MAKALAH
Oleh :
Dosen Pengajar :
Dra. Hj. Nuraeni Gani, MM
PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2022
ABSTRAK
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Perkembangan
Perbankan Sayriah Di Indonesia” dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas individu pada mata kuliah Manajemen Pemasaran.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Hj. Nuraeni Gani, MM dosen
mata kuliah Manajemen Pemasaran, yang telah memberikan tugas ini dan membantu Penulis
Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun dari semua pembaca sangat Penulis harapkan, guna menjadi acuan
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................................................... ii
C. Tujuan ...................................................................................................................................2
B. Kerja Sama Di Bidang Usaha Antar Koperasi Dan Bukan Koperasi Error! Bookmark not
defined.
C. Kerja Sama Antar Koperasi Bukan Di Bidang Usaha ............... Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan .........................................................................................................................10
B. Saran .................................................................................................................................. 10
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Undang Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, bank
syariah merupakan bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah atau
prinsip hukum islam. Prinsip syariah Islam yang dimaksud mencakup dengan prinsip keadilan
tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan obyek yang haram, sebagaimana yang diatur
Selain itu, Undang Undang Perbankan Syariah juga memberi amanah kepada bank
syariah untuk selalu menjalankan fungsi sosial sekaligus menjalankan fungsi seperti lembaga
baitul mal. Lembaga baitul mal yaitu sebuah lembaga yang menerima dana berasal dari zakat,
infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf
banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia
(API), untuk menghadirkan alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat
Indonesia. Secara bersama-sama, sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional secara
sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk meningkatkan
Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil
memberikan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank,
serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan
1
nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan
spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Dengan menyediakan beragam produk serta layanan
jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih bervariatif, perbankan syariah
menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan dapat dinimati oleh seluruh golongan
produk dan instrumen keuangan syariah akan dapat merekatkan hubungan antara sektor
keuangan dengan sektor riil serta menciptakan harmonisasi di antara kedua sektor tersebut.
Semakin meluasnya penggunaan produk dan instrumen syariah disamping akan mendukung
kegiatan keuangan dan bisnis masyarakat juga akan mengurangi transaksi-transaksi yang bersifat
spekulatif, sehingga mendukung stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan, yang pada
gilirannya akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kestabilan harga
jangka menengah-panjang..
B. Rumusan Masalah
1. Apa Perbedaan dan Persamaan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional?
C. Tujuan
1. Mengetahui Perbedaan dan persamaan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional
2
BAB II
PEMBAHASAN
Bank konvensional dan Bank syariah memiliki beberapa persamaan, terutama dalam sisi
teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan, syarat-
syarat umum memperoleh pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal, laporan keuangan,
dan sebagainya.
Perbedaan mendasar diantara keduanya yaitu menyangkut aspek legal, stuktur organisasi,
usaha yang dibiayai dan lingkungan kerja. Hal mendasar yang membedakan antara
pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan atau yang
diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah. Kegiatan operasional Bank syariah
menggunakan prinsip bagi hasil (Mudharabah). Bank syariah tidak menggunakan bunga
sebagai alat untuk memperoleh keuntungan maupun membebankan bunga atas pinjaman
karena bunga merupakan riba yang diharamkan. Pola bagi hasil ini memungkinkan
nasabah untuk mengawasi langsung kinerja Bank syariah dengan memantau jumlah bagi
hasil yang diperoleh. Jika jumlah keuntungan bank semakin besar maka semakin besar
pula bagi hasil yang diterima nasabah, demikian juga sebaliknya. Jumlah bagi hasil yang
kecil atau mengecil dalam waktu cukup lama menjadi patokan bahwa pengelolaan bank
merosot. Perbedaan tujuan dari bank konvensional dengan bank syariah; Bank
3
sedangkan bank syariah didirikan untuk memberikan kesejahteraan material dan spiritual.
Kesejahteraan material dan spiritual tersebut didapat melalui usaha pengumpulan dan
penyaluran dana yang halal. Artinya, bank syariah tidak akan menyalurkan dana untuk
usaha pabrik minuman keras atau usaha lain yang tidak bisa dijamin bahwa hasilnya
berasal dari kegiatan yang halal. Karena itu dapat dikatakan bahwa konsep keuntungan
pada bank konvensional lebih cenderung, berfokus pada sudut keuntungan materi,
sedangkan konsep keuntungan pada bank syariah harus memperhatikan keuntungan dari
sudut duniawi dan ukhrawi(akhirat). Bank Syariah memiliki misi dan metodologi yang
ekslusif, misi yang bukan sekedar ada pada jumlah nominal investasi tapi juga mencakup
pada jenis, objek dan tujuannya itu sendiri. Adapun metodologinya adalah kerangka
syariat dan kaidah-kaidahnya yang bersumber dari etika dan nilai-nilai syariat Islam yang
universal. Berdasarkan hal tersebut, Bank syariah berfungsi sebagai sarana untuk
syariah adalah lembaga yang berfungsi untuk menginvestasikan dana masyarakat sesuai
dengan anjuran Islam dengan efektif, produktif dan untuk kepentingan umat Islam.
Tujuan utama dari Bank Syariah, yaitu menyatukan umat Islam, mengembalikan
kekuatan, peran, dan kedudukan Islam di muka bumi ini bisa tercapai.
Menurut Antonio (2008) menjelaskan tentang: (1) Kelebihan Bank Syariah terutama pada
kuatnya ikatan emosional keagamaan antara pemegang saham, pengelola bank, dan nasabahnya.
Dari ikatan emosional inilah dapat dikembangkan kebersamaan dalam menghadapi risiko usaha
dan membagi keuntungan secara jujur dan adil. (2) Dengan adanya keterikatan secara religi,
4
maka semua pihak yang terlibat dalam Bank Islam adalah berusaha sebaik-baiknya dengan
pengalaman ajaran agamanya sehingga berapa pun hasil yang diperoleh diyakini membawa
berkah. (3) Adanya Fasilitas pembiayaan (Al-Mudharabah dan Al-Musyarakah) yang tidak
membebani nasabah sejak awal dengan kewajiban membayar biaya secara tetap. Hai ini adalah
memberikan kelonggaran psikologis yang diperlukan nasabah untuk dapat berusaha secara
tenang dan sungguh-sungguh. (4) Dengan adanya sistem bagi hasil untuk penyimpan dana
setelah tersedia peringatan dini tentang keadaan bank yang bisa diketahui sewaktu-waktu dari
naik turunnya jumlah bagi hasil yang diterima. (5) Penerapan sistem bagi hasil dan
ditinggalkannya sistem bunga menjadikan Bank Islam lebih mandiri dari pengaruh gejolak
Bank Syariah yang menyebabkan masih sedikitnya masyarakat menjadi nasabah Bank Syariah.
Adapun kelemahan itu meliputi (1) Promosi bank syariah kurang menyeluruh ke berbagai
msyarakat, (2) Kantor yang dimiliki sedikit, (3) Ketidaktahuan masyarakat, (4) Fasilitas
anjungan tunai mandiri (ATM) jumlahnya sedikit, (5) Produkproduknya tidak diketahui
masyarakat tidak diketahui masyarakat, (6) Kurangnya fasilitas. Selain itu, kelemahan bank
syariah adalah sebagai berikut: a. Jaringan kantor Bank Syariah belum luas. b. SDM Bank
Syariah masih sedikit. c. Pemahaman masyarakat tentang Bank Syariah masih kurang. d.
Deregulasi perbankan dimulai sejak tahun 1983. Pada tahun tersebut, BI memberikan
keleluasaan kepada bank-bank untuk menetapkan suku bunga. Pemerintah berharap dengan
5
kebijakan deregulasi perbankan maka akan tercipta kondisi dunia perbankan yang lebih efisien
dan kuat dalam menopang perekonomian. Pada tahun 1983 tersebut pemerintah Indonesia
pernah berencana menerapkan "sistem bagi hasil" dalam perkreditan yang merupakan konsep
dari perbankan syariah. Pada tahun 1988, Pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Deregulasi
Perbankan 1988 (Pakto 88) yang membuka kesempatan seluas-luasnya kepada bisnis perbankan
perbankan). Meskipun lebih banyak bank konvensional yang berdiri, beberapa usaha-usah
perbankan yang bersifat daerah yang berasaskan syariah juga mulai bermunculan. Inisiatif
pendirian bank Islam Indoensia dimulai pada tahun 1980 melalui diskusi-diskusi bertemakan
bank Islam sebagai pilar ekonomi Islam. Sebagai uji coba, gagasan perbankan Islam
dipraktekkan dalam skala yang relatif terbatas di antaranya di Bandung (Bait At-Tamwil Salman
Tahun 1990, Majelis Ulama Indonesia (MUI) membentuk kelompok kerja untuk mendirikan
Bank Islam di Indonesia. Pada tanggal 18 – 20 Agustus 1990, Majelis Ulama Indonesia (MUI)
menyelenggarakan lokakarya bunga bank dan perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil
lokakarya tersebut kemudian dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI di
Jakarta 22 – 25 Agustus 1990, yang menghasilkan amanat bagi pembentukan kelompok kerja
pendirian bank Islam di Indonesia. Kelompok kerja dimaksud disebut Tim Perbankan MUI
dengan diberi tugas untuk melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak yang
terkait. Sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI tersebut adalah berdirilah bank syariah pertama
di Indonesia yaitu PT Bank Muamalat Indonesia (BMI), yang sesuai akte pendiriannya, berdiri
pada tanggal 1 Nopember 1991. Sejak tanggal 1 Mei 1992, BMI resmi beroperasi dengan modal
6
Pada awal masa operasinya, keberadaan bank syariah belumlah memperolehperhatian yang
optimal dalam tatanan sektor perbankan nasional. Landasanhukum operasi bank yang
menggunakan sistem syariah, saat itu hanya diakomodir dalam salah satu ayat tentang "bank
dengan sistem bagi hasil"pada UU No. 7 Tahun 1992; tanpa rincianlandasan hukum syariah serta
jenis-jenis usaha yang diperbolehkan. Pada tahun 1998, pemerintah dan DewanPerwakilan
yang secara tegas menjelaskan bahwa terdapat dua sistem dalam perbankan di tanah air (dual
banking system),yaitu sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah. Peluang ini
disambut hangat masyarakat perbankan, yang ditandai dengan berdirinya beberapa Bank Islam
lain, yakni Bank IFI, Bank Syariah Mandiri, Bank Niaga, Bank BTN, Bank Mega, Bank BRI,
Bank Bukopin, BPD Jabar dan BPD Aceh dll. Sejak mulai dikembangkannya sistem perbankan
syariah di Indonesia, dalam dua dekade pengembangan keuangan syariah nasional, sudah banyak
pencapaian kemajuan, baik dari aspek lembagaan dan infrastruktur penunjang, perangkat regulasi
dan sistem pengawasan, maupun awareness dan literasi masyarakat terhadap layanan jasa
keuangan syariah. Sistem keuangan syariah kita menjadi salah satu sistem terbaik dan terlengkap
yang diakui secara internasional. Pada akhir tahun 2013, fungsi pengaturan dan pengawasan
perbankan berpindah dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan. Maka pengawasan dan
pengaturan perbankan syariah juga beralih ke OJK. OJK selaku otoritas sektor jasa keuangan
terus menyempurnakan visi dan strategi kebijakan pengembangan sektor keuangan syariah yang
telah tertuang dalam Roadmap Perbankan Syariah Indonesia 2015-2019 yang dilaunching pada
Pasar Rakyat Syariah 2014. Roadmap ini diharapkan menjadi panduan arah pengembangan
yang berisi insiatif-inisiatif strategis untuk mencapai sasaran pengembangan yang ditetapkan.
7
Untuk memberikan pedoman bagi stakeholders perbankan syariah dan meletakkan posisi
serta cara pandang Bank Indonesia dalam mengembangkan perbankan syariah di Indonesia,
selanjutnya Bank Indonesia pada tahun 2002 telah menerbitkan “Cetak Biru Pengembangan
secara komprehensif, antara lain kondisi aktual industri perbankan syariah nasional beserta
internasional dan perkembangan sistem keuangan syariah nasional yang mulai mewujud, serta
tak terlepas dari kerangka sistem keuangan yang bersifat lebih makro seperti Arsitektur
Perbankan Indonesia (API) dan Arsitektur Sistem Keuangan Indonesia (ASKI) maupun
seperti IFSB (Islamic Financial Services Board), AAOIFI dan IIFM. Pengembangan perbankan
syariah diarahkan untuk memberikan kemaslahatan terbesar bagi masyarakat dan berkontribusi
secara optimal bagi perekonomian nasional. Oleh karena itu, maka arah pengembangan
perbankan syariah nasional selalu mengacu kepada rencana-rencana strategis lainnya, seperti
Arsitektur Perbankan Indonesia (API), Arsitektur Sistem Keuangan Indonesia (ASKI), serta
Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Dengan demikian upaya pengembangan perbankan syariah
merupakan bagian dan kegiatan yang mendukung pencapaian rencana strategis dalam skala yang
lebih besar pada tingkat nasional. “Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia”
memuat visi, misi dan sasaran pengembangan perbankan syariah serta sekumpulan inisiatif
strategis dengan prioritas yang jelas untuk menjawab tantangan utama dan mencapai sasaran
dalam kurun waktu 10 tahun ke depan, yaitu pencapaian pangsa pasar perbankan syariah yang
signifikan melalui pendalaman peran perbankan syariah dalam aktivitas keuangan nasional,
8
regional dan internasional, dalam kondisi mulai terbentuknya integrasi dgn sektor keuangan
syariah lainnya.
Dalam jangka pendek, perbankan syariah nasional lebih diarahkan pada pelayanan pasar
domestik yang potensinya masih sangat besar. Dengan kata lain, perbankan Syariah nasional
harus sanggup untuk menjadi pemain domestik akan tetapi memiliki kualitas layanan dan kinerja
yang bertaraf internasional. Pada akhirnya, sistem perbankan syariah yang ingin diwujudkan oleh
Bank Indonesia adalah perbankan syariah yang modern, yang bersifat universal, terbuka bagi
seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Sebuah sistem perbankan yang menghadirkan
bentuk-bentuk aplikatif dari konsep ekonomi syariah yang dirumuskan secara bijaksana, dalam
konteks kekinian permasalahan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia, dan dengan tetap
sejarahnya. Hanya dengan cara demikian, maka upaya pengembangan sistem perbankan syariah
akan senantiasa dilihat dan diterima oleh segenap masyarakat Indonesia sebagai bagian dari
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia
(API), untuk menghadirkan alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada
konvensional secara sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk
Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil
memberikan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan
bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika,
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari
bentuk maupun isinya. Maka dari itu penulis menyarankan kepada pembaca agar dapat
memberikan kritik dan saran demi perbaikan makalah yang penulis buat selanjutnya. Dan
semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menambah
10
DAFTAR PUSTAKA
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/pages/Sejarah-Perbankan-
Syariah.aspx
11