Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengapa kebijakan kesehatan itu sangat penting? Hal itu disebabkan antara lain
sektor kesehatan merupakan bagian dari ekonomi. Jelasnya sektor kesehatan ibarat suatu
sponge yang mengabsorpsi banyak anggaran belanja negara untuk membayar sumber
daya kesehatan. Ada yang mengatakan bahwa kebijakan kesehatan merupakan driver
dari ekonomi, itu disebabkan karena adanya inovasi dan investasi dalam bidang
teknologi kesehatan, baik itu bio-medical maupun produksi, termasuk usaha dagang yang
ada pada bidang farmasi. Namun yang lebih penting lagi adalah keputusan kebijakan
kesehatan melibatkan persoalan hidup dan mati manusia (Buse, Mays & Walt, 2005).
Kebijakan kesehatan itu adalah tujuan dan sasaran, sebagai instrumen, proses dan gaya
dari suatu keputusan oleh pengambil keputusan, termasuk implementasi serta penilaian
(Lee, Buse & Fustukian, 2002). Kebijakan kesehatan adalah bagian dari institusi,
kekuatan dari aspek politik yang memengaruhi masyarakat pada tingkat lokal, nasional
dan dunia (Leppo, 1997).
Kebijakan kesehatan merupakan bagian dari sistem kesehatan (Bornemisza &
Sondorp, 2002). Komponen sistem kesehatan meliputi sumber daya, struktur organisasi,
manajemen, penunjang lain dan pelayanan kesehatan (Cassels, 1995). Kebijakan
kesehatan bertujuan untuk mendisain program-program di tingkat pusat dan lokal, agar
dapat dilakukan perubahan terhadap determinan- determinan kesehatan (Davies 2001;
Milio 2001), termasuk kebijakan kesehatan internasional (Hunter 2005; Labonte, 1998;
Mohindra 2007).
Seluruh kebijakan kesehatan pada umumnya dilaksanakan untuk mencapai tujuan
atau target tertentu, dan untuk mencapai target yang telah ditentukan tersebut maka
manajemen organisasi akan melakukan berbagai langkah evaluasi sesuai dengan analisa
situasi yang sudah dilaksanakan sebelumnya. Ketika kebijakan tersebut sudah
dilaksanakan maka akan dihasilkan capaian-capaian tertentu. Sehingga kegiatan
selanjutnya adalah mengukur sejauh mana capaian dari masing-masing kebijakan
dibandingkan dengan perencanaan yang sudah ditetapkan saat akan dibuat kebijakan
tesrebut. Dari keinginan untuk mengukur pencapaian hasil kerja inilah maka evaluasi
1
dilaksanakan, baik terhadap kebijakan itu sendiri maupun terhadap Langkah-langkah
dalam pelaksanaan kebijkan nya.
Evaluasi atau kegiatan penilaian merupakan bagian yang penting dari proses
manajemen dan didasarkan pada sistem informasi manajemen. Evaluasi dilaksanakan
karena adanya dorongan atau keinginan untuk mengukur pencapaian hasil pelaksanaan
kebijakan tersebut terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi akan memberikan
umpan balik (feed back) terhadap kebijakan yang telah ditetapkan. Tanpa adanya
evaluasi, sulit untuk mengetahui sejauh mana tujuan-tujuan yang sudah direncanakan
oleh suatu kebijakan telah tercapai atau belum. Evaluasi dipandang sebagai suatu cara
untuk perbaikan pembuatan keputusan untuk tindakan-tindakan di masa yang akan
datang (Reinke: 1994).
Pandemi Covid 19 menjadi pembelajaran bagi Indonesia untuk terus meningkatkan
kewaspadaanatas kondisi kegawatdaruratan kesehatan melalui reformasi sistem
kesehatan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan keamanan dan ketahanan
kesehatan, menjamin akses pelayanan kesehatan yang berkualitas di seluruh Indonesia
dan meningkatkan peran serta masyarakat dan memperkuat upaya promotif dan
preventif.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penulisan makalah ini, antara lain:
1. Bagaimana evaluasi kebijakan pelayanan kesehatan di Indonesia?
2. Bagaimana reformasi system kesehatan di Indonesia ?
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini, antara lain:
1. Mengetahui evaluasi kebijakan pelayanan kesehatan di Indonesia?
2. Mengetahui reformasi system kesehatan di Indonesia ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. Jenis-jenis Evaluasi
Evaluasi terdiri atas dua macam, yaitu Evaluasi formative dan Evaluasi
summative :
a. Evaluasi formative, adalah evaluasi yang dilakukan pada tahap pelaksanaan
program dengan tujuan untuk mengubah atau memperbaki program. Evaluasi ini
dilakukan untuk memperbaiki program yang sedang berjalan dan didasarkan atas
kegiatan sehari-hari, minggu, bulan bahkan tahun, atau waktu yang relatif pendek.
evaluasi formative terutama untuk memberikan umpan balik kepada manajer
program tentang hasil yang dicapai beserta hambatan-hambatan yang dihadapi.
Evaluasi formative sering disebut sebagai evaluasi proses atau monitoring.
b. Evaluasi summative, adalah evaluasi yang dilakukan untuk melihat hasil
keseluruhan dari suatu program yang telah selesai dilaksanakan. Evaluasi ini
dilakukan pada akhir kegiatan atau beberapa kurun waktu setelah program, guna
menilai keberhasilan program.
3. Tujuan evaluasi
Menurut Supriyanto (1988) tujuan evaluasi adalah :
a. Memperbaiki pelaksanaan dan perencanaan kembali suatu program. Sehubungan
dengan ini perlu adanya kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain memeriksa
kembali kesesuaian dari program dalam hal perubahan-perubahan kecil yang
terus-menerus, mengukur kemajuan terhadap target yang direncanakan,
menentukan sebab dan faktor di dalam maupun di luar yang mempengaruhi
pelaksanaan suatu program.
b. Sebagai alat untuk memperbaiki kebijaksanaan perencanaan dan pelaksanaan
program yang akan datang. Hasil evaluasi akan memberikan pengalaman
mengenai hambatan dari pelaksanaan program yang lalu dan selanjutnya dapat
dipergunakan untuk memperbaiki kebijaksanaan dan pelaksanaan program yang
akan datang.
c. Sebagai alat untuk memperbaiki alokasi sumber dana dan sumber daya
manajemen saat ini serta di masa mendatang.
6
c. Kendala teknis, yaitu kendala yang berupa keterbatasan kemampuan sumberdaya
manusia dalam pengolahan data dan informasi yang tidak dapat disediakan tepat
pada waktu dibutuhkan. Kejadian ini biasanya timbul ketika informasi dan data
itu belum dibutuhkan, maka biasanya hanya akan ditumpuk begitu saja tanpa
diolah;
d. Kendala politis, yaitu hasil-hasil evaluasi mungkin bukan dirasakan sebagai
ancaman oleh para administrator saja, melainkan secara politis juga memalukan
jika diungkapkan.
Berbicara tentang evaluasi sering juga dikaitkan dengan supervisi. Supervisi
merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan secara berkala dan berkesinambungan
meliputi pemantauan, pembinaan dan pemecahan masalah serta tindak lanjut.
Kegiatan ini sangat berguna untuk melihat bagaimana program atau kegiatan
dilaksanakan sesuai dengan standar dalam rangka menjamin tercapaianya tujuan
program.
Supervisi merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan secara berkala dan
berkesinambungan meliputi pemantauan, pembinaan dan pemecahan masalah serta
tindak lanjut. Kegiatan ini sangat berguna untuk melihat bagaimana program atau
kegiatan dilaksanakan sesuai dengan standar dalam rangka menjamin tercapainya
tujuan program. Tujuan diadakannya supervisi adalah untuk meningkatkan cakupan
secara merata dan berkesinambungan serta kualitas pelaksanaan program imunisasi.
Sasaran supervisi adalah seluruh petugas yang terlibat dengan program imunisasi
disesuaikan dengan jenjang supervisi.
8
mengambil langkah ke depan. Deliberation dalam sistem kesehatan penting untuk
memperkaya wawasan solusi dengan menghubungkan tindakan sebelumnya, dampaknya,
dan 2. Lingkup Reformasi Sistem Kesehatan Nasional 23 langkah ke depan.
Pembelajaran melalui tindakan dapat menghasilkan inovasi dan praktik baik.
Pembelajaran sistem kesehatan merupakan sarana untuk melihat arah penguatan sistem
kesehatan ke depan. Reformasi SKN perlu meninjau kembali framework dan faktor-
faktor risiko, serta melibatkan sektor-sektor di Indonesia.
9
lebih cepat pula. Percepatan ini yang menjadi salah satu tujuan utama reformasi SKN
dengan memfokuskan sumber daya pembangunan pada periode 2021-2024 (1 tahun
pasca penetapan RPJMN 2020-2024) untuk mendukung pelaksanaan strategi
percepatan pencapaian sasaran tersebut. Selain itu, pembelajaran dari penanganan
pandemi Covid-19 menjadi hal yang perlu segera ditindaklanjuti dalam perencanaan
dan penganggaran
10
serta bekerja sama dengan pemerintah dalam pembangunan kesehatan
secara menyeluruh.
2. Area Reformasi & Strategi Kunci Reformasi Sistem Kesehatan Nasional
Reformasi SKN dibagi atas 8 area strategis yang memberikan daya ungkit
pembangunan kesehatan ke depan dengan Pelayanan Kesehatan Dasar (Primary
Health Care/PHC) menjadi arus utama dalam kedelapan area tersebut. Delapan area
tersebut diuraikan masing-masing strategi kunci yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
reformasi SKN
11
12
13
14
15
16
3. Strategi Kunci Penguatan Pelayanan Kesehatan Dasar (Primary Health Care)
17
c. Area 4. Kemandirian Farmasi & Alat Kesehatan
1) Pemenuhan kebutuhan sediaan farmasi dan BMHP dalam negeri dalam
pelaksanaan surveilans maupun deteksi dini penyakit.
2) Pengembangan vaksin baru termasuk vaksin halal produksi dalam negeri.
d. Area 5. Penguatan Keamanan dan Ketahanan Kesehatan dan Area 6.
Pengendalian Penyakit dan Perluasan Imunisasi
1) Peningkatan kapasitas laboratorium kesehatan dalam pelaksanaan surveilans
penyakit termasuk aspek kesehatan lingkungan.
2) Penguatan peran puskesmas dalam melakukan deteksi dini penyakit dan
intervensi promotifpreventif. FKTP mampu menjadi tulang punggung dalam
melakukan testing dan tracing penyakit.
3) Perluasan antigen pada imunisasi dasar lengkap (seluruh area imunisasi
merupakan dukungan terhadap PHC).
4) Early warning system dengan ketersediaan dan utilisasi data berkualitas.
5) Perluasan deteksi dini penyakit di layanan primer.
e. Area 7. Inovasi Pembiayaan Kesehatan
1) Pengembangan skema insentif berbasis kinerja bagi puskesmas terutama
untuk fungsi promotif dan preventif serta pengembangan insentif khusus agar
sektor swasta berminat menyediakan pelayanan kesehatan dasar.
2) Komitmen pembiayaan pelayanan kesehatan dasar setidaknya sebesar 0,5%
GDP (standar WHO sebesar 1% GDP) Area 8. Digitalisasi dan
Pemberdayaan Masyarakat
3) Integrasi sistem informasi layanan kesehatan dasar di FKTP publik dan
swasta.
4) Pengembangan insentif untuk memberdayakan organisasi kemasyarakatan
dan masyarakat untuk mendukung layanan kesehatan masyarakat yang belum
terjangkau oleh pemerintah, upaya 3T, upaya promosi kesehatan, dan layanan
esensial.
5) Revitalisasi upaya kesehatan berbasis masyarakat dengan meningkatkan
minat partisipasi kader kesehatan.
18
4. Kontribusi Stakeholders yang Diharapkan
a. Kontribusi K/L Pusat
Dalam pengembangan konsep reformasi sistem kesehatan nasional,
Kementerian PPN/Bappenas telah melakukan serangkaian pertemuan lintas K/L
untuk memperoleh masukan lintas sektor dalam rangka mengidentifikasi serta
menajamkan peran lintas sektor yang diperlukan untuk reformasi SKN ke depan.
Dari serangkaian hasil diskusi, dapat diidentifikasi bahwa jika lintas K/L
diarahkan dan dikoordinasikan dengan baik, dapat menjadi faktor keberhasilan
implementasi SKN. Secara holistik, pelaksanaan SKN memerlukan kontribusi
baik dari sektor kesehatan maupun sektor non-kesehatan sehingga pendekatan
lintas sektor ini lah yang perlu diperkuat dalam reformasi SKN ke depan.
Dalam penyusunan konsep reformasi sistem kesehatan nasional, masukan
dari lintas sektor, pemerintah daerah, dan akademisi sangat mewarnai dalam
penerjemahannya ke dalam strategi kunci reformasi sistem kesehatan.
Rekomendasi kontribusi lintas sektor yang disusun berupa kebijakan jangka
pendek (quick wins) serta kebijakan jangka menengah dan panjang. Dilihat dari
unsur praktis, rekomendasi jangka pendek dapat diterjemahkan langsung dalam
perencanaan dan penganggaran tahunan, sehingga berperan penting dalam
respons cepat permasalahan kesehatan seperti pandemi. Sementara itu,
rekomendasi jangka menengah dan panjang umumnya memerlukan waktu dan
utamanya bertujuan untuk penyempurnaan sistem kesehatan ke depan. Oleh
karena itu, lingkup rekomendasi dalam ulasan ini tidak hanya berupa kegiatan
yang berimplikasi langsung terhadap pembiayaan (seperti pembangunan fisik,
operasional, dan sejenisnya), tetapi juga kegiatan yang bersifat koordinasi dan
penyempurnaan sistem di tataran regulasi, sepanjang hal tersebut mendukung
reformasi SKN. Dari kriteria tersebut, telah dipetakan berbagai instansi (K/L dan
non-K/L) yang mendukung reformasi SKN sebagai berikut*:
1) Instansi yang memiliki tugas dan fungsi di bidang kesehatan
Di antaranya adalah Kemenkes, penyedia fasilitas kesehatan (TNI, Polri,
BUMN), dan penyedia tenaga kesehatan (Kemendikbudristek), penyedia
komoditas kesehatan seperti obat, vaksin dan alat kesehatan (BUMN), dan
pembiayaan kesehatan (BPJS Kesehatan).
2) Instansi penunjang
19
Pada umumnya mendukung fungsi kesehatan seperti penyediaan sarpras
pendukung (KemenESDM & Kominfo), regulator terkait tenaga kesehatan
(KemenPANRB, BKN, Kemendagri), pelaksana riset kesehatan (BRIN,
LIPI), regulator komoditas kesehatan (BPOM, Kemenperin), dan fungsi
pendukung lainnya.
3) Instansi koordinator
Instansi koordinator berperan dalam koordinasi dan sinkronisasi perencanaan
& penganggaran seluruh aktivitas reformasi SKN di tingkat pusat dan daerah,
seperti Bappenas, Kemenkeu, Kemendagri, dan Kemendes PDTT.
20
21
22
23
b. Kontribusi Pemerintah Daerah dan Sektor Non-Pemerintah
Dalam tataran perencanaan dan penganggaran, pelibatan lintas sektor baru
pada tingkat pusat dan belum dilakukan pemetaan di tingkat daerah dan sektor
non-pemerintah. Tantangan terbesar dalam pelaksanaan reformasi ini adalah
masih belum terintegrasinya sistem perencanaan dan penganggaran pemerintah
antara belanja pemerintah pusat dengan dana transfer (seperti DAK) dan belanja
pemerintah daerah yang menjamin adanya integrasi dalam mencapai tujuan yang
sama dalam penganggaran, sehingga perlu koordinasi intensif lintas sektor dan
penyamaan persepsi dengan Pemda. Selain itu, belum luasnya pelibatan non-
pemerintah (sektor swasta) dalam pelaksanaan program-program pemerintah,
24
terutama karena belum adanya mekanisme yang jelas dan belum adanya fund-
channelling dari pemerintah ke lembaga non-pemerintah.
Selain itu, terdapat beberapa isu yang masih menjadi tantangan dalam
pelaksanaan reformasi sistem kesehatan di Indonesia, antara lain: desentralisasi
dan kapasitas sistem kesehatan yang berbeda-beda di masing-masing daerah.
Pemerintah daerah sebagai ujung tombak level pemerintah dalam penyediaan
layanan masyarakat memiliki peran penting di seluruh area reformasi sistem
kesehatan terutama dalam memastikan penerjemahan setiap strategi nasional
dalam konteks pelayanan di tingkat lapangan. Di tingkat daerah, sistem kesehatan
daerah (SKD) pada prinsipnya adalah penerjemahan SKN yang disesuaikan
dengan kondisi dan kapasitas sistem kesehatan di daerah. Adapun kontribusi
Pemerintah Daerah yang diharapkan adalah sebagai berikut:
25
Selain peran Pemerintah Daerah, keberhasilan reformasi sistem kesehatan
nasional juga sangat bergantung pada partisipasi sektor non-pemerintah di setiap
area reformasi yang dicerminkan antara lain ke dalam aktivitas berikut:
26
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
27
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/537489545/ Tugas-Makalah-Evaluasi-Kebijakan-
Kesehatan
https://perpustakaan.bappenas.go.id/e-library/file_upload/koleksi/migrasi-data-
publikasi/file/Policy_Paper/Buku%20Putih%20Reformasi%20SKN.pdf
https://bappenas.go.id/berita/bappenas-bahas-reformasi-sistem-kesehatan-nasional-hingga-
prioritas-sektor-kesehatan-di-2022
28