Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL PENELITIAN

Studi Kualitas Fisik Udara

Di Instalasi Rawat Inap di Klinik Aisyah ADIPALA

Dosen Pembimbing :

Tri Cahyono SKM.,M.,Kes

OLEH:

FERY SUJATMIKO

P133743318097

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat-
Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Studi
Kualitas Fisik Udara di Klinik Aisyah Adipala”.
Sebagai salah satu syarat pedoman penelitian pada Program Studi Diploma III
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.
Dalam penyelesaian proposal ini peneliti banyak mendapat bantuan baik moril
maupun materiil dari berbagai pihak, untuk itu peneliti mengucapkan terimakasih
kepada:
1. selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.
2. Bapak Asep Tata Gunawan, SKM, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kesehatan
Lingkungan Purwokerto.
3. Bapak Suparmin, S.ST, M.Kes., selaku Ketua Prodi Diploma III Kesehatan
Lingkungan Purwokerto.
4. Ibu Mela Firdaus SKM.,M.kes selaku pembimbing proposal penelitian.
5. Ibu Mela Firdaus SKM.,M.kes selaku dosen pembimbing akademik.
6. Semua dosen dan staf Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto yang
telah membantu dalam kelancaran penulisan proposal penelitian ini.
7. Ibu, Bapak, semua saudara tercinta yang telah memberikan segalanya dan
selalu memberikan do’a serta motivasinya.
8. Sahabat – sahabatku dan rekan-rekan mahasiswa lain dan yang tidak bisa
disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam
proposal penelitian ini.
Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Purwokerto, 10 April 2020

Fery Sujatmiko
NIM: P133743318097
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. Perumusan Masalah.....................................................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................................................2
D. Manfaat..........................................................................................................................................3
BAB II.........................................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................................4
A. Pengertian......................................................................................................................................4
B. Rumah sakit...................................................................................................................................11
C. Faktor – Faktor Yang mempengaruhi kualitas fisik udara.....................................................16
D. Kerangka Teori...........................................................................................................................18
BAB III......................................................................................................................................................19
METODE PENELITIAN..........................................................................................................................19
A. Kerangka Pikir.............................................................................................................................19
B. Jenis Penelitian...........................................................................................................................21
C. Ruang Lingkup...........................................................................................................................21
D. Subjek Penelitian.......................................................................................................................22
E. Pengumpulan Data....................................................................................................................22
F. Pengolahan Data.......................................................................................................................24
G. Analisis Data..............................................................................................................................24
H. Etika Penelitian..........................................................................................................................24
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Perumusan Masalah

Bagaimana kondisi kualitas fisik udara di KLINIK AISYAH tahun 2020 ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mengetahui Kualitas fisik udara diinstalasi rawat inap
2. Tujuan Khusus
 Mengukur Intensitas Cahaya
 Mengukur Intensitas Suara
 Mengukur Instesitas Suhu
 Mengukur Intensitas Kelembaban
D. Manfaat

1. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru kepada masyarakat
mengenai kepadatan lalat yang berada di lingkungan Pasar Kota Banjarnegara
Kabupaten Banjarnegara.
2. Bagi Pengelola
Sebagai bahan masukan dalam pengendalian lalat di Pasar Kota Banjarnegara
Kabupaten Banjarnegara tahun 2019.
3. Bagi Almamater
Dapat menjadi bahan di perpustakaan Politeknik Kesehatan Jurusan Kesehatan
Lingkungan Purwokerto.
4. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mempraktekkan langsung teori-teori yang telah didapatkan selama
perkuliahan di lapangan, khususnya mata kuliah Pengendalian Vektor Penyakit yang
khususnya mengenai kepadatan lalat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

1. Pengertian tempat umum


Tempat umum adalah suatu tempat yang umumnya terdapat banyak orang yang
berkumpul untuk melakukan suatu kegiatan baik secara sementara maupun secara
terus menerus dan baik membayar maupun tidak membayar. Tempat umum juga
dapat diartikan sebagai sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah, swasta atau
perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat.
2. Pengertian Lalat
Menurut Kamus Biologi Wildan Yatim (2007, h.545)
“Lalat adalah serangga dari serangga muscidae. Belalai berdaging dan besar
di ujung, untuk menjilat makanan berupa cairan. Pada beberapa jenis belalai
berubah peran untuk menyobek dan menghisap cairan atau darah tompangan,
bahkan bisa juga untuk menusuk. Memilki kromosom 12 helai.”
3. Pengertian Kepadatan Lalat.
Menurut Ditjen PPM (pengendalian penyakit menular) dan PLP (penyehatan
lingkungan pemukiman) (1991, h. 9)
”Kepadatan lalat adalah jumlah lalat yang hinggap selama setiap 30 detik,
dihitung. Sedikitnya pada setiap lokasi dilakukan 10 kali perhitungan (10 kali 30
detik) dan 5 perhitungan yang tertinggi dibuat rata-ratanya dan dicatat”
4. Macam-macam Lalat.
Menurut Nuraini Devi (2001, h. 1)
“Pada saat ini dijumpai ± 60.000-100.000 sepesies lalat, tetapi tidak semua
spesies perlu diawasi karena beberapa diantaranya tidak berbahaya terhadap
kesehatan masyarakat.”
Jenis lalat:
a. Lalat Rumah (Musca Domestica)
b. Lalat Kandang (Stomoxys calcitrans)
c. Lalat Hijau (Phaenecia)

d. Lalat Daging (Sarcophaga)


5. Makanan Lalat

Menurut Ditjen PPM dan PL( Penyehatan Lingkungan ) (2001, h. 3-4),

“Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari terutama pada pagi hingga sore hari.
Serangga ini sangat tertarik pada makanan manusia sehari-hari seperti gula, susu,
makanan olahan, kotoran manusia dan hewan, darah serta bangkai binatang.
Sehubungan dengan bentuk mulutnya, lalat hanya akan makan dalam bentuk cairan,
makanan yang kering dibasahi oleh ludahnya terlebih dahulu baru dihisap. Air
merupakan hal yang penting dalam hidupnya, tanpa air lalat hanya hidup 48 jam
saja”.

6. Tempat Peristirahatan Lalat

Pada waktu hinggap lalat mengeluarkan ludah dan tinja yang membentuk titik
hitam.Tanda-tanda ini merupakan hal yang penting untuk mengenal tempat lalat
istirahat. Pada siang hari lalat tidak makan tetapi beristirahat di lantai dinding, langit-
langit, rumput-rumput dan tempat yang sejuk. Juga menyukai tempat yang
berdekatan dengan makanan dan tempat berbiaknya, serta terlindung dari angin dan
matahari yang terik.Di dalam rumah, lalat istirahat pada pinggiran tempat makanan,
kawat listrik dan tidak aktif pada malam hari. Tempat hinggap lalat biasanya pada
ketinggian tidak lebih dari 5 (lima) meter.
7. Jarak Terbang Lalat
Ririh Yudhastuti (2011, h. 35) menerangkan bahwa jarak terbang lalat sangat
tergantung pada adanya makanan yang tersedia, dengan jarak 100 m sampai 200
m.
8. Siklus Hidup Lalat
Menurut Ditjen PPM dan PL( Penyakit Menular ) (2001, h. 3-2), dalam
kehidupan lalat dikenal ada 4 (empat) tahapan yaitu dari telur, larva, pupa dan
dewasa.
Lalat berkembangbiak dengan bertelur, berwarna putih dengan ukuran lebih
kurang 1mm panjangnya. Setiap kali bertelur akan menghasilkan 120-130 telur dan
menetas dalam waktu 8-16 jam. Pada suhu rendah telur ini tidak akan menetas
(dibawah 12-13oC).Telur yang menetas akan menjadi larva berwarna putih
kekuningan, panjang 12-13 mm. Akhir dari phase larva ini berpindah tempat dari
yang banyak makanan ke tempat yang dingin guna mengeringkan tubuhnya. Setelah
itu berubah menjadi kepompong yang berwarna coklat tua, panjangnya sama
dengan larva dan tidak bergerak. Phase ini berlangsung pasa musim panas 3-7 hari
pada temperatur 30-35oC. Kemudian akan keluar lalat muda dan sudah dapat
terbang antara 450-900 meter. Siklus hidup dari telur hingga menjadi lalat dewasa 6-

20 hari.Lalat dewasa panjangnya lebih kurang 1/4 inci, dan mempunyai 4 garis

yang agak gelap hitam di punggungnya. Beberapa hari kemudian sudah siap
untuk berproduksi, pada kondisi normal lalat dewasa betina dapat bertelur sampai 5
(lima) kali, umur lalat pada umumnya sekitar 2-3 minggu, tetapi pada kondisi yang
lebih sejuk bisa sampa 3 (tiga) bulan.
9. Hubungan Kepadatan Lalat dengan Kesehatan
Menurut Ririh Yudhastuti (2011, h. 35) bahwa semua bagian tubuh lalat bisa
berperan sebagai alat penular penyakit, peranan lalat dalam menimbulkan penyakit
umumnya bersifat mekanis, yaitu dengan tercemarnya bahan makanan oleh bibit
penyakit yang kebetulan menempel pada tubuh, kaki ataupun bulu-bulu pada tubuh
lalat ketika hinggap di makanan tersebut.
Menurut Ditjen PPM dan PL( Penyehatan Lingkungan ) (2001, h. 10) penyakit
yang dapat ditularkan oleh lalat beserta gejalanya antara lain :
a. Disentri : Penyebaran bibit penyakit yang dibawa oleh lalat rumah
yang berasal dari sampah, kotoran manusia atau hewan terutama
melalui bulu-bulu badannya, kaki dan bagian tubuh yang lain dari lalat
dan bila lalat hinggap ke makanan yang akan dimakan oleh manusia,
akhirnya timbul gejala pada manusia yaitu sakit pada bagian perut,
lemas karena terhambat peredaran darah dan pada kotoran terdapat
mucus dan push.
b. Diare : Cara penyebarannya sama dengan desentri dengan gejala
sakit pada bagian perut, lemas dan pencernaan terganggu.
c. Typhoid : Cara penyebarannya sama dengan desentri, gangguan
pada usus, sakit pada perut, sakit kepala, berak berdarah dan demam
tinggi.

d. Cholera : Penyebarannya sama dengan desentri dengan gangguan


muntah-muntah, demam, dehydrasi.
10. Pengukuran Kepadatan Lalat

Menurut Ditjen PPM dan PLP (1991, h.5-9), pengukuran kepadatan


lalat dilakukan terhadap populasi lalat dewasa.Apapun tujuan dari
pengukuran kepadatan lalat adalah untuk mengetahui tingkat kepadatan
lalat dan untuk mengetahui sumber-sumber tempat perkembangbiakan
lalat.

Pengukuran kepadatan lalat dapat dilakukan dengan berbagai cara,


tetapi cara yang paling murah dan cepat adalah dengan menggunakan fly
grill. Fly grill dapat dibuat dari bilah-bilah kayu dengan ukuran lebar 2 cm
dan tebalnya 1 cm dengan panjang masing-masing bilah 80 cm, dan
jumlah bilah sebanyak 16-24 buah. Bilah-bilah yang telah disiapkan
dibentuk berjajar dengan jarak 1-2 cm pada kerangka kayu yang telah
disiapkan dan sebaiknya pemasangan bilah pada kerangkanya
menggunakan paku sekrup sehingga dapat dibongkar pasang setelah
dipakai.

Pengukuran kepadatan lalat dengan menggunakan fly grill


didasarkan pada sifat lalat, yaitu kesukaan lalat untuk hinggap pada tepi-
tepi atau tempat yang bersudut tajam.Cara pengukuran dengan
meletakkan fly grill pada titik pengukuran pada lokasi yang telah
ditentukan.Jumlah lalat yang hinggap selama 30 detik dihitung.Disetiap
titik pengukuran dilakukan 10 kali perhitungan dan 5 perhitungan tertinggi
dibuat rata rata.Angka rata-rata ini merupakan hasil kepadatan populasi
lalat dalam satu titik pengukuran.

Interpretasi hasil pengukuran kepadatan lalat di setiap lokasi yaitu


sebagai berikut :
a. 0-2 (rendah) :Tidak menjadi masalah
b. 3-5 (sedang) :Perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat-
tempat berbiaknya lalat ( tumpukan sampah, kotoran hewan dan
lain-lain )
c. 6-20 (tinggi) :Populasi padat dan perlu pengamanan terhadap
tempat-tempat berbiaknya lalat dan bila mungkin direncanakan
upaya pengendalian.
d. >21 (sangat tinggi) : Populasi sangat padat dan perlu dilakukan
pengamanan terhadap tempat-tempat berbiaknya lalat dan
tindakan pengendalian lalat.
11. Upaya Pengendalian Lalat
Upaya pengendalian terhadap lalat cenderung hanya untuk membunuh lalat
saja, yang dalam waktu singkat populasi lalat akan menurun. Lalat-lalat yang masih
hidup dan tertinggal apabila menemukan tempat-tempat yang ideal untuk
berkembangbiak maka suatu saat akan membentuk populasi baru sehingga upaya
pengendalian yang telah dilakukan akan sia-sia. Pengendalian lalat seharusnya tidak
hanya ditujukan kepada populasi lalat saja, tetapi juga pada sumber-sumber tempat
berkembangbiaknya lalat. Adapun tindakan pengendalian yang dapat dilakukan
(Ditjen PPM dan PL( Penyehatan Lingkungan ) 2001) adalah :

a. Mengurangi Sumber yang Menarik Lalat : untuk mengurangi sumber


yang menarik lalat dapat dicegah dengan melakukan kegiatan :
Kebersihan lingkungan, membuat saluran air limbah (SPAL),
menutup tempat sampah, untuk industri yang menggunakan produk
yang dapat menarik lalat dapat dipasang dengan alat pembuang bau
(Exhaust).
b. Mencegah kontak antara lalat dengan kotoran yang mengandung
kuman penyakit : cara-cara untuk mencegah kontak antara lalat dan
kotoran yang mengandung kuman, adalah dengan membuat
konstruksi jamban yang memenuhi syarat, mencegah lalat kontak
dengan orang yang sakit, tinja, kotoran bayi, orang sakit dan
penderita sakit mata, mencegah agar lalat tidak masuk ke tempat
sampah dari pemotongan hewan dan bangkai binatang.
c. Menurut Ditjen PPM dan PL ( Penyehatan Lingkungan ) (2001)
melindungi makanan, peralatan makan dan orang yang kontak
dengan lalat dapat dilakukan dengan cara :
1) Makanan dan peralatan makan yang digunakan harus anti
lalat
2) Makanan disimpan di lemari makan
3) Makan perlu dibungkus
4) Jendela dan tempat-tempat terbuka dipasang kawat kasa
5) Pintu dipasang dengan sistim yang dapat menutup sendiri
6) Pintu masuk dilengkapi dengan gorden anti lalat

7) Penggunaan kelambu atau tudung saji , dapat digunakan


untuk menutup bayi agar terlindung dari lalat, nyamuk dan
serangga lainnya

8) Menutup makanan atau peralatannya

9) Kipas angin elektrik dapat dipasang untuk menghalangi lalat


masuk
d. Pemberantasan lalat secara langsung
Menurut Ditjen PPM dan PL( Penyehatan Lingkungan ),
pemberantasan lalat secara langsung meliputi cara fisik, kimia dan
biologi (2001, h. 18)
1) Cara Fisik
Metode utama yang diterapkan untuk pengendalian vektor
secara fisik adalah penangkapan lalat menggunakan
perangkap lalat. Alat yang dibutuhkan yaitu Fly trap, Sticky
tapes, pembunuh electrik, kawat kasa, dan lain-lain. Tenaga
yang melaksanakan adalah petugas pasar yang telah
ditunjuk.
a) Perangkap Lalat
Fly trap adalah sebuah model perangkap yang
terdiri dari kontainer plastik atau kaleng untuk umpan,
tutup kayu atau plastik dengan celah kecil, dan
sangkar diatas penutup. Celah selebar 0,5cm antara
sangkar dan penutup tersebut memberi kelonggaran
kepada lalat untuk bergerak pelan menuju penutup.

Kontainer harus terisi separuh dengan umpan,


yang akan luntur tekstur & kelembabannya. Tidak ada
air tergenang dibagian bawahnya.Dekomposisi
sampah basah dari dapur adalah yang paling cocok,
seperti sayuran hijau, sereal, dan buah-buahan.
b) Umpan Kertas Lengket Berbentuk Pita atau Lembaran
(Sticky Tapes)
Sticky tapes merupakan alat yang sudah
banyak tersedia dipasaran. Cara kerjanya dengan
menggantungkannya diatap, alat ini dapat menarik
lalat karena kandungan gulanya sehingga lalat
hinggap pada alat ini dan akan terperangkap oleh
lem. Alat ini dapat berfungsi beberapa minggu bila
tidak tertutup sepenuhnya oleh debu atau lalat yang
terperangkap.
c) Penangkap dan pembunuh elektronik
Lalat yang tertarik pada cahaya akan terbunuh setelah
kontak dengan jeruji yang bermuatan listrik yang menutupi.
Sinarbias dan ultraviolet menarik lalat hijau (blow flies) tetapi
tidak terlalu efektif untuk lalat rumah metode ini harus diuji
dibawah kondisi setempat sebelum investasi selanjutnya
dibuat.Alat ini kadang digunakan didapur rumah sakit dan
restoran.
2) Cara Biologi
Metode utama yang diterapkan adalah pemanfaatan predator dan
rekayasa genetika.Alat yang dibutuhkan yaitu peralatan laboratorium
yang dibutuhkan oleh petugas.Tenaga yang melaksanakan yaitu
petugas yang ahli dalam bidangnya.
Pengendalian lalat dengan cara biologi umumnya dengan
menggunakan parasit lalat, walaupun juga ada predatornya. Parasit lalat
yang efektif adalah bakteri yaitu Bacterium delendae-muscae.Predator
pemangasa larva dengan memanfaatkan sejenis semut kecil berwana
hitam (Phiedoloqelon affinis) untuk mengurangi populasi lalat rumah
ditempat –tempat sampah (Filipina). (Ditjen PPM dan PL( Penyehatan
Lingkungan ), 2001)
3) Cara Kimia atau Insektisida
Metode yang diterapkan untuk pengendalian lalat secara kimia
yaitu penggunaan pestisida ini dapat dilakukan melalui cara umpan
(baits), penyemprotan dengan efek residu (residual spraying) dan
pengasapan (space spraying). Alat yang digunakan yaitu swing fog, mist
blower, spraycan, perlengkapan pelindung dibagi petugas (sarung
tangan, masker, kaca mata, pakaian khusus, topi, sepatu). Petugas
pelaksana yaitu petugas yang sudah berpengalaman, mempunyai
pengetahuan tentang pestisida, alat, antidote, dan lain-lain. (Ditjen PPM
dan PL, 2001)
B. Pasar

1. Pengertian Pasar
Menurut Suparlan (2012, h. 175) pasar adalah :
“Segenap kelompok peralatan yang sebagian beratap dan sebagian lagi
terbuka tanpa atap, dimana pedagang- pedagang berkumpul untuk
memperdagangkan dan menjual barang-barang dagangannya”
2. Persyaratan Pasar
a. Bangunan
1) Umum : bangunan dan rancang bangun harus dibuat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2) Penataan Ruang dagang
a) Pembagian area sesuai dengan jenis komoditi, sesuai dengan sifat dan
klasifikasinyaseperti : basah, kering, penjualan unggas hidup,
pemotongan unggas.
b) Pembagian zoning diberi indentitas yang jelas.
c) Tempat penjualan daging, karkas unggas, ikan ditempatkan di tempat
khusus.
d) Setiap los (area berdasarkan zoning) memiliki lorong yang lebarnya
minimal 1,5 meter.
e) Setiap los/kios memiliki papan identitas yaitu nomor, nama
pemilik dan mudah dilihat.
f) Jarak tempat penampungan dan pemotongan unggas dengan
bangunan pasar utama minimal 10 m atau dibatasi tembok
pembatas dengan ketinggian minimal 1,5 m.
g) Khusus untuk jenis pestisida, bahan berbahaya dan beracun
(B3) dan bahan berbahaya lainnya ditempatkan terpisah dan
tidak berdampingan dengan zonamakanan dan bahan
pangan.
3) Persyaratan Pengendalian Lalat
a) Tempat penjualan bahan pangan basah.
(1) Mempunyai meja tempat penjualan dengan permukaan yang rata
dengankemiringan yang cukup sehingga tidak menimbulkan
genangan air dan tersedia lubangpembuangan air, setiap sisi
memiliki sekat pembatas dan mudah dibersihkan dengan tinggi
minimal 60 cm dari lantai dan terbuat dari bahan tahan karat dan
bukan darikayu.
(2) Penyajian karkas daging harus digantung
(3) Tersedia tempat penyimpanan bahan pangan, seperti : ikan dan
dagingmenggunakan rantai dingin (cold chain) atau bersuhu rendah
(4-10º C)
(4) Saluran pembuangan limbah tertutup, dengan
kemiringan sesuai ketentuan yang berlaku sehingga
memudahkan aliran limbah serta tidak melewati area
penjualan.
(5) Tersedia tempat sampah kering dan basah, kedap air,
tertutup dan mudahdiangkat.
(6) Tempat penjualan bebas vektor penular penyakit dan
tempat perindukannya, seperti : lalat, kecoa, tikus,
nyamuk.
b) Tempat Penjualan Bahan Pangan Kering
(1) Mempunyai meja tempat penjualan dengan permukaan yang rata
dan mudahdibersihkan, dengan tinggi minimal 60 cm dari lantai.
(2) Tersedia tempat sampah kering dan basah, kedap air, tertutup dan
mudahdi angkat.
(3) Tempat penjualan bebas binatang penular penyakit (vektor) dan
tempatperindukannya (tempat berkembang biak) seperti : lalat,
kecoa, tikus, nyamuk
c) Tempat Penjualan Makanan Jadi/Siap Saji
(1) Tempat penyajian makanan tertutup dengan permukaan yang rata
dan mudahdibersihkan, dengan tinggi minimal 60 cm dari lantai dan
terbuat bahan yang tahankarat dan bukan dari kayu.
(2) Saluran pembuangan air limbah dari tempat pencucian harus
tertutup dengankemiringan yang cukup.

(3) Tersedia tempat sampah kering dan basah, kedap air,


tertutup dan mudahdiangkat.

(4) Tempat penjualan bebas vektor penular penyakit dan


tempat perindukannya, seperti : lalat, kecoa, tikus,
nyamuk.
b. Sanitasi
1) Air Bersih
a) Tersedia air bersih dengan jumlah yg cukup setiap hari secara
berkesinambungan,minimal 40 liter per pedagang.
b) Kualitas air bersih yg tersedia memenuhi persyaratan.
c) Tersedia tendon air yang menjamin kesinambungan ketersediaan air
dan dilengkapidengan kran yg tidak bocor.
2) Kamar Mandi dan Toilet
a) Harus tersedia toilet laki-laki dan perempuan yang terpisah dilengkapi
dengantanda/simbol yang jelas dengan proporsi sebagai berikut:
(KEPMENKES No.519/MENKES/SK/VI/2008)
Tabel 2.1 Kebutuhan Kamar Mandi

No JumlahPedagang Jumlah Jumlah Toilet


kamar mandi
1. s/d 25 1 1
2. 25 s/d 50 2 2
3. 51 s/d 100 3 3
Setiap penambahan 40-100 orang harus ditambah satu
kamar mandi dansatu toilet

b) Didalam kamar mandi harus tersedia bak dan air bersih


dalam jumlah yang cukup danbebas jentik
c) Didalam toilet harus tersedia jamban leher angsa,
peturasan dan bak air
d) Tersedia tempat cuci tangan dengan jumlah yang cukup
yang dilengkapi dengan sabun dan air yang mengalir
e) Air limbah dibuang ke septic tank (multi chamber), riol atau
lubang peresapan yangtidak mencemari air tanah dengan
jarak 10 m dari sumber air bersih
f) Lantai dibuat kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan
dengan kemiringan sesuaiketentuan yang berlaku
sehingga tidak terjadi genangan
g) Letak toilet terpisah minimal 10 meter dengan tempat
penjualan makanan danbahan pangan
h) Luas ventilasi minimal 20 % dari luas lantai dan
pencahayaan 100 lux
c. Pengelolaan Sampah
1) Setiap kios/los/lorong tersedia tempat sampah basah dan kering
2) Terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat, kuat, tertutup, dan
mudahdibersihkan
3) Tersedia alat angkut sampah yang kuat, mudah dibersihkan dan mudah
dipindahkan
4) Tersedia tempat pembuangan sampah sementara (TPS),
kedap air, kuat, kedap airatau kontainer, mudah dibersihkan
dan mudah dijangkau petugas pengangkutsampah
5) TPS tidak menjadi tempat perindukan binatang (vektor)
penular penyakit
6) Lokasi TPS tidak berada di jalur utama pasar dan berjarak
minimal 10 m dari bangunanpasar
7) Sampah diangkut minimal 1 x 24 jam
d. Drainase
1) Selokan/drainase sekitar pasar tertutup dengan kisi yang terbuat dari
logam sehingga mudah dibersihkan
2) Limbah cair yang berasal dari setiap kios disalurkan ke instalasi
pengolahan air limbah (IPAL),sebelum akhirnya dibuang ke saluran
pembuangan umum
3) Kualitas limbah outlet harus memenuhi baku mutu sebagaimana diatur
dalam KeputusanMenteri Lingkungan Hidup nomor : 112 tahun 2003
tentang kualitas air limbah
4) Saluran drainase memiliki kemiringan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku sehingga mencegahgenangan air
5) Tidak ada bangunan los/kios diatas saluran drainase
6) Dilakukan pengujian kualitas air limbah cair secara berkala setiap 6
(enam) bulan sekali.
e. Binatang penular penyakit (vektor)
1) Pada los makanan siap saji dan bahan pangan harus bebas dari lalat,
kecoa dan tikus
2) Pada area pasar angka kepadatan tikus harus nol
3) Angka kepadatan kecoa maksimal 2 ekor per plate di titik
pengukuran sesuai dengan areapasar
4) Angka kepadatan lalat di tempat sampah dan drainase
maksimal 30 per gril net
5) Container Index (CI) jentik nyamuk aedes aegypty tidak
melebihi 5 %
f. Desinfeksi Pasar
1) Desinfeksi pasar harus dilakukan secara menyeluruh 1 hari dalam
sebulan
2) Bahan desinfektan yang digunakan tidak mencemari lingkungan
g. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
1) Pedagang dan Pekerja
a) Bagi pedagang karkas daging/unggas, ikan dan pemotong unggas
menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan pekerjaanannya
(sepatu boot, sarung tangan, celemek, penutuprambut dll)
b) Berpola hidup bersih dan sehat (cuci tangan dengan sabun, tidak
merokok, mandi sebelum pulangterutama bagi pedagang dan
pemotong unggas, tidak buang sampah sebarangan, tidakmeludah dan
buang dahak sembarangan dll)
c) Dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi pedagang secara berkala
minimal 6 bulan sekali
d) Pedagang makanan siap saji tidak sedang menderita penyakit menular
langsung, seperti :diare, hepatitis, TBC, kudis, ISPA dll
2) Pengunjung
a) Berpola hidup bersih dan sehat, seperti : tidak buang sampah
sebarangan, tidak merokok,tidak meludah dan buang dahak
sembarangan dll
b) Cuci tangan dengan sabun terutama setalah memegang
unggas/hewan hidup, daging, ikan
3) Pengelola
Mempunyai pengetahuan dan keterampilan dibidang hygiene sanitasi
dan keamanan pangan
C. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kepadatan Lalat

Beberapa faktor yang mempengaruhi kepadatan lalat yaitu iklim, parasit dan
predator, kegiatan manusia, temperatur, kelembaban, benda-benda organik, sampah
basah, sinar matahari.
1. Musim : Menurut Ditjen PPM dan PLP (1991, h.4) pada musim panas lalat
bertahan 2-4 minggu, sedangkan pada musim dingin bisa mencapai 70 hari.
2. Parasit dan Predator : Lalat dikenal sebagai hewan pembawa berbagai penyakit.
Karena semua bagian tubuh lalat bisa berperan sebagai alat penular penyakit,
yaitu badan, bulu pada kaki, serta faeces dan muntahannya.
3. Beberapa Kegiatan Manusia : kegiatan manusia sangat berpengaruh terhadap
kepadatan lalat, seperti membuang sampah sembarangan secara terus
menerus. Maka hal tersebut akan mengakibatkan sampah menumpuk, dan
menarik lalat.
4. Temperatur : Menurut Ditjen PPM dan PLP (1991, h. 4) lalat mulai terbang pada
temperatur 15ºC dan aktivitas optimumnya pada temperatur 21ºC. Pada
temperatur dibawah 7,5ºC tidak aktif, diatas 45ºC terjadi kematian pada lalat.
5. Kelembaban : Menurut Ditjen PPM dan PLP (1991, h. 4) kelembaban erat
hubungannya dengan temperatur setempat dan biasanya lalat hidup pada
kelembaban yang optimum 90%.
6. Adanya Benda Organik : Menurut Ditjen PPM dan PLP (1991, h. 5) benda-benda
organik, seperti kotoran hewan, kotoran manusia, sampah dan makanan ikan
adalah tempat yang cocok untuk berkembangbiaknya lalat.
7. Sampah Basah : Menurut Ditjen PPM dan PLP (1991, h.4) lalat suka hinggap
pada sampah basah sisa makanan dari hasil olahan dan buahbuahan yang di
rumah maupun di pasar.
8. Sinar Matahari : Menurut Ditjen PPM dan PLP (1991, h.5) lalat merupakan
serangga yang bersifat fototropik, yaitu menyukai sinar. Pada malam hari tidak
aktif, namun bisa aktif dengan adanya sinar buatan. Efek sinar pada lalat
tergantung sepenuhnya pada temperature dan kelembaban.
D. Kerangka Teori

Pasar

FaktorLingkungan Pengukuran Los Buah


Los Sayuran
Los Ikan
ngan Kepadatan Lalat
Kelembaban Los Daging
Tempat
Suhu TPS
Waktu
Cahaya Jajanan terbuka
Teknik/cara

Sangat Tinggi

Upaya Pengendalian

Gambar 2.1 Kerangka Teori Kepadatan Lalat di Pasar Kota


Banjarnegara.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Pikir

1. Kerangka Pikir

INPUT PROSES OUTPUT

Kepadatan lalat di Pasar kota Banjarnegara Kabupaten Banja


Faktor Lingkungan Pelaksanaan Sangat Tinggi
Pengukuran Tinggi
- Kelembaban
- Suhu Kepadatan Lalat Sedang
- Cahaya Rendah
- Tempat
- Waktu
Jenis Los di Pasar - Teknik/cara

- Los buah
- Los sayuran
- Los ikan
- Los daging
Upaya Pengendalian
Di sumber lalat (TPS)
Tempat penjualan
makanan atau jajanan
terbuka
Gambar 3.1 Kerangka Pikir
2. Definisi Operasional

Definisi Cara Alat Satua


No Variabel Kriteria
Operasional ukur Ukur n
1. Kelembaban Kandungan uap Lembab dan Peng- Hygrometer Dinyatak
air udara di tidak lembab ukuran an dalam
lingkungan satuan
lokasi penelitian porsen
yang diukur (%)
2. Suhu Besaran yang 18ºC – 30ºC Peng- Termometer Dinyatak
menyatakan ukuran an dalam
panas atau satuan
dingiinya lokasi ºC
yang akan
dilakukan peng-
ukuran
5. Cahaya Kuat lemahnya Cahaya cukup Peng- Luxmeter Dinyatak
cahaya yang apabila ukuran an dalam
terdapat di pencahayaan satuan
lokasi peng- 100 lux lux
ukuran
6. Kepadatan Rata-rata jum- a. 0-2 (Rendah) Peng- Fly grill Dinyatak
Lalat lah pengukuran b. 3-5 (Sedang) ukuran an dalam
lalat yang c. 6-20 (Tinggi) ekor per
hinggap pada d. >20 (Sangat block grill
blockgrill. Diam- Tinggi)
bil 5
perhitungan ter-
tinggi dari 10
kali pengukuran
Tabel 3.1 Definisi Operasional
B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif,


untuk mengetahui tingkat kepadatan lalat, membandingkan tingkat
kepadatan lalat, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
kepadatan lalat, dan upaya pengendalian kepadatan lalat.

C. Ruang Lingkup

1. Waktu
a. Tahap persiapan : Januari 2019
b. Tahap pelaksanaan : Februari 2019
c. Tahap penyelesaian : Maret 2019
2. Lokasi
Lokasi penelitian Pasar Kota Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara
3. Materi
a. Kepadatan Lalat
Kepadatan lalat adalah jumlah lalat yang hinggap selama setiap 30 detik,
dihitung. Sedikitnya pada setiap lokasi dilakukan 10 kali perhitungan (10
kali 30 detik) dan 5 perhitungan yang tertinggidibuat rata-ratanya dan
dicatat
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepadatan Lalat
Suatu keadaan yang berpengaruh terhadap kepadatan lalat di suatu
tempat.

c. Upaya Pengendalian Lalat

Upaya yang dilakukan guna untuk mengendalikan dan


mengurangi kepadatan lalat di suatu tempat
D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah kepadatan lalat di setiap los buah, sayuran, ikan,
daging, TPS serta tempat penjualan makanan atau jajanan yang terbuka di Pasar Kota
Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara.
E. Pengumpulan Data

1. Jenis Data
a. Data Umum
1) Keadaan Geografis
2) Jumlah Pedagang
3) Struktur Organisasi Pasar Kota Banjarnegara Kabupaten
Banjarnegara.
b. Data Khusus
1) Kelembaban
2) Suhu
3) Pencahayaan
4) Kepadatan Lalat
5) Faktor-faktor yang mempengaruhi kepadatan lalat
6) Upaya pengendalian lalat

2. Sumber Data
a. Data Primer
Diperoleh secara langsung pada saat kegiatan dilakukan,
meliputi pengukuran :
- Kelembaban
- Suhu
- Pencahayaan
- Kepadatan Lalat
- Faktor-faktor yang mempengaruhi kepadatan lalat
- Upaya Pengendalian lalat
b. Data Sekunder
Diperoleh dari hasil wawancara dengan pengelola pasar diantaranya
mengenai :
- Keadaan Geografis
- Jumlah Pedagang
- Struktur Organisasi Pasar Kota Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara
3. Cara Pengumpulan Data
a. Wawancara
Dilakukan langsung oleh peneliti dengan bantuan
kuesioner yang ditujukkan kepada petugas pasar

b. Observasi
Dilakukan oleh peneliti untuk melakukan pengamatan
secara langsung mengenai objek yang akan diteliti, mengenai
kepadatan lalat di setiap los ( buah, sayuran, ikan, dan daging ),
TPS yang merupakan sumber lalat, serta di tempat penjualan
makanan atau jajanan terbuka yang dijual di Pasar Kota
Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara.
c. Pengukuran
Dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan alat bantu
Fly Grill untuk melakukan pengukuran kepadatan lalat pada ke
empat los (buah, sayuran, ikan, daging), TPS yang merupakan
sebagai sumber lalat, tempat penjualan makanan atau jajanan
terbuka. Serta melakukan pengukuran terhadap parameter
(kelembaban, suhu, pencahayaan) yang mempengaruhi
kepadatan lalat di Pasar Kota Banjarnegara Kabupaten
Banjarnegara.
4. Instrumental Pengumpul Data
a. Kuesioner
b. Checklist
c. Alat Ukur
Hygrometer (Dry and Wet) untuk pengukuran suhu dan
kelembaban, Lux Meter untuk pengukuran pencahayaan, Fly
Grill untuk mengukur Kepadatan Lalat
F. Pengolahan Data

1. Editing : menyusun dan menyelesaikan data-data yang diperoleh dari


hasil pengukuran terhadap komponen yang mempengaruhi lalat di
Pasar Kota Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara.
2. Tabulating : penyajian hasil penelitian dengan pembuatan tabel.

G. Analisis Data

Analisis data penelitian ini menggunakan analisis tabel, dengan


menghitung nilai mean, menghitung prosentase kepadatan lalat, serta
membandingkan antara hasil pengukuran kepadatan lalat yang telah
dilakukan dengan interpretasi data hasil pengukuran kepadatan lalat
tersebut.
H. Etika Penelitian

Pada penelitian ini penulis menjamin kerahasiaan data idientitas


yang diwawancarai maupun hasil data yang dikumpulkan demi nama
baik dan citrasubyek penelitian.

Anda mungkin juga menyukai