Anda di halaman 1dari 5

EKONOMI KELEMBAGAAN DAN SISTEM EKONOMI

Saat belajar mengenai Teori ekonomi kelembagaan, kita sadar bahwasanya setiap teori
yang kita pelajari, masuk dalam realitas social yang sesungguhnya, sesuatu yang diaabaikan
dalam pendekatan ekonomi klasik/neoklasik. Ekonomi kelembagaan memasukkan aspek-aspek
social, politik, hokum, budaya, dan lain-lain sebagai satu kesatuan unit analisis.
Kelembagaan Kapitalisme dan Sosialisme
Kapitalisme dianggap sebagai penemuan luar biasa dalam sejarag umat manusia. Sistem
ekonomi kapitalis sendiri tegak oleh beberapa pilar dasar yang melatarinya. Wajah kapitalisme
bisa dilukis dalam empat sketsa berikut   :
1. Kegiatan ekonomi dalam system kapitalis digerakan dan dikoordinasi oleh pasar
dengan instrument harga sebagai penanda.
2. Setiap individu memiliki kebebasan untuk mempunyai hak kepemilikan sebagai
dasar melakukan transaksi
3. Kegiatan ekonomi dipisahkan oleh tiga pemilik factor produksi  takni pemodal,
tenaga kerja, dan pemilik tanah.
4. Tidak ada halangan bagi pelaku ekonomi untuk masuk dan keluar pasar.
Seluruh kegiatan ekonomi digerakkaan oleh sector swasta lewat pasar, sehingga bisa
mendeskripsikan pregerensi setiap individu. Peran Negara tidak lebih sebagai fasilitator kegiatan
ekonomi. Negara diperlukan kehadirannya apabila terjadi kegagalan pasar, baik karena
eksternalitas maupun keperluan munculnya barang public.
Prinsip private property right merupakan dasar terpenting kapitalisme. Ekonomi kapitalis
sangat tergantung dari kelembagaan yang memapankan dan menjamin hak kepemilikan privat
secara eksklusif yang bisa digunakan melakukan pertukaran secara sukarela berdasarkan kontrak.
Kelembagaan ekonomi kapitalisme didesain agar bisa menjamin dan memberikan hak
kepemilikan kepada masyarakat.
Pemisahan ekonomi dalam tiga pelaku, yakni pemilik modal, tenaga kerja, dan pemilik
lahan. Pada level makro, pemisaan pemilik factor produksi tersebut menjadi alasan munculnya
segregasi hubungan ekonomi yang efisien melalui spesialisasi. Pada level mikro, pemisahan
pelaku ekonomi secara otomatis menyebabkan berjalan mekanisme check and balance.
Ekonomi kelembagaan system ekonomi kapitalis memberi tempat yang leluasa bagi setiap
pelaku ekonomi untuk masuk dan keluar pasar melalui system insentif. Setiap adanya regulasi
yang merntangi pelaku ekonomi masuk dan keluar pasar, di situlah akan terjadi ineisiensi
ekonomi. Inefisiensi itu dengan mudah dikenali dari harga yang terbentuk di pasar. Jika harga
terlalu tinggi dari yang seharusnya, berarti jumlah supply sangat terbatas sehingga hal ini
menjadi sinyal bagi pelaku ekonomi lain untuk masuk pasar. Begitu juga sebaliknya.
Ekonomi kelembagaan system ekonomi sosialis lebih simple daripada system ekonomi
kapitalis. Ekonomi kelembagaan system ekonomi sosialis hanya didasarkan pada dua prinsip
berikut.
1. Negara menyiapkan seluruh regulasi yang diperlukan untuk menggerakkan
kegiatan ekonomi, seperti investasi, dari mulai proses perencanaan,
operasionalisasi, pengawasan, sampai ke evaluasi.
2. Pelaku ekonomi tidak membuat kesepakatan dengan pelaku ekonomi lainnya,
tetapi setiap pelaku ekonomi membuat kontrak dengan Negara sesuai dengan
aturan yang telah ditetapkan.
Ekonomi Kelembagaan dan Demokrasi
Studi yang dilakukan oleh Burkhart dan Lewis Beck pada tahun 1994, Helliwell tahun
1994, dan Barro di tahun 1996 memperlihatkan keeratan yang rendah antara system politik
demokratis dengan pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, studi yang dilakukan oleh Bella tahun
1994 menampakkan hubungan yang positif antara hak-hak politik dengan pertumbuhan ekonomi.
Studi lain menyatakan kapitalisme memiliki kedekatan dengan kebabasan politik atau demokrasi,
sehingga kapitalisme dianggap sebagai kondisi yang penting untuk menuju kebebasan politik.
Dalam banyak kasus perbedaan hasil itu lebih banyak disebabkan oleh keragaman variable yang
dipakai dalam penelitian.
Dari sisi ini, demokrasi sesungguhnya hanya bisa menggaransi dua hal penting, yakni
hak-hak politik dan kebebasan sipil, yang kurang memberikan jaminan secara langsung bagi
pertumbuhan ekonomi. Seymor Martin Lipset pertama kali mengerjakan studi dengan
memberikan postulat bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan prasyarat bagi terbukanya
peluang demokratisasi pada masa yang akan datang. Tanpa adanya pertumbuhan ekonomi sulit
bagi diciptakannya pemerintahan dan masyarakat yang demokratis.
Adanya demokrasi memberikan efek terhadap pertumbuhan ekonomi secara tidak
langsung. Kemudian studi Barro menjelaskan bahwa peningkatan hak-hak politik pada tahap
awal cenderung meningkatkan penentu. Secara spesifik, Barro menunjukkan bahwa posisi awal
GDP per kapita, Pendidikan tingkat menengah dan perguruan tinggi, angka harapan hidup,
fertilitas, konsumsi pemerintah, nilai tukar, inflasi, indeks aturan hukum dan indeks demokrasi
berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Studi yang mirip juga dikerjakan oleh Kunio, yang menawarkan bahwa negara-negara
yang memiliki kelembagaan yang lebih sempurna, misalnya adanya jaminan hak kepemilikan
dan intervemsi pemerintah yang tepat, mempunyai kualitas pembangunan ekonomi yang lebih
baik. Hasilnya, studi yang dikerjakan oleh Thomas menunjukkan bahwa negara yang indeks
demokrasinya tinggi berkorelasi dengan pendapatan per kapita dan pengeluaran sosial yang
tinggi.
Perubahan Kelembagaan dan Pembangunan Ekonomi
Negara- negara yang dikelompokkan berdasarkan ketersediaan aturan main hak
kepemilikan, investasi modal manusa (human capital/Pendidikan), dan kinerja ekonomi
menunjukkan hubungan yang kuat antara peranan kelembagaan dalam pembangunan ekonomi.
Negara-megara tersebut dibagi kedalam lima kategori :
a. Negara Asia Timur: Hongkong, Indonesia, Korea, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan
Thailand.
b. Negara-negara yang tergabung dalam OECD: Mesir, Irlandia, Jepang, Portugal, Spanyol,
dan Turki yang memiliki GDP per kapita kurang dari US$ 2.900 pada tahun 1960.
c. Negara Sub Sahara Afrika.
d. Negara Amerika Latin
e. Negara-negara kaya non-OECD: Argentina, Saudi Arabia, Thailand, Uruguay, dan
Venezuela yang memiliki GDP per kapita lebih dari US$ 2.900 pada tahun 1960.
Hal ini memperlihatkan pendapatan per kapita awal yang tinggi (initial per capita
income) tidak memberikan jaminan bagi kinerja perekonomian yang bagus dalam jangka
panjang, dan sebaliknya. Contoh mikro tentang pentingnya kelembagaan dalam pembangunan
ekonomi yaitu transaksi ekonomi (pertukaran/jual beli) masyarakat di negara-negara yang
kelembagaannya kuat, cenderung lebih banyak menggunakan cek, transfer antar bank, maupun
surat-surat berharga lainnya dibandingkan dengan menggunakan uang tunai. Hal ini karena
pelaku transaksi percaya bahwa pemakaian instrumen tidak memunculkan penipuan atau klaim
uangnya ditolak.Kepercayaan pelaku transaksi ini didasarkan adanya aturan yang memungkinkan
semua pelaku transaksi tidak dirugikan.
Contoh makro tentang pentingnya kelembagaan dalam pembangunan ekonomi yaitu
negara-negara yang jaminan hak kepemilikannya lemah cenderung akan ditinggalkan oleh
investor domestik maupun asing. Hal ini karena ketakutan para investor untuk melakukan
ekspansi modal yang disebabkan oleh perusahaan yang sewaktu-waktu bisa dinasionalisasi
(asing) dan pembatalan kontrak oleh pemerintah (domestik).Adanya peristiwa tersebut
mengakibatkan laju pertumbuhan ekonomi menjadi lambat, karena tidak ada insentif bagi orang
untuk berinvestasi. Sehingga setiap undang-undang mengenai Penanaman Modal Asing (PMA)
di sebuah negara dijelaskan secara detail tentang jaminan hak kepemilikan agar investor
memiliki kepastian hak kepemilikan lahan dan perusahaannya.
Negara-negara yang menganut perencanaan terpusat dicirikan sebagai berikut:
a. Level Makro
 Angka inflasi fluktuatif;
 Pemerintah sering mengalami defisit anggaran yang besar;
 Nilai tukar uang domestik tidak stabil;
 Perdagangan lebih ditujukan ke pasar domestic.
b. Level Mikro
 Harga ditentukan pemerintah;
 Perusahaan dimiliki pemerintah;
 Iklim pasar sangat monopolistis akibat intervensi pemerintah/negara;
 Jaminan terhadap hak kepemilikan individu tidak ada.
Pertanyaan kritis yang timbul pada negara berkembang dengan adanya kelembagaan,
yakni bagaimana keberadaan kelembagaan memposisikan pelaku ekonomi lemah yang terjepit di
antara para pelaku ekonomi yang telah mapan. Dalam menjawab pertanyaan tersebut terdapat
dua pendekatan, yaitu:
a. Kelembagaan akan menempat semua pihak berada dalam posisi yang sejajar karena
adanya rule of law yang mengatur. Prosedur yang adil dan transparan akan membuat
semua pihak berada di posisi yang sejajar
b. Inefisiensi kelembagaan dalam wujud tidak adanya jaminan hak kepemilikan, korupsi,
penyalahgunaan infrastruktur publik, dan kebijakan yang mendistorsi pasar akan lebih
merugikan kelompok masyarakat yang lemah
Masih Adakah Tempat untuk Negara
Seiring bergulirnya zaman, munculah beberapa argumen yang berkaitan dengan tujuan
untuk melindungi setiap pelaku ekonomi.Mahzab neo-klasik yang menyebabkan peranan negara
dalam perekonomian ketika terjadi kasus eksternalitas dan barang-barang publik.Salah satunya
adalah dengan membuat regulasi agar perusahaan tersebut dapat melakukan fungsinya tetapi juga
ditengahi oleh pemerintah yang berfungsi untuk mencegah terjadinya resesi ekonomi akibat
rendahnya permintaan agregat pemerintah.Bagi Keynes diam berarti selamanya resesi secara
periodik muncul disebabkan persoalan rendahnya permintaan agregat tersebut yang bersifat
sistematis. Dengan melihat paham tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa menjaga
kesejahteraan  rakyatnya dalam keadaan normal sebenarnya sudah biasa dijalankan masyarakat
secara sukarela
Dua implikasi penting dari Liberalisasi, efek yang pertama adalah penguatan pelaku
ekonomi berskala besar, yang mempengaruhi pemerintahan atau negara sehingga itu pula
mempengaruhi kebijakan pemerintah dikarenakan itu juga mempertanggungjawabkan
kepentingan rakyat banyak. Kemudian yang kedua, efek Liberalisasi yaitu terbukanya pasar
bebas untuk membeli kebijakan pemerintah melalui politik uang. Dengan dua implikasi yang
mengerikan tersebut tentu saja negara dituntut untuk melaksanakan perannya dengan baik,
negara tidak lagi sekedar menghindari terjadinya resesi ekonomi ataupun melakukan praktik
ekonomi yang merugikan pihak lain. Peran konservatif yang dilakukan melindungi kepentingan
rakyat yang tersisih sebagai cerminan komitmen sosialnya.Hal yang perlu diperhatikan disini,
peran negara yang minimal adalah membatasi pengaruh ekspansi koperasi besar yang merugikan
kepentingan publik dengan merubah regulasi yang mengkerangkeng keserakahan modal.
Perspektif ekonomi kelembagaan berfokus kepada membentuk kerangka lembaga demi
keteraturan kegiatan ekonomi, seperti contoh: kepemilikan, penegakan, dan eksekusi hukum.
Dengan begitu, peranan negara dalam ekonomi bisa dibagi menjadi empat klasifikasi, yaitu:
 Stabilitasi makro ekonomi;
 Mengkoreksi kegagalan pasar;
 Retribusi pendapatan;
 Pengarahan penyatuan kegiatan ekonomi.
Intervensi negara tidak hanya berurusan kepada model intervensi, tetapi juga (dalam
tradisi ekonomi kelembagaan) pilihan perangkat kelembagaan untuk bisa mencapai tujuan dari
intervensi. Dengan ruang lingkup instrumen kelembagaan yang demikian luas, berarti sekaligus
menginformasi bahwa peran negara dalam kegiatan ekonomi masih cukup lebar, khususnya
apabila dilihat dari perspektif ekonomi kelembagaan. Bahkan intervensi tersebut tidak begitu saja
lenyap dengan liberalisasi, justru semakin intensif demi melindungi kepentingan pelaku ekonomi
domestik

Anda mungkin juga menyukai