DIBUAT OLEH :
Kata Pengantar
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga dengan semangat yang
ada penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah
Perumusan Pancasila Di Indonesia”. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta para
pengikutnya. Penulis mengucapkan Alhamdulillah, puji syukur kehadirat
Allah SWT.yang selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan lancar. Penulis
menyadari karya tulis ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai
pihak. Semoga dengan selesainya makalah ini dapat menambah ilmu kita
khususnya dalam hal menulis karya tulis ilmiah.
Balikpapan,03-1102021
Penulis
[Type here]
Daftar Isi
Kata Pengantar.............................................................................................................................................. 2
Daftar Isi.......................................................................................................................................................... 3
BAB 1 Pendahuluan...................................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................................... 5
1.3 Tujuan.......................................................................................................................................................... 5
Bab 2 Pembahasan....................................................................................................................................... 6
2.1 Apa itu Pancasila.................................................................................................................................... 6
2.2 Soekarno Pencetus Pancasila............................................................................................................. 7
2.3 Piagam jakarta....................................................................................................................................... 10
2.4 Toleransi pemimpin Islam.................................................................................................................. 13
BAB 3 Penutup............................................................................................................................................ 20
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................................ 20
[Type here]
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Namun, dewasa ini masih banyak yang belum bahkan tidak mengetahui
bagaiman
Sejarah perumusan terbentuknya pancasila. Pancasila terbentuk melalui
proses
yang sangat panjang dan dalam proses itu banyak polemik serta
kontroversi yang akut dan berkepanjangan baik mengenai siapa pengusul
pertama sampai dengan pencetus istilah Pancasila. Di dalam rumusan-
rumusan Pancasila terdapat nilai-nilai yang dapat kita ambil dari
pengambilan keputusan para tokoh karena menyangkut seluruh bangsa
Indonesia agar tidak kembali terpecah belah.
1.3 Tujuan
4.Untuk mengetahui solusi apa saja yang diberikan oleh pemimpin agama dalam
menyelesaikan masalah toleransi agama dalam awal perumusan Pancasila.
[Type here]
Bab 2 Pembahasan
Sekilas kita tinjau arti penting pidato Soekarno tanggal 1 Juni 1945 dalam
perspektif perjalanan Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara.
Sebelum Soekarno mendapat giliran menyampaikan pokok-pokok pikiran
tentang dasar negara, rapat besar BPUPKI telah menyimak beberapa
pidato tentang rancangan dasar negara, antara lain dari Mr. Muhammad Yamin
pada 29 Mei 1945 dan Mr. Soepomo pada 31 Mei 1945. Muhammad Yamin
mengemukakan lima asas yang kemudian dimuat dalam Naskah Persiapan
Undang-Undang Dasar 1945, ialah peri kebangsaan, peri ketuhanan,
kesejahteraan rakyat, peri kemanusiaan, dan peri kerakyatan.
Selain itu, juga ada pidato tokoh Islam yang juga Ketua PB Muhammadiyah Ki
Bagus Hadikusumo pada 31 Mei 1945. Ki Bagus mengemukakan agar negara
Indonesia baru yang akan datang itu berdasarkan agama Islam, di atas
petunjuk-petunjuk Al Quran dan Hadits, agar menjadi negara yang tegak dan
teguh serta kuat dan kokoh. Ki Bagus Hadikusumo mengingatkan bahwa sudah
enam abad Islam menjadi agama kebangsaan Indonesia dan tiga abad sebelum
Belanda menjajah di sini, hukum Islam sudah berlaku di Indonesia. Dalam
pidato Soekarno sepuluh kali menyebut nama Ki Bagus Hadikusumo.
Menurut Mohammad Hatta, uraian Soekarno tentang lima sila yang bersifat
kompromistis, dapat meneduhkan pertentangan yang mulai tajam antara
pendapat yang mempertahankan Negara Islam dan mereka yang menghendaki
dasar negara sekuler, bebas dari corak agama. Sebelum sidang pertama ini
berakhir, dibentuk suatu panitia kecil untuk:
[Type here]
Dalam panitia kecil, dipilih 9 orang untuk menyelenggarakan tugas itu dan
disetujui pada tanggal 22 Juni 1945 yang kemudian diberi nama “Piagam
Jakarta.
Prof. K.H. Saifuddin Zuhri, Menteri Agama periode 1962 – 1967 dan tokoh
Nahdlatul Ulama, dalam Kata Pengantar buku Piagam Jakarta karya
Endang Saifuddin Anshari berpendapat, “Piagam Jakarta tidak kehilangan
fungsinya maupun peranannya sebagai alat pemersatu seluruh bangsa
Indonesia seperti yang pernah diucapkan oleh Presiden Soekarno dalam
rapat peringatan lahirnya Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1965 di Istora
Jakarta. Dan, 9 tokoh nasional yang menandatangani Piagam Jakarta itu
sendiri pun merupakan perekat persatuan bangsa Indonesia. Salah satu
tokoh Masyumi Dr. H. Anwar Harjono, SH ketika menanggapi
kesalahpahaman banyak kalangan tentang Piagam Jakarta, menyatakan,
“Piagam Jakarta kerapkali diidentikkan dengan gagasan Negara Islam,
dalam pengertian yang tidak tepat pula. Penulis sependapat dengan Ismail
Suny yang mengatakan bahwa orang tidak perlu menjadi Guru Besar
Hukum Tata Negara dahulu, karena cukup jelas, bahwa dengan ketentuan
tujuh kata-kata dalam Piagam Jakarta sama sekali tidak berarti telah
terbentuk Negara Islam. Dengan tujuh kata-kata itu hanya dapat diartikan
bahwa hukum Islam berlaku bagi pemeluk-pemeluk Islam sebagai halnya
politik Hindia-Belanda sebelum tahun 1929.
Mohammad Hatta meminta tiga tokoh Islam itu bersedia menghapus tujuh
kata dalam rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar dan
menggantinya dengan Ketuhanan Yang Maha Esa. Ki Bagus Hadikusumo,
pucuk pimpinan Muhammadiyah, satu-satunya eksponen perjuangan Islam
yang paling senior waktu itu semula keberatan, mengingat rumusan kalimat
mengenai kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
merupakan hasil musyawarah-mufakat dalam rapat BPUPKI 22 Juni 1945.
Kasman Singodimedjo dan Teuku M. Hasan membujuk Ki Bagus agar
menerima saran Mohammad Hatta, karena keputusan terakhir ada pada Ki
Bagus Hadikusumo.
Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah sebagai dasar daripada sila-sila yang
lain.”
Pada akhirnya, semua elemen dan elite bangsa harus mampu berpikir
jernih dan bebas dari beban sejarah atau dendam masa lalu dalam
membaca kedudukan Pancasila dan kedudukan agama secara
konstitusional di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal itu amat penting
untuk menjaga keutuhan bangsa dan negara di atas landasan ideologis
konstitusional.
[Type here]
BAB 3 Penutup
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSAKA
https://jejakislam.net/pancasila-perjalanan-sebuah-ldeologi-dan-
dasar-negara/
A.M. Fatwa, Pancasila Karya Bersama Milik Bangsa, Jakarta: The
Fatwa Center, 2010).
Lukman Hakiem, editor. Dari Muhammadiyah Untuk Indonesia;
Pemikiran dan Kiprah Ki Bagus Hadikusumo, Mr. Kasman
Singodimedjo, dan KH Abdul Kahar Mudzakkir. Jakarta: PP
Muhammadiyah, 2013
Endang Saifuddin Anshari, Piagam Jakarta 22 Juni 1945, Bandung:
Pustaka – Perpustakaan Salman ITB, 1401 H – 1981 M
Mohammad Hatta, Pengertian Pancasila, Jakarta: Yayasan Idayu,
1981
[Type here]