Anda di halaman 1dari 2

LAPORAN LABORATORIUM JALAN RAYA DAN TRANSPORTASI

BAB I
TEORI DASAR

I.1 Agregat Kasar


Menurut SNI 1970-2008, agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil disintegrasi
alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan
mempunyai ukuran butir antara 4,75 mm (No.4) sampai 40 mm (No. 1½
inci).Berdasarkan ASTM C33 Agregat kasar terdiri dari kerikil atau batu pecah dengan
partikel butir lebih besar dari 5 mm atau antara 9,5 mm dan 37,5 mm.
I.2 Agregat Halus
Agregat halus atau pasir adalah batuan berbutir halus yang terdiri atas butiran
sebesar 0,15 mm sampai 4,75 mm. Pasir berasal dari penghancuran batuan baik secara
alamiah maupun penghancuran dengan bantuan manusia.Pasir merupakan bahan
bangunan yang berfungsi antara lain sebagai bahan campuran adukan aspal. Maka dari
itu mutu dari pasir sangat perlu diperhatikan. Untuk itu, pasir yang akan dipakai dalam
adukan aspal harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti tercantum dalam Peraturan
Beton Bertulang (PBI) tahun 1971. Menurut PBI (N12) pasal 33 Ayat 3 syarat – syarat
yang harus dipenuhi agregat halus adalah :
 Agregat halus harus terdiri dari butiran tajam dan keras, bersifat kekal artinya tidak
pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca seperti matahari dan hujan.
 Agregat halus yang mengandung lumpur tidak boleh lebih dari 5% (terhadap berat
keringnya). Yang dimaksud lumpur adalah bagian yang dapat lolos ayakan 0.063
mm. Bila ternyata kandungan lumpur lebih dari 5% maka agregat halus tersebut
harus dicuci sebelum digunakan sebagai bahan campuran aspal.

I.3 Aspal
Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna
hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering juga disebut bitumen
merupakan bahan pengikat pada campuran beraspal yang dimanfaatkan sebagai lapis
permukaan lapis perkerasan lentur. Aspal berasal dari alam atau dari pengolahan
minyak bumi.
Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa hidrokarbon
dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai bahan pengikat
KELOMPOK 21 1
LAPORAN LABORATORIUM JALAN RAYA DAN TRANSPORTASI

dalam perkerasan lentur mempunyai sifat viskoelastis. Aspal tampak padat pada suhu
ruang padahal cairan yang sangat kental. Aspal merupakan bahan yang sangat
kompleks, dan secara kimia belum dikarakterisasi dengan baik. Kandungan utama aspal
adalah senyawa karbon jenuh, dan tak jenuh, alifatik, dan aromatic yang mempunyai
atom karbon sampai 150 per molekul. Atom-atom selain hidrogen, dan karbon yang
juga menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen, belerang, dan beberapa atom lain. Secara
kuantitatif, biasanya 80% massa aspal adalah karbon, 10% hydrogen, 6% belerang, dan
sisanya oksigen, dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan vanadium. Senyawa-
senyawa ini sering dikelaskan atas aspalten (yang massa molekulnya kecil), dan malten
(yang massa molekulnya besar). Biasanya aspal mengandung 5 sampai 25% aspalten.
Sebagian besar senyawa di aspal adalah senyawa polar.
1.3.1 Sumber Aspal
Aspal merupakan suatu produk berbasis minyak yang merupakan turunan dari
proses penyulingan minyak bumi, dan dikenal dengan nama aspal keras. Selain itu,
aspal juga terdapat di alam secara alamiah, aspal ini disebut aspal alam. Aspal
modifikasi saat ini juga telah dikenal luas. Aspal ini dibuat dengan menambahkan bahan
tambah ke dalam aspal yang bertujuan untuk memperbaiki atau memodifikasi sifat
rheologinya sehingga menghasilkan jenis aspal baru yang disebut aspal modifikasi.
1.3.2 Sifat Aspal
 Sifat Kimia
Sifat Kimia ditentukan berdasarkan kandungan asplaten dan kandungan malten
(resin, arumated, saturated). Sifat-sifat kimia aspal antara lain :
1. Aspalten
2. Malten (resin, aromated, saturated)
 Sifat Fisik
Sifat Fisik ditentukan berdasarkan: durabilitasnya (penetrasi, titik lembek, dan
daktilitas), Adhesi/ kohesi, Kepekaan terhadap perubahan temperatur, dan
Pengerasan/ Penuaian. Sifat- sifat fisika aspal antara lain :
1. Durabilitas (penetrasi, titik lembek, dan daktilitas).
2. Adesi dan kohesi.
3. Kepekaan terhadap perubahan temperatur.
4. Pengerasan dan penuaian.

KELOMPOK 21 2

Anda mungkin juga menyukai