Pada masa ini pula banyak sekali melakukan penterjamahan karya-karya dahulu,
seperti Yunani, Romawi, Persia, dan bahasa Latin kedalam bahasa Arab. Sumber-sumber
sejarah pada bangsa Arab di abad ke-3 H atau 9 M., mencakup empat hal, yaitu karya-karya
sirah dan akhbar, dokumen-dokumen resmi, karya-karya terjemahan, kesaksian-kesaksian
dan sejarah lisan. Pada saat bahan-bahan kajian sejarah semakin melimpah, banyak para
ulama dan fuqaha yang terdorong mengkaji dan menulis sejarah. Dari sini ilmu sejarah pun
semakin berkembang dan merupakan ilmu umat yang paling dihormati dan disegani sehingga
pamor para sejarawan pun semakin tinggi diantara para ulama didiplin ilmu lainnya.
Pada mulanya kegiatan penterjemah ini dilakukan dari bahasa Syriac oleh orang-
orang Kristen Irak, akan tetapi penterjemah yang paling mencuat kepermukaan ialah Ibnu
Ishaq, ia telah mempelajari bahasa Yunani, lalu mengumpulan berbegai sumber baru setelah
itu proses terjemahan dapat dilakukan. Dari sinilah sebuah kualitas terjemahan selalu ada
pembaruan, sehingga menjadi keutuhan yang lebih valid, proses ini terus berjalan hingga
abad ke 11. Ketika bangsa Arab telah menguasai seluruh perlengkapan yang didapat dari
Yunani, maka proses penterjemahan secara besar-besaran dilakukan, sehingga hampir ada 80
karya dari Yunani yang dialih bahasakan kedalam bahasa Arab, naskah-naskah yang
diterjemahkan semuanya mengacu kepada filsafat dan Sains.
Proses diatas juga menggambarkan bahwa Islam mulai mencuat dari segi keilmuan
intelektualnya karena melakukan penerjmehan-penerjemahan dari Yunani, kegiatan
penerjemahan ini berlaku dari Islam abad ke 9 hingga 12. Bahkan kara-karya selain dari
Yunani juga menjadi rujukan ada pula karya-karya dari bangsa lain, seperti: India, kerajaan
Sasania. Pada masa awal Abbasiyah terdapat banyak dari sejarawan yang berurusan dengan
aspek, baik sejak kematian Muhammad sampai zaman mereka. Karya-karya mereka tidak
bisa dijumpai lagi sekarang, tetapi yang sampai kepada kita merupakan sebuah kutipan-
kutipan dari karya-karya mereka belakangan ini, terutama at-Tabari. Dan karakteristik dari
penulisan itu hanya mengacu kepada masa kejayaan atas penaklukan yang dilakukan oleh
bangsa-bangsa Arab. Bersamaan dengan munculnya berbagai karya-karya sejarah terdahulu
oleh Abbasiyah diawal periode, disini juga mengambil unsur religiusitas, misalnya mengacu
pada kitab al-Mutawatho karya Maliki dan Musnadnya Hambali
Fathimiyah menjadi kiblat keislaman yang tidak boleh tertinggal ketika membentangkan
wacana Islam abad pertengahan yang merekah indah. Kairo yang menjadi pusat dari salah
satu kota termashur di kala itu. sebagaimana diketahui, Kairo atau Mesir pada umumya,
adalah Carl Brockelmann, History of The Islamic legacy dari kemaharajaan Mesir Pharaoh
yang sempat memimpin peradaban umat manusia beratus-ratus tahun sebelum masehi.
Fathimiyah dibangun sebuah universitas yang hingga kini masih berdiri tegak yang bernama
al-Azhar. Setali tiga uang dengan pembangunan gedung pendidikan itu, Kairo terangkat pula
ke panggung dunia sebagai menara keilmuan yang berkilau di utara Afrika menyemburat ke
seluruh dunia. Fusthath dan Iskandariyah, sebagai tempat bersemayamnya pebagai keilmuan,
juga menyokong keanggunan perbendaharaan pengetahuan Kairo selama berabad-abad.
Kondisi sosio-intelektual yang semakin mapan dikembangbiakkan oleh kutub-kutub
kekuasaan Islam pada abad pertengahan turut menggairahkankeinginan para sejarawan untuk
menulis sejarah. Di abad pertengahan sendiri, semesta historiografi telah mencapai tahap
maturitas yang bukan hanya dewasa namun dikemas yang lebih elegan.
BIBLIOGRAFI
Pada Masa Pertengahan ini pula kajian bibliografi yang digunakan merupakan hasil dari
karya sebelumnya, seperti halnya dijelaskan diatas bahwa historiografi Islam abad
pertengahan tengah mengalamai kemajuan dalam penulisan sejaran dan sumber sejarah, hal
ini dapat dilihat dari pemekaian data yang ada seperti, Ilmu filsafat, sastra, dan pula sejumlah
karya–karya dari bahasa Persia yang diterjemahkan kedalam bahasa Arab. Lalu ada pua
percampuran dari bangsa India yang mengacu pada bidang kedokteran, ilmu matematika, dan
astronomi. Sementara pengaruh yang diberikan oleh Yunani, adalah filsafat.
Selama proses penterjemahan dilakukan, gerakan ini muncul tidak serta merta, melainkan
butuh beberapa tahap didalamnya, dan gerakan penterjemahan ini dibagi menjadi tiga tahap,
Pertama, pada masa ini dilakukan ketika memasuki kepemimpinan Khalifah al-Manshur
sampi pada harus al-Rasyid. Keilmuan pada tahap ini menfokuskan diri pada ilmu Mantiq,
dan Astronomi. Kedua, pada masa khalifah al-Ma’mun sampai tahun 300 H. Dalam tahap ini
penterjemahan pada bidang Filsafat dan kedokteran. Ketiga, tahap ini berlangsung setelah
tahun 300 H, karena dalam hal ini kertas mulai diproduksi, dari tahap ini juga mulai ada
unsur kebudayaan yang dipaparkan, ada ilmu pengetahuan umum dan agama.
Dicontohkan pada bidang Tafsir, dalam mengenal sumber, setidaknya ada 2 metode
penafsiran yang digunakan, Pertama, Tafsir bi al-Ma’tsur, artinya adanya penafsiran
kebudayaan traditional dengan mengambil penafsiran yang di pakai di Zaman Nabi SAW
hingga Khulafaur Rasyidin. Kedua, Tafisr bi al ra’yi, artinya metode yang digunakan
berdasarkan kepada pendapat dan pemikiran, serta tidak mencantumkan Hadits dan pendapat
dari Sahabat.
Al-Shakawi membuat karya yang berjudul “ad-Dhau’ al-Lami’ li ahl al Qurn at-Tasi”
memuat tentang biogrfai terkemuka secara luas dan lengkap. Al-Suyuthi seorang penulis
sejarah terkait dengan Mesir dalam al-Quran dan Sunnah, dan karya-karya klasik yang
berjudul “Huns al-muhadharah fi Akbar misr Wa al-qahirah”. Ibnu Khaldun al-Bar wa
Dawan almubtada wa al-khabar, berisikan terkait sejarah sosial, dan kritik terhadap karya
pas masa sebelumnya. Ibnu Hajar al-Asqolani menulis karya berjudul al-Ishabah fi tamyiz al-
Sahabah, berisi tentang biografi sahabat Nabi Muhammad Saw.
Abdurrahman ibn Hasan al Hanafi dikenal dengan sebutan Al Jabarti, lahir di Kairo tahun
1168 H/1754 M, dan wafat pada tahun 1825 M. Serangan Perancis dari Mesir, hingga
tersingkirinya Muhammad Ali dari pemerintahan. Peristiwa-peristiwa ini diabadikannya
dalam karya penting yangberjudul Aja’ib al Atsar fi Tarajim wa al Akbar (peningalan yang
menakjubkan tentang biografi tokoh dan peristiwa sejarah). Karya tersebut ada 4 jilid yang di
kenal dengan tarikh al-jabarti. Besarnya perhatian al Jabarti terhadap sejarah dilatarbelakangi
oleh kecintaan keluarganya terhadap dunia pengetahuan, terutama sejarah.
Al-Thahthawi merupakan salah satu murid dari Hasan al Aththar. Ketika berada di
Perancis al Thahthawi memperdalam bahasa Perancis, melalui penguasaannya terhadap
bahasa itu kemudian ia mulai membaca buku-buku politik, sosial, sastra, ilmu alam, dan
strategi peperangan. Selama di Perancis ia juga mengamati kondisi sosial, sebab-sebab
kebangkitan di Eropa, adat-istiadat penduduknya, dan metode pendidikannya. Kisah
perjalanannya ke Perancis dituangkan ke dalam karyanya yang berjudul Takhlis al Ibriz fi
Talkhisi Barz.
Ali Mubarok adalah yang muncul ketika Ismail menjadi penguasa (1866-1879M) di
Mesir. Ia berlatar belakang pendidikan dalam pendidikan tekni, astronomi, dan arkeologi.
Seperti halnya Rifa’ah ia juga menggunakan sumber-sumber dari Eropa. Karya-karya sejarah
yang ditulisnya mengenai sejarah topografi Mesir.
Muhammad Abduh adalah seorang pemikir muslim dari Mesir, Salah satu karya
Abduh yang terkenal adalah buku berjudul Risalah at-Tawhid yang diterbitkan pada tahun
1897. Muhamad Abduhn bekerja sama dengannya dalam menerbitkan majalah al-Ulwah al-
Wutsqa di Paris di dalam makalah-makalahnya yang di muat di surat kabar.
Muhammad Husein Haikal , ia dikenal sebagai ahli hukum yang kemudian karya yang
ditulis yakni berupa disertasi dengan judul “Ladette publique egyptienne”. Hayyatul
Muhammad (tentang sejarah Nabi Muhammad).
Khayruddin al-Tunisi, ia merupakan seorang budah Xerxes, ia kemudian di beli oleh
orang Tunisi untuk dididik hingga menjadi orang hebat yang konsen terhadap sejarah islam,
adapun karya yang dihasilkannya berjudul “ Aqwam al-Masalik Fi Ma’rifah ahwal al
Mamalik” isinya terkait menyerupai Muqaddimah yang ditulis oleh Ibnu Khaldun yakni baba
Muqqadimah dan Sejarah.
Ahmad Kasrawi, ia dikenal sebagai ahli sejarah, bahasa, dan Fiqih dari Iran serta
seorang pemikir, sementara yang yang dihasilkan berjudul “ Sejarah Revolusi Undang-
undang Iran, isinya terkait dengan sejarah keluarga penguasa di Iran, sebelum Saljuk, dan
terkait memperbaiki bahasa Iran.