Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH CRITICAL THINKING

Dosen Pengampu :

Setianingsih, S.Kep.Ns.M.PH.

Kelompok 1 :

1. Abelita Cahya Sarani (2101001)


2. Anindya Dyah Pitaloka (2101007)
3. Eny Rahmawati (2101013)
4. M Rio Teja Arivianto (2101019)
5. Netta Ratih Puspitasari (2101025)
6. Septiana Latifah (2101032)
7. Vina Lusi Susanti (2101037)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KLATEN

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik, dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan II diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua.

Dalam menyelesaikan makalah ini, banyak kesulitan yang kami hadapi. Namun, berkat
bimbingan dari Dosen, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Kami menyadari, sebagai seorang mahasiswa yang pengetahuannya belum seberapa dan
masih banyak belajar dalam membuat makalah. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang positif agar makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna.
Harapan kami, mudah-mudahan makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Klaten, 30 Maret 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………….......……………………………………. i

DAFTAR ISI ………………………………………………………….………………… ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………..1

A. Latar Belakang ………….………………………………………………………1


B. Rumusan Masalah ……….…………………………………………………….. 1
C. Tujuan Penulisan ………….……………...……………………………………. 2
D. Manfaat Penulisan ……….....………………...………………………………... 2

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………... 3

1. Sikap berpikir kritis pada perawat ………………………………………………. 3


2. Menunjukkan sikap berpikir kritis pada asuhan keperawatan ………………….. 4
3. Pengaplikasian sikap berpikir kritis pada asuhan keperawatan ………………… 5

BAB III PENUTUP …………………………………………………………………....... 6

A. Kesimpulan ………………………………………………………………………… 6
B. Saran ……………………………………………………………………………….. 6

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………… 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berpikir kritis merupakan proses berpikir dengan terperinci dalam memikirkan
suatu peristiwa, tindakan dan pemecahan suatu masalah dengan tujuan mewujudkan hasil
berpikir yang baik, dan berpikir kritis dalam keperawatan adalah proses berpikir dalam
keperawatan dengan terperinci dengan benar-benar mempertimbangkan baik buruknya
dalam memberikan layanan kesehatan yaitu, memberi layanan asuhan keperawatan
dengan menggunakan proses keperawatan. Perawat yang selalu berpikir kritis atau kreatif
akan selalu melihat dan memecahkan masalah dengan sudut pandang yang berbeda dan
mempertimbangkan dengan mendalam setiap masalah yang akan diambil demi kebaikan
pasien dan diri sendiri agar tidak terjadi kejadian yang tidak diharapkan dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.
Sebagai seorang perawat kita tentu sering dihadapakan pada situasi yang
menuntut kita untuk berpikir kritis dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada
pasien atau pemberian asuhan keperawatan kepada pasien. Kemampuan berpikir kritis
adalah kemampuan yang sangat bermanfaat dan berfungsi sangat efektif dalam semua
aspek kehidupan. Oleh sebab itu, kemampuan berpikir kritis itu sudah seharusnya untuk
ditanamkan sejak dini baik di tempat belajar, rumah maupun lingkungan masyarakat.
Berpikir kritis adalah sebuah proses dimana si pemikir akan memiliki rasa ingin
tahu yang tinggi terhadap suatu hal yang dilihatnya. Orang yang berpikir kritis juga
memiliki pandangan yang luas dan bersifat fleksibel. Berpikir kritis menuntut adanya
usaha, kemauan dan sikap tidak putus asa ketika menghadapi suatu hal yang sulit.
Berpikir kritis memang bukanlah sebuah hal yang mudah dilakukan, namun seseorang
harus tetap berusaha melaksanakannya agar kemampuan berpikir berkembang. Didalam
ilmu keperawatan berpikir kritis juga diterapkan. Perawat diminta untuk bersikap
rasional, sehingga perawat dapat mengambil keputusan yang tepat dan akurat ketika
menetapkan diagnosis penyakit pasien, selain itu perawat juga dapat memberikan alasan
yang relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan yang dilakukan. Kemampuan berpikir
kritis tumbuh ketika seseorang memperoleh pengetahuan baru didalam praktik
keperawatan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana menampilkan sikap berpikir kritis pada perawat ?

1
2. Bagaimana menunjukkan sikap berpikir kritis pada asuhan keperawatan ?
3. Bagaimana pengaplikasian berpikir kritis dalam asuhan keperawatan ?
C. TUJUAN PENULISAN
- Untuk mengetahui cara menampilkan berpikir kritis pada perawat.
- Untuk mengetahui cara menunjukkan sikap berpikir kritis pada asuhan keperawatan.
- Untuk mengetahui pengaplikasian berpikir kritis dalam asuhan keperawatan.
D. MANFAAT PENULISAN
- Dapat mengetahui cara menampilkan berpikir kritis pada perawat.
- Dapat mengetahui cara menunjukkan sikap berpikir kritis pada asuhan keperawatan.
- Dapat mengetahui cara pengaplikasian berpikir kritis dalam asuhan keperawatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. SIKAP BERPIKIR KRITIS PADA PERAWAT


Sikap dianggap sebagai aspek sentral dari seseorang pemikir yang kritis sikap-
sikap yang termasuk kepercayaan diri, kemandirian, integritas, pengambilan resiko,
kreativitas, keadilan, kerendahan hati dan keberanian, (Craven & Hirnle, 2009). Untuk
berpikir kritis perawat mampu membuat keputusan keperawatan yang tepat berdasarkan
kemampuan/kompetensi perawat. Untuk mampu berpikir kritis, perawat harus
menampilkan sikap sebagaimana ia berpikir kritis. Sikap ini adalah nilai yang harus
ditunjukkan keberhasilannya oleh pemikir. Berikut adalah sikap perawat dalam berpikir
kritis :
- Tanggung jawab
Sebagai professional, perawat harus membuat keputusan dalam proses terhadap hak,
kebutuhan, dan minat klien. Perawat harus menerima tanggung jawab untuk apapun
penilaian yang dibuatnya atas nama klien.
- Berpikir mandiri
Sejalan dengan seorang menjadi dewasa dan mendapatkan pengetahuan baru, mereka
belajar mempertimbangkan, ide dan konsep dengan rentang luas dan kemudian
membuat penilaian mereka sendiri. Hal ini bukan berarti tidak menghargai pendapat
orang lain.
- Mengambil resiko
Individu harus mampu menerima bahwa ide-idenya ditelaah dan harus dapat
menerima pemikiran baru. Perlu dibutuhkan niat dan kemauan mengambil resiko
untuk mengenali keyakinan apa yang salah dan untuk kemudian melakukan tindakan
didasarkan pada keyakinan yang didukung oleh fakta dan bukti yang kuat (penelitian
terkait).
- Kerendahan hati
Penting untuk mengetahui keterbatasan diri sendiri. Pemikir kritis harus menerima

3
ketidaktahuan mereka dan mencoba untuk mendapatkan pengetahuan sehingga
mampu membuat keputusan yang tepat. Perawat harus memikirkan kembali situasi,
mencari pengetahuan tambahan, kemudian menggunakan informasi untuk
membentuk konklusi (kesimpulan).
- Integritas
Integritas pribadi membangun rasa percaya diri sejawat dan bawahan. Orang yang
memiliki integritas dengan cepat berkeinginan untuk mengakui dan mengevaluasi
segala ketidakkonsistenan dalam ide dan keyakinannya.
- Ketekunan
Pemikir kritis terus bertekad untuk menemukan solusi yang efektif terhadap masalah
pada klien. Solusi yang cepat dan tepat adalah solusi yang diterima. Perawat belajar
sebanyak mungkin mengenai masalah, mencoba berbagai pendekatan untuk
perawatan, dan terus mencari sumber tambahan yang sampai pendekatan yang tepat
ditemukan.
- Kreativitas
Kreativitas merupakan berpikir original. Hal ini berarti menemukan solusi diluar apa
yang dilakukan seperti biasanya (tradisional). Kreativitas seorang perawat dapat
diterapkan dalam pemberian intervensi keperawatan.

2. MENUNJUKKAN SIKAP BERPIKIR KRITIS PADA ASUHAN KEPERAWATAN


Dalam pemberian asuhan keperawatan berpikir kritis sangat dibutuhkan dalam
melakukan suatu tindakan baik dalam masalah kecil maupun besar untuk memenuhi
kebutuhan pasien. Dalam penerapan berpikir kritis dalam pola berpikir kritis terbagi
menjadi 3 pemikiran yaitu
a. Pemikiran kritis dasar.
b. Pemikiran kritis kompleks.
c. Pemikiran kritis komitmen.

Dapat ditunjukkan dengan memperhatikan kebutuhan pasien dengan seksama,


meningkatkan kepekaan terhadap keluhan pasien seperti keluhan nyeri dan menanyakan
bagaimana perasaan yang sedang dialami pasien sehingga perawat dapat berpikir kritis
4

dalam melakukan tindakan apa selanjutnya yang akan diberikan kepada pasien, tanpa
pasien mengeluh terlebih dahulu hal itu dapat meningkatkan rasa nyaman pada pasien.

3. PENGAPLIKASIAN SIKAP BERPIKIR KRITIS PADA ASUHAN KEPERAWAN


Komponen sikap dianggap sebagai aspek sentral dari seorang pemikir kritis sikap-
sikap yang termasuk kepercayaan diri, kemandirian, integritas, pengambilan resiko,
kreativitas, keadilan, kerendahan hati dan keberanian (Craven & Hirnle, 2009). Perawat
yang pemikir kritis akan mempunyai sikap dan cara pengaplikasiannya sebagai berikut :
a. Berpikir mandiri
Mengingat berbagai ide sebelum membuat kesimpulan sendiri dengan mencari
literature keperawatan, terutama ketika ada pandangan yang berbeda pada pihak
subjek yang sama. Berbicara (Potter & Perry, 2009).
b. Ketekunan
Keinginan untuk mencari wawasan dan kebenaran lebih jauh meskipun sulit. Banyak
waktu dan energy akan dibutuhkan untuk mendapatkan dan mempertimbangkan
informasi baru dan membentuk wawasan baru (Craven & Hirnle, 2009). Jika
mendapatkan informasi yang tidak lengkap atau hilang tentang pasien perawat harus
mengklarifikasi atau langsung menanyakan pada pasien secara langsung. Mencoba
berbagai pendekatan dan mencari sumber informasi sampai mendapatkan solusi yang
tepat (Potter & Perry, 2009).
c. Curiosity
Menjadi termotivasi untuk mencapai dan bertanya “mengapa” sebuah tanda klinis
atau gejala sering menunjukkan berbagai masalah (Craven & Hirnle, 2009).
Mengeksplorasi dan belajar lebih banyak tentang pasien sehingga membuat penilaian
klinis yang tepat (Potter & Perry, 2009).
d. Kreativitas
Menciptakan ide-ide baru dan pendekatan alternative atau pendekatan yang berbeda
jika intervensi tidak bekerja untuk pasien (Craven & Hirnle, 2009). Implementasi
keperawatan pasien yang nyeri mungkin membutuhkan posisi yang berbeda atau
teknik distraksi, perawat dapat melakukan pendekatan yang melibatkan keluarga
pasien untuk

diterapkan di rumah (Potter & Perry, 2009).


e. Kepercayaan
Merasa yakin dalam kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan belajar bagaimana
untuk memperkenalkan diri kepada pasien, berbicara dengan keyakinan ketika mulai
melakukan tindakan dengan sesuai prosedur (Craven & Hirnle, 2009). Seorang pasien
berpikir bahwa seorang perawat dapat melakukan tindakan keperawatan, selalu
dipersiapkan dengan baik sebelum melakukan aktivitas keperawatan dan mendorong
pasien untuk mengajukan pertanyaan (Potter & Perry, 2009).
f. Keadilan
Keinginan untuk menelaah sudut pandang orang lain dengan standar intelektual yang
sama dan tidak dipengaruhi oleh kepentingan atau keuntungan diri sendiri atau orang
lain. Mendengarkan kedua belah pihak dalam diskusi apapun (Craven & Hirnle,
2009). Jika seorang pasien atau anggota keluarga mengeluh tentang seorang pekerja.
Maka kemudain mencari penyelesaian yang adil dan terbuka dengan keinginan untuk
memenuhi kebutuhan pasien (Potter & Perry 2009).
g. Integritas
Keinginan untuk menerapkan standar bukti intelektual yang baku dan sama terhadap
pengetahuan yang dimiliki oleh orang lain. Hal ini membutuhkan kejujuran untuk
menelaah dan mengakui kesalahan dan ketidak konsistenan pikiran penilaian dan
tindakan (Craven & Hirnle, 2009). Menjadi juuur dan bersedia untuk mematuhi
prinsip-prinsip dalam menghadapi kesulitan, tidak ada kompromi untuk standar
keperawatan atau kejujuran dalam memberikan asuhan keperawatan (Potter & Perry,
2009).
6

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam melakukan suatu tindakan asuhan keperawata, perawat di tuntut untuk
berpikir kritis karena sangat dibutuhkan dan lebih berpengatuh dalam melakukan suatu
tindakan untuk keselamatan pasien di bandingkan dengan perawat yang kurang berpikir
kritis. Ada pengaruh berpikir kritis terhadap kemampuan perawat dalam melakukan
asuhan keperawatan dan perawat yang berpikir kritis berpeluang mampu melakukan
asuhan keperawatan dengan baik jika dibandingkan dengan perawat yang kurang berpikir
kritis. Ada pengaruh lama kerja terhadap kemampuan perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan dan lama kerja merupakan faktor dominan dari counfounding terhadap
kemampuan perawat dalam melakukan asuhan keperawatan.
B. SARAN
Sebaiknya perawat lebih meningkatkan berpikir kritis dilakukan dalam diskusi
kasus baik dirumah sakit dalam menangani pasien. Juga diharapkan mengembangkan
program jurnal reading dan menjadikan budaya baca riset-riset keperawatan baik
nasional maupun internasional sebagai penambahan ilmu pengetahuan dan kebutuhan
bagi perawat serta selalu mengasah dan melatih kemampuan berpikir kritis melalui
pelaksanaan ronde keperawatan.
7

DAFTAR PUSTAKA

https://osf.io/preprints/inarxiv/8wxqm/

https://gustinerz.com/7-sikap-perawat-dalam-berpikir-kritis/
8

Anda mungkin juga menyukai