Anda di halaman 1dari 11

Upaya Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Penyesuaian Diri Siswa

SMPN 4 Malang Selama Pembelajaran Tatap Muka

Latar Belakang

Sekolah merupakan lingkungan sekunder bagi siswa setelah lingkungan keluarga.


Bagi anak – anak yang sudah memasuki masa bersekolah, lingkungan sekolah merupakan
lingkungan yang sering mereka temui setiap harinya. Anak remaja yang telah masuk sekolah
menengah pertama atau sekolah menengah atas rata – rata menghabiskan waktu minimal 5
jam dalam satu harinya. Hal tersebut berarti anak remaja menghabiskan hampir sepertiga dari
waktunya dalam sehari dihabiskan di sekolah. Maka sekolah berpengaruh penting terhadap
perkembangan anak remaja setelah lingkungan keluarga.

Pendidikan adalah usaha yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar pada
peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kemampuan kecerdasana
intelektual, pengendalian diri, kepribadian, keagamaan, akhlak, serta kemampuan lain yang
dibutuhkan dirinya. Pemerintah telah membuat sistem pendidikan yang ideal untuk
menciptakan mekanisme dan sistem pendidikan yang ideal untuk mencapai pendidikan yang
sesuai dengan nasionalisme Indonesia. Pemerintah terus membenahi sistem pendidikan di
Indonesia menjadi lebih baik guna menghadapi perkembangan zaman. Perbaikan sistem
pendidikan tersebut meliputi peraturan wajib belajar 6 tahun menjadi 9 tahun. Disamping itu
pemerintah terus memperbaiki dan meningkatkan kualitas lulusan, hal tersebut dibuktikan
dengan peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang standar
Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan menyebutkan pendidikan menengah yang terdiri atas
SMA/MA/SMALB/Paket C yang bertujuan meningkatkan pengetahuan, kecerdasan, akhlak,
kepribadian, serta keterampilan untuk melanjutkan pendidikan lebih lanjut.

Guru bimbingan konseling meruapakan tenaga pengajar atau tenaga pendidik


profesional yang telah lulus pendidikan strata satu (S1) program studi psikologi atau program
studi bimbingan dan konseling. Guru bimbingan konseling merupakan guru yang membantu
di bagian kemanusiaan dan psikologis di sekolah. Sehingga seorang guru bimbingan dan
konseling harus menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan siswanya untuk membantu
dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi oleh siswa. Menurut kamus besar bahasa
Indonesia (KBBI) guru adalah seorang yang berprofesi sebagai tenaga pengajar bagi murid di
sekolah. Sedangkan bimbingan di kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah petunjuk
cara melakukan sesuatu. Konseling sendiri memiliki arti di KBBI yaitu pemberian bantuan
oleh konselor kepada klien untuk memberikan pemahaman kepada dirinya sendiri dalam
menyelesaikan masalah. Menurut Lesmana konselor adalah pihak yang membantu proses
konseling klien. Konselor dalam menjalankan tugasnya bertindak sebagai fasilitator klien
karena konselor merupakan pihak yang paling memahami dasar dan teknik konseling.
Disamping itu konselor juga dapat sebagai guru, penasihat, konseling yang membantu klien
sampai klien dapat mengatasi masalah yang dihadapi.

Jika menurut Sukardi guru bimbingan konseling atau konselor adalah tenaga
profesional yang telah disiapkan oleh institusi pendidikan secara formal. Guru pendidikan
bimbingan dan konseling telah melalui proses pendidikan secara khusus untuk menguasai
dasar dan kompetensi bimbingan konseling. Jadi guru bimbingan konseling di sekolah
memang sengaja dididik dan dibentuk menjadi tenaga profesional dalam pengalaman,
pengetahuan dan kualitas pribadinya dalam mengajar di bidang bimbingan dan konseling.
Peran guru bimbingan konseling di sekolah tidak dapat dipisahkan dengan proses pengajaran
di sekolah, karena bimbingan konseling merupakan upaya memberikan pendidikan untuk
meningkatkan perkembangan siswa. Guru bimbingan konseling juga berperan sebagai
sebagai penanggung jawab kedua bagi siswa setelah keluarga, karena guru bimbingan
konseling sebagai penanggung jawab siswa kearah yang benar selama di sekolah. Sehingga
siswa dapat membedakan mana hal baik yang harus tetap diteruskan dan hal buruk yang
harus di tinggalkan. Adanya guru bimbingan konseling diharapkan dapat memberikan arahan
kepada siswa agar siswa dapat berubah berkembang menjadi lebih baik.

Jadi peran guru bimbingan konseling dalam sekolah sebagai student service dalam
men – support perkembangan aspek pribadi siswa. Hal tersebut dilakukan melalui
pengembangan menu program, guru bimbingan konseling di jenjang sekolah menegah
merupakan tempat yang paling strategis bagi guru bimbingan konseling dalam
memaksimalkan dan memfasilitasi konseling bagi siswa. Dari penjelasan tersebut guru
bimbingan konseling sangat berperan penting dan bertanggung jawab dalam membantu siswa
untuk menyesuaikan diri selama pembelajaran tatap muka.

Dunia sempat dilanda dengan pandemi Covid-19 yang menyebabkan terhambatnya


seluruh aktivitas di dunia ini mulai dari perekonomian sampai pendidikan. Hal tersebut
menyebabkan sistem pendidikan khususnya di Indonesia mengalami perubahan secara besar
yaitu dengan menjalani sistem pendidikan secara online melalui platform google meet, zoom,
google classroom atau sejenisnya. Semakin hari pandemi tersebut semakin membaik dan
pendidikan dengan tatap muka dapat dilaksanakan meskipun belum dapat dihadiri oleh 100%
siswa atau mahasiswa di institusi pendidikan. Masa transisi dari pertemuan secara luring ke
pertemuan tatap muka menyebabkan para siswa harus menyesuaikan jadwal belajar mereka
terlebih sistem pertemuan tatap muka yang dilaksanakan secara bergantian atau dapat
dikatakan semi online. Siswa harus memperhatikan jadwal mereka masing – masing kapan
mereka harus datang ke sekolah untuk melaksanakan pertemuan tatap muka dan kapan
mereka harus tetap melaksanakan pertemuan secara luring. Tak jarang siswa yang kesulitan
untuk bangun pagi datang ke sekolah atau terlupa dengan jadwal mereka. Konflik yang
timbul akibat buruknya penyesuaian diri pada siswa menyebabkan perasaan cemas pada
siswa dan dapat menjadikan siswa tersebut terlambat dalam pengumpulan tugasnya atau
terlewatnya pembelajaran. Penyesuaian diri adalah faktor penting bagi siswa dalam
meningkatkan prestasi balajar siswa.

Penelitian ini didasarkan oleh fenomena yang ditemukan oleh peneliti tentang
penyesuaian diri siswa SMPN 4 Malang yang masih rendah karena transisi pembelajaran dari
luring ke tatap muka. Jadi penelitian ini bertujuan untuk melihat upaya layanan bimbingan
dan konseling dalam membimbing siswanya dalam penyesuaian diri terhadap transisi
pembelajaran dari pembelajaran luring ke pembelajaran tatap muka.

Rumusan Masalah

1. Apa saja kendala siswa SMPN 4 Malang dalam pelaksanaan pembelajaran tatap muka
?
2. Bagaimana kondisi penyesuaian diri siswa di SMPN 4 Malang saat transisi
pembelajaran dari luring ke pembelajaran tatap muka
3. Bagaiamana layanan bimbingan konseling dalam mendapingi siswa dalam
penyesuaian pembelajaran
Tujuan

1. Untuk mengetahui apa saja kendala yang dihadapi siswa SMPN 4 Malang dalam
melaksanakan pembelajaran tatap muka
2. Untuk mengetahui kondisi penyesuaian diri siswa SMPN 4 Malang
3. Untuk mengetahui upaya layanan bimbingan dan konseling dalam membina siswa
yang mengalami kendala penyesuaian diri’
Landasan Teori

1. Layanan Bimbingan Konseling

a. Bimbingan Konseling

Bimbingan dan konseling ialah dua gabungan arti yang memiliki hubungan erat
dengan makna pemberian bantuan/pelayanan. Makna bimbingan sendiri menurut Rochman
Natawidjaja (1987: 37) dalam Syamsu Yusuf (2008 : 6) ialah sebuah proses pembantuan atau
pemberian layanan kepada seseorang yang dilakukan secara berkelanjutan, dengan tujuan
agar seseorang tersebut lebih paham akan dirinya sendiri, yang nantinya ia akan mampu
untuk mengarahkan dirinya menjalankan hidup dengan baik, sesuai dengan tuntutan dan
keadaan di lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat atau kehidupan pada umumnya, serta
diharapkan dapat memberi sumbangan yang berarti kepada kehidupan sekitarnya dan dapat
membantu individu lain menggapai perkembangan diri secara maksimal sebagai makhluk
hidup yang bersosialisasi. Sedangkan menurut Robinson (M. Surya dan Rochman N., 1986:
25) dalam Syamsu Yusuf(2009: 43), maksud dari konseling ialah keseluruhan bentuk
hubungan antara dua orang, dimana seorang 1 berperan sebagai konselor, dan seseorang 1
lainnya berperan sebagai klien yang nantinya akan dibantu untuk lebih bisa menyesuaikan
diri secara optimal terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya. Hubungan konseling ini
meliputi terjadinya wawancara agar dapat memperoleh dan memberikan berbagai informasi,
melatih atau mengajar, meningkatkan kematangan, memberikan bantuan melalui
pengambilan keputusan dan usaha-usaha penyembuhan (terapi). Dan jika menurut
ASCA (American School Counselor Association) (Syamsu Yusuf, 2009: 44) memaparkan
jika konseling ialah hubungan yang dilakukan dengan tatap muka yang sifatnya rahasia,
penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien,
konselor mempergunakan pengetahuan, keahlian dan keterampilannya untuk membantu
kliennya mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya.

Maka dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwasanya bimbingan dan
konseling ialah satu kesatuan yang berkesinambungan dan memiliki hubungan yang erat,
yakni pemberian bantuan atau layanan kepada seseorang dalam proses perkembangan kearah
kedewasaan dan bantuan penyelesaian masalah yang dihadapi oleh seseorang tersebut.
Bimbingan lebih bersifat preventif, sedangkan konseling lebih bersifat kuratif.

b. Layanan Bimbingan Konseling

Maksud dari layanan bimbingan dan konseling adalah memberi bantuan kepada
seseorang agar seseorang tersebut dapat mencegah atau menyelesaikan berbagai masalah
yang mereka alami. Hal ini menjadikan diperlukannya penyusunan buku panduan dalam
melaksanakan layanan bimbingan dan konseling (BK). Buku panduan ini diharapkan dapat
membantu memberikan layanan yang dibutuhkan dalam mengatasi permasalahan yang
dihadapi oleh mahasiswa. Layanan bimbingan dan konseling dapat diartikan juga sebagai
upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan yang dilakukan oleh konselor/co-konselor
untuk memfasilitasi perkembangan individu (konseli) agar bisa mencapai kemandirian, dalam
wujud kemampuan memahami, menerima, mengarahkan, mengambil keputusan, dan
merealisasikan diri secara bertanggung jawab sehingga dapat menggapai dan merasakan
kebahagiaan serta kesejahteraan dalam kehidupan seseorang tersebut.

Pada dasarnya layanan bimbingan konseling memiliki tujuan untuk membantu


mahasiswa mencegah dan menanggulangi berbagai masalah yang mungkin sedang dirasakan
oleh seseorang. Tujuan umum tersebut dipaparkan dengan lebih detail menjadi :

1. Membantu seseorang dalam menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dalam


pencapaian tugas perkembangannya,
2. Memberikan tindakan preventif terhadap masalah-masalah yang berpotensi
mengganggu pencapaian tugas perkembangan seseorang,
3. Membantu seseorang agar lebih paham dengan dirinya (meliputi potensi-potensi dan
kelemahan-kelemahan yang mereka miliki),
4. Membantu seseorang agar lebih paham dengan lingkungannya,
5. Membantu seseorang menyusun dan mengembangkan program akademik atau
program lain sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan diri serta kondisi lingkungan
yang ada,
6. Membantu seseorang lebih mengenal dan mengembangkan keterampilan pribadi yang
berguna dalam kehidupan di lingkungannya,
7. Membantu seseorang menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar di sekolah atau
perguruan tinggi,
8. Membantu seseorang menemukan cara belajar yang efektif di sekolah atau perguruan
tinggi,
9. Membantu seseorang agar dapat menyelesaikan permasalahan pribadi ataupun sosial
yang dihadapi selama melakukan pembelajaran.

2. Penyesuaian Diri Siswa

a. Penyesuaian Diri

Schneiders (1964) memaparkan jika penyesuaian diri (adjustment) ialah bagian dari
proses dimana seseorang berusaha keras untuk mengatasi atau menguasai kebutuhan dalam
diri, ketegangan, perasaan frustasi, dan konflik secara mandiri dengan tujuan dapat
merasakan keharmonisan dan keselarasan antara tuntutan lingkungan dimana seseorang
tersebut tinggal dengan tuntutan yang ada di dalam dirinya. Sedangkan menurut Calhoun
(1990),penyesuaian diri didefinisikan sebagai interaksi yang berkesinambungan dengan diri
sendiri, yaitu apa yang telah ada pada diri setiap individu mengenai tubuh, perilaku,
pemikiran, serta perasaaan terhadap orang lain dan dengan lingkungan sekitar. Maka bias
ditarik kesimpulan bahwasanya penyesuaian diri ialah tindakan yang dilakukan individu
untuk menyesuaikan diri atas tuntutan dari dalam dirinya sendiri dan tuntutan yang diterima
dari lingkungan sekitar sehingga mencapai keselarasan kehidupan yang diinginkan.

b. Siswa

Menurut Ali (2010), siswa ialah mereka yang secara khusus diserahkan oleh orang tua
untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan oleh sekolah dengan tujuan agar mampu
menjadi manusia yang memiliki pengetahuan, ketrampilan, pengalaman, kepribadian baik,
berakhlak mulia dan mandiri. Pengertian siswa dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah
orang/anak yang sedang berguru (belajar, bersekolah). Sedangkan menurut Sardiman (2003),
maksud dari siswa ialah orang yang datang kesekolah untuk mendapatkan beberapa tipe
pendidikan. Pada masa ini siswa mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis.
Selain itu juga berubah secara kognitif dan mulai mampu berpikir abstrak seperti orang
dewasa. Dari beberapa teori di atas, maka bias ditarik kesimpulan bahwasanya siswa ialah
orang yang datang kesekolah untuk memperoleh atau mempelajari beberapa tipe pendidikan.
Dan siswa adalah salah satu faktor yang paling penting dalam dunia pendidikan serta salah
satu syarat berjalanya sistem belajar-mengajar.

c. Penyesuaian Diri Siswa

Lingkungan sekolah mempunyai dampak dan pengaruh yang besar terhadap perkembangan
siswa. Sekolah selain mengemban fungsi pengajaran juga berfungsi sebagai tranformasi
norma. Berdasarkan paparan sub-bab diatas, dapat diketahui bahwasanya penyesuaian diri
sangat diperlukan oleh siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar yang
optimal. Penyesuaian diri sangat diperlukan karena siswaharus mampu menyesuaikan dirinya
dalam proses pembelajaran apapun yang sedang berlangsung. Apabila penyesuaian diri yang
positif dapat dilakukakan dengan baik dan penyesuaian diri yang negatif tidak dilakukan oleh
siswa, maka secara tidak langsung penyesuaian diri akan mempengaruhi hasil belajar siswa
menjadi lebih baik dan mendapatkan hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan.

3. Pembelajaran Tatap Muka

Menurut Dimyati dan Mudjiono (dalam Sagala, 2009), pembelajaran ialah kegiatan
tenaga pendidik (atau kita kenal dengan sebutan guru) secara terstruktur dalam desain
instruksional untuk membuat peserta didik dapat belajar dengan aktif yang menekankan
pada penyediaan bahan ajar dan sumber belajar. Sedangkan pengertian pembelajaran sesuai
dengan UUSPN No. 20 tahun 2003, ialah suatu proses interaksi peserta didik dengan
tenaga pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Maka dapat ditarik
kesimpulan bahwasanya pembelajaran tatap muka ialah proses kegiatan atau suatu interaksi
antara peserta didik dengan tenaga pendidik dengan sumber belajar yang terjadi secara
langsung pada waktu dan tempat yang sama. Karakteristik pembelajaran tatap muka
adalah kegiatan yang terencana berorientasi pada tempat, serta interaksi sosial dalam
ruang kelas.(Rizky Amelia, 2019).
Metode Penelitian

Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif, yaitu yaitu penelitian
yang melihat fenomena – fenomena apa yang dialami oleh subjek misalnya dari tindakan,
persepsi, perilaku. Jenis penelitian kualitatif yang dipilih adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan studi fenomologi. Pemilihan pendekatan fenomenologi dikarenakan beberapa
alasan, yaitu yang pertama untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi siswa selama
transisi pembelajaran luring ke pembelajaran daring, kedua melihat kondisi siswa selama
pembelajaran tatap muka dan ketiga bagaimana layanan bimbingan konseling dalam
mengatasi masalah penyesuaian diri siswa selama pembelajaran tatap muka.

Menurut Lexy J dan Bogdan T, penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur


penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berasal dari lisan atau tulisan subjek dan
perilaku yang diamati. Metode ini digunakan untuk mendapatkan wawasan dan rincian yang
lengkap tentang fenomena yang diangkat yang sulit diungkap oleh metode kuantitatif.

Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah guru bimbingan konseling di SMPN 4 Malang
sebanyak 3 orang. Hal tersebut guna mnambah informasi terkait informasi dalam pembahasan
penelitian ini yang berada di SMPN 4 Malang. Objek dalam penelitian ini adalah Pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling terhadap penyesuaian peserta didik di SMPN 4 Malang.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara.
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (indepth
Interview), yaitu proses tanya jawab dengan bertatap muka secara langsung antara peneliti
dengan yang diwawancarai, dengan menggunakan pedoman wawancara dimana
pewawancara.
Daftar Pustaka

Amin, S. M. (2010). Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: Amzah.

Brodjonegoro, S. (2007). Penataan Pendidikan Profesional Konselor Dan Layanan. Jakarta:


Abkin.

Chaplin. (2008). Dictionary Of Psychology.Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Grafindo


Persada.

Djamarah. (2005). Guru dan Anak Didik. Jakarta: Rineka Cipta.

Ketut, S. D. (2008). Proses Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Lumongga, N. (2001). Dasar-dasar Konseling Dalam Teori Dan Praktik. Jakarta: Prenada
Media Group.

Poerwodarminto. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Sukardi, & Kusmawanti. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta:
Rineka Cipta.

Mahmudi, M. H., & Suroso, S. (2014). Efikasi diri, dukungan sosial dan penyesuaian diri
dalam belajar. Persona: Jurnal Psikologi Indonesia, 3(02).

Ferisa, M., Rahmawati, R., & Arga, S. P. (2021). PENGEMBANGAN BUKU PANDUAN
PELAKSANAAN KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK ASSERTIVE
TRAINING UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIVITAS SISWA KORBAN
PERUNDUNGAN SIBER. Jurnal Fokus Konseling, 7(2), 55-61.

Pattanang, E., Limbong, M., & Tambunan, W. (2021). Perencanaan Pelaksanaan


Pembelajaran Tatap Muka Di Masa Pandemi Pada Smk Kristen Tagari. Jurnal
Manajemen Pendidikan, 10(2), 112-120.

Yusuf, S dan Nurihsan, J. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai