Anda di halaman 1dari 14

Mata Kuliah Dosen pengampu

Fiqh Siyasah. Haswir M.Ag

Makalah Fiqh Siyasah


Tentang
Prinsip–prinsip kekuasaan politik dalam perpektif islam

Disusun Oleh :

Kelompok 3
Amartya Widuri (12020424344)
Abdul kholid (12020

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
1443 H/2022 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran allah SWT atas segala rahmat dan hidayah nya penulis dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “Imarah, Imamah dan khalifah” dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun sebagai syarat untuk mengikuti perkuliahan mata kuliah Fiqih Siyasah.

selain itu makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan penulis.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak HASWIR M.Ag sebagai dosen pengampu

mata kuliah fiqih siyasah. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah

membantu diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari

sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun di harapkan demi kesempurnaan

makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar belakang dan Pengertian kekuasaan \


BAB I PENDAHALUAN

1. LATAR BELAKANG DAN PENGERTIAN KEKUASAAN

lstilah "kekuasaan" terbentuk dari kata kuasa dengan imbuhan awalan ke


dan akhiran an. Dalam kamus, kata kekuasaan diberi arti dengan kuasa (untuk
mengurus, memerintah clan sebagainya); kemampuan; kesanggupan; kekuatan.
Sedangkan kata kuasa sendiri diberi arti dengan : Kemampuan atau kesanggupan
(untuk berbuat sesuatu); kekuatan (selain badan atau benda); Kewenangan atas
sesuatu atau untuk menentukan (memerintah, mewakili, mengurus, dan
sebagainya) sesuatu; Orang yang diberi kewenangan untuk rnengurus (mewakili
clan sebagainya); mampu, sanggup, kuat; Pengaruh (gengsi, kesaktian dan
1
sebagainya) yang ada pada seseorang karena jabatannya (martabatnya ).

Kekuasaan pada dasarnya melekat secara inheren pada diri manusia


sebagai manusia politik (won politicon), jadi setiap manusia secara mendasar
akan memiliki keinginan yang mutlak tentang kekuasaan. Kekuasaan secara
umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan yang terdapat dalam diri
manusia atau sekelompok manusia yang dapat mempengaruhi tingkah laku orang
atau sekelompok orang lain dalam interaksinya sehingga hasil dari interaksi yang
dilakukan secara aktif ini dapat menimbulkan hasil yang sesuai dengan tujuan dan
keinginan yang terdapat pada orang atau sekelompok orang yang berkuasa itu. 2
1
Abdul !Vlu'in Salin1, J<iqh S'i.l'asah : Konse;;si Kekuasaan Politik da!atn Al-Qur·an,
Jaka11a: RajaGrafindo Persada.. 2002). Cet 3. h. 52.
2
2 Deden Faluroh111an dan \Va\van Sobari, J>enganlar Ilrnu l)olitik, (Malang; Universitas
Muha1111nadiyyah malang, 2002), h. 2 l
 Max Weber mengartikan kekuasaan sebagai "kesempatan dari seseorang
atau sekelompok orang-orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-
kemauannya sendiri dengan sekaligus menerapkannya terhadap tindakan-
tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan tertentu".
Sedangkan
 Mac Iver rnerurnuskan kekuasaan sebagai "kernampuan untuk
mengendalikan tingkah laku orang lain baik secara langsung memberi
perintah, maupun secara tidak langsung dengan mempergunakan segala
alat dan cara yang tersedia" .
Kekuasaan merupakan kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk
rnenyadarkan rnasyarakat akan kernauan-kernauannya sendiri, dengan sekali
menerapkannya terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau
golongan-golongan tertentu. Kekuasaan senantiasa ada di dalam setiap
masyarakat baik yang masih bersahaja maupun yang sudah besar atau rumit
susunannya. Tetapi walaupun selalu ada kekuasaan tidak dapat dibagi rata
kepada semua anggota masyarakat. Justru karena pernbagian yang tidak merata,
timbul makna yang pokok dari kekuasaan, yaitu kemampuan untuk
mempengaruhi pihak lain untuk kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan.
Jadi kekuasaan dapat didefinisikan sebagai basil pengaruh yang diinginkan
seseorang atau sekelornpok orang sehingga dengan demikian dapat merupakan
suatu konsep kuantitatif, karena dapat dihitung hasilnya. Misalnya, berapa luas
wilayah jajahan seseorang, berapa banyak orang yang berhasil dipengaruhi
berapa lama yang bersangkutan berkuasa, berapa banyak uang dan barang yang
dirnilikinya, dan lain-lain.

BAB II PEMBAHASAN

1. Konsep hukum perundang-undangan terhadap pilar kekuasaan negara dalam


sistem Islam.

a. Kekuasaan Legislatif dalam Islam.


Dalam Islam Legislatif merupakan Iembaga yang berdasarkan tenninologi
fiqih disebut sebagai "lembaga penengah dan pemberi fatwa" Kekuasaan legislatif
dalam sistem Islam merupakan bagian terpenting dalam kekuasaan umum di
negara. Sebab dialah yang melakukan penetapan perundang-undangan dan
berbagai hukum yang mengatur urusan negara. Adapun kekuasaan legislatif
dalam Islam maka pendapat yang kuat dalam fiqih Islam terdapat dua arah
pandangan dalam penentuannya.
 Pertama, mengikat penentuan kekuasaan ini dengan makna yang
dimaksudkan oleh syari 'at.
 Kedua, mengikatnya dengan makna kepemimpinan.

b. Kekuasaan Eksekutif dalam Islam


Yang dimaksud kekuasaan eksekutif di negara kontemporer adalah
lembaga yang memerintah dan melaksanakan perundang-undangan, menjalankan
pemerintahan dan kemaslahatan umum. Lembaga ini terdiri daii semua yang
bertanggung jawab di pemerintahan, seperti kepala negara, para menteri, dan
para pegawai. Pembentukan lembaga eksekutif dalam Islam tidak berbeda
dengan sistem kontemporer. Sebab lembaga ini terdiri dari para pejabat dai1
pegawai pemerintah, seperti kepala negara, menteri, amir, muhtasib (pengawas),
dan kepolisian.

C. Kekuasaan Yudikatif dalam Islam.


Tugas lembaga yudikatif adalah memutuskan perselisihan yang dilaporkan
kepadanya dari orang-orang yang berseteru dan menerapkan hukum perundang
undangan kepadanya dalam rangka menegakkan keadilan di muka bumi dan
menetapkan kebenaran di antara orang-orang yang meminta peradilan. Penting
kekuasaan kehakiman adalah untuk menyelesaikan perkara-perkara perbantahan
dan permusuhan, pidana dan penganiayaan, mengambil hak dari orang durjana
dan mengembalikannya kepada yang punya, melindungi masyarakat dan
mengawasi harta wakaf dan lain-lain persoalan yang disampaikan kepada
pengadilan.3

2 . Prinsip-Prinsip Kekuasaan Dalam Islam

3
5 A. Hasjmy, Di Mana Letaknya Negara Islam, (Banda Aceh; Bina Ilmu, 1984), h. 249
Adapun prinsip-prinsip kekuasaan dalam Islam adalah :
I. Prinsip Persaudaraan dan Persatuan
Suatu bangsa, umat dan negara tidak akan berdiri tegak tanpa adanya persatuan
dan persaudaraan di antara warganya. Persatuan akan terbentuk apabila ada rasa
saling bekerja sama dan mencintai, persatuan dalam persaudaraan merupakan
pondasi dan faktor perangkat terbentuknya suatu negara. Yang dimaksud dalam
firman Allah SWT :

"Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah


antara kedua saudaramu dan hertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapalt
rahmat". (QS. Al-Hujurat: 10)

2. Prinsip Persamaan
Priusip persamaan dalam Islam dapat dipahami antara lain dari al-Qur'an surah
Al-Hujurat ayat 13 yang artinya :
"Hai manusia, sesungguhnya, Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa- bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal mengenal". (QS.Al-Hujurat: 13).

Ayat diatas menerangkan bahwa dari segi kemanusiaan tidak ada perbedaan
antara seluruh manusia, sekalipun mereka berbangsa-bangsa atau berbeda wama
kulit. Umat manusia seluruhya adalah sama. Keutamaan masing-masing terletak
pada kadar taqwanya kepada Tuhan.

3. Prinsip tolong menolong dan membela yang lemah.


Prinsip ini menghendaki adanya persamaan, persatuan dan persaudaraan,
hubungan antara pemeluk agama, hidup bertetangga dan lainnya yang telah
dijelaskan dan diwujudkan pula dalam bentuk saling tolong-menolong. Saling
tolong-menolong sebagai aktualisasi dari adanya kebersamaan, hubungan dan
persahabatan yang harmonis di antara kelompok-kelompok sosial.
Sebagaimana firman Allah SWT :

"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa, dan


janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran ". (QS. Al-
Maidah : 2).

4. Prinsip Perdamaian
Uraian dalam prinsip-prinsip di atas (persatuan dan persaudaraan, persamaan dan
tolong -menolong) pada hakikatnya menghendaki tercapainya perdamaian di
kalangan komunitas Islam dan perdamaian antara komunitas Islam dau
komunitas-komunitas lain. Sebab, jika setiap komunitas memelihara dan
melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang terkandung di dalam
prinsip-prinsip tersebut, maka perdamaian akan terwujud.

"Dan jika mereka condong kepada kedamaian, maka condong!ah


kepadanya dan bertaqwalah kepada Allah".(QS. Al-anfal: 61).”
Ayat ini membuktikan bahwa doktrin Islam selalu mementingkan perdamaian,
manusia memiliki kedudukan yang sama dan menampakan suatu keluarga yang
universal, yang berasal satu moyang yaitu Adam dan hawa.
5. Prinsip Menegakkan Kepastian Hukum dan Keadilan.
"Wahai orang-orang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak
keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu
bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia (terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah
lebih lahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena
ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikan (kata-kata)
atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui
segala apa yang kamu kerjakan ". (QS. An-Nisa' : 135)
Dalam firman Allah tersebut memerintahkan kepada orang-orang mukmin
agar benar-benar menjadi penegak keadilan dan menjadi saksi karena Allah
sekalipun terhadap diri sendiri, ibu bapak dan kaum kerabat, baik terhadap orang
kaya maupun miskin, dan jangan mengikuti bisikan hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran. Keadilan merupakan kepentingan hak-hak setiap
orang.
Dari ayat di atas sekurangnya dapat ditarik tiga garis hukum, yaitu :
• Pertama : menegakkan keadilan adalah kewajiban orang-orang
yangberiman.
• Kedua : setiap mukmin apabila menjadi saksi ia diwajibkan
menjadi saksi karena Allah SWT dengan sejujur-jujurnya dan adil.
• Ketiga : (a) manusia dilarang mengikuti hawa nafsu; dan (b)
manusia dilarang menyelewengkan kebenaran 4

4
lbid.. h. 118.
6. Prinsip Musyawarah
Dalam al-Qur'an ada dua ayat yang menggariskan prinsip musyawarah
sebagai salah satu prinsip dasar dalam nomokrnsi Islam. Ayat yang pertama dalam
surah Ali Imran I 3 : 159, yang artinya sebagai berikut :

"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauh dari sekelilingmu. Karena ilu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun
bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka daam urusan itu. Kemudian
apabila kamu te!ah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah.
SesungguhnyaAllah menyukai orang yang bertawakal kepada-Nya ". (QS. Ali imran
l59).
Ayat ini apabila dijadikan sebagai suatu garis hukum maka ia dapat
dirumuskau sebagai berikut : "Hai Muhammad engkau wajib bermusyawarah
dengan para sahabat dalam memecahkan setiap masalah kenegaraan". Atau
secara lebih um um "umat Islam wajib bermusyawarah dalam memecahkan setiap
masalah kenegaraan". Kewajiban ini terutama dibebankan kepada setiap
penyelenggara kekuasaan negara dalam melaksanakan kekuasaannya itu.

Ayat yang kedua adalah surah Asy-Syura I 42 : 38, di mana Allah SWT berfirman yg
artinya:

"Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi} seruan tuhannya dan


mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah
antara mereka: dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan
kepada mereka". (QS. Asy- Syura: 38).
Ayat ini menggambarkan bahwa dalam setiap persoalan yang menyangkut
masyarakat atau kepentingan umum Nabi selalu mengambil keputusan setelah
melakukan musyawarah dengan para sahabatnya. Musyawarah dapat dikaitkan
sebagai suatu forum tukar menukar pikiran, gagasan atau ide, termasuk saran-
saran yang diajukan dalam memecahkan sesuatu masalah sebelum tiba pada
suatu pengambilan keputusan.

7. Prinsip Ekonomi dan Perdagangan


"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu sating memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu ".
(QS. An-Nisa' : 29).
Arti dari ayat ini adalah berbuat jujur dalam hal perdagangan dan menjalankan
ekonomi. Dan melakukan konsep syariat yg saling menguntungkan.

8. Prinsip Membela Negara


"Hai orang-orang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepadamu :
berangkatlah (untuk berjihad) di jalan Allah, kamu merasa berat dan ingin tinggal
di tempatmu ? apakah kamu puas kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di
akhirat ? padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan)
di akhirat hanya/ah sedikit ". (QS. At-Taubah : 38).

9. Prinsip Hak-hak Asasi


Salah satu prinsip pengakuan dan perlindungan yang berkaitan dengan martabat
manusia telah digariskan dalam al-Qur'an surah Al-Isra I17: 33, yang artinya
sebagai berikut:

"Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)


melainkan dengan suatu alasan yang benci'. Dan barang siapa dibunuh secara
zalim maka sesungguhmya Kami telah memberi kekuasaan pada ahli warisnya
(atau penguasa untuk menuntut si pelaku). letapi janganlah ahli waris itu
melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang
mendapat pertolongan". (QS. Al-lsra': 33).

10. Prinsip dalam Menetapkan Para Pejabat atau Pelaksana suatu urusan
"Sesungguhnya orang yang paling baik untuk kamu pekerjakan adalah orang yang
kuat lagi dapat dipercaya (dapat diserahi amanah) ". (QS. Al-Qashash : 26).

11. Prinsip Amar Ma’ruf Nahi munkar

"Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma 'ruf; dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah". (QS.
Ali lmran : 110)

KESIMPULAN
Dalam nomokrasi Islam kekuasaan adalah amanah dan setiap amanah
wajib disampaikan kepada mereka yang berhak menerimanya, maka kekuasaan
wajib disampaikan kepada mereka yang berhak menerimanya, dalam arti
dipelihara dan dijalankan atau diterapkan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
prinsip-prinsip kekuasaan dalam Islam yang digariskan dalam al-Qur'an dan
Sunnah. Menegakkan keadilan merupakan suatu perintah Allah, apabila
kekuasaan itu dihubungkan dengan keadilan, maka dalam demokrasi Islam
implementasi kekuasaan negara melalui suatu pemerintahan yang adil
merupakan suatu kewajiban penguasa. Kekuasaan harus selalu didasarkan kepada
keadilan, karena prinsip keadilan dalam Islam menempati posisi yang sangat
berdekatan dengan taqwa.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai