunia politik. 

Sampai pada tahun 1921 Hatta menetap di Rotterdam, Belanda dan bergabung dengan
sebuah perkumpulan pelajar tanah air yang ada di Belanda, Indische Vereeniging.
Mulanya, organisasi tersebut hanyalah merupakan organisasi perkumpulan bagi pelajar,
namun segera berubah menjadi organisasi pergerakan kemerdekaan saat tiga tokoh
Indische Partij (Suwardi Suryaningrat, Douwes Dekker, dan Tjipto Mangunkusumu)
bergabung dengan Indische Vereeniging yang kemudian berubah nama menjadi
Perhimpunan Indonesia (PI).

Di Perhimpunan Indonesia, Hatta mulai meniti karir di jenjang politiknya sebagai


bendahara pada tahun 1922 dan menjadi ketua pada tahun 1925. Saat terpilih menjadi
ketua PI, Hatta mengumandangkan pidato inagurasi yang berjudul "Struktur Ekonomi
Dunia dan Pertentangan Kekuasaan".

Dalam pidatonya, ia mencoba menganalisa struktur ekonomi dunia yang ada pada saat itu
berdasarkan landasan kebijakan non-kooperatif. Hatta berturut-turut terpilih menjadi
ketua PI sampai tahun 1930 dengan perkembangan yang sangat signifikan dibuktikan
dengan berkembangnya jalan pikiran politik rakyat Indonesia.

Sebagai ketua PI saat itu, Hatta memimpin delegasi Kongres Demokrasi Internasional
untuk perdamaian di Berville, Perancis, pada tahun 1926. Ia mulai memperkenalkan
nama Indonesia dan sejak saat itu nama Indonesia dikenal di kalangan organisasi-
organisasi internasional. Pada tahun 1927, Hatta bergabung dengan Liga Menentang
Imperialisme dan Kolonialisme di Belanda dan berkenalan dengan aktivis nasionalis
India, Jawaharhal Nehru.
Aktivitas politik Hatta pada organisasi ini menyebabkan dirinya ditangkap tentara
Belanda bersama dengan Nazir St. Pamontjak, Ali Sastroamidjojo, dan Abdul madjid
Djojodiningrat sebelum akhirnya dibebaskan setelah ia berpidato dengan pidato
pembelaan berjudul: Indonesia Free. 

Selanjutnya pada tahun 1932, Hatta kembali ke Indonesia dan bergabung dengan
organisasi Club Pendidikan Nasional Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran politik rakyat Indonesia dengan adanya pelatihan-pelatihan.

Pada tahun 1933, Soekarno diasingkan ke Ende, Flores. Aksi ini menuai reaksi keras oleh
Hatta. Ia mulai menulis mengenai pengasingan Soekarno pada berbagai media. Akibat
aksi Hatta inilah pemerintah kolonial Belanda mulai memusatkan perhatian pada Partai
Pendidikan Nasional Indonesia dan menangkap pimpinan para pimpinan partai yang
selanjutnya diasingkan ke Digul, Papua.

Pada masa pengasingan di Digul, Hatta aktif menulis di berbagai surat kabar. Ia juga rajin
membaca buku yang ia bawa dari Jakarta untuk kemudian diajarkan kepada teman-
temannya. Selanjutnya, pada tahun 1935 saat pemerintahan kolonial Belanda berganti,
Hatta dan Sjahrir dipindahlokasikan ke Bandaneira. Di sanalah, Hatta dan Sjahrir mulai
memberi pelajaran kepada anak-anak setempat dalam bidang sejarah, politik, dan lainnya.

Setelah delapan tahun diasingkan, Hatta dan Sjahrir dibawa kembali ke Sukabumi pada
tahun 1942. Selang satu bulan, pemerintah kolonial Belanda menyerah pada Jepang. Pada
saat itulah Hatta dan Sjahrir dibawa ke Jakarta.

Pada awal Agustus 1945, nama Anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan berganti nama menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dengan
Soekarno sebagai Ketua dan Hatta sebagai Wakil Ketua.

Sehari sebelum hari kemerdekaan dikumandangkan, Panitia Persiapan Kemerdekaan


Indonesia mengadakan rapat di rumah Admiral Maeda. Panitia yang hanya terdiri dari
Soekarno, Hatta, Soebardjo, Soekarni, dan Sayuti tersebut merumuskan teks proklamasi
yang akan dibacakan keesokan harinya dengan tanda tangan Soekarno dan Hatta atas usul
Soekarni.

Pada tanggal 17 Agustus 1945 di jalan Pagesangan Timur 56 tepatnya pukul 10.00
kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno dan Hatta atas nama bangsa
Indonesia. Keesokan harinya, pada tanggal 18 Agustus 1945 Soekarno diangkat sebagai
Presiden Republik Indonesia dan Hatta sebagai Wakil Presiden.

Berita kemerdekaan Republik Indonesia telah tersohor sampai Belanda. Sehingga,


Belanda berkeinginan kembali untuk menjajah Indonesia. Dalam upaya mempertahankan
kemerdekaan Indonesia, pemerintahan Republik Indonesia dipindah ke Jogjakarta. Ada
dua kali perundingan dengan Belanda yang menghasilkan perjanjian linggarjati dan
perjanjian Reville. Namun, kedua perjanjian tersebut berakhir kegagalan karena
kecurangan Belanda.
Pada Juli 1947, Hatta mencari bantuan ke India dengan menemui Jawaharhal Nehru dan
Mahatma Gandhi. Nehru berjanji, India dapat membantu Indonesia dengan melakukan
protes terhadap tindakan Belanda dan agar dihukum pada PBB. Banyaknya kesulitan
yang dialami oleh rakkyat Indonesia memunculkan aksi pemberontakan oleh PKI
sedangkan Soekarno dan Hatta ditawan ke Bangka. Selanjutnya kepemimpinan
perjuangan dipimpin oleh Jenderal Soedirman.

Perjuangan rakyat Indonesia tidak sia-sia. Pada tanggal 27 desembar 1949, Ratu Juliana
memberikan pengakuan atas kedaulatan Indonesia kepada Hatta.

Setelah kemerdekaan mutlak Republik Indonesia, Hatta tetap aktif memberikan ceramah-
ceramah di berbagai lembaga pendidikan. Dia juga masih aktif menulis berbagai macam
karangan dan membimbing gerakan koperasi sesuai apa yang dicita-citakannya. Tanggal
12 Juli 1951, Hatta mengucapkan pidato di radio mengenai hari jadi Koperasi dan selang
hari lima hari kemudian dia diangkat menjadi Bapak Koperasi Indonesia.

Hatta menikah dengan Rachim Rahmi pada tanggal 18 November 1945 di desa
Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Pasangan tersebut dikaruniai tiga orang putri yakni
Meutia, Gemala, dan Halida.

Pada tanggal 14 Maret 1980 Hatta wafat di RSUD dr. Cipto Mangunkusumo. Karena
perjuangannya bagi Republik Indonesia sangat besar, Hatta mendapatkan anugerah tanda
kehormatan tertinggi "Bintang Republik Indonesia Kelas I" yang diberikan oleh Presiden
Soeharto.

Riset dan analisa oleh Atiqoh Hasan.

Pendidikan

 Nederland Handelshogeschool, Rotterdam, Belanda (1932)


 Sekolah Tinggi Dagang Prins Hendrik School, Batavia (1921)
 Meer Uirgebreid Lagere School (MULO), Padang (1919)
 Europeesche Lagere School (ELS), Padang, 1916
 Sekolah Dasar Melayu Fort de kock, Minangkabau (1913-1916)

Karir

 Ketua Panitia Lima (1975)


 Penasihat Presiden dan Penasehat Komisi IV (1969)
 Dosen Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta (1954-1959)
 Dosen Sesko Angkatan darat, Bandung (1951-1961)
 Wakil Presiden, Perdana menteri, dan Menteri Luar Negeri NKRIS (1949-1950)
 Ketua delegasi Indonesia Konferensi Meja Bundar, Den Haag (1949)
 Wakil Presiden, Perdana Menteri, dan Menteri Pertahanan (1948-1949)
 Wakil Presiden RI pertama (1945)
 Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia (1945)
 Wakil Ketua Panitia Persiapan kemerdekaan Indonesia (1945)
 Anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan (1945)
 Kepala Kantor Penasehat Bala Tentara Jepang (1942)
 Ketua Panitia Pendidikan Nasional Indonesia (1934-1935)
 Wakil Delegasi Indonesia Liga Melawan Imperialisme dan Penjajahan, Berlin
(1927-1931)
 Ketua Perhimpunan Indonesia, Belanda (1925-1930)
 Bendahara Jong Sumatranen Bond, Jakarta (1920-1921)
 Bendahara Jong Sumatranen Bond, Padang (1916-1919)
 Partai Nasional Indonesia

Organisasi:

 Club pendidikan Nasional Indonesia


 Liga menentang Imperialisme
 Perhimpunan Hindia
 Jong Sumatranen Bond

Penghargaan

 Pahlawan Nasional
 Bapak koperasi Indonesia
 Doctor Honoris Causa, Universitas Gadjah Mada, 1965
 Proklamator Indonesia
 The Founding Father's of Indonesia 

Nama : Prof. DR. Sumitro Djojohadikusumo


Gender : Laki-Laki
Tempat Lahir : Kebumen, Jawa Tengah
Tanggal Lahir : 29 Mei 1917
Riwayat Hidup : Pendidikan :

- HIS (Holland Inlandsche School)

- MULO (Meer Uitgrebreid Lager Onderwijs)

- Universitas Sorbonne di Paris, Perancis (1934-1938)

- Economische Hogeschool di Rotterdam, Belanda (Sarjana


1940, Doktor 1942)

Riwayat Karir : - Pembantu Staf Perdana Menteri Sutan Syahrir (1946)

- Presiden Direktur Indonesian Banking Corporation (1947)

- Wakil Ketua Utusan Indonesia pada Dewan Keamanan PBB


(1948-1949)

- Anggota Delegasi Indonesia di Konferensi Meja Bundar, Den


Haag, Belanda (1949)

- Kuasa Usaha Kedutaan Besar Indonesia di Washington DC,


AS (1950)

- Menteri Perdagangan dan Perindustrian Kabinet Natsir (1950-


1951)

- Guru Besar Ekonomi Universitas Indonesia (1952-2000)

- Menteri Keuangan Kabinet Wilopo (1952-1953)

- Menteri Keuangan Kabinet Burhanuddin Harahap (1955-1956)

- Bergabung dengan PRRI/Permesta (1958-1961)

- Konsultan Ekonomi di Malaysia, Hong Kong, Thailand,


Perancis, dan Swiss (1958-1967)

- Menteri Perdagangan Kabinet Pembangunan I (1968-1973)


- Menteri Riset Kabinet Pembangunan II (1973-1978)

Kegiatan Lain :

- Guru Besar Universitas Indonesia (1951-2001)

- Ketua Umum Induk Koperasi Pegawai Negeri (1982)

- Konsultan Ekonomi pada Indoconsult dan PT. Redecon (1978)

- Komisaris Utama PT. Bank Pembangunan Asia (1986)

- Aktif di LP3ES

- Ketua Dewan Penyantun Universitas Mercu Buana (1985-


1990)

Karya Tulis :

- Soal Bank di Indonesia (1946)

- Keuangan Negara dan Pembangunan (1954)

- Ekonomi Pembangunan (1955)

- Kebijaksanaan di Bidang Ekonomi Perdagangan (1972)

- Indonesia dalam Perkembangan Dunia Kini dan Masa Datang


(1976)

- Trilogi Pembangunan dan Ekonomi Pancasila (1985)

- Perdagangan dan Industri dalam Pembangunan (1986)


Penghargaan :

- Bintang Mahaputra Adipradana II

- Panglima Mangku Negara Kerajaan Malaysia

- Grand Cross of Most Exalted Order of the White Elephant


First Class dari Kerajaan Thailand

- Grand Cross of the Crown dari Kerajaan Belgia serta yang


lainnya dari Republik Tunisia dan Perancis

Buku Biografi : Jejak Perlawanan Begawan Pejuang, terbitan


Pustaka Sinar Harapan (April, 2000)

Alamat Rumah : Jalan Kertanegara 4, Kebayoran Baru, Jakarta


Selatan
Awal karir Dalam buku Soemitro Djojohadikusumo: Jejak Perlawanan Begawan Pejuang (2000)
karya Hendra Esmara dan Heru Cahyono, kepiawaian diplomasi Soemitro Djojohadikusumo
berasal dari pengalamannya berkuliah di Belanda. Selama berkuliah di Nederlandse
Economische Hogeschool, Soemitro Djojohadikusumo mengasah pemikiran dan anlisisnya
hingga mampu mengkritisi perkembangan politik dunia internasional. Baca juga: Diplomasi
Agus Salim dalam Memperjuangkan Kemerdekaan RI Soemitro Djojohadikusumo juga pernah
melakukan pergerakan bawah tanah untuk menentang dominasi NAZI Jerman di Eropa. Kembali
ke Indonesia Pada tahun 1946, Soemitro Djojohadikusumo mendengar kabar adanya konflik
bersenjata antara Belanda dan Indonesia. Mendengar kabar tersebut, Soemitro Djojohadikusumo
bertekad kembali ke Indonesia untuk membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia. Soemitro
Djojohadikusumo tiba di Indonesia pada awal tahun 1947. Setibanya di Indonesia, ia diangkat
sebagai staf Perdana Menteri Sutan Sjahrir. Sidang Dewan Keamanan PBB Dalam buku Sejarah
Diplomasi Indonesia (2008) karya Irawan, pada 14 Agustus 1947, Soemitro Djojohadikusumo
ditunjuk sebagai salah satu delegasi Indonesia dalam Sidang Dewan Keamanan PBB di Lake
Success, New York. Baca juga: Diplomasi Sutan Sjahrir dalam Memperjuangkan Kemerdekaan
RI Dalam sidang tersebut, Soemitro Djojohadikusumo hadir bersama Sutan Sjahrir, Agus Salim,
Charles Tambu dan Soedjatmoko. Mereka bersama-sama menghimpun simpati dari negara-
negara Internasional untuk mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia. Selain itu, tim
diplomat Indonesia juga mengungkapkan bahwa Indonesia bersedia menyelesaikan konflik
bersenjata antara Indonesia dan Belanda dengan cara-cara damai. Pada akhirnya, Sidang Dewan
Keamanan PBB menghasilkan sebuah resolusi untuk menyelesaikan permasalahan Indonesia dan
Belanda dengan damai melalui badan arbitrase. Tuntutan Soemitro Djojohadikusumo Soemitro
Djojohadikusumo menanggapi resolusi Dewan Keamanan PBB dengan mengajukan beberapa
usulan cemerlang. Baca juga: Pengakuan Negara-Negara Arab terhadap Kemerdekaan Indonesia
Ia mengusulkan pembentukan sebuah komisi pengawasan perdamaian yang bertugas untuk
menjamin perdamaian antara Indonesia dan Belanda terkait penyelesaian masalah kedua negara.
Selain itu, Soemitro Djojohadikusumo juga menuntut Dewan Keamanan PBB untuk
memerintahkan penarikan kekuatan militer Belanda di Indonesia. Tuntutan tersebut mendapat
dukungan dari mayoritas peserta sidang seperti, Amerika Serikat, Australia, Brazil, Kolombia,
Polandia, Ukraina dan negara-negara Timur Tengah. Namun pada perkembangannya, Perancis
menggunakan hak veto-nya untuk membatalkan tuntutan dari Soemitro Djojohadikusumo.
Perancis menganggap bahwa tuntutan tersebut hanya akan menguntungkan pihak Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai