Anda di halaman 1dari 128

KARAKTERISTIK PENDERITA TIFUS ABDOMINALIS PADA ANAK

YANG DIRAWAT INAP DI RSU SUNDARI MEDAN TAHUN 2016

SKRIPSI

OLEH
ISNA HANIM
NIM. 131000238

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


KARAKTERISTIK PENDERITA TIFUS ABDOMINALIS PADA ANAK
YANG DIRAWAT INAP DI RSU SUNDARI MEDAN TAHUN 2016

Skripsi ini diajukan sebagai


Salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH
ISNA HANIM
NIM. 131000238

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul


“KARAKTERISTIK PENDERITA TIFUS ABDOMINALIS PADA ANAK
YANG DIRAWAT INAP DI RSU SUNDARI MEDAN TAHUN 2016” ini
beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak
melakukan penjiplakan atau mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan
etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini,
saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya
saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Oktober 2017

ISNA HANIM

i
Universitas Sumatera Utara
ii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

Berdasarkan hasil Riskesdas Sumatera Utara (2007), proporsi Tifus


abdominalis di kota Medan sebesar 600 per 100.000 penduduk. Tahun 2016
proporsi kasus Tifus abdominalis pada anak rawat inap di RSU Sundari Medan
sebesar 86,6%. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui karakteristik penderita
Tifus abdominalis pada anak yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun
2016.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain case series.
Populasi adalah data penderita Tifus abdominalis pada anak yang dirawat inap di
RSU Sundari Medan sebesar 845 data penderita, dengan sampel sebesar 272 data
penderita diambil secara simple random sampling. Analisa data menggunakan uji
chi-square dan uji Mann Whitney.
Proporsi sosiodemografi tertinggi : kelompok umur 6-18 tahun 45,6%, laki-
laki 55,9%, agama Islam 89,3%, belum sekolah 54,4%, dan tinggal di Kota
Medan adalah 91,9%. Proporsi berdasarkan gejala klinis sewaktu masuk tertinggi
dengan gejala demam 100,0%, tidak komplikasi 89,5%, jenis komplikasi ekstra-
intestinal 76,9%, hasil diagnostik laboratorium uji tubex® rata-rata skor 4,36 , lama
rawatan rata-rata 5,07 hari, bukan biaya sendiri (BPJS,dll) 79,4%, pulang berobat
jalan 77,2%. Terdapat perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata
berdasarkan sumber biaya (p=0,0001). Terdapat perbedaan yang bermakna antara
proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan sumber biaya (p=0,0001).
Terdapat perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata dan
proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan sumber biaya. Pihak rumah sakit
agar lebih meningkatkan penanganan terhadap penderita Tifus abominalis pada
anak sehingga dapat mengurangi angka kejadian, kasus karier, dan terjadinya
komplikasi serta bagian rekam medik rumah sakit agar lebih melengkapi
pencatatan data terkhusus mengenai data penderita Tifus abdominalis seperti
suku, pendidikan, dan status komplikasi.

Kata kunci : Tifus abdominalis, anak 0-18 tahun, Karakteristik, RSU


Sundari Medan

iii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT

Based on Riskesdas Sumatera Utara (2007), the proportion of Typhus


abdominalis in Medan city is 600 per 100,000 population. In 2016 the proportion
of Typhus abdominalis cases in children whom hospitalized at RSU Sundari
Medan was 86.6%. The research aims to find out the characteristic of Typhus
abdominalis patient in children whom hospitalized at RSU Sundari Medan in
2016.
The research is descriptive research with case series design. The population
is data of Typhus abdominalis in children whom hospitalized at RSU Sundari
Medan was 845 patient data, and the samples is 272 patient data taken by simple
random sampling. Data analysis using chi-square test and Mann whitney test.
The highest sociodemographic proportions: age group 6-18 years 45,6%,
males 55,9%, Islam 89,3%, not school 54,4%, and live in Medan city is 91,9%.
Proportion based on clinical symptoms when admitte, the highest symptoms was
fever 100.0%, no complication 89.5%, extraintestinal complication type 76,9%,
tubex® test lab diagnostic result average score 4.36, average treatment duration
5 , 07 days, not own expense (BPJS, etc) 79,4%, go home treatment 77,2%. There
was a significant difference between the average treatment duration based on the
source of cost (p = 0.0001). There was a significant difference between the
proportion of circumstances at home by source of cost (p = 0.0001).
There was a significant difference between average treatment duration and
the proportion of circumstances at home based on source cost. The hospital to
further improve the handling of patients with Typhus abdominalis in children so
as to reduce the incidence, career cases, and the occurrence of complications,
and the hospital medical record to better complement of data patients with Typhus
abdominalis such as tribe, education, and complication status.

Keywords: Typhus abdominalis, Children 0-18 years old, Characteristics, RSU


Sundari Medan

iv
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Karakteristik Penderita Tifus Abdominalis pada Anak yang Dirawat Inap

di RSU Sundari Medan Tahun 2016” skripsi ini disusun dalam rangka

memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M. Hum selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. dr. Rahayu Lubis, M.Kes, PhD selaku Ketua Departemen Epidemiologi

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan Dosen

Pembimbing I yang telah banyak membimbing dan meluangkan waktu,

memberikan saran, dukungan, nasihat, serta arahan dalam penyelesaian

skripsi ini.

4. drh. Hiswani, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak

membimbing dan meluangkan waktu, memberikan saran, dukungan, nasihat,

serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

v
Universitas Sumatera Utara
5. drh. Rasmaliah, M.Kes selaku dosen penasehat akademik dan dosen penguji

I, juga Drs. Jemadi, M.Kes selaku dosen penguji II yang telah banyak

memberikan masukan dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan staff di FKM USU khususnya Departemen Epidemiologi

yang telah memberikan ilmu dan membantu penulis menyelesaikan

kepentingan administrasi selama masa perkuliahan.

7. Direktur Rumah Sakit Umum Sundari Medan, Kepala Bagian Rekam Medik

dan seluruh pegawai yang telah memberikan izin kepada peneliti dalam

melaksanakan penelitian.

8. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada

kedua orangtua penulis, yaitu Ayahanda Ismuliadi dan Ibunda Zuriana yang

telah membesarkan dan mendidik penulis, juga atas doa restu yang tiada henti

selalu diberikan kepada penulis.

9. Abang penulis Rahmat Fauzi, dan adik penulis Hanna Fitri yang telah

memberi semangat dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Untuk sahabat Putri Syahriyana, SKM, Findy Anwari Lubis, Yenni Fitriyani

Siregar, Ummul Khairiah , dan Dessi Kartika, SKM terima kasih untuk segala

bantuan, motivasi, do’a dan kebersamaannya selama ini.

11. Untuk teman-teman seperjuangan Epidemiologi 2013, terkhusus untuk Anggi

Osyka, Eka Sumantri Samosir, Nurjannah, Nadia Safira, dan yang sudah

banyak membantu selalu ada disaat suka dan duka, terima kasih untuk segala

bantuan, motivasi, do’a dan kebersamaannya selama ini.

vi
Universitas Sumatera Utara
12. Untuk teman-teman sekelompok PBL Desa Bengkel 2016, dan sekelompok

LKP Epidemiologi Puskesmas Pasar Merah 2016 terima kasih untuk segala

motivasi dan do’anya selama ini.

13. Untuk semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan

satu persatu, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan,

kerjasama, semangat dan do’anya.

Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia-Nya

kepada kita semua dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Oktober 2017


Penulis

Isna Hanim

vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................... i


HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii
ABSTRAK ......................................................................................................... iii
ABSTRACT ......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xv
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum............................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus.............................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Defenisi Tifus Abdominalis...................................................................... 7
2.2 Sejarah Tifus Abdominalis ....................................................................... 8
2.3 Etiologi Tifus Abdominalis ...................................................................... 8
2.4 Patogenesis Tifus Abdominalis............................................................... 10
2.5 Gejala Klinis Tifus Abdominalis ............................................................ 12
2.6 Komplikasi Tifus Abdominalis............................................................... 15
2.6.1 Komplikasi Intestinal.................................................................. 15
2.6.2 Komplikasi Ekstra-intestinal ....................................................... 17
2.7 Epidemiologi Tifus Abdominalis............................................................ 18
2.7.1 Distribusi dan Frekuensi ............................................................. 18
2.7.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi (Determinan) ......................... 19
2.8 Sumber Penularan Tifus Abdominalis .................................................... 21
2.8.1 Penderita Tifus Abdominalis....................................................... 21
2.8.2 Karier Tifus Abdominalis ........................................................ 22
2.9 Pencegahan Tifus Abdominalis .............................................................. 22
2.9.1 Pencegahan Primer...................................................................... 23

viii
Universitas Sumatera Utara
2.9.2 Pencegahan Sekunder.................................................................. 23
2.9.2.1 Diagnosis Tifus Abdominalis ................................................ 23
2.9.2.2 Pengobatan Tifus Abdominalis ............................................. 30
2.9.3 Pencegahan Tersier ..................................................................... 31
2.10 Kerangka Konsep................................................................................. 32

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian....................................................................................... 33
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 33
3.2.1 Lokasi Penelitian ........................................................................ 33
3.2.2 Waktu Penelitian ........................................................................ 33
3.3 Populasi dan Sampel .............................................................................. 33
3.3.1 Populasi...................................................................................... 33
3.3.2 Sampel........................................................................................ 34
3.4 Metode Pengumpulan Data..................................................................... 35
3.5 Defenisi Operasional .............................................................................. 35
3.6 Pengolahan dan Analisa Data ................................................................. 39

BAB IV HASIL PENELITIAN


4.1 Gambaran RSU Sundari Medan..............................................................40
4.1.1 Visi .............................................................................................41
4.1.2 Misi ............................................................................................41
4.1.3 Motto ..........................................................................................41
4.2 Karakteristik Penderita Tifus Abdominalis pada Anak Berdasarkan
Sosiodemografi ....................................................................................42
4.3 Karakteristik Penderita Tifus Abdominalis pada Anak Berdasarkan
Gejala Klinis Sewaktu Masuk ..............................................................43
4.4 Karakteristik Penderita Tifus Abdominalis pada Anak Berdasarkan
Status Komplikasi ................................................................................44
4.5 Karakteristik Penderita Tifus Abdominalis pada Anak Berdasarkan
Jenis Komplikasi ..................................................................................44
4.6 Hasil Diagnostik Laboratorium Uji Tubex® Rata-rata Penderita
Tifus Abdominalis pada Anak ..............................................................45
4.7 Lama Rawatan Rata-rata Penderita Tifus Abdominalis pada Anak .......45
4.8 Karakteristik Penderita Tifus Abdominalis pada Anak Berdasarkan
Sumber Biaya ......................................................................................46
4.9 Karakteristik Penderita Tifus Abdominalis pada Anak Berdasarkan
Keadaaan Sewaktu Pulang....................................................................47
4.10 Analisis Statistik .................................................................................47
4.10.1 Umur Berdasarkan Status Komplikasi.........................................47
4.10.2 Jenis Kelamin Berdasarkan Status Komplikasi ............................48

ix
Universitas Sumatera Utara
4.10.3 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Status Komplikasi............49
4.10.4 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya ..................50
4.10.5 Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Sumber Biaya .................51

BAB V PEMBAHASAN
5.1 Penderita Tifus Abdominalis pada Anak Berdasarkan
Sosiodemografi (Umur, Jenis Kelamin, Agama, dan Tempat
Tinggal) ...............................................................................................53
5.1.1 Umur ..........................................................................................53
5.1.2 Jenis Kelamin .............................................................................54
5.1.3 Agama ........................................................................................56
5.1.4 Tempat Tinggal...........................................................................57
5.2 Penderita Tifus Abdominalis pada Anak Berdasarkan Gejala Klinis
Sewaktu Masuk....................................................................................58
5.3 Penderita Tifus Abdominalis pada Anak Berdasarkan Status
Komplikasi...........................................................................................59
5.4 Penderita Tifus Abdominalis pada Anak Berdasarkan Jenis
Komplikasi...........................................................................................61
5.5 Penderita Tifus Abdominalis pada Anak Berdasarkan Hasil
Diagnostik Laboratorium Uji Tubex® Rata-rata....................................62
5.6 Penderita Tifus Abdominalis pada Anak Berdasarkan Lama
Rawatan Rata-rata ................................................................................62
5.7 Penderita Tifus Abdominalis pada Anak Berdasarkan Sumber
Biaya....................................................................................................63
5.8 Penderita Tifus Abdominalis pada Anak Berdasarkan Keadaan
Sewaktu Pulang....................................................................................64
5.9 Analisis Statistik ..................................................................................65
5.9.1 Umur Berdasarkan Status Komplikasi...........................................65
5.9.2 Jenis Kelamin Berdasarkan Status Komplikasi..............................67
5.9.3 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Status Komplikasi..............68
5.9.4 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya....................69
5.9.5 Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Sumber Biaya...................70

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan ..........................................................................................72
6.2 Saran ...................................................................................................73

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Interpretasi Hasil Uji Tubex® ...........................................................28


Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Penderita Tifus Abdominalis pada Anak
yang Dirawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun 2016
Berdasarkan Sosiodemografi ...........................................................42
Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Penderita Tifus Abdominalis pada Anak
yang Dirawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun 2016
Berdasarkan Gejala Klinis Sewaktu Masuk......................................43
Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Penderita Tifus Abdominalis pada Anak
yang Dirawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun 2016
Berdasarkan Status Komplikasi........................................................44
Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Penderita Tifus Abdominalis pada Anak
yang Dirawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun 2016
Berdasarkan Jenis Komplikasi .........................................................44
Tabel 4.5 Hasil Diagnostik Laboratorium Uji Tubex® Rata-rata Penderita
Tifus Abdominalis pada Anak yang Dirawat Inap di RSU
Sundari Medan Tahun 2016 .............................................................45
Tabel 4.6 Lama Rawatan Rata-rata Penderita Tifus Abdominalis pada
Anak yang Dirawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun 2016..........46
Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Penderita Tifus Abdominalis pada Anak
yang Dirawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun 2016
Berdasarkan Sumber Biaya ..............................................................46
Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Penderita Tifus Abdominalis pada Anak
yang Dirawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun 2016
Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang.............................................47
Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Umur Penderita Tifus Abdominalis pada
Anak yang Dirawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun 2016
Berdasarkan Status Komplikasi........................................................48
Tabel 4.10 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Tifus Abdominalis
pada Anak yang Dirawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun
2016 Berdasarkan Status Komplikasi...............................................49
Tabel 4.11 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Status Komplikasi
Penderita Tifus Abdominalis pada Anak yang Dirawat Inap di
RSU Sundari Medan Tahun 2016.....................................................49

xi
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.12 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya Penderita
Tifus Abdominalis pada Anak yang Dirawat Inap di RSU
Sundari Medan Tahun 2016 .............................................................50
Tabel 4.13 Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Tifus
Abdominalis pada Anak yang Dirawat Inap di RSU Sundari
Medan Tahun 2016 Berdasarkan Sumber Biaya...............................51

xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema dari Langkah Kerja Uji Tubex® ..........................................27


Gambar 2.2 Kerangka Konsep .........................................................................32
Gambar 5.1 Diagram Batang Distribusi Proporsi Penderita Tifus
abdominalis pada Anak yang Dirawat Inap di RSU Sundari
Medan Tahun 2016 Berdasarkan Umur .........................................53
Gambar 5.2 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Tifus abdominalis
pada Anak yang Dirawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun
2016 Berdasarkan Jenis Kelamin ...................................................55
Gambar 5.3 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Tifus abdominalis
pada Anak yang Dirawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun
2016 Berdasarkan Agama..............................................................56
Gambar 5.4 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Tifus abdominalis
pada Anak yang Dirawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun
2016 Berdasarkan Tempat Tinggal ................................................57
Gambar 5.5 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Tifus abdominalis
pada Anak yang Dirawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun
2016 Berdasarkan Gejala Klinis Sewaktu Masuk...........................58
Gambar 5.6 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Tifus abdominalis
pada Anak yang Dirawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun
2016 Berdasarkan Status Komplikasi.............................................60
Gambar 5.7 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Tifus abdominalis
pada Anak yang Dirawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun
2016 Berdasarkan Jenis Komplikasi ..............................................61
Gambar 5.8 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Tifus abdominalis
pada Anak yang Dirawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun
2016 Berdasarkan Sumber Biaya ...................................................63
Gambar 5.9 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Tifus abdominalis
pada Anak yang Dirawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun
2016 Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang..................................64
Gambar 5.10Diagram Batang Distribusi Proporsi Umur Penderita Tifus
abdominalis pada Anak yang Dirawat Inap di RSU Sundari
Medan Tahun 2016 Berdasarkan Status Komplikasi ......................66
Gambar 5.11Diagram Batang Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita
Tifus abdominalis pada Anak yang Dirawat Inap di RSU
Sundari Medan Tahun 2016 Berdasarkan Status Komplikasi .........67

xiii
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.12Diagram Batang Lama Rawatan Rata-rata Penderita Tifus
abdominalis pada Anak yang Dirawat Inap di RSU Sundari
Medan Tahun 2016 Berdasarkan Status Komplikasi ......................68
Gambar 5.13Diagram Batang Lama Rawatan Rata-rata Penderita Tifus
abdominalis pada Anak yang Dirawat Inap di RSU Sundari
Medan Tahun 2016 Berdasarkan Sumber Biaya.............................69
Gambar 5.14Diagram Batang Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang
Penderita Tifus abdominalis pada Anak yang Dirawat Inap di
RSU Sundari Medan Tahun 2016 Berdasarkan Sumber Biaya .......70

xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Output C-Survey


Lampiran 2. Master Data
Lampiran 3. Hasil Analisis Data
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian
Lampiran 5. Surat Selesai Penelitian

xv
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Isna Hanim dilahirkan pada tanggal 4 Oktober 1995 di

Tebing Tinggi. Beragama Islam, anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan

Ayahanda Ismuliadi dan Ibunda Zuriana. Alamat penulis Perumahan Taman

Permata Blok C No. 16, Desa Kolam, Kecamatan Percut Sei Tuan, Deli Serdang.

Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan SD Swasta Panca Budi

Medan (2001-2003), SDIT Bunayya Medan (2003-2004), SDIT Al-Hijrah Medan

(2004-2007), MTsN 2 Medan (2007-2010), MAN 2 Model Medan (2010-2013)

dan S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara (2013-2017).

xvi
Universitas Sumatera Utara
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tifus Abdominalis merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus

dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran

pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Rampengan, 2007). Tifus

abdominalis adalah infeksi sistemik yang serius yang disebabkan oleh patogen

enterik Salmonella enterica serovar typhi. S. typhi ditularkan melalui rute tinja-

oral. Meskipun sebagian besar adalah penyakit endemik, S. typhi memiliki potensi

epidemik. Data utama dari Asia, Afrika dan Amerika Latin menunjukkan bahwa

Tifus abdominalis terus menjadi masalah kesehatan masyarakat di banyak negara

berkembang, dengan usia anak sekolah (usia 5-15 tahun) lebih terpengaruh.

(WHO, 2008).

Hasil penelitian Crump, J.A, dkk (2000) menyatakan bahwa incidence rate

Tifus abdominalis di Eropa yaitu 3 per 100.000 penduduk, di Afrika yaitu 50 per

100.000 penduduk dan di Asia yaitu 274 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2005,

insiden rate Tifus abdominalis di Dhaka yaitu 390 per 100.000 penduduk,

sedangkan di Kongo CFR kasus Tifus abdominalis sebesar 0,5% (WHO, 2005).

Pada 24 Februari 2015, Departemen Kesehatan Uganda menginformasikan WHO

bahwa telah terjadi wabah Tifus abdominalis. Wabah mulai di Kota Kampala pada

awal 2015. Total 1.940 kasus telah dilaporkan. Dari Kampala, wabah telah

menyebar ke seluruh divisi di ibu kota dan kabupaten sekitar, kelompok yang

1
Universitas Sumatera Utara
2

paling terpengaruh adalah laki-laki muda berusia antara 20 dan 39 tahun (WHO,

2015).

Di Indonesia, Tifus abdominalis harus mendapat perhatian dari berbagai

pihak, karena penyakit ini mengancam kesehatan masyarakat. Permasalahannya

semakin kompleks dengan meningkatnya kasus-kasus karier (carrier) atau relaps

dan resistensi terhadap obat-obat yang dipakai, sehingga menyulitkan upaya

pengobatan dan pencegahan. Hasil telaahan kasus di rumah sakit besar di

Indonesia menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan jumlah kasus Tifus

abdominalis dari tahun ke tahun dengan rata-rata kesakitan 500 per 100.000

penduduk dan kematian sekitar 0,6–5% (Menteri Kesehatan RI, tahun 2006).

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia (2011), Tifus abdominalis

menempati urutan ke-3 dari 10 penyakit terbanyak dari pasien rawat inap di

rumah sakit tahun 2010 dengan Case Fatality Rate sebesar 0,67 %. Berdasarkan

hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi Tifus abdominalis

di Indonesia mencapai 1600 per 100.000 penduduk. Distribusi prevalensi tertinggi

adalah pada usia 5–14 tahun (1.900 per 100.000), usia 1–4 tahun (1.600 per

100.000), usia 15–24 tahun (1.500 per 100.000) dan usia 1 tahun (800 per

100.000).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Sumatera Utara (RISKESDAS)

tahun 2007, penyakit Tifus abdominalis terdeteksi di Propinsi Sumatera Utara

dengan proporsi 900 per 100.000 penduduk dan tersebar di seluruh kabupaten atau

kota dengan rentang proporsi sebesar 200 – 300 per 100.000 penduduk. Proporsi

tertinggi kasus Tifus abdominalis dilaporkan dari Kabupaten Nias Selatan sebesar

Universitas Sumatera Utara


3

3.300 per 100.000 penduduk sedangkan di Kota Medan dengan proporsi 600 per

100.000 penduduk.

Menurut penelitian Simanjuntak, A.B. (2012) Proporsi penderita Tifus

abdominalis dengan pemeriksaan Test Widal yang dirawat inap di RSU F. L.

Tobing Sibolga Januari 2010 – Juli 2012 berdasarkan sosiodemografi diperoleh

umur termuda 4 bulan dan umur tertua 73 tahun, proporsi tertinggi terdapat pada

kelompok umur 1-10 tahun (59,1%), laki-laki (55,8%), pendidikan belum sekolah

(42,3%), pekerjaan belum bekerja (42,5%), status perkawinan belum kawin

(86,7%), dan tempat tinggal kota Sibolga (58,6%). Menurut penelitian Sitohang,

S.R. (2005), penderita demam Tifus abdominalis rawat inap di RS. Sari Mutiara

Medan Tahun 2001-2003 dengan proporsi terbanyak adalah golongan umur 12-30

tahun (39,4%), jenis kelamin perempuan (52,9%), agama kristen protestan

(63,6%), tingkat pendidikan SLTA (37,2%), pekerjaan pelajar/mahasiswa

(34,5%), dan tidak kawin (60,9%).

Berdasarkan data yang diperoleh dari survei pendahuluan di Rumah Sakit

Umum Sundari Medan, jumlah kasus Tifus abdominalis pada tahun 2015 adalah

985 dari 12.524 kasus rawat inap (7,9%), dan didapatkan proporsi kasus anak

usia 0-18 tahun yang menderita Tifus abdominalis adalah 85,5%. Sedangkan pada

tahun 2016, jumlah kasus Tifus abdominalis sebanyak 1.098 dari 12.817 kasus

rawat inap (8,7%), dan didapatkan proporsi kasus anak usia 0-18 tahun yang

menderita Tifus abdominalis meningkat menjadi 86,6%. Dari uraian pada latar

belakang di atas maka ada peningkatan proporsi kasus Tifus abdominalis sebesar

0,8% sedangkan pada anak sebesar 1,1%, sehingga perlu dilakukan penelitian

Universitas Sumatera Utara


4

tentang karakteristik anak penderita Tifus abdominalis yang rawat inap di Rumah

Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2016.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, belum diketahui karakteristik anak

penderita Tifus Abdominalis yang rawat inap di Rumah Sakit Umum Sundari

Medan Tahun 2016.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui katakteristik anak penderita Tifus Abdominalis

yang rawat inap di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2016.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita Tifus abdominalis pada

anak berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, agama, dan tempat

tinggal).

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita Tifus abdominalis pada

anak berdasarkan gejala klinis sewaktu masuk rumah sakit.

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita Tifus abdominalis pada

anak berdasarkan status komplikasi.

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita Tifus abdominalis pada

anak berdasarkan jenis komplikasi.

e. Untuk mengetahui hasil diagnostik uji tubex® rata-rata penderita Tifus

abdominalis pada anak.

Universitas Sumatera Utara


5

f. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita Tifus abdominalis

pada anak.

g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita Tifus abdominalis pada

anak berdasarkan sumber biaya.

h. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita Tifus abdominalis pada

anak berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

i. Untuk mengetahui proporsi umur penderita Tifus abdominalis pada anak

berdasarkan status komplikasi.

j. Untuk mengetahui proporsi jenis kelamin penderita Tifus abdominalis

pada anak berdasarkan status komplikasi.

k. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita Tifus abdominalis

pada anak berdasarkan status komplikasi.

l. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita Tifus abdominalis

pada anak berdasarkan sumber biaya.

m. Untuk mengetahui proporsi keadaan sewaktu pulang penderita Tifus

abdominalis pada anak dengan sumber biaya.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Sebagai bahan informasi bagi Rumah Sakit Umum Sundari Medan dalam

rangka meningkatkan fasilitas serta upaya pelayanan terhadap penderita

Tifus abdominalis pada anak.

1.4.2 Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang yang ingin melakukan

penelitian lebih lanjut mengenai Tifus abdominalis pada anak.

Universitas Sumatera Utara


6

1.4.3 Sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis

mengenai Tifus abdominalis pada anak dan merupakan kesempatan bagi

penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan di

FKM USU.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Tifus Abdominalis

Tifus Abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi

akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang

lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan

kesadaran (Ngastiyah, 2005). Tifus abdominalis atau typhoid fever adalah

penyakit infeksi yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini mempunyai

tanda-tanda khas berupa perjalanan yang cepat yang berlangsung lebih kurang 3

minggu disertai dengan demam, toksemia, gejala-gejala perut, pembesaran limpa

dan erupsi kulit (Soedarto, 1995).

Tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh

Salmonella typhi ditandai adanya demam 7 hari atau lebih, gangguan saluran

pencernaaan dan gangguan pada sistem saraf pusat (sakit kepala, kejang, dan

gangguan kesadaran). Menurut Butler, Tifus abdominalis adalah suatu infeksi

bakterial pada manusia yang disebabkan oleh Salmonella typhi ditandai dengan

demam berkepanjangan, nyeri perut, diare, demam, bercak rose, splenomegali

serta kadang-kadang disertai komplikasi perdarahan dan perforasi usus (Soeijanto,

dkk, 2002).

7
Universitas Sumatera Utara
8

2.2 Sejarah Tifus Abdominalis

Menurut Rampengan (2007), Bretoneau pada tahun 1813 melaporkan

petama kali tentang gambaran klinis dan kelainan anatomis dan Tifus

abdominalis, sedangkan Cornwalls Hewett pada tahun 1826 melaporkan

perubahan patologisnya, Piere Louis pada tahun 1829 memberikan nama thypos

yang berasal dari Yunani dengan arti asap/kabut, karena umumnya penderita

sering disertai gangguan kesadaran dari yang ringan sampai berat. A. Pfeifer

berhasil pertama kali menemukan bakteri Salmonella dari feses penderita,

kemudian dalam urin oleh Hueppe dan dalam darah oleh R.Neuhauss. Pada waktu

yang bersamaan Widal di tahun 1896 berhasil memperkenalkan diagnosis

serologis Tifus abdominalis.

Penyakit ini telah ada sejak beberapa abad yang lalu. Sebagai gambaran

dapat kita simak kejadian di Jamestwon Virginia USA, dimana dilaporkan lebih

6000 kematian akibat wabah pada periode 1607 s/d 1624. Demikian juga pada

peperangan di Afrika Selatan akhir abad XIX, dimana pihak Inggris telah

kehilangan 13.000 serdadu akibat Tifus abdominalis. Padahal kematian akibat

peperangan itu sendiri hanya 8000 serdadu (Menteri Kesehatan RI, 2006).

2.3 Etiologi Tifus Abdominalis

Thypus abdominalis disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi).

Samonella typhi merupakan basil gram negatif, berflagel, dan tidak berspora,

anaerob fakultatif, masuk dalam keluarga enterobacteriaceae, panjang 1-3 µm,

dan lebar 0,5-0,7 µm, berbentuk batang single atau berpasangan. Salmonella

Universitas Sumatera Utara


9

hidup dengan baik pada suhu 37oC dan dapat hidup pada air steril yang beku dan

dingin, air tanah, air laut, dan debu selama berminggu-minggu, dapat hidup

berbulan-bulan dalam telur yang terkontaminasi dan tiram beku. Parasit hanya

pada tubuh manusia. Dapat dimatikan pada suhu 60oC selama 15 menit. Hidup

subur pada medium yang mengandung garam empedu (Suratun dan Lusianah,

2010).

Menurut Nasronudin (2007), Salmonella typhi mempunyai 3 macam

antigen, yaitu:

a. Antigen O (Antigen dinding sel/somatik) yang terletak pada lapisan luar

tubuh bakteri. Bagian ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau

disebut juga endotoksin. Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol

tetapi tidak tahan tehadap formaldehid.

b. Antigen H (Antigen flagella) yang merupakan komponen protein dan

berada dalam flagella. Antigen ini tahan terhadap formaldehid tetapi tidak

tahan tehadap panas dan alkohol.

c. Antigen Vi (Virulen) merupakan polisakarida dan berada di kapsul yang

melindungi seluruh permukaan sel.

Ketiga jenis antigen tersebut di dalam tubuh manusia akan menimbulkan

pembentukan tiga macam antibodi yang biasa disebut aglutinin. Salmonella

thyposa juga dapat memperoleh plasmid faktor-R yang berkaitan dengan resistensi

terhadap multipel antibiotik.

Universitas Sumatera Utara


10

Ada 3 spesies utama, yaitu :

a. Salmonella thyposa (satu serotipe).

b. Salmonella choleraesius (satu serotipe).

c. Salmonella enteretidis (lebih dari 1500 serotipe); (Rampengan,

2007).

2.4 Patogenesis Tifus Abdominalis

Bakteri Salmonella typhi masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan

yang tercemar, kemudian bakteri menembus mukosa usus masuk ke kelenjar limfe

usus. Bakteri berkembang biak, kemudian melalui duktus torasikus masuk ke

dalam peredaran darah menuju sistem retikuloendotelial seperti hati, limfa, dan

sumsum tulang. Ini merupakan bakteremia yang pertama yang terjadi dalam 24-72

jam setelah bakteri masuk dan biasanya jarang terdiagnosis oleh karena penderita

belum menunjukkan gejala klinis. Bakteremia yang pertama yang hanya

sementara dan segera berakhir setelah bakteri ini tidak hancur oleh fagositosis

tersebut oleh karena terlindung oleh kapsep Vi. Di dalam organ-organ ini bakteri

masih terus berkembang biak dengan pesat, proses ini berlangsung selama 7

sampai 10 hari. Selanjutnya bakteri masuk kembali ke dalam peredaran darah dan

menimbulkan bakteremia yang kedua.

Adanya antigen dari bakteri ini akan merangsang limfosit T mengeluarkan

suatu zat macrophage activating factor (MAF) yang memengaruhi perubahan

morfologi pada makrofag dan mengakibatkan metabolisme yang sangat aktif,

lebih giat mematikan dan mencernakan bakteri. Makrofag pada keadaan ini

Universitas Sumatera Utara


11

disebut angry macrofag. Pada mulanya bakteri Salmonella typhi sangat sukar

difagositosis karena melindungi kapsel Vi, baru setelah beberapa lama bakteri

berada di dalam tubuh penderita terjadi perubahan pada kapsel Vi, (tidak

diketahui sebabnya) sehingga bakteri sekarang berhasil difagositosis (dicerna)

oleh makrofag.

Pada stadium bakteremia kedua ini, bakteri yang hancur akan melepaskan

endotoksin yaitu suatu kompleks lipoposakarida yang selanjutnya akan

mengaktifkan komplemen dan merangsang pelepasan pirogen endogen dari sel

PMN, makrofag dan sel sistem retikuloendotelial lainnya. Pirogen endogen ini

akan memengaruhi pusat pengaturan suhu di hipotalamus dan menimbulkan gejala

demam.

Makrofag yang telah aktif memfagosit bakteri akan mengeluarkan

Interleukin-1 (IL-1;Lymphocyte activating factor) yang akan merangsang T

Helper cell dan menghasilkan Interleukin-2 (IL-2; T cell growth factor) yang

selanjutnya akan menstimulasi limfosit T untuk lebih giat berproliferasi dan

berdiferensiasi. Interleukin-1 mempunyai efek biologis sebagai bahan pirogen

sehingga dapat pula menimbulkan demam.

Sebagai reaksi pertahanan tubuh terhadap endotoksin selanjutnya adalah

timbulnya sistem imunitas sistemik, baik melalui aktivasi komplemen juga

melalui sel limfosit B yang oleh rangsangan endotoksin akan berubah menjadi sel

plasma dan membuat aglutinin O. Seperti diketahui lipoposakarida (endotoksin)

merupakan antigen yang “T-cell independent” sehingga O antigen ini setelah

Universitas Sumatera Utara


12

diproses oleh makrofag dapat langsung merangsang limfosit B menjadi sel plasma

yang selanjutnya menghasilkan aglutinin O tanpa melalui limfosit T.

Sebaliknya antigen Vi dan antigen H yang merupakan antigen yang T cell

independent harus merangsang limfosit T dahulu sebelum merangsang limfosit B

untuk berubah menjadi sel plasma dan membuat aglutinin H dan aglutinin Vi.

Dengan demikian maka aglutinin O terbentuk lebih dahulu daripada agutinin H

dan aglutinin Vi. Aglutinin O cepat menghilang dalam beberapa tahun. Sedangkan

aglutinin Vi menghilang setelah penderita sembuh tetapi cenderung menetap pada

karier (Nasronuddin, 2007).

2.5 Gejala Klinis Tifus Abdominalis

Gambaran klinis Tifus abdominalis pada anak biasanya lebih ringan

daripada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi

terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari.

Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala, prodromal, yaitu perasaan tidak

enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan kurang

(Hassan, 2007).

Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infkesi

akut pada umumnya, seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare,

konstipasi. Pada pemeriksaan fisik, hanya didapatkan suhu badan yang meningkat.

Setelah minggu kedua, gejala/tanda klinis menjadi makin jelas, berupa demam

remitmen, lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa, perut kembung mungkin

disertai gangguan kesaadaran dari yang ringan sampai berat (Rampengan, 2007).

Universitas Sumatera Utara


13

Gambaran klinis Tifus abdominalis yang biasa ditemukan pada beberapa

rumah sakit ialah (Rampengan, 2007):

1. Demam

2. Anoreksia

3. Batuk

4. Konstipasi

5. Nyeri perut

6. Muntah

7. Diare

8. Kejang

9. Hepatomegali

10. Splenomegali

11. Lidah tifoid

12. Perut kembung

Namun, secara garis besar gejala-gejala yang timbul dapat dikelompokkan

menjadi :

- Demam

Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris

remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh

berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan

meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua pasien terus

berada dalam keadaan demam; pada minggu ketiga suhu berangsur turun dan

normal kembali pada akhir minggu ketiga (Hassan, 2007).

Universitas Sumatera Utara


14

Demam yang terjadi pada penderita anak tidak selalu tipikal seperti pada

orang dewasa, kadang-kadang mempunyai gambaran klasik berupa stepwise

pattern, dapat pula mendadak tinggi dan remitmen (39-41o C) serta dapat pula

bersifat ireguler terutama pada bayi dan tifoid kongenital (Rampengan, 2007).

- Gangguan pada saluran pencernaan

Pada mulut terdapat napas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-

pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan

tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen dapat ditemukan

keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai nyeri

pada perabaan. Biasanya sering terjadi konstipasi tetapi juga dapat diare atau

normal (Hassan, 2007)

Lidah tifoid biasanya terjadi beberapa hari setelah panas meningkat

dengan tanda-tanda antara lain, lidah tampak kering, dilapisi selaput tebal, di

bagian belakang tampak lebih pucat, di bagian ujung dan tepi lebih kemerahan.

Bila penyakit makin progresif, akan terjadi deskuamasi epitel sehingga papila

lebih prominen (Rampengan, 2007).

- Gangguan kesadaran

Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak dalam yaitu apatis

sampai somnolen, jarang terjadi sopor, koma atau gelisah (kecuali penyakitnya

berat dan terlambat mendapatkan pengobatan). Disamping gejala tersebut

mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan anggota gerak dapat

ditemukan roseola, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam

Universitas Sumatera Utara


15

kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama demam. Kadang-kadang

ditemukan pula bradikardia dan epistaksis pada anak besar (Hassan, 2007).

Roseola lebih sering terjadi pada akhir minggu pertama dan awal minggu

kedua. Merupakan satu nodul kecil sedikit menonjol dengan diameter 2-4 mm,

bewarna merah pucat serta hilang pada penekanan. Roseola ini merupakan emboli

bakteri yang di dalamnya mengandung bakteri Salmonella, dan terutama

didapatkan di daerah perut, dada, kadang-kadang di bokong, ataupun bagian

fleksor lengan atas. Limpa umumnya membesar dan sering ditemukan pada akhir

minggu pertama dan harus dibedakan dengan pembesaran karena malaria.

Pembesaran limpa pada Tifus abdominalis tidak progresif dengan konsistensi

lebih lunak. (Rampengan, 2007).

2.6 Komplikasi Tifus Abdominalis

Menurut Sudoyo dan Setiyohadi (2006), beberapa komplikasi yang dapat

terjadi pada Tifus abdominalis yaitu :

2.6.1 Komplikasi Intestinal

a. Perdarahan Intestinal

Kasus ini lebih jarang terjadi pada anak. Di Surabaya dilaporkan terjadi

pada hari ketujuh belas atau awal minggu ke-3. Angka kejadiannya berbeda-beda

berkisar antara 0,8-8,6%. (Rampengan, 2007).

Pada plak Peyeri usus yang terinfeksi (terutama ileum terminalis) dapat

terbentuk tukak/luka berbentuk lonjong dan memanjang terhadap sumbu usus.

Universitas Sumatera Utara


16

Bila luka menembus lumen usus dan mengenai pembuluh darah maka terjadi

perdarahan. Selanjutnya bila tukak menembus dinding usus maka perforasi dapat

terjadi. Selain karena faktor luka, perdarahan juga dapat terjadi karena gangguan

koagulasi darah (KID) atau gabungan kedua faktor. Sekitar 25% penderita Tifus

abdominalis dapat mengalami perdarahan minor yang tidak membutuhkan

transfusi darah. Perdarahan hebat dapat terjadi hingga penderita mengalami syok.

Secara klinis perdarahan akut darurat bedah ditegakkan bila terdapat perdarahan

sebanyak 5 ml/kgBB/jam dengan faktor hemostatis dalam batas normal. Jika

penanganan terlambat, mortalitas cukup tinggi sekitar 10-32%, bahkan ada yang

melaporkan sampai 80%. Bila transfusi yang diberikan tidak dapat mengimbangi

perdarahan yang terjadi, maka tindakan bedah perlu dipertimbangkan. (Sudoyo

dan Setiyohadi, 2006).

b. Perforasi Usus

Lebih jarang dibandingkan pada orang dewasa. Komplikasi ini sering

terjadi pada minggu ketiga serta lokasi yang paling sering dilaporkan di ileum

terminalis. Angka kejadian bervariasi antara 0,4-2,5%. Diagnosis ditegakkan

berdasarkan adanya tanda dan gejala klinis serta pemeriksaan radiologis. Pada

umunya tanda/gejala peritonitis sering didapatkan, penderita mendadak tampak

kesakitan di daerah perut, perut kembung, tekanan darah menurun, suara bising

usus melemah, dan pekak hati berkurang. Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan

peningkatan hitung lekosit dalam waktu singkat (Rampengan, 2007).

Universitas Sumatera Utara


17

Bila pada gambaran foto polos abdomen (BNO/3 posisi) ditemukan udara

pada rongga peritoneum atau subdiafragma kanan, maka hal ini merupakan nilai

yang cukup menentukan terdapatnya perforasi usus pada Tifus abdominalis.

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan kejadian perforasi adalah umur

(biasanya berumur 20-30 tahun), lama demam, modalitas pengobatan, beratnya

penyakit, dan mobilitas penderita (Sudoyo dan Setiyohadi, 2006).

2.6.2 Komplikasi Ekstra-intestinal

a. Komplikasi kardiovaskular: gagal sirkulasi perifer, miokarditis,

tromboflebitis.

b. Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia, KID, trrombosis.

c. Komplikasi paru: pneumonia, empiema, pleuritis.

d. Komplikasi hepatobilier: hepatitis, kolesistitis.

e. Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis, perinefritis.

f. Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis, arthritis.

g. Komplikasi neuropsikiatrik/tifoid toksik.

Penyebab kematian paling umum yang disebabkan oleh Tifus abdominalis

adalah perforasi usus atau perdarahan usus di tempat nekrosis epitel setempat,

yang selanjutnya menimbulkan peritonitis. Komplikasi ini diramalkan terjadi pada

5% pasien, rata-rata pada hari ke-21 sejak awitan penyakit, dengan angka

kematian kasus 45%. Tifus abdominalis yang berupa syok septik atau

komplikasinya berupa koma, juga mempunyai angka kematian tinggi; pasien

sering meniggal dalam 3 minggu pertama. Jarang terjadi infeksi fokal yang

Universitas Sumatera Utara


18

lambat, seperti meningitis, endokarditis, osteomielitis, atau pneumonia (Wahab

dkk, 2006).

2.7 Epidemiologi Tifus Abdominalis

2.7.1 Distribusi dan Frekuensi

a. Orang

Tidak ada perbedaan yang nyata insidensi antara laki-laki dan perempuan.

Insiden tertinggi didapatkan pada remaja dan dewasa muda. Di USA insiden Tifus

abdominalis tidak berbeda antara laki-laki dan wanita. Karier intestinal kronik

lebih banyak dijumpai pada perempuan dengan perbandingan 3,65 : 1 dengan

laki-laki. Kurang lebih 85% karier ini dijumpai pada wanita di atas 50 tahun.

Secara umum insidens tifoid dilaporkan 75% didapatkan pada umur kurang dari

30 tahun. Pada anak-anak biasanya di atas 1 tahun dan terbanyak di atas 5 tahun

dan manifestasi klinis lebih ringan (Menteri Kesehatan RI, 2006).

Menurut Hassan , dkk (2007), pasien anak yang ditemukan berumur di atas

satu tahun. Sebagian besar pasien yang dirawat di bagian Ilmu Kesehatan Anak

FKUI-RSCM Jakarta berumur di atas 5 tahun. Menurut penelitian Mutia, H

(2001) di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan, dari hasil penelitian ditemukan

karakteristik penderita demam tifoid dengan proporsi paling tinggi adalah

golongan umur 11-20 tahun (35,2%), jenis kelamin laki-laki (54,2%), bekerja

(64,5%), jenis pekerjaan pelajar/mahasiswa (56,8%). Menurut penelitian

Hasibuan, S.I. (2009) yang berjudul “Karakteristik Penderita Demam Tifoid

Rawat Inap Di Rumah Sakit Sri Pamela PTPN 3 Tebing Tinggi Tahun 2004-

Universitas Sumatera Utara


19

2008” dari 231 penderita demam tifoid didapatkan proporsi sosiodemografi

tertinggi berada kelompok umur 12-30 tahun sebanyak 47,2% dan laki-laki 61%.

b. Tempat dan Waktu

Tifus abdominalis terdapat di seluruh dunia, terutama di negara-negara

yang sedang berkembang di daerah tropis. Di Negara yang telah maju, Tifus

abdominalis masih ada, bersifat sporadik terutama sehubungan dengan kegiatan

wisata ke negara-negara yang sedang berkembang. Di Indonesia, jarang dijumpai

secara epidemis tapi bersifat endemis dan banyak dijumpai di kota-kota besar

(Menteri Kesehatan RI, 2006). Setiap tahun di Amerika Serikat, sekitar 300 kasus

dikonfirmasi Tifus abdominalis dan 100 kasus demam paratifoid dilaporkan.

Lebih dari 80% dari laporan Tifus abdominalis dan >90% dari laporan demam

paratifoid disebabkan oleh Salmonella paratyphi A adalah wisatawan ke Asia

selatan. Daerah lain yang berisiko termasuk Timur dan Asia Tenggara, Afrika,

Karibia, dan Amerika Tengah dan Selatan (Newton, dkk, 2016).

Sampai awal abad XXI ini Tifus abdominalis masih sering terjadi,

diperkirakan 17 juta kasus pertahun, dengan kematian sekitar 600.000 kasus. Case

Fatility Rates berkisar 10% dan menurun sampai 1% bila mendapat pengobatan

yang adekuat (Menteri Kesehatan RI, 2006).

2.7.2 Faktor – Faktor yang Memengaruhi (Determinan)

a. Faktor Host

Berdasarkan Kepmenkes No. 364 tahun 2006, beberapa kondisi kehidupan

manusia yang sangat berperan pada penularan yaitu higiene perorangan yang

Universitas Sumatera Utara


20

rendah, seperti budaya cuci tangan yang tidak terbiasa. Hal ini jelas pada anak-

anak, penyaji makanan serta pengasuh anak. Kemudian, faktor yang paling

berperan pada penularan Tifus abdominalis adalah higiene makanan dan minuman

yang rendah. Banyak sekali contoh untuk ini diantaranya makanan yang dicuci

dengan air yang terkontaminasi (seperti sayur-sayuran dan buah-buahan), sayuran

yang dipupuk dengan tinja manusia, makanan yang tercemar dengan debu,

sampah dihinggapi lalat, air minum yang tidak dimasak, dan sebagainya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Lubis, R (2000) di RSUD

DR. Soetomo Surabaya dengan desain case control, menemukan bahwa kejadian

demam tifoid beresiko 20,8 kali lebih besar (OR) pada orang dengan higiene

perorangan yang kurang. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Laksono, H

(2009) dengan desain case control mengatakan bahwa kebiasaan jajan diluar

mempunyai resiko 3,65 lebih besar terkena penyakit demam tifoid pada anak dan

anak yang mempunyai kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan beresiko

lebih besar terkena penyakit demam tifoid dengan Ods Ratio sebesar 2,7. Menurut

penelitian yang dilakukan Suprapto (2012), faktor risiko pejamu yang terbukti

berhubungan dengan kejadian demam tifoid di Kota Semarang ialah kebiasaan

jajan diluar, kebiasaan tidak cuci tangan sebelum makan, kebiasaan makan sayur

mentah, pengetahuan yang kurang.

b. Faktor Agent

Semakin besar Salmonella typhi yang tertelan semakin banyak pula orang

yang menunjukkan gejala klinis. Semakin pendek masa inkubasi tetapi tidak

merubah sindroma klinik yang timbul. Dari suatu penelitian, didapatkan bahwa

Universitas Sumatera Utara


21

jumlah organisme yang dapat menimbulkan gejala penyakit adalah sebanyak 105-

106 organisme. Akan tetapi peneliti lain mengatakan bahwa bila yang tertelan

sebesar 109 organisme dapat bersifat fatal (Soeijanto S, 2002).

c. Faktor Environment

Sampai saat ini, Tifus abdominalis masih merupakan masalah kesehatan,

hal ini disebabkan oleh kesehatan lingkungan yang kurang memadai, penyediaan

air minum yang tidak memenuhi syarat, serta tingkat sosial ekonomi dan tingkat

pendidikan masyarakat yang kurang (Rampengan, 2007). Penyebaran penyakit

akan semakin meningkat apabila disertai dengan kondisi tempat tinggal yang tidak

sehat, kepadatan penduduk serta standar higiene industri pengolahan makanan

yang masih rendah (Soeijanto S, dkk, 2002). Perbedaan insidens di perkotaan

berhubungan erat dengan penyediaan air bersih yang belum memadai serta

sanitasi lingkungan dengan pembuangan sampah yang kurang memenuhi syarat

kesehatan lingkungan (Sudoyo dan Setiyohadi, 2006).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Lubis, R (2000) di RSUD

DR. Soetomo Surabaya dengan desain case control, menemukan bahwa kejadian

demam tifoid beresiko 6,4 kali lebih besar (OR) pada kualitas air minum yang

tercemar coliform.

2.8 Sumber Penularan Tifus Abdominalis

2.8.1 Penderita Tifus abdominalis

Yang menjadi sumber utama infeksi Tifus abdominalis adalah manusia

yang selalu mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit, baik ketika ia

sedang menderita sakit maupun yang sedang dalam masa penyembuhan. Pada

Universitas Sumatera Utara


22

masa penyembuhan penderita pada umumnya masih mengandung bibit penyakit

di dalam kandung empedu dan ginjalnya (Sudoyo dan Setiyohadi, 2006).

2.8.2 Karier Tifus abdominalis

Tifus abdominalis karier adalah seseorang yang tidak menunjukkan gejala

penyakit Tifus abdominalis, tetapi mengandung Salmonella typhosa di dalam

sekretnya. Mengingat karier sangat penting dalam hal penularan yang

tersembunyi, penemuan kasus sedini mungkin serta pengobatannya sangat penting

dalam hal menurunkan angka kematian. Anak jarang menjadi karier bila

dibandingkan dengan orang dewasa (Rampengan, 2007). Di antara Tifus

abdominalis yang sembuh klinis, pada 20% diantaranya masih ditemukan

Salmonella Typhi setelah 2 bulan dan 10% masih ditemukan pada bulan ke-3 serta

3% masih ditemukan setelah 1 tahun (Sudoyo & Setiyohadi, 2006).

Salmonella serotipe typhi beradaptasi dengan manusia demikian uniknya,

dan karier manusia merupakan satu-satunya sumber dari organisme ini. Karier

dapat berupa penderita yang baru sembuh dari sakit (convalescent carriers) yang

mengeksresikan mikroorganisme ini untuk waktu yang pendek atau (chronic

carriers) yang bisa mengeluarkan mikroorganisme ini sampai lebih dari satu

tahun. Individu yang lain akan terinfeksi melalui makanan atau minuman yang

dikontaminasi oleh karier (Sjoekoer, dkk, 2003).

2.9 Pencegahan Tifus Abdominalis

Pencegahan adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk mengurangi angka

kesakitan dan kematian akibat penyakit. Pencegahan terdiri dari beberapa

Universitas Sumatera Utara


23

tingkatan yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier

(Noor, 2006).

2.9.1 Pencegahan Primer

Dengan mengetahui cara penyebaran penyakit maka dapat dilakukan

pengendalian dengan menerapkan dasar-dasar higiene dan kesehatan masyarakat

yaitu melakukan deteksi dan isolasi terhadap sumber infeksi, perlu diperhatikan

faktor kebersihan lingkungan, pembuangan sampah dan klorinasi air minum,

perlindungan terhadap suplai makanan dan minuman, peningkatan ekonomi dan

peningkatan kebiasaan hidup sehat serta mengurangi populasi lalat (reservoir).

Memberikan pendidikan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan (terutama

pemeriksaan tinja) secara berkala terhadap penyaji makanan baik pada industri

makanan maupun restoran. Selain itu yang sangat penting adalah sterilisasi

pakaian, bahan dan alat-alat yang digunakan pasien dengan memberikan

antiseptik, dianjurkan pula bagi pengunjung untuk mencuci tangan dengan sabun

dan memberikan desinfektan pada saat mencuci pakaian (Rasmaliah, 2001).

2.9.2 Pencegahan Sekunder

2.9.2.1 Diagnosis Tifus Abdominalis

Sampai saat ini, baku emas diagnosis Tifus abdominalis adalah

pemeriksaan biakan empedu walaupun hanya 40%-60% kasus biakan positif,

terutama pada awal perjalanan penyakit. Biakan spesimen tinja dan urin menjadi

positif setelah akhir minggu pertama infeksi, namun sensitivitasnya lebih rendah.

Di negara berkembang, ketersediaan dan penggunaan antibiotik secara luas,

Universitas Sumatera Utara


24

menyebabkan sensitivitas biakan darah menjadi rendah. Biakan sumsum tulang

lebih sensitif, namun sulit dilakukan dalam praktek, invasif, dan kurang

digunakan untuk kesehatan masyarakat (Hadinegoro, dkk, 2012)

Menegakkan diagnosis Tifus abdominalis pada anak merupakan hal yang

tidak mudah, mengingat gejala dan tanda klinis yang tidak khas, terutama pada

penderita di bawah usia 5 tahun. Pada anak di atas 5 tahun atau dengan

bertambahnya umur, lebih mudah menegakkan diagnosis mengingat dengan

makin bertambahnya umur, gejala serta tanda klinis Tifus abdominalis hampir

menyerupai penderita dewasa, seperti demam selama 1 minggu atau lebih, lidah

tifoid, pembesaran limpa, hati, dapat disertai diare maupun konstipasi.

Masalah lain dalam menegakkan diagnosis Tifus abdominalis pada daerah

yang tidak dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium bakteriologis ataupun

serologis sehingga diagnosis praduga Tifus abdominalis ditegakkan atas dasar

gejala dan tanda klinis yang ada. Mengingat hal ini, ketajaman pengenalan gejala

serta tanda klinis sangatlah penting. Untuk memasukkan diagnosis dibutuhkan

pemeriksaan bakteriologis dan serologis (Rampengan, 2007).

1. Pemeriksaan Hematologi

Pemeriksaan hematologi untuk Tifus abdominalis tidak spesifik. Hitung

leukosit yang rendah sering berhubungan dengan demam dan toksisitas penyakit,

namun kisaran jumlah leukosit bisa lebar. Pada anak yang lebih muda leukositosis

bisa mencapai 20.000-25.000/mm3. Trombositopenia dapat merupakan marker

penyakit berat dan disertai dengan koagulasi intravaskular diseminata.

Universitas Sumatera Utara


25

Pemeriksaan fungsi hati dapat berubah, namun gangguan hati yang bermakna

jarang ditemukan (Hadinegoro, dkk, 2012).

Walaupun pada pemeriksaan darah perifer lengkap sering ditemukan

leukopenia, dapat pula terjadi kadar leukosit normal atau leukositosis.

Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa diserta infeksi sekunder. Selain itu pula

dapat ditemukan anemia ringan dan trombositopenia. Pada pemeriksaan hitung

jenis leukosit dapat terjadi aneosinofilia maupun limfopenia. Laju endap darah

pada Tifus abdominalis dapat meningkat (Sudoyo dan Setiyohadi, 2006).

2. Pemeriksaan Serologis

a. Uji Widal

Uji widal dilakukan untuk deteksi antibodi terhadap bakteri S.typhi. pada

uji widal terjadi suatu reaksi aglutinasi antara antigen bakteri S.typhi dengan

antibodi yang disebut aglutinin. Antigen yang digunakan pada uji Widal adalah

suspensi Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Maksud

uji Widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita

tersangka Tifus abdominalis yaitu : a) Aglutinin O (dari tubuh bakteri), b)

Aglutinin H (flagella bakteri), dan c) Aglutinin Vi (simpai bakteri); (Sudoyo dan

Setiyohadi, 2006)

Pemeriksaan Widal memiliki sensitivitas 40%, spesifisitas 91,4%, dan

nilai prediksi positif 80%. Hasil pemeriksaan Widal positif palsu dapat terjadi

oleh karena reaksi silang dengan non-typhoidal Salmonella, enterobacteriaceae,

pemeriksaan dilakukan di daerah endemis infeksi dengue dan malaria, riwayat

Universitas Sumatera Utara


26

imunisasi tifoid, dan preparat antigen komersial yang bervariasi serta standardisasi

yang kurang baik. Pemeriksaan Widal seharusnya dilakukan 1-2 minggu

kemudian sehingga kenaikan 4 kali, terutama agglutinin O memiliki nilai

diagnostik yang penting untuk Tifus abdominalis. Titer aglutinin O yang positif

dapat berbeda dari >1/806 sampai >1/320 antar laboratorium tergantung

endemisitas Tifus abdominalis di masyarakat setempat dengan catatan 8 bulan

terakhir tidak mendapat vaksinasi atau baru sembuh dari Tifus abdominalis

(Hardinegoro, dkk, 2012).

b. Uji Tubex®

Uji Tubex® mendeteksi antibodi anti-S.typhi O9 pada serum pasien,

dengan cara menghambat ikatan antara IgM anti-O9 yang terkonjungsi pada

partikel latex yang berwarna dengan lipopolisakarida S.typhi yang terkonjugasi

pada partikel magnetik latex. Hasil positif uji tubex® ini menunjukkan terdapat

infeksi Salmonella serogroup D walau tidak secara spesifik menunjuk pada

S.typhi. Infeksi oleh S.paratyphi akan memberikan hasil negatif . Pada tahun

2006, di Jakarta, Surya dkk melakukan penelitian pada 52 sampel darah pasien

dengan diagnosis klinis Tifus abdominalis untuk mebandingkan spesifisitas,

sensitivitas, Positive Predictive Value (PPV) dan Negative Predictive Value uji

tubex® dengan uji Widal. Pada penelitian tersebut, didapatkan sensitivitas uji

Tubex® sebesar 100% (Widal : 53,1%), spesifisitas 90% (Widal : 65%), PPV

94,11% (Widal : 70,8%), NPV 100% (Widal : 46,4%) (Sudoyo dan Setiyohadi,

2006).

Universitas Sumatera Utara


27

Uji tubex dapat menjadi pemeriksaan ideal, dapat digunakan untuk

pemeriksaan secara rutin karena cepat, mudah dan sederhana, terutama di negara

berkembang. Secara ringkas teknik uji tubex dan hasil pembacaannya dapat dilihat

pada gambar 2.1 di bawah ini (Kusumaningrat dan Yasa, 2012).

Gambar 2.1 Skema dari Langkah Kerja Uji Tubex®

Uji tubex merupakan uji yang subjektif dan semi kuantitatif dengan cara

membandingkan warna yang terbentuk pada reaksi dengan tubex color scale yang

tersedia. Berdasarkan warna inilah ditentukan skor yang interpretasinya dapat

dilihat pada tabel 2.1 berikut ini (Kusumaningrat dan Yasa, 2012).

Universitas Sumatera Utara


28

Tabel 2.1 Interpretasi Hasil Uji Tubex®

Skor Nilai Interpretasi


<2 Negatif Tidak menunjukkan infeksi tifoid aktif
3 Borderline Pengukuran tidak dapat disimpulkan. Ulangi
pengujian, apabila masih meragukan lakukan
pengulangan beberapa hari kemudian
4-5 Positif Menunjukkan infeksi tifoid aktif
>6 Positif Indikasi kuat infeksi tifoid

a. Uji Typhidot

Uji typhidot dapat mendeteksi antibodi IgM dan IgG yang terdapat pada

protein membran luar Salmonella typhi. Hasil positif pada uji typhidot didapatkan

2-3 hari setelah infeksi dan dapat mengidentifikasi secara spesifik antibodi IgM

dan IgG terhadap antigen S. typhi seberat 50 kD, yang terdapat pada strip

nitroselulosa. Didapatkan sensitivitas uji ini sebesar 98%, spesifisitas sebesar

76,6% dan efisiensi sebesar 84% pada penelitian yang dilakukan oleh

Gopalakhrisman dkk (2002) yang dilakukan pada 144 kasus demam tifoid

(Sudoyo dan Setiyohadi, 2006).

b. Uji IgM Dipstick

Uji ini secara khusus mendeteksi antibodi IgM spesifik terhadap S.thyphi

pada spesimen serum atau whole blood. Uji ini menggunakan strip yang

mengandung antigen lipopolisakaida (LPS) S.typhoid dan anti IgM (sebagai

kontrol), reagen deteksi yang mengandung antibodi anti IgM yang dilekati dengan

lateks pewarna, cairan membasahi strip sebelum diinkubasi dengan reagen dan

serum pasien, tabung uji. House dkk, 2001 dan Gasem MH dkk, 2002 meneliti

mengenai penggunaan uji ini dibandingkan dengan pemeriksaan kultur darah di

Universitas Sumatera Utara


29

Indonesia dan melaporkan sensitivitas sebesar 65-77% dan spesifisitas sebesar 95-

100% (Sudoyo dan Setiyohadi, 2006).

3. Pemeriksaan Bakteriologis

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

364/MENKES/SK/V/2006 tentang Pedoman Pengendalian Tifus abdominalis,

pemeriksaan bakteriologis adalah sebagai berikut:

a. Jenis Pembiakan menurut Spesimen

Ada 5 jenis pembiakan yang dapat dilakukan yaitu berupa biakan darah,

biakan bekuan darah, biakan tinja, biakan cairan empedu, dan biakan urin.

b. Biakan Salmonella Typhi

Spesimen untuk biakan dapat diambil dari darah, sumsum tulang, feses,

urin. Spesimen darah diambil pada minggu I sakit saat demam tinggi. Spesimen

feses dan urin pada minggu ke II dan mingu-minggu selanjutnya. Pembiakan

memerlukan waktu kurang lebih 5-7 hari. Bila laporan hasil biakan. “Biakan

Salmonella tumbuh” maka penderita sudah pasti mengidap Tifus abdominalis.

Spesimen ditanam dalam biakan empedu (gael Culture, biakan SS). Sensitifitas

tes ini rendah yang dapat disebabkan oleh beberapa hal;

- Pasien telah dapat antibiotika sebelumnya

- Waktu pengambilan specimen tak tepat

- Volume darah yang diambil kurang

- Darah menggumpal

Universitas Sumatera Utara


30

- Dll

Spesimen darah dari sumsum tulang mempunyai sensitifitas yang lebih

tinggi. Biakan untuk spesimen feses dan urin dimulai pada minggu ke 2 demam

yang dilaksanakan setiap minggu. Bila pada minggu ke biakan feses masih positif

maka pasien sudah tergolong karier.

2.9.2.2 Pengobatan Tifus Abdominalis

Pengobatan/penatalaksanaan pada penderita Typhus abdominalis menurut

Suratun dan Lusianah (2010) adalah sebagai berikut :

1. Bed rest, untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan.

Minimal 7 hari bebas demam /± 14 hari. Mobilisasi bertahap, sesuai

dengan pulihnya kekuatan pasien. Tingkatan higiene perseorangan,

kebersihan tempat tidur, pakaian, dan peralatan yang dipakai oleh pasien.

Ubah posisi minimal tiap 2 jam untuk menurunkan resiko terjadi dekubitus

dan pneumonia hipostatik. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan

karena kadang-kadang terjadi obstipasi dan retensi urin, isolasi penderita

dan desinfeksi pakaian dan ekskreta pasien.

2. Diet dan terapi penunjang. Diet makanan harus mengandung cukup cairan

dan tinggi protein, serta rendah serat. Diet bertahap mulai dari bubur

saring, bubur kasar, ingga nasi. Diet tinggi serat akan meningkatkan kerja

usus sehingga resiko perforasi usus lebih tinggi.

3. Pemberian antibiotika, anti radang anti inflamasi, dan anti piretik.

Universitas Sumatera Utara


31

2.9.3 Pencegahan Tersier

Ditujukan untuk membatasi atau menghalangi perkembangan

ketidakmampuan, kondisi, atau gangguan dengan menyediakan rehabilitasi saat

penyakit, cedera, atau ketidakmampuan sudah terjadi dan menimbulkan kerusakan

(Timmreck, 2004).

Pencegahan tersier adalah upaya untuk mengurangi keparahan atau

komplikasi penyakit yang sudah terjadi. Apabila penderita Tifus abdominalis telah

dinyatakaan sembuh, sebaiknya tetap menjaga kesehatan dan kebersihan sehingga

daya tahan tubuh dapat pulih kembali dan terhindar dari infeksi ulang Tifus

abdominalis. Disamping itu, penderita tersebut harus melakukan pemeriksaan

serologis sebulan sekali untuk mengetahui keberadaan Salmonella typhi di dalam

tubuh (WHO, 2003).

Deteksi carrier dilakukan dengan cara tes darah dan diikuti dengan

pemeriksaan tinja dan urin yang dilakukan berulang-ulang. Pasien yang carrier

positif diperlukan pengawasan yang lebih ketat yaitu dengan memberikan

informasi tentang higiene perorangan dan cara meningkatkan standar higiene agar

tidak berbahaya bagi orang lain (Rasmaliah, 2001).

Universitas Sumatera Utara


32

2.10 Kerangska Konsep

Karakteristik Anak Penderita Tifus Abdominalis

1. Sosiodemografi
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Tempat Tinggal
2. Gejala klinis sewaktu masuk
3. Status komplikasi
4. Jenis komplikasi
5. Hasil diagnostik uji Tubex® rata-rata
6. Lama rawatan rata-rata
7. Sumber pembiayaan
8. Keadaan sewaktu pulang

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Universitas Sumatera Utara


29

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dengan desain case series.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Sundari Medan. Pemilihan

lokasi penelitian ini dengan pertimbangan bahwa di rumah sakit tersebut tersedia

data penderita Tifus abdominalis yang dibutuhkan, selain itu belum pernah

dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita Tifus abdominalis pada anak

yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2016.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Agustus 2017.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah semua data penderita Tifus abdominalis

pada anak yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2016

yang tercatat dalam kartu status dengan jumlah 845 orang.

33
Universitas Sumatera Utara
34

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian ini adalah sebagian data penderita Tifus abdominalis

pada anak yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2016

dengan kriteria tercatat dalam kartu status.

a. Besar Sampel

Besar sampel diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin sebagai

berikut:

=
1+( d )

845
=
1 + 845(0.05 )

845
=
1 + 2,115

845
=
3,115

n = 271,48

n = 272

Keterangan n = Besar sampel

N = Besar populasi adalah 845

d = Tingkat Kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,05)

Universitas Sumatera Utara


35

Berdasarkan perhitungan di atas, besar sampel yang dibutuhkan dalam

penelitian ini adalah 272 data penderita Tifus abdominalis pada anak yang dirawat

inap tahun 2016.

b. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling

(pengambilan sampel acak sederhana), dengan menggunakan angka acak pada

program komputer C survey. Sampel diambil dari populasi yang sudah diacak

oleh komputer. Untuk menentukan sampel pertama diambil dari baris atau kolom

tertentu yang diperoleh dengan menggunakan spin dial direction. Dari spin dial

direction tersebut akan diperoleh satu angka untuk menentukan dari baris atau

kolom ke berapa akan diambil sampel pertama. Kemudian diambil sampel

sebanyak yang dibutuhkan. Sampel yang telah diambil disesuaikan dengan kartu

status yang telah diberi nomor urut 1 – 845.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang

diperoleh dari kartu status yang berasal dari rekam medis Rumah Sakit Umum

Sundari Medan Tahun 2016. Kartu status penderita Tifus abdominalis yang dipilih

sebagai sampel, dikumpul dan dilakukan pencatatan tabulasi sesuai dengan

variabel yang akan diteliti.

3.5 Defenisi Operasional

3.5.1 Anak penderita Tifus abdominalis adalah pasien anak usia 0-18 tahun yang

berdasarkan diagnosa dokter serta hasil pemeriksaan laboratorium

Universitas Sumatera Utara


36

dinyatakan menderita Tifus abdominalis dan telah dirawat inap sesuai

dengan yang tercatat di dalam kartu status.

3.5.2 Sosiodemografi anak penderita Tifus Abdominalis dibedakan atas :

a. Umur adalah usia penderita Tifus abdominalis anak yang rawat inap sesuai

dengan yang tertulis di kartu status, dikategorikan berdasarkan Permenkes

No.25 Tahun 2014, yaitu:

1. <1 tahun : Anak Bayi


2. 1-4 tahun : Anak Balita
3. 5 tahun : Anak Prasekolah
4. 6-18 tahun : Anak Usia Sekolah
b. Jenis kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki penderita Tifus

abdominalis anak yang rawat inap sesuai dengan yang tertulis di kartu

status, dikategorikan atas:

1. Laki-laki
2. Perempuan

c. Agama adalah kepercayaan yang dianut oleh penderita Tifus abdominalis

anak yang rawat inap sesuai dengan yang tertulis di kartu status,

dikategorikan atas:

1. Islam
2. Kristen Protestan
3. Kristen Katolik
4. Hindu

d. Suku adalah etnis yang melekat pada diri penderita Tifus abdominalis anak

yang rawat inap sesuai dengan yang tertulis di kartu status, dikategorikan

atas :

1. Batak
2. Jawa
3. Aceh

Universitas Sumatera Utara


37

4. Minang
5. Melayu
6. Lain-lain

e. Pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh atau

yang sedang dijalani oleh penderita Tifus abdominalis anak yang rawat

inap sesuai dengan yang tertulis di kartu status, dikategorikan atas:

1. Belum sekolah
2. SD
3. SMP
4. SMA
5. Akademi/ Perguruan Tinggi

f. Tempat Tinggal adalah daerah dimana penderita Tifus abdominalis anak

yang rawat inap tinggal menetap sesuai dengan yang tertulis di kartu

status, dikategorikan atas:

1. Kota Medan
2. Luar Kota Medan

3.5.3 Gejala klinis adalah keadaan penderita Tifus abdominalis saat masuk ke

rumah sakit yang merupakan manifestasi dari infeksi Salmonella typhi

sesuai dengan yang tertulis di kartu status, dikategorikan atas:

1. Demam
2. Nyeri perut
3. Mual
4. Muntah
5. Anoreksia
6. Konstipasi
7. Diare
8. Perut kembung
9. Badan lemah

Universitas Sumatera Utara


38

3.5.4 Status komplikasi adalah keterangan mengenai ada tidaknya komplikasi

pada penderita Tifus abdominalis anak yang rawat inap sesuai dengan

yang tertulis di kartu status, dikategorikan atas :

1. Ada
2. Tidak

3.5.5 Jenis komplikasi Tifus abdominalis adalah manifestasi klinis yang timbul

sebagai penyulit bagi penderita Tifus abdominalis sesuai dengan yang

tertulis di kartu status, dikategorikan atas:

1. Komplikasi Intestinal
2. Komplikasi Ekstra-intestinal

3.5.6 Hasil uji diagnostik laboratorium uji tubex® rata-rata adalah hasil

pemeriksaan laboratorium penderita Tifus abdominalis dengan skor ≥ 4

sesuai dengan yang tertulis di kartu status.

3.5.7 Lama rawatan rata-rata adalah lama hari rawatan penderita Tifus

abdominalis dihitung dari tanggal masuk sampai dengan keluar sesuai

dengan yang tertulis di kartu status.

3.5.8 Sumber biaya adalah asal biaya rawatan penderita Tifus abdominalis

dihitung dari mulai masuk rumah sakit sampai dengan keluar sesuai

dengan yang tertulis di kartu status, dikategorikan atas:

1. Biaya sendiri
2. Bukan biaya sendiri (BPJS, dll)

3.5.9 Keadaan sewaktu pulang adalah kondisi penderita Tifus abdominalis

sewaktu keluar dari rumah sakit sesuai dengan yang tertulis di kartu status,

dikategorikan atas:

1. Pulang berobat jalan

Universitas Sumatera Utara


39

2. Pulang atas permintaan sendiri / Pulang atas permintaan orang tua


3. Rujuk di

3.6 Pengolahan dan Analisa Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program SPSS

(Statistical Product and Service Solution). Analisis univariat secara deskriptif dan

analisis bivariat menggunakan uji Chi Square dan uji t apabila data berdistribusi

normal atau uji Mann Whitney bila data tidak berdistribusi normal. Disajikan

dalam bentuk narasi, tabel distribusi proporsi, diagram pie dan batang.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran RSU Sundari Medan

RSU Sundari Medan yang terletak di Jln. T.B. Simatupang (jl. P. Baris No.

31) berdiri pada tahun 1987 yang didirikan oleh Bapak H. Usman. Rumah Sakit

Umum Sundari pada awal mulanya hanyalah tempat praktek bidan yang di dibuat

dirumah. Tempat praktek ini berada di lingkungan Desa Lalang Kecamatan

Medan Sunggal yang mana penduduknya saat itu belum terlalu banyak, namun

pertumbuhan penduduk yang cukup signifikan membuat Desa Lalang Kecamatan

Medan Sunggal banyak pasien yang ingin berobat, terutama pasien yang mau

melahirkan.

Dikarenakan banyaknya pasien di sekitar rumah yang datang ke bidan

Hj.Sundari untuk melahirkan sehingga tempat praktek yang awalnya hanyalah

rumah tidak lagi mencukupi untuk memberikan pelayanan kesehatan bersalin.

Setelah mendapat izin, maka didirikan Klinik Bersalin.

Pada tahun 1995 Klinik Bersalin Sundari meningkat statusnya menjadi

Rumah Sakit Umum Sundari yang diperkuat dengan surat keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No.YN.02.04.4.5963. Dengan surat keputusan itu

maka sampai dengan saat ini RSU.Sundari Medan telah melakukan pelayanan

medis sebagai rumah sakit yang memiliki fungsi lebih bukan hanya tempat

persalinan, tetapi juga telah menjadi sarana dan prasarana untuk pengobatan medis

lainnya.

40
Universitas Sumatera Utara
41

4.1.1 Visi

Visi RSU Sundari Medan adalah ” Memberikan pelayanan kesehatan

yang terbaik,bermutu, terjangkau dan profesional ”.

4.1.2 Misi

Misi RSU Sundari Medan, yaitu :

1. Memberikan pelayanan dengan mutu yang terbaik

2. Mengedepankan layanan kesehatan dengan biaya yang terjangkau oleh

seluruh lapisan masyarakat umumnya

3. Membantu program pemerintah dalam upaya meningkatkan taraf

kesehatan masyarakat sehingga tercapai keluarga sehat sejahtera

4.1.3 Motto

Motto RSU Sundari, yaitu :

- RSU Sundari akan menjadi mitra terbaik anda dalam menuju hidup

sehat

- Memberikan pelayanan yaitu hari ini lebih baik dari hari kemarin

4.2 Karakteristik Penderita Tifus Abdominalis pada Anak Berdasarkan


Sosiodemografi
Proporsi penderita Tifus abdominalis pada anak yang dirawat inap di RSU

Sundari Medan tahun 2016 berdasarkan sosiodemografi dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

Universitas Sumatera Utara


42

Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Penderita Tifus Abdominalis pada Anak yang
Dirawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun 2016 Berdasarkan
Sosiodemografi

Sosiodemografi f %
Umur
<1 tahun (Anak Bayi) 31 11,4
1- 4 tahun (Anak Balita) 102 37,5
5 tahun (Anak Prasekolah) 15 5,5
6-18 tahun (Anak Usia Sekolah) 124 45,6
Jenis Kelamin
Laki-laki 152 55,9
Perempuan 120 44,1
Agama
Islam 243 89,3
Kristen Katolik 25 9,2
Kristen Protestan 3 1,1
Hindu 1 0.4
Tempat Tinggal
Kota Medan 250 91,9
Luar Kota Medan 22 8,1

Setelah dilakukan penelitian, data sosiodemografi berupa suku dan

pendidikan penderita Tifus abdominalis pada anak yang dirawat inap di RSU

Sundari Medan Tahun 2016 tidak ditemukan, sehingga tidak ada hasil mengenai

varibel tersebut.

Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 272 penderita Tifus abdominalis

pada anak yang dirawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2016 berdasarkan

sosiodemografi, proporsi menurut umur tertinggi adalah 6-18 tahun (anak usia

sekolah) sebesar 45,6% dan terendah adalah 5 tahun (anak prasekolah) sebesar

5,5% , proporsi menurut jenis kelamin laki-laki adalah 55,9% dan perempuan

adalah 44,1%. Proporsi menurut agama tertinggi adalah agama Islam sebesar

Universitas Sumatera Utara


43

89,3% dan terendah adalah agama Hindu sebesar 0,4%. Proporsi menurut tempat

tinggal di Kota Medan adalah 91,9% dan di luar Kota Medan adalah 8,1%.

4.3 Karakteristik Penderita Tifus Abdominalis pada Anak Berdasarkan


Gejala Klinis Sewaktu Masuk
Proporsi penderita Tifus abdominalis pada anak yang dirawat inap di RSU

Sundari Medan tahun 2016 berdasarkan gejala klinis sewaktu masuk dapat dilihat

pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Penderita Tifus Abdominalis pada Anak yang
Dirawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun 2016 Berdasarkan
Gejala Klinis Sewaktu Masuk

Gejala Klinis f %
Demam 272 100,0
Nyeri Perut 16 5,9
Mual 11 4,0
Muntah 43 15,8
Anoreksia 1 0,4
Konstipasi 2 0,7
Diare 48 17,6
Perut Kembung 1 0,4
Badan Lemah 6 2,2

Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 272 penderita Tifus abdominalis

pada anak, semuanya mengalami gejala demam sewaktu masuk 100,0% dan

gejala yang paling sedikit dialami penderita adalah anoreksia dan perut kembung

sebesar 0,4%.

Universitas Sumatera Utara


44

4.4 Karakteristik Penderita Tifus Abdominalis pada Anak Berdasarkan


Status Komplikasi

Proporsi penderita Tifus abdominalis pada anak yang dirawat inap di RSU

Sundari Medan tahun 2016 berdasarkan status komplikasi dapat dilihat pada tabel

di bawah ini :

Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Penderita Tifus Abdominalis pada Anak yang
Dirawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun 2016 Berdasarkan
Status Komplikasi

Status Komplikasi f %
Ada 13 4,8
Tidak 259 95,2
Total 272 100,0

Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 272 penderita Tifus abdominalis

pada anak, proporsi berdasarkan status komplikasi tertinggi adalah tidak ada

komplikasi yaitu 95,2% dan terendah adalah ada komplikasi yaitu 4,8%.

4.5 Karakteristik Penderita Tifus Abdominalis pada Anak Berdasarkan


Jenis Komplikasi

Proporsi penderita Tifus abdominalis pada anak yang dirawat inap di RSU

Sundari Medan tahun 2016 berdasarkan jenis komplikasi dapat dilihat pada tabel

di bawah ini :

Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Penderita Tifus Abdominalis pada Anak yang
Dirawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun 2016 Berdasarkan
Jenis Komplikasi

Jenis Komplikasi f %
Komplikasi Intestinal 3 23,1
Komplikasi Ekstra-intestinal 10 76,9
Total 13 100,0

Universitas Sumatera Utara


45

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari 13 penderita Tifus abdominalis

yang mengalami komplikasi intestinal yaitu 23,1%, dan yang mengalami

komplikasi ekstra-intestinal yaitu 76,9%. Komplikasi intestinal yang dialami

berupa gastroenteritis, sedangkan komplikasi ekstraintestinal berupa stomatitis,

trauma abdomen, gastritis, anemia, leukositis, dan pneumonia.

4.6 Hasil Diagnostik Laboratorium Uji Tubex® Rata-rata Penderita Tifus


Abdominalis pada Anak

Hasil diagnostik laboratorium uji tubex® rata-rata penderita Tifus

abdominalis pada anak yang dirawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2016

dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.5 Hasil Diagnostik Laboratorium Uji Tubex® Rata-rata Penderita


Tifus Abdominalis pada Anak yang Dirawat Inap di RSU Sundari
Medan Tahun 2016

Hasil Uji Tubex®


Mean 4,36
SD (Standar Deviasi) 0,644
Maksimum 8
Minimum 4

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dari 272 penderita Tifus abdominalis

pada anak, hasil diagnostik laboratorium uji tubex® rata-rata adalah skor 4,36

dengan Standar Deviasi (SD) 0,644 . Hasil diagnostik laboratorium uji tubex®

paling rendah adalah skor 4 dan paling tinggi adalah skor 8.

4.7 Lama Rawatan Rata-rata Penderita Tifus Abdominalis pada Anak

Lama Rawatan rata-rata penderita Tifus abdominalis pada anak yag

dirawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

Universitas Sumatera Utara


46

Tabel 4.6 Lama Rawatan Rata-rata Penderita Tifus Abdominalis pada


Anak yang Dirawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun 2016

Lama Rawatan Rata-Rata


Mean 5,07
SD (Standar Deviasi) 1,719
Maksimum 17
Minimum 1

Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari 272 penderita Tifus abdominalis

pada anak, lama rawatan rata-rata adalah 5,07 hari dengan Standar Deviasi (SD)

1,719 hari . Lama rawatan paling lama adalah 17 hari dan paling singkat adalah 1

hari.

4.8 Karakteristik Penderita Tifus Abdominalis pada Anak Berdasarkan


Sumber Biaya

Proporsi penderita Tifus abdominalis pada anak yang dirawat inap di RSU

Sundari Medan tahun 2016 berdasarkan sumber biaya dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Penderita Tifus Abdominalis pada Anak yang
Dirawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun 2016 Berdasarkan
Sumber Biaya

Sumber Biaya f %
Biaya Sendiri 56 20,6
Bukan Biaya Sendiri (BPJS, dll) 216 79,4
Total 272 100,0

Dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa dari 272 penderita Tifus abdominalis

pada anak, proporsi berdasarkan sumber biaya tertinggi adalah bukan biaya

sendiri (BPJS,dll) sebesar 79,4% dan terendah adalah Biaya sendiri sebesar

20,6%.

Universitas Sumatera Utara


47

4.9 Karakteristik Penderita Tifus Abdominalis pada Anak Berdasarkan


Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi penderita Tifus abdominalis pada anak yang dirawat inap di RSU

Sundari Medan tahun 2016 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat

pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Penderita Tifus Abdominalis pada Anak


yang Dirawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun 2016
Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Keadaan Sewaktu Pulang f %


Pulang Berobat Jalan 210 77,2
Pulang Atas Permintaan Sendiri/Pulang
59 21,7
Atas Permintaan Orang Tua
Rujuk di 3 1,1
Total 272 100,0

Dari tabel 4.8 dapat diketahui bahwa dari 272 penderita Tifus abdominalis

pada anak, proporsi berdasarkan keadaan sewaktu pulang tertinggi adalah pulang

berobat jalan sebesar 77,2% dan terendah adalah rujuk di sebesar 1,1%.

4.10 Analisa Statistik

4.10.1 Umur Berdasarkan Status Komplikasi

Proporsi umur penderita Tifus abdominalis pada anak yang dirawat inap di

RSU Sundari Medan tahun 2016 berdasarkan status komplikasi dapat dilihat pada

tabel di bawah ini :

Universitas Sumatera Utara


48

Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Umur Penderita Tifus Abdominalis pada


Anak yang Dirawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun 2016
Berdasarkan Status Komplikasi

Status Umur Total


Kompli- <1 tahun 1-4 tahun 5 tahun 6-18 tahun
kasi f % f % f % f % f %

Ada 1 7,7 5 38,5 0 0.0 7 53,8 13 100,0


Tidak 30 11,6 97 37,5 15 5,8 117 45,2 259 100,0
p = 1,000
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa dari 13 penderita Tifus

abdominalis pada anak dengan ada komplikasi 7,7% pada umur <1 tahun (anak

bayi), 38,5% pada umur 1-4 tahun (anak balita), dan 53,8% pada umur 6-18 tahun

(anak usia sekolah). Dari 259 penderita Tifus abdominalis pada anak dengan

tidak ada komplikasi 11,6% pada umur <1 tahun (anak bayi), 37,5% berada pada

umur 1-4 tahun (anak balita), 5,8% pada umur 5 tahun (anak prasekolah, dan

45,2% pada umur 6-18 tahun (anak usia sekolah).

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square tidak

memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 3 sel (37,5%) yang memiliki

nilai expected count kurang dari 5, kemudian dilanjutkan dengan uji Exact Fisher

diperoleh nilai p>0,05 yang artinya secara statistik tidak ada perbedaan yang

bermakna antara proporsi umur berdasarkan status komplikasi.

4.10.2 Jenis Kelamin Berdasarkan Status Komplikasi

Proporsi jenis kelamin penderita Tifus abdominalis pada anak yang

dirawat inap di RSU Sundari Medan tahun 2016 berdasarkan status komplikasi

dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Universitas Sumatera Utara


49

Tabel 4.10 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Tifus Abdominalis


pada Anak yang Dirawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun
2016 Berdasarkan Status Komplikasi

Jenis Kelamin Total


Status Komplikasi Laki-laki Perempuan
f % f % f %
Ada 6 46,2 7 53,8 13 100,0
Tidak 146 56,4 113 43,6 259 100,0
p = 0,469

Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa dari 13 penderita Tifus

abdominalis pada anak dengan ada komplikasi 46,2% adalah laki-laki, dan 53,8%

adalah perempuan. Dari 259 penderita Tifus abdominalis pada anak dengan tidak

ada komplikasi 56,4% adalah laki-laki, dan 43,6% adalah perempuan.

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square memenuhi syarat

untuk dilakukan karena tidak terdapat sel yang memiliki nilai expected count kurang

dari 5, dan diperoleh nilai p> 0,05 artinya secara statistik tidak ada perbedaan yang

bermakna antara proporsi jenis kelamin berdasarkan status komplikasi.

4.10.3 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Status Komplikasi

Lama rawatan rata-rata penderita Tifus abdominalis pada anak yang

dirawat inap di RSU Sundari Medan tahun 2016 berdasarkan status komplikasi

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.11 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Status Komplikasi


Penderita Tifus Abdominalis pada Anak yang Dirawat Inap di
RSU Sundari Medan Tahun 2016

Status Lama Rawatan Rata-Rata (Hari)


Komplikasi f Mean Minimum Maksimum
Ada 13 6,08 3 17
Tidak 259 5,02 1 13
p = 0,254

Universitas Sumatera Utara


50

Berdasarkan tabel 4.11. dapat dilihat bahwa 13 penderita Tifus

abdominalis pada anak dengan komplikasi memiliki lama rawatan rata-rata 6,08

hari dan 259 penderita dengan tidak komplikasi memiliki lama rawatan rata-rata

5,02 hari.

Hasil penelitian menggunakan uji Mann Whitney (karena data tidak

berdistribusi normal), diperoleh nilai p>0,05 yang berarti tidak ada perbedaan

yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan status komplikasi.

4.10.4 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya

Lama rawatan rata-rata penderita Tifus abdominalis pada anak yang

dirawat inap di RSU Sundari Medan tahun 2016 berdasarkan sumber biaya dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.12 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya Penderita


Tifus Abdominalis pada Anak yang Dirawat Inap di RSU Sundari
Medan Tahun 2016

Lama Rawatan Rata-Rata (Hari)


Sumber Biaya
f Mean Minimum Maksimum
Biaya Sendiri 56 4,05 1 17
Bukan Biaya Sendiri 1
216 5,34 13
(BPJS, dll)
p = 0,0001

Berdasarkan tabel 4.12, dapat dilihat bahwa 56 penderita Tifus

abdominalis pada anak dengan biaya sendiri memiliki lama rawatan rata-rata 4,05

hari dan 216 penderita dengan bukan biaya sendiri (BPJS,dll) memiliki lama

rawatan rata-rata 5,34 hari.

Universitas Sumatera Utara


51

Hasil penelitian menggunakan uji Mann Whitney (karena data tidak

berdistribusi normal), diperoleh nilai p<0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang

bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya.

4.10.5 Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Sumber Biaya

Proporsi keadaan sewaktu pulang penderita Tifus abdominalis pada anak

yang dirawat inap di RSU Sundari Medan tahun 2016 berdasarkan sumber biaya

dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.13 Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Tifus


Abdominalis pada Anak yang Dirawat Inap di RSU Sundari
Medan Tahun 2016 Berdasarkan Sumber Biaya

Keadaan Sewaktu Pulang Total


PAPS/
Sumber Biaya PBJ Rujuk di
PAPOT
f % f % f % f %
Biaya Sendiri 20 35,7 36 64,3 0 0,0 56 100,0
Bukan Biaya Sendiri
190 88,0 23 10,6 3 1,4 216 100,0
(BPJS,dll)
p = 0,0001

Berdasarkan tabel 4.13 dapat diketahui bahwa dari 56 penderita Tifus

abdominalis pada anak dengan biaya sendiri 35,7% adalah pulang berobat jalan,

dan 64,3% adalah pulang atas permintaan sendiri atau pulang atas permintaan

orang tua. Dari 216 penderita Tifus abdominalis pada anak yang menggunakan

bukan biaya sendiri (BPJS,dll) 88,0% adalah pulang berobat jalan, 10,6% adalah

pulang atas permintaan sendiri atau pulang atas permintaan orang tua, dan 1,4%

adalah rujuk di.

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square tidak

memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 2 sel (33,3%) yang memiliki

Universitas Sumatera Utara


52

nilai expected count kurang dari 5, kemudian dilanjutkan dengan uji Exact Fisher

diperoleh nilai p<0,05 yang artinya secara statistik terdapat perbedaan yang

bermakna antara proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan sumber biaya.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Penderita Tifus Abdominalis pada Anak Berdasarkan Sosiodemografi


(Umur, Jenis Kelamin, Agama, dan Tempat Tinggal)

5.1.1 Umur

Proporsi penderita Tifus abdominalis pada anak yang dirawat inap di RSU

Sundari Medan Tahun 2016 berdasarkan umur dapat dilihat pada gambar berikut

ini :

50%
45.6%
45%
40% 37.5%
35%
30%
Proporsi

25%
20%
15% 11.4%
10%
5.5%
5%
0%
< 1 tahun 1-4 tahun 5 tahun 6-18 tahun
Umur

Gambar 5.1 Diagram Batang Distribusi Proporsi Penderita Tifus


abdominalis pada Anak yang Dirawat Inap di RSU Sundari
Medan Tahun 2016 Berdasarkan Umur
Dari gambar 5.1 dapat diketahui bahwa dari 272 penderita Tifus

abdominalis pada anak yang dirawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2016,

proporsi menurut umur tertinggi adalah 6-18 tahun (Anak Usia Sekolah) sebesar

53
Universitas Sumatera Utara
54

45,6% dan terendah adalah 5 tahun (Anak Usia Prasekolah) sebesar 5,5%. Hal ini

dapat terjadi karena kebiasaan anak usia sekolah yang kurang memperhatikan

kebersihan juga makanan yang mereka konsumsi ketika sekolah, karena

berdasarkan Kepmenkes No. 364 tahun 2006, beberapa kondisi kehidupan

manusia yang sangat berperan pada penularan Tifus abdominalis yaitu higiene

perorangan, dan higiene makanan dan minuman. Hal ini sejalan dengan penelitian

Hassan,dkk (2007) yang menyimpulkan bahwa sebagian besar pasien yang

dirawat di bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Jakarta berumur di atas 5

tahun. Hasil penelitian Rachman, Y.N (2017) juga menunjukkan bahwa dari 158

penderita pada anak, proporsi tertinggi pada kelompok usia Sekolah (62.0%)

5.1.2 Jenis Kelamin

Proporsi penderita Tifus abdominalis pada anak yang dirawat inap di RSU

Sundari Medan Tahun 2016 berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada gambar

berikut ini :

Universitas Sumatera Utara


55

Gambar 5.2 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Tifus abdominalis


pada Anak yang Dirawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun
2016 Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari gambar 5.2 dapat diketahui bahwa dari 272 penderita Tifus

abdominalis pada anak yang dirawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2016,

proporsi menurut jenis kelamin laki-laki adalah 55,9% dan perempuan adalah

44,1%. Hal ini tidak bisa dijadikan kesimpulan bahwa Tifus abdominalis lebih

sering terjadi pada laki-laki, karena menurut Rampengan (2007), Angka kejadian

penyakit ini tidak berbeda antara anak laki-laki dengan perempuan.

Menurut penelitian Simanjuntak, A.B (2012) di RSU Dr. F. L. Tobing

Sibolga Januari 2010-Juli 2012, dari 181 penderita Tifus abdominalis laki-laki

sebanyak 55,8%. Menurut penelitian Rachman, Y.N (2017) di RSUD Abdul

Wahab Sjahranie Samarinda, dari 158 penderita Tifus abdominalis jenis kelamin

tertinggi adalah laki-laki sebanyak 57,6%.

Universitas Sumatera Utara


56

5.1.3 Agama

Proporsi penderita Tifus abdominalis pada anak yang dirawat inap di RSU

Sundari Medan Tahun 2016 berdasarkan agama dapat dilihat pada gambar berikut

ini :

100%
89.3%
90%
80%
70%
60%
Proporsi

50%
40%
30%
20%
9.2%
10% 1.1% 0.4%
0%
Islam Kristen Katolik Kristen Protestan Hindu
Agama

Gambar 5.3 Diagram Batang Distribusi Proporsi Penderita Tifus


abdominalis pada Anak yang Dirawat Inap di RSU Sundari
Medan Tahun 2016 Berdasarkan Agama

Dari gambar 5.3 dapat diketahui bahwa dari 272 penderita Tifus

abdominalis pada anak yang dirawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2016,

proporsi menurut agama tertinggi adalah agama Islam sebesar 89,3% dan terendah

adalah agama Hindu sebesar 0,4%. Bukan berarti kejadian Tifus abdominalis

dipengaruhi oleh agama tertentu. Hal ini dapat menunjukkan bahwa dari seluruh

pasien yang datang berobat ke RSU Sundari Medan mayoritas beragama Islam.

Universitas Sumatera Utara


57

5.1.4 Tempat Tinggal

Proporsi penderita Tifus abdominalis pada anak yang dirawat inap di RSU

Sundari Medan Tahun 2016 berdasarkan tempat tinggal dapat dilihat pada gambar

berikut ini :

Gambar 5.4 Diagram Batang Distribusi Proporsi Penderita Tifus


abdominalis pada Anak yang Dirawat Inap di RSU Sundari
Medan Tahun 2016 Berdasarkan Tempat Tinggal

Dari gambar 5.4 dapat diketahui bahwa dari 272 penderita Tifus

abdominalis pada anak yang dirawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2016,

proporsi menurut tempat tinggal di Kota Medan adalah 91,9% dan di luar Kota

Medan adalah 8,1%. Hal ini disebabkan letak RSU Sundari yang berada di kota,

dan pada umumnya para penderita bertempat tinggal di dekat atau sekitar dari

RSU Sundari Medan.

Universitas Sumatera Utara


58

5.2 Penderita Tifus Abdominalis pada Anak Berdasarkan Gejala Klinis


Sewaktu Masuk

Proporsi penderita Tifus abdominalis pada anak yang dirawat inap di RSU

Sundari Medan Tahun 2016 berdasarkan gejala klinis sewaktu masuk dapat dilihat

pada gambar berikut ini :

Gejala Klinis Sewaktu Masuk


Demam 100%
Diare 17.60%
Muntah 15.80%
Nyeri Perut 5.90%
Mual 4.00%
Badan Lemah 2.20%
Konstipasi 0.70%
Perut Kembung 0.40%
Anoreksia 0.40%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Gambar 5.5 Diagram Batang Distribusi Proporsi Penderita Tifus


abdominalis pada Anak yang Dirawat Inap di RSU Sundari
Medan Tahun 2016 Berdasarkan Gejala Klinis Sewaktu Masuk
Dari gambar 5.5 dapat diketahui bahwa dari 272 penderita Tifus

abdominalis pada anak yang dirawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2016,

seluruhnya mengalami gejala demam (100%), nyeri perut (5,9%), mual (4,0%),

muntah (15,8%), anoreksia (0,4%), konstipasi (0,7%), diare (17,6%), perut

kembung (0,4%), dan badan lemah (2,2%).

Manifestasi klinis pada anak umumnya bersifat lebih ringan, lebih

bervariasi bila dibandingkan dengan penderita dewasa. Bila hanya berpegang pada

Universitas Sumatera Utara


59

gejala atau tanda klinis, akan lebih sulit menegakkan diagnosis Tifus abdominalis

pada anak, terutama pada penderita yang lebih muda, seperti Tifus abdominalis

pada bayi. Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit

infkesi akut pada umumnya, seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual,

muntah, diare, konstipasi (Rampengan, 2007).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sitohang, S. R., di RS Sari

Mutiara Medan (2005) bahwa semua penderita mengalami gejala demam

(100,0%). Penelitian Hasibuan, S.I di RS Sri Pamela Tebing Tinggi (2008) bahwa

semua penderita mengalami gejala demam (100,0%).

5.3 Penderita Tifus Abdominalis pada Anak Berdasarkan Status


Komplikasi

Proporsi penderita Tifus abdominalis pada anak yang dirawat inap di RSU

Sundari Medan Tahun 2016 berdasarkan status komplikasi dapat dilihat pada

gambar berikut ini :

Universitas Sumatera Utara


60

Gambar 5.6 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Tifus abdominalis


pada Anak yang Dirawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun
2016 Berdasarkan Status Komplikasi
Dari gambar 5.7 dapat diketahui bahwa dari 272 penderita Tifus

abdominalis pada anak yang dirawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2016,

proporsi berdasarkan status komplikasi tertinggi yaitu tidak ada komplikasi

sebesar 95,2%, sedangkan ada komplikasi yaitu sebesar 4,8%. Hal ini dikarenakan

anak-anak sangat jarang mengalami komplikasi sehingga hasil penelitian yang

didapat juga menunjukkan hasil yang demikian.

Hasil penelitian ini sejalan dengan dengan penelitian Nainggolan, R.N.F di

RS Tentara tahun 2008 bahwa dari 145 penderita, 91,5% adalah penderita Tifus

abdominalis tanpa komplikasi. Penelitian Harahap, N di RSUP Deli Serdang

Lubuk Pakam tahun 2009 bahwa dari 181 penderita, 97,8% diantaranya adalah

yang tidak mengalami komplikasi.

Universitas Sumatera Utara


61

5.4 Penderita Tifus Abdominalis pada Anak Berdasarkan Gejala Klinis


Jenis Komplikasi

Proporsi penderita Tifus abdominalis pada anak yang dirawat inap di RSU

Sundari Medan Tahun 2016 berdasarkan jenis komplikasi dapat dilihat pada

gambar berikut ini :

Gambar 5.7 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Tifus abdominalis


pada Anak yang Dirawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun
2016 Berdasarkan Jenis Komplikasi
Dari gambar 5.7 dapat diketahui bahwa dari 13 penderita Tifus

abdominalis pada anak yang mengalami komplikasi dirawat inap di RSU Sundari

Medan Tahun 2016, yang mengalami komplikasi intestinal yaitu 23,1%, dan yang

mengalami komplikasi ekstra-intestinal yaitu 76,9%. Komplikasi intestinal yang

dialami berupa gastroenteritis, sedangkan komplikasi ekstraintestinal berupa

stomatitis, trauma abdomen, gastritis, anemia, leukositis, dan pneumonia.

Penyebab kematian paling umum yang disebabkan oleh Tifus abdominalis

adalah perforasi usus atau perdarahan usus di tempat nekrosis epitel setempat,

Universitas Sumatera Utara


62

yang selanjutnya menimbulkan peritonitis. Komplikasi ini diramalkan terjadi pada

5% pasien, rata-rata pada hari ke-21 sejak awitan penyakit, dengan angka

kematian kasus 45% (Wahab dkk, 2006).

5.5 Penderita Tifus Abdominalis pada Anak Berdasarkan Hasil


Diagnostik Laboratorium Uji Tubex® Rata-rata

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa bahwa dari 272 penderita

Tifus abdominalis pada anak yang dirawat inap di RSU Sundari Medan Tahun

2016, hasil diagnostik laboratorium uji tubex® rata-rata adalah skor 4,36 dengan

Standar Deviasi (SD) 0,644. Hasil diagnostik laboratorium uji tubex® paling

rendah adalah skor 4 dan paling tinggi adalah skor 8. Skor tubex® 4 – 5

merupakan positif lemah, dimana menunjukkan indikasi aktif Tifus abdominalis,

sedangkan untuk skor ≥6 merupakan positif kuat yang menunjukkan indikasi kuat

Tifus abdominalis.

5.6 Penderita Tifus Abdominalis pada Anak Berdasarkan Lama Rawatan


Rata-rata

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa bahwa dari 272 penderita

Tifus abdominalis pada anak yang dirawat inap di RSU Sundari Medan Tahun

2016, lama rawatan rata-rata adalah 5,07 hari dengan Standar Deviasi (SD) 1,719

hari . Lama rawatan paling lama adalah 17 hari dan paling singkat adalah 1 hari.

Lama rawatan rata-rata yang singkat ini dapat dikaitkan dengan status

komplikasi dan sumber biaya. Adanya komplikasi menyebabkan lama rawatan

penderita cenderung lama, dan sumber biaya yang berasal dari biaya sendiri

cenderung menyebabkan lama rawatan penderita menjadi singkat.

Universitas Sumatera Utara


63

5.7 Penderita Tifus Abdominalis pada Anak Berdasarkan Sumber Biaya

Proporsi penderita Tifus abdominalis pada anak yang dirawat inap di RSU

Sundari Medan Tahun 2016 berdasarkan sumber biaya dapat dilihat pada gambar

berikut ini :

Gambar 5.8 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Tifus abdominalis


pada Anak yang Dirawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun
2016 Berdasarkan Sumber Biaya

Dari gambar 5.8 dapat diketahui bahwa dari 272 penderita Tifus

abdominalis pada anak yang dirawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2016,

proporsi berdasarkan sumber biaya tertinggi adalah bukan biaya sendiri (BPJS,dll)

sebesar 79,4% dan terendah adalah biaya sendiri sebesar 20,6%. Hal ini

menunjukkan bahwa RSU Sundari Medan adalah salah satu rumah sakit yang

melayani pasien yang menggunakan BPJS, dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara


64

5.8 Penderita Tifus Abdominalis pada Anak Berdasarkan Keadaan


Sewaktu Pulang

Proporsi penderita Tifus abdominalis pada anak yang dirawat inap di RSU

Sundari Medan Tahun 2016 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat

pada gambar berikut ini :

90%
77.2%
80%
70%
60%
Proporsi

50%
40%
30% 21.7%
20%
10% 1.1%
0%
Pulang Berobat Jalan Pulang Atas Permintaan Rujuk di
Sendiri/Pulang Atas
Permintaan Orang Tua
Keadaan Sewaktu Pulang

Gambar 5.9 Diagram Batang Distribusi Proporsi Penderita Tifus


abdominalis pada Anak yang Dirawat Inap di RSU Sundari
Medan Tahun 2016 Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang
Dari gambar 5.9 dapat diketahui bahwa dari 272 penderita Tifus

abdominalis pada anak yang dirawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2016,

proporsi berdasarkan keadaan sewaktu pulang tertinggi adalah pulang berobat

jalan sebesar 77,2% dan terendah adalah rujuk di sebesar 1,1%.

Di antara Tifus abdominalis yang sembuh klinis, pada 20% diantaranya

masih ditemukan Salmonella Typhi setelah 2 bulan dan 10% masih ditemukan

pada bulan ke-3 serta 3% masih ditemukan setelah 1 tahun (Sudoyo & Setiyohadi,

Universitas Sumatera Utara


65

2006), sehingga penderita Tifus abdominalis yang telah dinyatakan sembuh harus

tetap melakukan pemeriksaan. Sedangkan pasien pulang atas permintaan sendiri

memiliki alasan diantaranya karena tidak ada biaya, ada urusan keluarga, ingin

berobat tradisional atau ingin dirawat di rumah saja.

Hal ini sejalan dengan penelitian Simanjuntak, A.B di RSU Dr. F.

L.Tobing Sibolga Januari 2010-Juli 2012, bahwa dari 181 penderita Tifus

abdominalis, Proporsi keadaan sewaktu pulang tertinggi adalah pulang berobat

jalan (PBJ) 84,0%. Hasil penelitian Harahap, N., di RSUD Deli Serdang Lubuk

Pakam tahun 2009, bahwa dari 185 penderita Tifus abdominallis 93,5% pulang

berobat jalan.

5.9 Analisis Statistik

5.9.1 Umur Berdasarkan Status Komplikasi

Proporsi umur penderita Tifus abdominalis pada anak yang dirawat inap di

RSU Sundari Medan Tahun 2016 berdasarkan status komplikasi dapat dilihat pada

gambar berikut ini :

Universitas Sumatera Utara


66

60%
53.8%
50% 45.2%
38.5% Anak Bayi (<1 tahun)
Proporsi
40% 37.5%

30% Anak Balita (1-4 tahun)

20% Anak Prasekolah (5 tahun)


11.6%
10% 7.7% 5.8%
Anak Usia Sekolah (6-18
0.0% tahun)
0%
Ada Tidak
Status Komplikasi

Gambar 5.10 Diagram Batang Distribusi Proporsi Umur Penderita Tifus


abdominalis pada Anak yang Dirawat Inap di RSU Sundari
Medan Tahun 2016 Berdasarkan Status Komplikasi
Berdasarkan gambar 5.10 dapat diketahui bahwa dari 13 penderita Tifus

abdominalis pada anak dengan ada komplikasi 7,7% pada umur <1 tahun (anak

bayi), 38,5% pada umur 1-4 tahun (anak balita), dan 53,8% pada umur 6-18 tahun

(anak usia sekolah). Dari 259 penderita Tifus abdominalis pada anak dengan

tidak ada komplikasi 11,6% pada umur <1 tahun (anak bayi), 37,5% berada pada

umur 1-4 tahun (anak balita), 5,8% pada umur 5 tahun (anak prasekolah, dan

45,2% pada umur 6-18 tahun (anak usia sekolah).

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square tidak

memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 3 sel (37,5%) yang memiliki

nilai expected count kurang dari 5, kemudian dilanjutkan dengan uji Exact Fisher

diperoleh nilai p>0,05 yang artinya secara statistik tidak ada perbedaan yang

bermakna antara proporsi umur berdasarkan status komplikasi.

Universitas Sumatera Utara


67

5.9.2 Jenis Kelamin Berdasarkan Status Komplikasi

Proporsi jenis kelamin penderita Tifus abdominalis pada anak yang

dirawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2016 berdasarkan status komplikasi

dapat dilihat pada gambar berikut ini :

60% 56.4%

50% 46.2%
43.6%

40%
Proporsi

30%
Laki-laki
20% Perempuan

10% 5.8%

0%
Ada Tidak
Status Komplikasi

Gambar 5.11 Diagram Batang Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita


Tifus abdominalis pada Anak yang Dirawat Inap di RSU
Sundari Medan Tahun 2016 Berdasarkan Status Komplikasi
Berdasarkan gambar 5.11 dapat diketahui bahwa dari 13 penderita Tifus

abdominalis pada anak dengan ada komplikasi 46,2% adalah laki-laki, dan 53,8%

adalah perempuan. Dari 259 penderita Tifus abdominalis pada anak dengan tidak

ada komplikasi 56,4% adalah laki-laki, dan 43,6% adalah perempuan.

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square memenuhi

syarat untuk dilakukan karena tidak terdapat sel yang memiliki nilai expected

count kurang dari 5, dan diperoleh nilai p> 0,05 artinya secara statistik tidak ada

Universitas Sumatera Utara


68

perbedaan yang bermakna antara proporsi jenis kelamin berdasarkan status

komplikasi.

5.9.3 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Status Komplikasi

Lama rawatan rata-rata penderita Tifus abdominalis pada anak yang

dirawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2016 berdasarkan status komplikasi

dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Ada 6.08
Status Komplikasi

Tidak 5.02

0 1 2 3 4 5 6 7
Lama Rawatan Rata-rata (hari)

Gambar 5.12 Diagram Batang Lama Rawatan Rata-rata Penderita Tifus


abdominalis pada Anak yang Dirawat Inap di RSU Sundari
Medan Tahun 2016 Berdasarkan Status Komplikasi
Berdasarkan gambar 5.12 dapat dilihat bahwa 13 penderita Tifus

abdominalis pada anak dengan komplikasi memiliki lama rawatan rata-rata 6,08

hari dan 259 penderita dengan tidak komplikasi memiliki lama rawatan rata-rata

5,02 hari.

Hasil penelitian menggunakan uji Mann Whitney (karena data tidak

berdistribusi normal), diperoleh nilai p>0,05 yang berarti tidak ada perbedaan

yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan status komplikasi.

Universitas Sumatera Utara


69

5.9.4 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya

Lama rawatan rata-rata penderita Tifus abdominalis pada anak yang

dirawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2016 berdasarkan sumber biaya dapat

dilihat pada gambar berikut ini :

Bukan Biaya Sendiri (BPJS, dll) 5.34


Sumber Biaya

Biaya Sendiri 4.05

0 1 2 3 4 5 6
Lama Rawatan Rata-rata (hari)

Gambar 5.13 Diagram Batang Lama Rawatan Rata-rata Penderita Tifus


abdominalis pada Anak yang Dirawat Inap di RSU Sundari
Medan Tahun 2016 Berdasarkan Sumber Biaya
Berdasarkan gambar 5.13 dapat dilihat bahwa 56 penderita Tifus

abdominalis pada anak dengan biaya sendiri memiliki lama rawatan rata-rata 4,05

hari dan 216 penderita dengan bukan biaya sendiri (BPJS,dll) memiliki lama

rawatan rata-rata 5,34 hari.

Hasil penelitian menggunakan uji Mann Whitney (karena data tidak

berdistribusi normal), diperoleh nilai p<0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang

bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya.

Universitas Sumatera Utara


70

5.9.5 Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Sumber Biaya

Proporsi keadaan sewaktu pulang penderita Tifus abdominalis pada anak

yang dirawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2016 berdasarkan sumber biaya

dapat dilihat pada gambar berikut ini :

100%
88.0%
90%
80%
70% 64.3%
60%
Proporsi

50% PBJ
40% 35.7% PAPS/PAPOT
30% RUJUK DI
20%
10.6%
10%
0% 1.4%
0%
Biaya Sendiri Bukan Biaya Sendiri (BPJS,dll)
Sumber Biaya

Gambar 5.14Diagram Batang Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang


Penderita Tifus abdominalis pada Anak yang Dirawat Inap di
RSU Sundari Medan Tahun 2016 Berdasarkan Sumber Biaya
Berdasarkan gambar 5.14 dapat diketahui bahwa dari 56 penderita Tifus

abdominalis pada anak dengan biaya sendiri 35,7% adalah pulang berobat jalan,

dan 64,3% adalah pulang atas permintaan sendiri atau pulang atas permintaan

orang tua. Dari 216 penderita Tifus abdominalis pada anak yang menggunakan

bukan biaya sendiri (BPJS,dll) 88,0% adalah pulang berobat jalan, 10,6% adalah

pulang atas permintaan sendiri atau pulang atas permintaan orang tua, dan 1,4%

adalah rujuk di.

Universitas Sumatera Utara


71

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square tidak

memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 2 sel (33,3%) yang memiliki

nilai expected count kurang dari 5, kemudian dilanjutkan dengan uji Exact Fisher

diperoleh nilai p<0,05 yang artinya secara statistik terdapat perbedaan yang

bermakna antara proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan sumber biaya

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

6.1.1 Proporsi penderita Tifus abdominalis pada anak yang dirawat inap di RSU

Sundari Medan Tahun 2016 berdasarkan sosiodemografi diperoleh

proporsi menurut kategori umur tertinggi adalah umur 6-18 tahun (Anak

Usia Sekolah) (45,6%), laki-laki (55,9%), agama Islam (89,3%), dan

tempat tinggal di Kota Medan (91,9%).

6.1.2 Proporsi penderita Tifus abdominalis pada anak yang dirawat inap di RSU

Sundari Medan Tahun 2016 berdasarkan gejala klinis sewaktu masuk yang

tertinggi adalah demam (100%), dan terendah adalah anoreksia dan perut

kembung (0,4%).

6.1.3 Proporsi penderita Tifus abdominalis pada anak yang dirawat inap di RSU

Sundari Medan Tahun 2016 berdasarkan status komplikasi terbanyak

adalah tidak ada komplikasi (95,2%).

6.1.4 Proporsi penderita Tifus abdominalis pada anak yang dirawat inap di RSU

Sundari Medan Tahun 2016 berdasarkan jenis komplikasi tertinggi adalah

komplikasi ekstraintestinal (76,9%).

6.1.5 Hasil diagnostik laboratorium uji tubex® rata-rata penderita Tifus

abdominalis pada anak yang dirawat inap di RSU Sundari Medan Tahun

2016 adalah skor 4,36.

6.1.6 Lama rawatan rata-rata penderita Tifus abdominalis pada anak yang

dirawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2016 adalah 5,07 hari.

72
Universitas Sumatera Utara
73

6.1.7 Proporsi penderita Tifus abdominalis pada anak yang dirawat inap di RSU

Sundari Medan Tahun 2016 berdasarkan sumber biaya tertinggi adalah

bukan biaya sendiri (BPJS,dll) (79,4%).

6.1.8 Proporsi penderita Tifus abdominalis pada anak yang dirawat inap di RSU

Sundari Medan Tahun 2016 berdasarkan keadaan sewaktu pulang tertinggi

adalah pulang berobat jalan (77,2%).

6.1.9 Tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi kelompok umur

berdasarkan status komplikasi.

6.1.10 Tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi jenis kelamin

berdasarkan status komplikasi.

6.1.11 Tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata

berdasarkan status komplikasi.

6.1.12 Terdapat perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata

berdasarkan sumber biaya.

6.1.13 Terdapat perbedaan yang bermakna antara proporsi keadaan sewaktu

pulang berdasarkan sumber biaya.

6.2 Saran

6.2.1 Diharapkan kepada pihak RSU Sundari Medan agar lebih meningkatkan

penanganan terhadap penderita Tifus abominalis pada anak sehingga dapat

mengurangi angka kejadian, kasus karier, dan terjadinya komplikasi.

6.2.2 Diharapkan kepada bagian Rekam Medik RSU Sundari Medan untuk lebih

melengkapi pencatatan data terkhusus mengenai data penderita Tifus

abdominalis seperti suku, pendidikan, dan status komplikasi.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Crump, J.A., dkk. 2004. The Global Burden of Typhoid Fever. Buletin WHO.
http://www who.int. (Diakses pada 5 April 2017).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. RISKESDAS Nasional


Tahun 2007. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. RISKESDAS Provinsi


Sumatera Utara Tahun 2007. Jakarta.

Hadinegoro, S.R, dkk.. 2012. PKB LXIII : Update Management of Infectious


Diseases and Gastrointestinal Disorders. Cetakan Pertama. Jakarta :
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI.

Hasibuan, S.I. 2009. Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di


Rumah Sakit Sri Pamela PTPN 3 Tebing Tinggi Tahun 2004-2008.
Skripsi FKM USU.

Hassan, R. dkk.. 2007. Tifus Abdominalis. Buku Kuliah Kesehatan Anak 2.


Cetakan kesebelas. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI.

Kandun. 2006. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Jakarta : CV


Infomedika

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Profil Kesehatan Indonesia


Tahun 2012: Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2015. Jakarta.
Laksono, H. 2009. Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Demam Tifoid Pada Anak Yang Dirawat di RS Kota Bengkulu Tahun
2009. Tesis Program Pasca Sarjana FK Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.
Lubis, R. 2001. Faktor - Faktor yang Berhubungan Terhadap Kejadian
Demam Tifoid Penderita Di RSUD Soetomo Surabaya. Tesis Program
Pasca Sarjana Universitas Airlangga Surabaya.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2006. KEPMENKES RI No. 364 Tahun


2006 tentang Pedoman Pengendalian Demam Tifoid. Jakarta.

40

Universitas Sumatera Utara


41

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Permenkes No. 25 Tahun 2014


tentang Upaya Kesehatan Anak. Jakarta.

Mutia, H. 2001. Karakteristik Penderita Demam Tifoid Yang Dirawat Inap


Di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan Tahun 2000. Skripsi FKM
USU.

Nainggolan, R.N.F. 2009. Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap


di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008.
Skripsi FKM USU.

Nasronudin, dkk.. 2007.Penyakit Infeksi di Indonesia. Surabaya: Airlangga


University Press.

Newton, A.E., dkk., 2016. Typhoid & Paratyphoid Fever. wwwnc.cdc.gov


(Diakses pada 5 Maret 2017).

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Noor, NN. 2006. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: Rhineka


Cipta.

Rampengan, T.H. 2007. Penyakit Tropik pada Anak. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Simanjuntak, A.B. 2012. Karakteristik Penderita Tifus Abdominalis Dengan
Pemeriksaan Test Widal Rawat Inap di RSU Dr. Ferdinand Lumban
Tobing Sibolga Januari 2010-Juli 2012. Skripsi FKM USU.
RSU Sundari Medan. 2017. Profil Rumah Sakit Sundari Medan.

Sitohang, S.R. 2005. Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di


RS. Sari Mutiara Medan Tahun 2001-2003. Skripsi FKM USU.

Sjoekoer, M, dkk.. 2003. Bakteriologi Medik. Malang: Bayumedia Publishing.


Soedarto. 1995. Penyakit-penyakit Infeksi di Indonesia. Jakarta: Widya
Medika.

Soeijanto, S., dkk.. 2002. Demam Tifoid Ilmu Penyakit Anak Diagnosis dan
Penatalaksanan. Jakarta: Salemba Medika.

Sudoyo, A.W dan Bambang Setiyohadi. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid III. Edisi IV. Jakarta: FK UI.

Universitas Sumatera Utara


42

Suprapto. 2012. Faktor Risiko Pejamu Yang Mempengaruhi Kejadian


Demam Tifoid (Studi Kasus Di Rsup Dr. Kariadi Semarang). Tesis
Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang.

Suratun, dan Lusianah. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem


Gastrointestinal. Jakarta : Trans Info Media.

Timmreck, T.C. 2004. Epidemiologi Suatu Pengantar. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Wahab, S, dkk.. 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Volume 1. Jakarta : EGC.

World Health Organization. 2003. Background Document : The Diagnosis,


Treatment and Prevention of Typhoid Fever. Geneva, Switzerland.

_______________________. 2005. Typhoid Fever in the Democratic Republic


of the Congo. http://www.who.int. (Diakses pada 5 April 2017).

_______________________. 2008. Weekly Epidemiological Record. Bulletin of


the World Health Organization 2008;83 (6): 49-60. http://www.who.int.
(Diakses pada 10 Februari 2017).

_______________________. 2015. Typhoid Fever – Uganda.


http://www.who.int. (Diakses pada 5 April 2017).

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1. Output C-Survey

Keterangan : = sampel

= bukan sampel (angka berulang)

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Master Data

Karakteristik Penderita Tifus Abdominalis pada Anak yang DIrawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun 2016

GEJALA KLINIS

L.Rawatan (hari)
Kt.Jn.Komplikasi

Jn.Komplikasi
St.Komplikasi

K.S.Pulang
J. kelamin

T. Tinggal

Badan Lemah

S.Biaya
Umurk

Lidah Kotor

P.Kembung

Tubex
Umur

Konstipasi
Anoreksia
Ny.Perut
No.

Muntah
Demam
Ag

Diare
1. 7 thn 4 2 1 1 1 2 Mual
2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
2. 9 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 Anemia 5 5 2 1
3. 4 thn 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
4. 10 bln 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 GE 4 17 1 1
5. 4 thn 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
6. 1 thn 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 3 2 2
7. 9 thn 4 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 6 2 1
8. 14 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 6 2 1
9. 3 bln 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 5 1 1
10. 16 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
11. 11 bln 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 6 1 1
12. 7 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 6 1 1

Universitas Sumatera Utara


13. 9 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 6 5 2 1
14. 6 bln 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 3 1 2
15. 9 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 Anemia 4 6 2 1
16. 1 thn 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 1 1 2
17. 16 thn 4 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 6 2 1 2
18. 17 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 - - 5 5 2 1
19. 4 thn 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 4 2 2
20. 9 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
21. 1 thn 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 5 2 1
22. 6 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
23. 15 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 5 2 1
24. 9 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 Pneumonia 4 5 2 1
25. 4 thn 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 3 1 2
26. 2 thn 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 GE 4 5 2 2
27. 12 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 6 2 2
28. 8 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 7 1 2
29. 2 thn 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 6 2 2
30. 7 thn 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 2 1 2
31. 11 bln 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 1 2
32. 5 thn 3 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 5 2 2
33. 3 thn 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 1 1 2
34. 11 bln 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 9 2 1
35. 9 bln 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 4 1 2
36. 6 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 2

Universitas Sumatera Utara


37. 12 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 3
38. 1 thn 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 5 4 1 2
39. 7 thn 4 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 2
40. 2 thn 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 5 2 2
41. 10 thn 4 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 2
42. 3 thn 2 1 3 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 2 1 2
43. 9 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 6 2 1
44. 13 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 6 2 1
45. 5 thn 3 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 3 1 2
46. 3 thn 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 - - 4 10 2 1
47. 3 thn 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 Stomatitis 4 6 2 1
48. 7 thn 4 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 6 3 1 2
49. 1 thn 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
50. 8 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 6 2 1
51. 8 bln 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 4 1 2
52. 3 thn 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 6 2 1
53. 8 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 4 2 1
54. 5 thn 3 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 5 2 1
55. 15 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 - - 5 5 2 1
56. 13 thn 4 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 6 5 2 1
57. 7 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 4 2 1
58. 13 thn 4 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
59. 9 bln 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 5 2 1
60. 3 thn 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 4 1 2

Universitas Sumatera Utara


61. 4 thn 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 6 2 1
62. 14 thn 4 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
63. 1 thn 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 13 2 1
64. 8 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 7 1 1
65. 8 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
66. 12 thn 4 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 - - 4 5 2 1
67. 12 thn 4 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 2 1 2
68. 8 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 6 4 1 1
69. 16 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 Trauma 4 5 2 1
Abdomen
70. 6 thn 4 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 6 2 1
71. 2 thn 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 6 2 1
72. 6 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 9 2 1
73. 11 thn 4 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
74. 8 thn 4 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 5 2 1
75. 16 thn 4 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
76. 7 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 4 1 2
77. 13 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
78. 13 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 Leukositis 4 6 2 1
79. 4 thn 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 5 2 1
80. 8 bln 1 1 4 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 3 1 2
81. 7 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
82. 1 thn 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 5 2 1
83. 10 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1

Universitas Sumatera Utara


84. 13 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 5 1 1
85. 3 thn 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 2 1 2
86. 1 thn 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 6 2 1
87. 7 thn 4 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
88. 7 bln 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 4 1 2
89. 8 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 10 2 1
90. 15 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 Gastritis 4 6 2 1
91. 13 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 4 2 1
92. 6 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
93. 7 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 5 2 1
94. 5 thn 3 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 5 2 1
95. 7 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 8 7 2 1
96. 6 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 2
97. 1 thn 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 4 1 1
98. 4 thn 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 5 2 1
99. 14 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 5 2 1
100. 9 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 9 2 1
101. 2 thn 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 6 1 1
102. 4 thn 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
103. 6 thn 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 7 2 1
104. 1 thn 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 5 2 1
105. 4 thn 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
106. 1 thn 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 - - 4 5 2 1
107. 13 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1

Universitas Sumatera Utara


108. 1 thn 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 5 2 1
109. 16 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 12 2 1
110. 1 thn 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
111. 16 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 6 2 1
112. 3 thn 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 7 2 1
113. 8 thn 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 4 1 2
114. 9 thn 4 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 5 2 1
115. 7 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 4 1 2
116. 4 thn 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
117. 11 bln 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 4 1 1
118. 1 thn 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 4 2 2
119. 1 thn 2 1 3 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 5 1 1
120. 11 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 Anemia 4 3 2 1
121. 2 thn 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 5 2 2
122. 5 bln 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 7 2 1
123. 10 bln 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 5 5 2 1
124. 6 thn 4 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
125. 7 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 7 2 1
126. 11 thn 4 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 6 2 1
127. 2 thn 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 - - 6 6 2 1
128. 16 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 7 2 1
129. 13 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 5 2 1
130. 6 thn 4 1 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 - - 6 5 2 1
131. 2 thn 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 6 7 2 1

Universitas Sumatera Utara


132. 3 thn 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 Stomatitis 4 5 2 1
133. 1 thn 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 4 2 1
134. 15 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
135. 1 thn 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 - - 4 6 1 1
136. 3 thn 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 Stomatitis 4 5 2 1
137. 5 thn 3 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 - - 7 5 2 1
138. 1 thn 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 2 2 2
139. 9 thn 4 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
140. 17 thn 4 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 7 2 1
141. 2 thn 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 5 2 1
142. 4 thn 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 4 2 1
143. 5 thn 3 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 4 2 1
144. 2 thn 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 - - 4 5 1 2
145. 4 thn 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
146. 13 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 6 2 2 2
147. 5 thn 3 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 7 2 1
148. 1 thn 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 2
149. 2 thn 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 4 2 1
150. 5 thn 3 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 6 2 1
151. 1 thn 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 - - 4 6 2 1
152. 11 bln 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 3 1 2
153. 13 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 5 2 1
154. 17 thn 4 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
155. 1 thn 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 6 2 1

Universitas Sumatera Utara


156. 1 thn 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 5 1 1
157. 6 thn 4 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 3 1 2
158. 5 thn 3 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 5 2 1
159. 1 thn 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
160. 2 thn 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 7 2 1
161. 1 thn 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 7 2 1
162. 1 thn 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 2 1 2
163. 12 thn 4 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 6 2 1
164. 16 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
165. 9 thn 4 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
166. 17 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 4 2 1
167. 7 thn 4 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
168. 7 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 6 2 1
169. 3 thn 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 6 2 1
170. 9 thn 4 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 7 2 1
171. 1 thn 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 6 2 1
172. 14 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 5 2 1
173. 4 thn 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 2 1 2
174. 4 thn 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 4 2 1
175. 5 thn 3 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
176. 9 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 6 5 2 1
177. 7 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
178. 14 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 7 2 1
179. 9 bln 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 1 2 3

Universitas Sumatera Utara


180. 6 bln 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 2 2 2
181. 6 bln 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 6 6 2 1
182. 5 thn 3 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 4 2 1
183. 3 thn 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
184. 3 thn 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 6 6 2 1
185. 15 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 6 2 1
186. 16 thn 4 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
187. 3 thn 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 4 2 1
188. 2 thn 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 - - 4 2 2 2
189. 3 thn 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 GE 4 5 2 1
190. 16 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 5 2 1
191. 7 thn 4 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 5 2 1
192. 2 thn 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 3 1 2
193. 13 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 5 2 1
194. 1 thn 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 5 2 1
195. 1 thn 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 6 6 2 1
196. 11 bln 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
197. 7 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 6 2 1
198. 1 thn 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 5 2 1
199. 7 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 6 2 1
200. 3 thn 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 4 1 2
201. 9 thn 4 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 - - 6 5 2 1
202. 7 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 6 2 1
203. 4 thn 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 4 2 1

Universitas Sumatera Utara


204. 2 thn 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 3 2 3
205. 6 thn 4 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 4 2 1
206. 2 thn 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 6 2 1
207. 1 thn 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 - - 5 2 1 2
208. 7 bln 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 2 1 1
209. 1 thn 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
210. 14 thn 4 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 6 2 1
211. 7 bln 1 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 5 2 1
212. 9 thn 4 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 5 2 1
213. 5 thn 3 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 5 2 1
214. 4 bln 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 3 1 2
215. 15 thn 4 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 7 1 1
216. 6 bln 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 - - 5 1 1 2
217. 5 thn 3 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 5 2 1
218. 2 thn 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 5 2 1
219. 7 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 6 2 1
220. 3 thn 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
221. 10 thn 4 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 8 2 1
222. 2 thn 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 6 2 2
223. 3 thn 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
224. 9 thn 4 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
225. 4 thn 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
226. 16 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
227. 10 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 6 2 1

Universitas Sumatera Utara


228. 4 thn 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
229. 4 bln 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 2 2 2
230. 4 thn 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 6 2 1
231. 3 thn 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 5 2 1
232. 1 thn 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 7 2 2
233. 4 thn 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 4 2 1
234. 11 thn 4 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 6 2 1
235. 9 bln 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 2 2 2
236. 3 thn 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 5 2 1
237. 4 thn 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 6 2 1
238. 7 bln 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 6 2 1
239. 2 thn 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 5 2 2
240. 7 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 7 2 1
241. 8 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
242. 4 thn 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 - - 5 6 1 1
243. 11 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
244. 1 thn 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 6 2 1
245. 13 thn 4 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
246. 1 thn 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 6 2 1
247. 1 thn 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
248. 1 thn 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 1 1
249. 2 thn 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 - - 5 6 2 1
250. 14 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 5 2 1
251. 3 thn 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 3 1 2

Universitas Sumatera Utara


252. 7 thn 4 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 - - 6 7 1 1
253. 14 thn 4 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 - - 4 2 1 2
254. 2 thn 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 5 2 1
255. 10 thn 4 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 5 2 1
256. 18 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
257. 6 thn 4 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 6 1 1
258. 5 thn 3 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 - - 5 5 2 1
259. 5 thn 3 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 5 2 1
260. 15 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 5 2 1
261. 2 thn 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 3 1 2
262. 3 thn 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 4 2 1
263. 7 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
264. 10 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 6 5 2 1
265. 12 thn 4 1 3 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 5 8 2 1
266. 11 bln 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 4 5 1 1
267. 8 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
268. 16 thn 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
269. 8 thn 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 - - 5 5 2 1
270. 15 thn 4 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
271. 1 thn 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 5 2 1
272. 2 thn 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - - 4 2 1 2

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3. Hasil Analisis Data

Frequencies

Statistics
Umur Kategorik Jenis Kelamin Agama Tempat Tinggal
Valid 272 272 272 272
N
Missing 0 0 0 0

Statistics
Gejala Demam Gejala Nyeri Gejala Mual Gejala Muntah Gejala
Perut Anoreksia
Valid 272 272 272 272 272
N
Missing 0 0 0 0 0

Statistics
Gejala Lidah Gejala Gejala Diare Gejala Perut Gejala Badan
Kotor Konstipasi Kembung Lemah
Valid 272 272 272 272 272
N
Missing 0 0 0 0 0

Statistics
Status Komplikasi Kategori Jenis Sumber Biaya Keadaan Sewaktu
Komplikasi Pulang
Valid 272 13 272 272
N
Missing 0 259 0 0

Universitas Sumatera Utara


Frequency Table

Umur Kategorik
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
<1 tahun (Anak Bayi) 31 11.4 11.4 11.4
1-4 tahun (Anak Balita) 102 37.5 37.5 48.9
5 tahun (Anak Usia
15 5.5 5.5 54.4
Valid Prasekolah)
6-18 tahun (Anak Usia
124 45.6 45.6 100.0
Sekolah)
Total 272 100.0 100.0

Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Laki-laki 152 55.9 55.9 55.9
Valid Perempuan 120 44.1 44.1 100.0
Total 272 100.0 100.0

Agama
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Islam 243 89.3 89.3 89.3
Kristen Protestan 25 9.2 9.2 98.5
Valid Kristen Katolik 3 1.1 1.1 99.6
Hindu 1 .4 .4 100.0
Total 272 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Tempat Tinggal
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Kota Medan 250 91.9 91.9 91.9
Valid Luar Kota Medan 22 8.1 8.1 100.0
Total 272 100.0 100.0

Gejala Demam
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Ya 272 100.0 100.0 100.0

Gejala Nyeri Perut


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Ya 16 5.9 5.9 5.9
Valid Tidak 256 94.1 94.1 100.0
Total 272 100.0 100.0

Gejala Mual
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Ya 11 4.0 4.0 4.0
Valid Tidak 261 96.0 96.0 100.0
Total 272 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Gejala Muntah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Ya 43 15.8 15.8 15.8
Valid Tidak 229 84.2 84.2 100.0
Total 272 100.0 100.0

Gejala Anoreksia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Ya 1 .4 .4 .4
Valid Tidak 271 99.6 99.6 100.0
Total 272 100.0 100.0

Gejala Lidah Kotor


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Tidak 272 100.0 100.0 100.0

Gejala Konstipasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Ya 2 .7 .7 .7
Valid Tidak 270 99.3 99.3 100.0
Total 272 100.0 100.0

Gejala Diare
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Ya 48 17.6 17.6 17.6
Valid Tidak 224 82.4 82.4 100.0
Total 272 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Gejala Perut Kembung
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Ya 1 .4 .4 .4
Valid Tidak 271 99.6 99.6 100.0
Total 272 100.0 100.0

Gejala Badan Lemah


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Ya 6 2.2 2.2 2.2
Valid Tidak 266 97.8 97.8 100.0
Total 272 100.0 100.0

Status Komplikasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Ada 13 4.8 4.8 4.8
Valid Tidak Ada 259 95.2 95.2 100.0
Total 272 100.0 100.0

Kategori Jenis Komplikasi


Frequency Valid Percent
Komplikasi Intestinal 3 23.1
Valid Komplikasi Ekstra-intestinal 10 76.9
Total 13 100.0

Universitas Sumatera Utara


Sumber Biaya
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Biaya Sendiri 56 20.6 20.6 20.6
Bukan Biaya Sendiri
Valid 216 79.4 79.4 100.0
(BPJS,dll)
Total 272 100.0 100.0

Keadaan Sewaktu Pulang


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
PBJ 210 77.2 77.2 77.2
PAPS/PAPOT 59 21.7 21.7 98.9
Valid
Rujuk 3 1.1 1.1 100.0
Total 272 100.0 100.0

Frequencies

Statistics
Hasil Diagnostik Lama Rawatan
Uji Tubex Rata-Rata (Hari)
Valid 272 272
N
Missing 0 0
Mean 4.36 5.07
Std. Deviation .644 1.719
Minimum 4 1
Maximum 8 17

Universitas Sumatera Utara


Frequency Table

Hasil Diagnostik Uji Tubex


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
4 196 72.1 72.1 72.1
5 58 21.3 21.3 93.4
6 16 5.9 5.9 99.3
Valid
7 1 .4 .4 99.6
8 1 .4 .4 100.0
Total 272 100.0 100.0

Lama Rawatan Rata-Rata (Hari)


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
1 4 1.5 1.5 1.5
2 17 6.3 6.3 7.7
3 14 5.1 5.1 12.9
4 29 10.7 10.7 23.5
5 128 47.1 47.1 70.6
6 51 18.8 18.8 89.3
7 19 7.0 7.0 96.3
Valid
8 2 .7 .7 97.1
9 3 1.1 1.1 98.2
10 2 .7 .7 98.9
12 1 .4 .4 99.3
13 1 .4 .4 99.6
17 1 .4 .4 100.0
Total 272 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Status Komplikasi * Umur
272 100.0% 0 0.0% 272 100.0%
Kategorik

Status Komplikasi * Umur Kategorik Crosstabulation


Umur Kategorik
<1 tahun (Anak 1-4 tahun (Anak
Bayi) Balita)
Count 1 5
Ada Expected Count 1.5 4.9
% within Status Komplikasi 7.7% 38.5%
Status Komplikasi
Count 30 97
Tidak Ada Expected Count 29.5 97.1
% within Status Komplikasi 11.6% 37.5%
Count 31 102
Total Expected Count 31.0 102.0
% within Status Komplikasi 11.4% 37.5%

Status Komplikasi * Umur Kategorik Crosstabulation


Umur Kategorik
5 tahun (Anak 6-18 tahun (Anak
Usia Prasekolah) Usia Sekolah)
Count 0 7
Ada Expected Count .7 5.9
% within Status Komplikasi 0.0% 53.8%
Status Komplikasi
Count 15 117
Tidak Ada Expected Count 14.3 118.1
% within Status Komplikasi 5.8% 45.2%
Count 15 124
Total Expected Count 15.0 124.0
% within Status Komplikasi 5.5% 45.6%

Universitas Sumatera Utara


Status Komplikasi * Umur Kategorik Crosstabulation
Total

Count 13
Ada Expected Count 13.0
% within Status Komplikasi 100.0%
Status Komplikasi
Count 259
Tidak Ada Expected Count 259.0
% within Status Komplikasi 100.0%
Count 272
Total Expected Count 272.0
% within Status Komplikasi 100.0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 1.125 3 .771 .832
Likelihood Ratio 1.851 3 .604 .787
Fisher's Exact Test .406 1.000
b
Linear-by-Linear Association .233 1 .630 .709 .365
N of Valid Cases 272

Chi-Square Tests
Point Probability
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association .090b
N of Valid Cases

a. 3 cells (37.5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .72.
b. The standardized statistic is -.482.

Universitas Sumatera Utara


Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Status Komplikasi * Jenis
272 100.0% 0 0.0% 272 100.0%
Kelamin

Status Komplikasi * Jenis Kelamin Crosstabulation


Jenis Kelamin Total
Laki-laki Perempuan
Count 6 7 13
Ada Expected Count 7.3 5.7 13.0
% within Status Komplikasi 46.2% 53.8% 100.0%
Status Komplikasi
Count 146 113 259
Tidak Ada Expected Count 144.7 114.3 259.0
% within Status Komplikasi 56.4% 43.6% 100.0%
Count 152 120 272
Total Expected Count 152.0 120.0 272.0
% within Status Komplikasi 55.9% 44.1% 100.0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square .524 1 .469 .571 .329
b
Continuity Correction .192 1 .662
Likelihood Ratio .520 1 .471 .571 .329
Fisher's Exact Test .571 .329
c
Linear-by-Linear Association .522 1 .470 .571 .329
N of Valid Cases 272

Universitas Sumatera Utara


Chi-Square Tests
Point Probability
Pearson Chi-Square
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association .172c
N of Valid Cases

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.74.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is -.723.

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Lama Rawatan Rata-Rata
272 100.0% 0 0.0% 272 100.0%
(Hari)

Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 5.07 .104

95% Confidence Interval for Lower Bound 4.87


Mean Upper Bound 5.28
5% Trimmed Mean 5.01
Median 5.00
Variance 2.954
Lama Rawatan Rata-Rata
Std. Deviation 1.719
(Hari)
Minimum 1
Maximum 17
Range 16
Interquartile Range 1
Skewness 1.647 .148
Kurtosis 10.687 .294

Universitas Sumatera Utara


Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Lama Rawatan Rata-Rata
.248 272 .000 .811 272 .000
(Hari)
a. Lilliefors Significance Correction

Descriptives
Status Komplikasi Statistic Std. Error
Mean 6.08 .937
Lower Bound 4.04
95% Confidence Interval for Mean
Upper Bound 8.12
5% Trimmed Mean 5.64
Median 5.00
Variance 11.410
Ada Std. Deviation 3.378
Minimum 3
Maximum 17
Range 14
Interquartile Range 1

Lama Skewness 3.233 .616

Rawatan Kurtosis 11.254 1.191


Rata-Ra Mean 5.02 .099
ta (Hari) Lower Bound 4.83
95% Confidence Interval for Mean
Upper Bound 5.22
5% Trimmed Mean 4.99
Median 5.00
Variance 2.519
Tidak Ada Std. Deviation 1.587
Minimum 1
Maximum 13
Range 12
Interquartile Range 1
Skewness .642 .151
Kurtosis 4.220 .302

Universitas Sumatera Utara


Mann-Whitney Test
Ranks
Status Komplikasi N Mean Rank Sum of Ranks
Ada 13 159.38 2072.00
Lama Rawatan Rata-Rata
Tidak Ada 259 135.35 35056.00
(Hari)
Total 272

a
Test Statistics
Lama Rawatan
Rata-Rata (Hari)
Mann-Whitney U 1386.000
Wilcoxon W 35056.000
Z -1.141
Asymp. Sig. (2-tailed) .254
a. Grouping Variable: Status Komplikasi

Universitas Sumatera Utara


Descriptives
Sumber Biaya Statistic Std. Error
Mean 4.05 .322

95% Confidence Interval for Lower Bound 3.41


Mean Upper Bound 4.70
5% Trimmed Mean 3.86
Median 4.00
Variance 5.797
Biaya Sendiri Std. Deviation 2.408
Minimum 1
Maximum 17
Range 16
Interquartile Range 3

Lama Skewness 2.877 .319

Rawatan Kurtosis 14.302 .628


Rata-Rata Mean 5.34 .094
(Hari) 95% Confidence Interval for Lower Bound 5.15
Mean Upper Bound 5.52
5% Trimmed Mean 5.28
Median 5.00
Variance 1.899
Bukan Biaya Sendiri
Std. Deviation 1.378
(BPJS,dll)
Minimum 1
Maximum 13
Range 12
Interquartile Range 1
Skewness 1.483 .166
Kurtosis 8.055 .330

Universitas Sumatera Utara


Mann-Whitney Test

Ranks
Sumber Biaya N Mean Rank Sum of Ranks
Biaya Sendiri 56 83.64 4684.00
Lama Rawatan Rata-Rata Bukan Biaya Sendiri
216 150.20 32444.00
(Hari) (BPJS,dll)
Total 272

a
Test Statistics
Lama Rawatan
Rata-Rata (Hari)
Mann-Whitney U 3088.000
Wilcoxon W 4684.000
Z -5.990
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable: Sumber Biaya

Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sumber Biaya * Keadaan
272 100.0% 0 0.0% 272 100.0%
Sewaktu Pulang

Universitas Sumatera Utara


Sumber Biaya * Keadaan Sewaktu Pulang Crosstabulation
Keadaan Sewaktu Pulang
PBJ PAPS/PAPOT
Count 20 36
Biaya Sendiri Expected Count 43.2 12.1
% within Sumber Biaya 35.7% 64.3%
Sumber Biaya
Count 190 23
Bukan Biaya Sendiri
Expected Count 166.8 46.9
(BPJS,dll)
% within Sumber Biaya 88.0% 10.6%
Count 210 59
Total Expected Count 210.0 59.0
% within Sumber Biaya 77.2% 21.7%

Sumber Biaya * Keadaan Sewaktu Pulang Crosstabulation


Keadaan Total
Sewaktu
Pulang
Rujuk
Count 0 56
Biaya Sendiri Expected Count .6 56.0
% within Sumber Biaya 0.0% 100.0%
Sumber Biaya
Count 3 216
Bukan Biaya Sendiri (BPJS,dll) Expected Count 2.4 216.0
% within Sumber Biaya 1.4% 100.0%
Count 3 272
Total Expected Count 3.0 272.0
% within Sumber Biaya 1.1% 100.0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 75.485 2 .000 .000
Likelihood Ratio 65.607 2 .000 .000
Fisher's Exact Test 64.230 .000
b
Linear-by-Linear Association 56.203 1 .000 .000 .000
N of Valid Cases 272

Universitas Sumatera Utara


Chi-Square Tests
Point Probability
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association .000b
N of Valid Cases

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .62.
b. The standardized statistic is -7.497.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4. Surat Izin Penelitian

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5. Surat Selesai Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai