Patogenesis Virus Dian Rachma Wijayanti, M.

Sc
PALMK-4, Semester Ganjil 2021/2022
 Patogenisis Definisi

Empat perubahan Perubahan

sel karena virus pada sel

Perubahan Patogenesis pada pasien

pada Penyebaran dan masuknya virus
pasien
Patogenesis dan Imunopatogenesis

Ringkasan
PATOGENISIS
 Patogenesis proses berjangkitnya penyakit yang dimulai dari permulaan
terjadinya infeksi sampai dengan timbulnya reaksi akhir
 Patogenisitas adalah kemampuan patogen dalam menyebabkan penyakit istilah ini
sering digunakan bersamaan dengan istilah virulensi.
 Virulensi adalah derajat patogenisitas suatu organisme
 Kemampuan virus untuk menyebabkan penyakit dapat diihat dari dua hal:
(1) Perubahan yang terjadi pada sel yang terinfeksi
(2) Perubahan yang terjadi pada pasien yang terinfeksi
PERUBAHAN YANG TERJADI PADA
SEL YANG TERINFEKSI
EMPAT DAMPAK INFEKSI VIRUS TERHADAP SEL
 Terdapat empat perubahan utama dari infeksi virus pada tingkat
seluler :
1. Kematian Sel
2. Penggabungan sel membentuk sel dengan multinukleat
3. Transformasi menjadi malignant (ganas)
4. Tidak ada perubahan morfologi dan fungsional yang jelas
1. KEMATIAN SEL
 Penghambatan sintesis protein sel inang dapat menyebabkan kematian sel.
Ini merupakan dampak yang paling penting.
 Kematian sel juga dapat terjadi karena penghambatan sintesis
makromolekul.
 Penghambatan sintesis DNA dan RNA merupakan efek sekunder
 Meskipun protein seluler dihambat tetapi sintesis protein virus tetap terjadi

 Contohnya pada poliovirus:

 Virus menginaktifasi intiation factor (IF) yang dibutuhkan untuk translasi
mRNA menjadi protein seluler. Tetapi mRNA poiovirus memiliki ribosome-
initiating site yang dapat menggantikan IF sehingga protein virus dapat di
sintesis.
2. PENGGABUNGAN SEL MEMBENTUK SEL
MULTINUKLEAT
o Infected cells frequently contain inclusion bodies, which are discrete areas
containing viral proteins or viral particles.
o They have a characteristic intranuclear or intracytoplasmic location and
appearance depending on the virus.
o One of the best examples of inclusion bodies that can assist in clinical
diagnosis is that of Negri bodies, which are eosinophilic cytoplasmic inclusions
found in rabies virus-infected brain neurons.
oAnother important example is the owl’s eye inclusion seen in the nucleus of
cytomegalovirus-infected cells.
oElectron micrographs of inclusion bodies can also aid in the diagnosis when
virus particles of typical morphology are visualized
LANJUTAN
 Fusion of virus-infected cells produces multinucleated giant cells, which
characteristically form after infection with herpesviruses and paramyxoviruses.
 Fusion occurs as a result of cell membrane changes, which are probably caused by
the insertion of viral proteins into the membrane.
 The clinical diagnosis of herpesvirus skin infections is aided by the finding of
multinucleated giant cells with eosinophilic intranuclear inclusions in skin scrapings.
EFEK SITOPATIK - CYTOPATHIC EFFECT (CPE)
 Tanda yang paling jelas akan keberadaan infeksi virus adalah efek sitopatik
cytopathic effect (CPE). Tanda ini terlihat jelas pada sel yang terinfeksi. Efek
sitopatik biasanya dimulai dengan sel berubah menjadi membulat dan warnanya
menjadi lebih gelap. Sel pada akhirnya akan menjadi lisis (disintegrasi) atau
membentuk sel raksasa.
 Deteksi virus pada spesimen klinis biasanya berdasarkan penampakan CPE pada
kultur sel. Sebagai tambahan CPE merupakan dasar dari plaque assay, metode yang
masih digunakan untuk menghitung jumlah virus pada sampel
3. TRANSFORMASI MENJADI MALIGNANT (GANAS)
 Infeksi beberapa virus dapat menyebabkan perubahan unsur-unsur sel
(transformasi) sehingga sel berubah menjadi sel kanker.
 Hal ini ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak terkendali, usia sel
lebih panjang dari sel pada umumnya dan perubahan morfologi sel.
 Perubahan morfologi sel nampak sepeti tumpukan sel pada bagian tengah.
4. TIDAK ADA PERUBAHAN MORFOLOGI DAN
FUNGSIONAL YANG JELAS
 Infection of the cell accompanied by virus production can occur without
morphologic or gross functional changes.
 This observation highlights the wide variations in the nature of the interaction
between the virus and the cell, ranging from rapid destruction of the cell to a
symbiotic relationship in which the cell survives and multiplies despite the
replication of the virus
PERUBAHAN PADA PASIEN
YANG TERINFEKSI

PATOGENISIS PADA
PASIEN
Patogenesis pada pasien meliputi
empat hal :
(1). Masuknya virus ke dalam tubuh
(2). Replikasi virus dan rusaknya sel
(3). Penyebaran virus ke sel dan organ
lain (Infeksi lokal atau sistemik)
(4). Sistem pertahanan tubuh
(5). Keberlanjutan infeksi virus
(Beberapa contoh)
Tahapan infeksi virus ada empat :
1. Periode inkubasi : Pada tahapan ini
pasien tidak menunjukkan gejala
2. Periode prodromal : Timbul
beberapa gejala yang tidak spesifik
atau gejala awal seperti contohnya
demam
3. Periode sakit : Terjadi ketika gejala
dan tanda spesifik keberadaan infeksi
virus terihat
4. Periode pemulihan dari penyakit :
Pasien mulai puih dan sehat kembali.
Pada beberapa pasien infeksi terus
ada (chronis carrier state atau terjadi
infeksi laten)
INFEKSI LOKAL ATAU SISTEMIK

 Most viral infections are either localized to the portal of entry or spread
systemically through the body.
 The best example of the localized infection is the common cold caused by
rhinoviruses, which involves only the upper respiratory tract.
 Influenza is localized primarily to the upper and lower respiratory tracts.
Respiratory viruses have a short incubation period because they replicate
directly in the mucosa, but systemic infections such as poliomyelitis and measles
have a long incubation period because viremia and secondary sites of
replication are required
IMUNOPATOGENESIS
 Immunopatogenesis adalah suatu proses dimana gejala penyakit virus yang lebih
disebabkan oleh sistem imun tubuh pasien, daripada virus patogen
 Penyakit berkembang karena pengaruh sistem imun dan bukan karena virus
patogennya
 Salah satu jenis imunopatogenesis adaah matinya sel-sel tubuh yang terinfeksi virus
karena serangan sel T sitotoksik yang mengenali antigen virus pada permukaan sel
tersebut.
 Kerusakan organ hati yang disebabkan karena virus hepatitis juga dapat terjadi
karena imunopatogenesis.
 Contoh lainnya yaitu : pembentukan formasi komplek virus-antibodi yang tersimpan
di jaringan. Arthritis yang berasosiasi dengan infeksi parvovirus B19 atau virus
rubella disebabkan karena imunopatogenesis
VIRULENSI - VIRULENCE

• Strains of viruses differ greatly in their ability to cause disease.

• For example, there are strains of poliovirus that have mutated sufficiently
such that they have lost the ability to cause polio in immunocompetent
individuals (i.e., they are attenuated). These strains are used in vaccines.
• The viral genes that control the virulence of the virus are poorly
characterized, and the process of virulence is poorly understood
MENGHINDARI SISTEM PERTAHANAN TUBUH

Viruses have several ways by which they evade our host defenses. These processes
are often called immune evasion.
Two very important processes are :
(1) synthesis of receptors for immune mediators
(2) reduction of expression of class I major histocompatibility complex (MHC)
proteins
PERSISTENT VIRAL INFECTIONS
• Carrier state refers to people who produce virus for long periods of time and can
serve as a source of infection for others. The carrier state that is frequently
associated with hepatitis C virus infection is a medically important example.

• Latent infections are those infections that are not producing virus at the present
time but can be reactivated at a subsequent time. The latent infections that are
frequently associated with herpes simplex virus infection are a medically important
example.

• Slow virus infections refer to those diseases with a long incubation period, often
measured in years. Some, such as progressive multifocal leukoencephalopathy, are
caused by viruses, whereas others, such as Creutzfeldt-Jakob disease, are caused
by prions. The brain is often the main site of these diseases.
TERIMAKASIH 