Anda di halaman 1dari 12

EKONOMI SUMBER DAYA MANUSIA (EKI E2)

“Permasalahan Riil di Masyarakat yang Terkait dengan Sektor


Informal dan Mobilitas Penduduk (Case Method Untuk Data
Provinsi Bali / Nasional)”
Dosen: Prof. Dr. Drs. I Ketut Sudibya, S. U

Oleh kelompok 12:


I Ketut Pranata Arya Kusuma (1907511264)
I Putu Eka Suryawan (1907511234)
Firma Halasson Rajagukguk (1907511265)
Umar Wira Hadi Kusuma (1907511250)

PROGRAM S1 EKONOMI PEMBANGUNAN REGULER DENPASAR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-nya kami dapat menyelesaikan paper ini Kami menyampaikan rasa terima kasih kepada
ibu dosen Ekonomi Sumber Daya Manusia, Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana yang telah banyak memberikan petunjuk, masukan
dan telah memberikan sumbangsih ilmu pada perkuliahan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Adapun tujuan dari pembuatan paper ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan
kepada kami. Pada mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Manusia. Selain itu, paper ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Masalah dalam Sumber Daya Manusia.

Di dalam paper ini kami menyadari belum sepenuhnya sempurna, untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga paper ini
dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Denpasar, 12 November 2021

Kelompok 12

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan


perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan dalam jumlah, komposisi
dan pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan angkatan kerja yang tidak sebanding dengan
penyediaan lapangan kerja akan berdampak pada tingginya angka pengangguran. Sehingga hal
inilah yang menjadi penyebab penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik.
Banyaknya penduduk yang pindah dari desa ke kota juga menyebabkan terjadinya kepadatan
penduduk di daerah perkotaan sehingga akan mengakibatkan tingkat pengangguran yang
tinggi. Selain itu kepadatan penduduk akan meningkatkan permintaan terhadap fasilitas publik
seperti transportasi, kesehatan, perumahan dan lain-lain. Untuk mengatasi dampak negatif ini,
pemerintah telah berupaya untuk menahan arus migrasi dari daerah asal dengan program
pengembangan desa, namun hal ini seringkali tidak berhasil karena kurangnya pemahaman
alasan orang untuk melakukan perpindahan.

Sektor informal adalah usaha ekonomi yang pembentukan dan operasionalnya tidak
melalui bentuk – bentuk perizinan/peraturan tertentu. Sektor informal juga dapat diartikan
sebagai unit usaha kecil yang melakukan kegiatan produksi dan distribusi barang dan jasa untuk
menciptakan lapangan kerja dan penghasilan bagi mereka yang terlibat unit tersebut bekerja
dengan keterbatasan, baik modal, fisik, tenaga, maupun keahlian. Wujud kegiatan dan fisik
serta profesi dari sektor ini beraneka ragam termasuk pedagang. Sektor informal muncul akibat
persaingan pasar yang tidak fair dan rata bahkan bersifat kapitalistik.

1.2 Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui data statistik informal dan sensus penduduk Bali


2. Untuk mengetahui permasalahan yang ada di Bali
3. Untuk mengetahui solusi dari permasalahan yang ada di Bali

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kependuduk Provinsi Bali


2.1.1 Data Sensus Penduduk Provinsi Bali
Sensus Penduduk 2020 (SP2020) adalah sensus penduduk yang ketujuh sejak
Indonesia merdeka. Keenam sensus penduduk sebelumnya dilaksanakan pada tahun 1961,
1971, 1980, 1990, 2000, dan 2010 dengan menggunakan metode tradisional, yaitu
mencatat setiap penduduk dari rumah ke rumah. Pertama kalinya dalam sejarah sensus
penduduk di Indonesia, SP2020 menggunakan metode kombinasi yaitu dengan
memanfaatkan data Administrasi Kependudukan (Adminduk) dari Direktorat Jenderal
Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Ditjen Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri
(Kemendagri) sebagai data dasar pelaksanaan SP2020. Hal ini dirancang dan dilaksanakan
sebagai upaya untuk mewujudkan “SATU DATA KEPENDUDUKAN INDONESIA”.
Secara khusus, tujuan SP2020 adalah menyediakan data jumlah, komposisi,
distribusi, dan karakteristik penduduk Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, telah
dilakukan berbagai upaya dan inovasi pada tata kelola SP2020, di antaranya: (a)
menggunakan metode kombinasi dengan memanfaatkan basis data administrasi
kependudukan; (b) memanfaatkan perkembangan teknologi informasi pada kegiatan
pengumpulan data, di antaranya melalui penggunaan Computer Aided Web Interviewing
(CAWI) dalam Sensus Penduduk (SP) Online; (c) memanfaatkan Satuan Lingkungan
Setempat (SLS) sebagai wilayah kerja statistik SP2020; (d) menyesuaikan jangka waktu
tinggal dalam konsep penduduk, dari minimal telah tinggal selama enam bulan menjadi
minimal satu tahun; (e) menggunakan pendekatan keluarga sebagai unit pendataan; dan (f)
menyusun proses bisnis pengumpulan data yang komprehensif (Gambar 1). Penetapan
Covid-19 sebagai pandemi oleh WHO menjadi tantangan berat pada pelaksanaan SP2020.
Kebijakan pemerintah yang berfokus pada penanganan pandemi Covid-19 mendorong
BPS melakukan penyesuaian tata kelola.
a) Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
SP2020 mencatat penduduk Provinsi Bali pada bulan September 2020 sebanyak
4,32 juta jiwa. Dibandingkan dengan hasil sensus sebelumnya, jumlah penduduk
Provinsi Bali terus mengalami peningkatan. Dalam jangka waktu sepuluh tahun sejak
tahun 2010, jumlah penduduk Bali mengalami penambahan sekitar 426,65 ribu jiwa
atau rata-rata sebanyak 42,66 ribu setiap tahun. Dalam kurun waktu sepuluh tahun
4
terakhir (2010-2020), rata-rata laju pertumbuhan penduduk Bali sebesar 1,01 persen
per tahun. Terjadi penurunan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,13 poin jika
dibandingkan dengan periode 2000-2010 yang sebesar 2,14 persen per tahun.
Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.

Dari 4,32 juta penduduk Bali sebesar 87,73 persen atau sekitar 3,79 juta
penduduk berdomisili sesuai Kartu Keluarga (KK). Sementara sebesar 12,27 persen
atau sekitar 0,53 juta penduduk lainnya berdomisili tidak sesuai KK (Gambar 2).
Jumlah ini merupakan indikasi adanya penduduk yang bermigrasi dari wilayah tempat
tinggal sebelumnya karena sekarang sudah tidak tinggal pada alamat yang tertera di
KK lagi.

5
b) Komposisi Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin
Struktur penduduk dapat menjadi salah satu modal pembangunan ketika jumlah
penduduk usia produktif sangat besar. Hasil SP2020 mencatat mayoritas penduduk
Bali didominasi oleh generasi Z dan X. Proporsi generasi Z sebesar 26,10 persen dan
generasi X sebesar 24,50 persen dari total populasi penduduk Bali. Kedua generasi ini
termasuk dalam usia produktif yang dapat menjadi peluang untuk mempercepat laju
pertumbuhan ekonomi.
Dari sisi demografi, seluruh Generasi X dan Milenial merupakan penduduk
yang berada pada kelompok usia produktif pada tahun 2020. Sedangkan Generasi Z
terdiri dari penduduk usia belum produktif dan produktif. Sekitar 7 tahun lagi, seluruh
Generasi Z akan berada pada kelompok penduduk usia produktif. Hal ini merupakan
peluang dan tantangan bagi Bali, baik di masa sekarang maupun masa depan, karena
generasi inilah yang berpotensi menjadi aktor dalam pembangunan yang akan
menentukan masa depan Indonesia khususnya Bali.

Persentase penduduk usia produktif (15-64 tahun) terus meningkat sejak tahun
1980. Pada tahun 1980 proporsi penduduk usia produktif adalah sebesar 56,31 persen
dari total populasi dan meningkat menjadi 70,96 persen di tahun 2020. Perbedaan
yang tajam antara persentase penduduk usia produktif dan non produktif (0-14 tahun
dan 65 tahun ke atas) terlihat semakin tajam di tahun 2020. Hal ini mencerminkan
6
bahwa Bali masih berada dalam masa bonus demografi karena sebesar 70,96 persen
penduduknya masih berada di usia produktif.

2.1.2 Permasalahan Mobilitas dan Kependudukan Provinsi Bali


Dilihat dari daerah tempat tinggal, penduduk usia kerja yang terdampak COVID-
19 pada Agustus 2021 terdiri dari penduduk perkotaan sebanyak 564,93 ribu orang dan
penduduk perdesaan sebanyak 149,28 ribu orang (Lampiran 3). Pada semua komponen
dampak COVID-19, persentase penduduk usia kerja yang terdampak COVID-19 di
perkotaan jauh lebih besar dibandingkan dengan di pedesaan. Pada komponen bukan
angkatan kerja karena COVID-19, kontribusi penduduk perkotaan yang terdampak
mencapai 84,54% atau hampir lima kali lipat dibanding penduduk perdesaan. Agustus
2021 Agustus 2021 Dampak Covid (Ribu Orang) Perkotaan Perdesaan Perkotaan
Perdesaan.
Pertumbuhan penduduk usia produktif di Provinsi Bali pada masa Covid 19 dapat
menyebabkan kerugian pada kemiskinan. Penyebabnya, ketidakseimbangan jumlah
penduduk dengan lapangan pekerjaan yang tersedia, jumlah pangan dan nutrisi, serta
kesempatan menempuh pendidikan yang tidak merata.Sebagai dampaknya, jurang antara
orang kaya dan orang miskin yang diukur dengan rasio Gini, akan semakin lebar. Untuk
itu, diperlukan peranan pemerintah dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk.
Hal ini menjadi pekerjaan rumah pemerintah daerah Bali dalam mengelola bonus
demografi

2.2 Ketenagakerjaan Provinsi Bali


2.2.1 Kondisi Ketenagakerjaan Provinsi Bali
Sampai dengan rilis Sakernas Februari 2020, penghitungan indikator masih
menggunakan penimbang dari proyeksi penduduk hasil Sensus Penduduk 2010 (SP2010).
Penimbang adalah faktor pengali sampel suatu survei untuk menghasilkan estimasi
populasi penduduk. Pada tahun 2015, Badan Pusat Statistik melaksanakan Survei
Penduduk Antar Sensus (SUPAS 2015). Hasil SUPAS 2015 digunakan untuk menghitung
proyeksi penduduk sampai dengan tahun 2045 dan mengoreksi proyeksi penduduk hasil
SP2010. Dengan adanya koreksi tersebut, maka sejak Sakernas Agustus 2020 dan
selanjutnya, penghitungan indikator akan menggunakan proyeksi penduduk hasil SUPAS
2015. Berbeda dengan sebelumnya yang disajikan secara tahunan, data yang disajikan saat
ini adalah tiga periode semesteran yaitu Agustus 2020, Februari 2021 dan Agustus 2021.
7
Hal ini untuk menunjukkan perubahan dari dampak pandemi COVID-19 pada
ketenagakerjaan.
a. Penduduk Usia Kerja dan Angkatan Kerja
Penduduk usia kerja merupakan semua orang yang berumur 15 tahun ke atas.
Penduduk usia kerja mengalami tren yang cenderung meningkat seiring bertambahnya
jumlah penduduk di Provinsi Bali. Penduduk usia kerja pada Agustus 2021 sebanyak
3,51 juta orang, meningkat sebanyak 53,96 ribu orang dibanding Agustus 2020 dan
meningkat sebanyak 27,49 ribu orang jika dibanding Februari 2021. Sebagian besar
penduduk usia kerja merupakan angkatan kerja yaitu sebanyak 2,58 juta orang (73,54
persen), sisanya termasuk bukan angkatan kerja. Komposisi angkatan kerja pada
Agustus 2021 terdiri dari 2,44 juta orang penduduk yang bekerja dan 138,67 ribu
orang pengangguran. Apabila dibandingkan Agustus 2020 yaitu kondisi dimana sudah
terjadi pandemi COVID-19 di Indonesia, terjadi peningkatan jumlah angkatan kerja
sebanyak 12,60 ribu orang. Penduduk bekerja mengalami peningkatan sebanyak 18,44
ribu orang dan pengangguran turun sebanyak 5,83 ribu orang. Sementara itu, apabila
dibandingkan kondisi Februari 2021, jumlah angkatan kerja meningkat sebanyak
14,10 ribu orang. Penduduk bekerja meningkat sebanyak 14,56 ribu orang dan
pengangguran mengalami penurunan sebanyak 0,47 ribu orang.
Selama periode Agustus 2020 hingga Agustus 2021, Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) juga menunjukkan tren yang menurun, berbeda dengan
jumlah angkatan kerja yang berfluktuatif. TPAK adalah persentase banyaknya
angkatan kerja terhadap banyaknya penduduk usia kerja. TPAK mengindikasikan
besarnya persentase penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di suatu wilayah.
TPAK pada Agustus 2020 sebesar 74,32% dan mengalami penurunan sejalan dengan
jumlah angkatan kerja yang menurun pada Februari 2021 menjadi sebesar 73,71%.
Peningkatan jumlah angkatan kerja pada Agustus 2021 dibandingkan Agustus 2020
tidak diimbangi dengan peningkatan TPAK. Pada Agustus 2021 TPAK tercatat
sebesar 73,54%, turun 0,78 persen poin dibandingkan Agustus 2020. Berdasarkan
jenis kelamin, TPAK laki-laki pada Agustus 2021 tercatat sebesar 79,44%, lebih
tinggi dibanding TPAK perempuan yang sebesar 67,61%. Apabila dibandingkan
dengan Agustus 2020, baik TPAK laki-laki maupun TPAK perempuan mengalami
penurunan, masing masing sebesar -1,31 persen poin dan -0,25 persen poin.

8
b. Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan
Komposisi penduduk bekerja menurut lapangan pekerjaan utama dapat
menggambarkan penyerapan tenaga kerja di pasar kerja untuk masing-masing sektor.
Berdasarkan hasil Sakernas Agustus 2021, tiga lapangan pekerjaan yang menyerap
tenaga kerja paling banyak adalah Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yaitu sebesar
21,90%; Perdagangan Besar dan Eceran sebesar 20,96%; dan Industri Pengolahan
sebesar 16,14%. Jika dilihat perbandingkan distribusi ketiga sektor tersebut pada
Agustus 2020 ke Agustus 2021, hanya sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
yang mengalami penurunan sebesar -0,61 persen poin. Sementara Perdagangan Besar
dan Eceran dan Industri Pengolahan mengalami peningkatan masing masing sebesar
0,51 persen poin dan 0,39 persen poin
Tiga kategori lapangan pekerjaan yang mengalami peningkatan penyerapan
tenaga kerja terbesar jika dibandingkan dengan Agustus 2020 adalah Administrasi
Pemerintahan (0,90 persen poin); Perdagangan Besar dan Eceran (0,36 persen poin);
dan Industri Pengolahan (0,39 persen poin). Sementara tiga lapangan pekerjaan yang
mengalami penurunan penyerapan tenaga kerja paling besar adalah Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan (0,61 persen poin); Jasa Lainnya (0,57 persen poin); dan
Jasa Perusahaan (0,38 persen poin) (Lampiran 1). Apabila dibandingkan dengan
Februari 2020, tiga lapangan pekerjaan yang mengalami peningkatan penyerapan
tenaga kerja adalah Industri Pengolahan (3,58 persen poin); Administrasi
Pemerintahan (1,01 persen poin); dan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
(0,51 persen poin). Sementara tiga lapangan pekerjaan yang mengalami penurunan
terbesar adalah Pertanian, Kehutanan dan Perikanan (-1,35 persen poin);
Pengangkutan dan Pergudangan (-1,24 persen poin); Jasa Lainnya (-1,16 persen poin.

c. Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama


Pada Agustus 2021, penduduk bekerja paling banyak berstatus
buruh/karyawan/pegawai yaitu sebesar 39,94%, sementara yang paling sedikit
berstatus pekerja bebas di pertanian yaitu sebesar 1,92 persen. Dibandingkan Agustus
2020, status pekerjaan yang mengalami penurunan adalah buruh/karyawan/pegawai
(-0,45 persen poin), pekerja bebas di nonpertanian (-0,43 persen poin), dan pekerja
bebas di pertanian (-0,94 persen poin). Sementara status dengan peningkatan terbesar
yaitu pekerja keluarga/tidak dibayar yang meningkat 0,87 persen poin dan berusaha
dibantu buruh tidak tetap/tidak dibayar meningkat 0,82 persen poin. Apabila
9
dibandingkan Februari 2021 penurunan terjadi pada status berusaha dibantu buruh
tidak tetap/tidak dibayar (-2,47 persen poin), berusaha dibantu buruh tetap/dibayar (-
0,72 persen poin) dan buruh/karyawan/pegawai (-0,31 persen poin), sementara
pekerja keluarga/tidak dibayar meningkat paling tinggi sebesar 1,43 persen poin
Berdasarkan status pekerjaan utama, penduduk bekerja dapat dikategorikan
menjadi kegiatan formal dan informal. Pada Agustus 2021, penduduk yang bekerja di
kegiatan informal sebanyak 1,39 juta orang (57,10 persen), sedangkan yang bekerja
di kegiatan formal sebanyak 1,05 juta orang (42,90 persen). Penduduk bekerja di
kegiatan informal pada Agustus 2021 meningkat sebesar 0,40 persen poin jika
dibandingkan Agustus 2020 dan apabila dibandingkan Februari 2021 pekerja informal
meningkat sebesar 1,03 persen poin.

Gambar 2 Persentase Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan


Utama dan Kegiatan Formal/Informal, Februari 2020–Februari 2021

2.3 Permasalahan Kependudukan Provinsi Bali.


Penduduk usia kerja yang terdampak COVID-19 dikelompokkan menjadi empat
komponen yaitu: a) Pengangguran Karena COVID-19; b) Bukan Angkatan Kerja (BAK)
Karena COVID-19; c) Sementara Tidak Bekerja Karena COVID-19; dan d) Penduduk
Bekerja yang Mengalami Pengurangan Jam Kerja Karena COVID-19. Kondisi a) dan b)
merupakan dampak pandemi COVID-19 yang menyebabkan mereka yang berhenti bekerja
pada Agustus 2021, sedangkan kondisi c) dan d) merupakan dampak pandemi COVID-19
yang dirasakan oleh mereka yang pada Agustus 2021 masih bekerja. Penduduk usia kerja
yang terdampak COVID-19 dikelompokkan menjadi empat komponen yaitu: a)
Pengangguran Karena COVID-19; b) Bukan Angkatan Kerja (BAK) Karena COVID-19;
c) Sementara Tidak Bekerja Karena COVID-19; dan d) Penduduk Bekerja yang Mengalami
10
Pengurangan Jam Kerja Karena COVID-19. Kondisi a) dan b) merupakan dampak pandemi
COVID-19 yang menyebabkan mereka yang berhenti bekerja pada Agustus 2021,
sedangkan kondisi c) dan d) merupakan dampak pandemi COVID-19 yang dirasakan oleh
mereka yang pada Agustus 2021 masih bekerja.

Tabel 2 Dampak COVID-19 terhadap Penduduk Usia Kerja, Agustus 2020–


Agustus 2021.
Pada Agustus 2021, komposisi penduduk usia kerja yang terdampak COVID-19
terdiri dari pengangguran karena COVID-19 sebanyak 48,89 ribu orang; Bukan Angkatan
Kerja (BAK) karena COVID-19 sebanyak 33,41 ribu orang; sementara tidak bekerja karena
COVID-19 sebanyak 38,15 ribu orang; dan penduduk bekerja yang mengalami
pengurangan jam kerja karena COVID-19 sebanyak 593,75 ribu orang. Keempat
komponen tersebut mengalami penurunan dibandingkan Agustus 2020. Penurunan terbesar
pada komponen penduduk bekerja yang mengalami pengurangan jam kerja karena COVID-
19 yang berkurang sebanyak 54,50 ribu orang.

11
Daftar Pustaka

BPS. Hasil Sensus Penduduk 2020 Provinsi Bali. (2021). Badan Pusat Statistik. Bali.

BPS. Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Bali Agustus 2021. (2021). Badan Pusat Statistik,
Bali.

12

Anda mungkin juga menyukai