Anda di halaman 1dari 15

PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

MAKALAH

Diseminarkan Pada Mata Kuliah Manajemen Pemasaran


Semester IV Tahun 2022

Oleh :

Nur Adillah Agnusia


NIM. 90500120017

Dosen Pengajar :
Dra. Hj. Nuraeni Gani, MM

PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2022
ABSTRAK

Pengembangan perbankan syariah diarahkan untuk memberikan kemaslahatan terbesar


bagi masyarakat dan berkontribusi secara optimal bagi perekonomian nasional. Oleh karena itu,
maka arah pengembangan perbankan syariah nasional selalu mengacu kepada rencana-rencana
strategis lainnya, seperti Arsitektur Perbankan Indonesia (API), Arsitektur Sistem Keuangan
Indonesia (ASKI), serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Dengan demikian upaya
pengembangan perbankan syariah merupakan bagian dan kegiatan yang mendukung pencapaian
rencana strategis dalam skala yang lebih besar pada tingkat nasional. Dalam jangka pendek,
perbankan syariah nasional lebih diarahkan pada pelayanan pasar domestik yang potensinya
masih sangat besar. Dengan kata lain, perbankan Syariah nasional harus sanggup untuk menjadi
pemain domestik akan tetapi memiliki kualitas layanan dan kinerja yang bertaraf internasional.
Pada akhirnya, sistem perbankan syariah yang ingin diwujudkan oleh Bank Indonesia adalah
perbankan syariah yang modern, yang bersifat universal, terbuka bagi seluruh masyarakat
Indonesia tanpa terkecuali. Sebuah sistem perbankan yang menghadirkan bentuk-bentuk aplikatif
dari konsep ekonomi syariah yang dirumuskan secara bijaksana, dalam konteks kekinian
permasalahan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia, dan dengan tetap memperhatikan
kondisi sosio-kultural di dalam mana bangsa ini menuliskan perjalanan sejarahnya..

Kata Kunci : Perbankan, Syariah, Indonesia

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Perkembangan

Perbankan Sayriah Di Indonesia” dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan makalah

ini adalah untuk memenuhi tugas individu pada mata kuliah Manajemen Pemasaran.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Hj. Nuraeni Gani, MM dosen

mata kuliah Manajemen Pemasaran, yang telah memberikan tugas ini dan membantu Penulis

baik secara moral maupun materi.

Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik

dan saran yang membangun dari semua pembaca sangat Penulis harapkan, guna menjadi acuan

agar penulis bisa lebih baik lagi di masa mendatang.

iii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................iii

DAFTAR ISI .................................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

A. Latar Belakang .....................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2

C. Tujuan ...................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3

A. Pengertian Kerja Sama Koperasi ..............................................Error! Bookmark not defined.

B. Kerja Sama Di Bidang Usaha Antar Koperasi Dan Bukan Koperasi Error! Bookmark not

defined.

C. Kerja Sama Antar Koperasi Bukan Di Bidang Usaha ............... Error! Bookmark not defined.

BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 10

A. Kesimpulan .........................................................................................................................10

B. Saran .................................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 11

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Undang Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, bank

syariah merupakan bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah atau

prinsip hukum islam. Prinsip syariah Islam yang dimaksud mencakup dengan prinsip keadilan

dan keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah), universalisme (alamiyah), serta

tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan obyek yang haram, sebagaimana yang diatur

dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia.

Selain itu, Undang Undang Perbankan Syariah juga memberi amanah kepada bank

syariah untuk selalu menjalankan fungsi sosial sekaligus menjalankan fungsi seperti lembaga

baitul mal. Lembaga baitul mal yaitu sebuah lembaga yang menerima dana berasal dari zakat,

infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf

(nazhir) sesuai kehendak pemberi wakaf (wakif).

Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka dual-

banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia

(API), untuk menghadirkan alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat

Indonesia. Secara bersama-sama, sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional secara

sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk meningkatkan

kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional.

Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil

memberikan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank,

serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan

1
nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan

spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Dengan menyediakan beragam produk serta layanan

jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih bervariatif, perbankan syariah

menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan dapat dinimati oleh seluruh golongan

masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.

Dalam konteks pengelolaan perekonomian makro, meluasnya penggunaan berbagai

produk dan instrumen keuangan syariah akan dapat merekatkan hubungan antara sektor

keuangan dengan sektor riil serta menciptakan harmonisasi di antara kedua sektor tersebut.

Semakin meluasnya penggunaan produk dan instrumen syariah disamping akan mendukung

kegiatan keuangan dan bisnis masyarakat juga akan mengurangi transaksi-transaksi yang bersifat

spekulatif, sehingga mendukung stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan, yang pada

gilirannya akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kestabilan harga

jangka menengah-panjang..

B. Rumusan Masalah

1. Apa Perbedaan dan Persamaan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional?

2. Bagaimanakah Keunggulan dan Kelemahan dari bank syariah ?

3. Bagaimanakah Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia?

C. Tujuan

1. Mengetahui Perbedaan dan persamaan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional

2. Mengetahui Keunggulan dan Kelemahan dari Bank Syariah

3. Mengetahui Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perbedaan dan Persamaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

1. Persamaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

Bank konvensional dan Bank syariah memiliki beberapa persamaan, terutama dalam sisi

teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan, syarat-

syarat umum memperoleh pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal, laporan keuangan,

dan sebagainya.

2. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

Perbedaan mendasar diantara keduanya yaitu menyangkut aspek legal, stuktur organisasi,

usaha yang dibiayai dan lingkungan kerja. Hal mendasar yang membedakan antara

lembaga keuangan konvensional dengan syariah terletak pada pengembalian dan

pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan atau yang

diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah. Kegiatan operasional Bank syariah

menggunakan prinsip bagi hasil (Mudharabah). Bank syariah tidak menggunakan bunga

sebagai alat untuk memperoleh keuntungan maupun membebankan bunga atas pinjaman

karena bunga merupakan riba yang diharamkan. Pola bagi hasil ini memungkinkan

nasabah untuk mengawasi langsung kinerja Bank syariah dengan memantau jumlah bagi

hasil yang diperoleh. Jika jumlah keuntungan bank semakin besar maka semakin besar

pula bagi hasil yang diterima nasabah, demikian juga sebaliknya. Jumlah bagi hasil yang

kecil atau mengecil dalam waktu cukup lama menjadi patokan bahwa pengelolaan bank

merosot. Perbedaan tujuan dari bank konvensional dengan bank syariah; Bank

konvensional didirikan untuk mendapatkan keuntungan material sebesar-besarnya,

3
sedangkan bank syariah didirikan untuk memberikan kesejahteraan material dan spiritual.

Kesejahteraan material dan spiritual tersebut didapat melalui usaha pengumpulan dan

penyaluran dana yang halal. Artinya, bank syariah tidak akan menyalurkan dana untuk

usaha pabrik minuman keras atau usaha lain yang tidak bisa dijamin bahwa hasilnya

berasal dari kegiatan yang halal. Karena itu dapat dikatakan bahwa konsep keuntungan

pada bank konvensional lebih cenderung, berfokus pada sudut keuntungan materi,

sedangkan konsep keuntungan pada bank syariah harus memperhatikan keuntungan dari

sudut duniawi dan ukhrawi(akhirat). Bank Syariah memiliki misi dan metodologi yang

ekslusif, misi yang bukan sekedar ada pada jumlah nominal investasi tapi juga mencakup

pada jenis, objek dan tujuannya itu sendiri. Adapun metodologinya adalah kerangka

syariat dan kaidah-kaidahnya yang bersumber dari etika dan nilai-nilai syariat Islam yang

universal. Berdasarkan hal tersebut, Bank syariah berfungsi sebagai sarana untuk

mengumpulkan tabungan masyarakat dan mengembangkannya. Intinya bahwa Bank

syariah adalah lembaga yang berfungsi untuk menginvestasikan dana masyarakat sesuai

dengan anjuran Islam dengan efektif, produktif dan untuk kepentingan umat Islam.

Tujuan utama dari Bank Syariah, yaitu menyatukan umat Islam, mengembalikan

kekuatan, peran, dan kedudukan Islam di muka bumi ini bisa tercapai.

B. Keunggulan dan Kelemahana dari Bank Syariah

1. Keunggulan Bank Syariah

Menurut Antonio (2008) menjelaskan tentang: (1) Kelebihan Bank Syariah terutama pada

kuatnya ikatan emosional keagamaan antara pemegang saham, pengelola bank, dan nasabahnya.

Dari ikatan emosional inilah dapat dikembangkan kebersamaan dalam menghadapi risiko usaha

dan membagi keuntungan secara jujur dan adil. (2) Dengan adanya keterikatan secara religi,

4
maka semua pihak yang terlibat dalam Bank Islam adalah berusaha sebaik-baiknya dengan

pengalaman ajaran agamanya sehingga berapa pun hasil yang diperoleh diyakini membawa

berkah. (3) Adanya Fasilitas pembiayaan (Al-Mudharabah dan Al-Musyarakah) yang tidak

membebani nasabah sejak awal dengan kewajiban membayar biaya secara tetap. Hai ini adalah

memberikan kelonggaran psikologis yang diperlukan nasabah untuk dapat berusaha secara

tenang dan sungguh-sungguh. (4) Dengan adanya sistem bagi hasil untuk penyimpan dana

setelah tersedia peringatan dini tentang keadaan bank yang bisa diketahui sewaktu-waktu dari

naik turunnya jumlah bagi hasil yang diterima. (5) Penerapan sistem bagi hasil dan

ditinggalkannya sistem bunga menjadikan Bank Islam lebih mandiri dari pengaruh gejolak

moneter baik dari dalam maupun dari luar negeri.

2. Kelemahan Bank Syariah

Menurut Adiwarman dalam Sulistiyawan menyatakan bahwa ada enam kelemahan

Bank Syariah yang menyebabkan masih sedikitnya masyarakat menjadi nasabah Bank Syariah.

Adapun kelemahan itu meliputi (1) Promosi bank syariah kurang menyeluruh ke berbagai

msyarakat, (2) Kantor yang dimiliki sedikit, (3) Ketidaktahuan masyarakat, (4) Fasilitas

anjungan tunai mandiri (ATM) jumlahnya sedikit, (5) Produkproduknya tidak diketahui

masyarakat tidak diketahui masyarakat, (6) Kurangnya fasilitas. Selain itu, kelemahan bank

syariah adalah sebagai berikut: a. Jaringan kantor Bank Syariah belum luas. b. SDM Bank

Syariah masih sedikit. c. Pemahaman masyarakat tentang Bank Syariah masih kurang. d.

Kekeliruan penilaian proyek berakibat lebih besar daripada Bank Konvesional

C. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia

Deregulasi perbankan dimulai sejak tahun 1983. Pada tahun tersebut, BI memberikan

keleluasaan kepada bank-bank untuk menetapkan suku bunga. Pemerintah berharap dengan

5
kebijakan deregulasi perbankan maka akan tercipta kondisi dunia perbankan yang lebih efisien

dan kuat dalam menopang perekonomian. Pada tahun 1983 tersebut pemerintah Indonesia

pernah berencana menerapkan "sistem bagi hasil" dalam perkreditan yang merupakan konsep

dari perbankan syariah. Pada tahun 1988, Pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Deregulasi

Perbankan 1988 (Pakto 88) yang membuka kesempatan seluas-luasnya kepada bisnis perbankan

harus dibuka seluas-luasnya untuk menunjang pembangunan (liberalisasi sistem

perbankan). Meskipun lebih banyak bank konvensional yang berdiri, beberapa usaha-usah

perbankan yang bersifat daerah yang berasaskan syariah juga mulai bermunculan. Inisiatif

pendirian bank Islam Indoensia dimulai pada tahun 1980 melalui diskusi-diskusi bertemakan

bank Islam sebagai pilar ekonomi Islam. Sebagai uji coba, gagasan perbankan Islam

dipraktekkan dalam skala yang relatif terbatas di antaranya di Bandung (Bait At-Tamwil Salman

ITB) dan di Jakarta (Koperasi Ridho Gusti).

Tahun 1990, Majelis Ulama Indonesia (MUI) membentuk kelompok kerja untuk mendirikan

Bank Islam di Indonesia. Pada tanggal 18 – 20 Agustus 1990, Majelis Ulama Indonesia (MUI)

menyelenggarakan lokakarya bunga bank dan perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil

lokakarya tersebut kemudian dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI di

Jakarta 22 – 25 Agustus 1990, yang menghasilkan amanat bagi pembentukan kelompok kerja

pendirian bank Islam di Indonesia. Kelompok kerja dimaksud disebut Tim Perbankan MUI

dengan diberi tugas untuk melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak yang

terkait. Sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI tersebut adalah berdirilah bank syariah pertama

di Indonesia yaitu PT Bank Muamalat Indonesia (BMI), yang sesuai akte pendiriannya, berdiri

pada tanggal 1 Nopember 1991. Sejak tanggal 1 Mei 1992, BMI resmi beroperasi dengan modal

awal sebesar Rp 106.126.382.000,-

6
Pada awal masa operasinya, keberadaan bank syariah belumlah memperolehperhatian yang

optimal dalam tatanan sektor perbankan nasional. Landasanhukum operasi bank yang

menggunakan sistem syariah, saat itu hanya diakomodir dalam salah satu ayat tentang "bank

dengan sistem bagi hasil"pada UU No. 7 Tahun 1992; tanpa rincianlandasan hukum syariah serta

jenis-jenis usaha yang diperbolehkan. Pada tahun 1998, pemerintah dan DewanPerwakilan

Rakyat melakukan penyempurnaan UU No. 7/1992 tersebutmenjadi UU No. 10 Tahun 1998,

yang secara tegas menjelaskan bahwa terdapat dua sistem dalam perbankan di tanah air (dual

banking system),yaitu sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah. Peluang ini

disambut hangat masyarakat perbankan, yang ditandai dengan berdirinya beberapa Bank Islam

lain, yakni Bank IFI, Bank Syariah Mandiri, Bank Niaga, Bank BTN, Bank Mega, Bank BRI,

Bank Bukopin, BPD Jabar dan BPD Aceh dll. Sejak mulai dikembangkannya sistem perbankan

syariah di Indonesia, dalam dua dekade pengembangan keuangan syariah nasional, sudah banyak

pencapaian kemajuan, baik dari aspek lembagaan dan infrastruktur penunjang, perangkat regulasi

dan sistem pengawasan, maupun awareness dan literasi masyarakat terhadap layanan jasa

keuangan syariah. Sistem keuangan syariah kita menjadi salah satu sistem terbaik dan terlengkap

yang diakui secara internasional. Pada akhir tahun 2013, fungsi pengaturan dan pengawasan

perbankan berpindah dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan. Maka pengawasan dan

pengaturan perbankan syariah juga beralih ke OJK. OJK selaku otoritas sektor jasa keuangan

terus menyempurnakan visi dan strategi kebijakan pengembangan sektor keuangan syariah yang

telah tertuang dalam Roadmap Perbankan Syariah Indonesia 2015-2019 yang dilaunching pada

Pasar Rakyat Syariah 2014. Roadmap ini diharapkan menjadi panduan arah pengembangan

yang berisi insiatif-inisiatif strategis untuk mencapai sasaran pengembangan yang ditetapkan.

7
Untuk memberikan pedoman bagi stakeholders perbankan syariah dan meletakkan posisi

serta cara pandang Bank Indonesia dalam mengembangkan perbankan syariah di Indonesia,

selanjutnya Bank Indonesia pada tahun 2002 telah menerbitkan “Cetak Biru Pengembangan

Perbankan Syariah di Indonesia”. Dalam penyusunannya, berbagai aspek telah dipertimbangkan

secara komprehensif, antara lain kondisi aktual industri perbankan syariah nasional beserta

perangkat-perangkat terkait, trend perkembangan industri perbankan syariah di dunia

internasional dan perkembangan sistem keuangan syariah nasional yang mulai mewujud, serta

tak terlepas dari kerangka sistem keuangan yang bersifat lebih makro seperti Arsitektur

Perbankan Indonesia (API) dan Arsitektur Sistem Keuangan Indonesia (ASKI) maupun

international best practices yang dirumuskan lembaga-lembaga keuangan syariah internasional,

seperti IFSB (Islamic Financial Services Board), AAOIFI dan IIFM. Pengembangan perbankan

syariah diarahkan untuk memberikan kemaslahatan terbesar bagi masyarakat dan berkontribusi

secara optimal bagi perekonomian nasional. Oleh karena itu, maka arah pengembangan

perbankan syariah nasional selalu mengacu kepada rencana-rencana strategis lainnya, seperti

Arsitektur Perbankan Indonesia (API), Arsitektur Sistem Keuangan Indonesia (ASKI), serta

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Dengan demikian upaya pengembangan perbankan syariah

merupakan bagian dan kegiatan yang mendukung pencapaian rencana strategis dalam skala yang

lebih besar pada tingkat nasional. “Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia”

memuat visi, misi dan sasaran pengembangan perbankan syariah serta sekumpulan inisiatif

strategis dengan prioritas yang jelas untuk menjawab tantangan utama dan mencapai sasaran

dalam kurun waktu 10 tahun ke depan, yaitu pencapaian pangsa pasar perbankan syariah yang

signifikan melalui pendalaman peran perbankan syariah dalam aktivitas keuangan nasional,

8
regional dan internasional, dalam kondisi mulai terbentuknya integrasi dgn sektor keuangan

syariah lainnya.

Dalam jangka pendek, perbankan syariah nasional lebih diarahkan pada pelayanan pasar

domestik yang potensinya masih sangat besar. Dengan kata lain, perbankan Syariah nasional

harus sanggup untuk menjadi pemain domestik akan tetapi memiliki kualitas layanan dan kinerja

yang bertaraf internasional. Pada akhirnya, sistem perbankan syariah yang ingin diwujudkan oleh

Bank Indonesia adalah perbankan syariah yang modern, yang bersifat universal, terbuka bagi

seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Sebuah sistem perbankan yang menghadirkan

bentuk-bentuk aplikatif dari konsep ekonomi syariah yang dirumuskan secara bijaksana, dalam

konteks kekinian permasalahan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia, dan dengan tetap

memperhatikan kondisi sosio-kultural di dalam mana bangsa ini menuliskan perjalanan

sejarahnya. Hanya dengan cara demikian, maka upaya pengembangan sistem perbankan syariah

akan senantiasa dilihat dan diterima oleh segenap masyarakat Indonesia sebagai bagian dari

solusi atas berbagai permasalahan negeri.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka dual-

banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia

(API), untuk menghadirkan alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada

masyarakat Indonesia. Secara bersama-sama, sistem perbankan syariah dan perbankan

konvensional secara sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk

meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional.

Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil

memberikan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan

bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika,

mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan

menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari

bentuk maupun isinya. Maka dari itu penulis menyarankan kepada pembaca agar dapat

memberikan kritik dan saran demi perbaikan makalah yang penulis buat selanjutnya. Dan

semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menambah

Ilmu pengetahuan yang lebih luas.

10
DAFTAR PUSTAKA

Keuangan), O. (. (2022). Sejarah Perbankan Syariah. Diambil kembali dari Syariah:

https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/pages/Sejarah-Perbankan-

Syariah.aspx

Marimin, A., & Fitria, T. N. (2015). PERKEMBANGAN BANK SYARIAH DI INDONESIA.

Ilmiah Ekonomi Islam, 1(2), 75-87.

11

Anda mungkin juga menyukai