Anda di halaman 1dari 7

Mengenai pertanyaan “apa itu materi?


Jaki Umam1

Ilmu pengetahuan berkembang untuk menjawab pertanyaan legendaris “apa itu materi?”
Newton memperkenalkan konsep materi sebagai variabel yang disebut massa dan Einstein
memperkenalkan persamaan antara massa dan energi. Postulat materi dalam paper ini
dikembangkan dari Hukum Gerak I Newton, dimana materi adalah keadaan diam atau bergerak
beraturan dalam garis lurus sehingga kedua keadaan itu sama menurut persamaan Einstein.
Muatan materi pun terbagi menjadi dua, yakni materi-materi dalam keadaan bergerak beraturan
dalam garis lurus yang bertransformasi dalam suatu ruangan (muatan listrik) dan materi-materi
dalam keadaan diam yang bertransformasi dalam suatu peristiwa (muatan gravitasi). Kedua
muatan tersebut pun pada dasarnya sama. Karena sistem alam semesta harus memiliki energi
total yang tetap, maka jumlah total materi dan muatan-muatannya di awal dan di akhir haruslah
tetap.

Pendahuluan

Sejarah pertanyaan tentang “apa itu materi?” bermula dari Thales, filsuf dari Miletus,
Yunani kuno. Untuk menjawab pertanyaan Thales secara memuaskan, ilmu pengetahuan
harus mematuhi postulat: “Hukum fisika mengenai materi adalah mutasi dari hukum-
hukum ruang dan waktu, dimana materi dapat berupa efek-efek dari keadaan diam atau
keadaan bergerak beraturan dalam garis lurus sehingga muatan-muatan materi tersebut
menjadi beragam tergantung transformasi yang digunakan, namun jumlah total materi
dan muatannya tersebut akan selalu tetap.”

Postulat tersebut diturunkan dari Hukum Gerak I Newton yang terkenal, dimana keadaan
diam atau bergerak beraturan dalam garis lurus berkaitan dengan konsep materi yang
dimaksud.

Materi adalah efek-efek dari suatu keadaan diam atau bergerak


beraturan dalam garis lurus

Pada dasarnya, sifat-sifat materi yang menyusun hukum-hukum fisika adalah mutasi atau
turunan dari sifat-sifat ruang dan waktu. Satuan metrik ruang dan waktu itu sendiri
diturunkan dari persamaan Einstein-Minkowski:

𝑟 = 𝑐𝑡

sehingga satu basis ruang (panjang) memiliki satuan meter dan satu basis waktu memiliki
satuan detik.

1
Corresponding email: jakiumam@gmail.com.
1
Untuk mendefinisikan fenomena pergerakan suatu benda, variabel kecepatan 𝑣
diperkenalkan sebagai:

𝑟
𝑣=
𝑡

dimana 𝑟 adalah salah satu dari basis ruang dan 𝑡 adalah salah satu dari basis waktu.
Untuk diketahui bahwa basis-basis tersebut secara geometris adalah relativistik:

𝑟′ = 𝛽𝑟

𝑡′ = 𝛾𝑡

yang artinya, mereka akan berubah sesuai keadaan pengamat.

Karena kaidah berpasangan juga berlaku, maka variabel antikecepatan 𝑖 dapat


didefinisikan sebagai:

1 𝑡
𝑖= =
𝑣 𝑟

sehingga dalam Hukum Gerak I Newton, antikecepatan ini tak lain adalah variabel yang
memformulasikan suatu konsep mendasar yang dikenal sangat luas sebagai kelembaman
atau inersia.

Definisi kecepatan dan antikecepatan sangat penting dalam kinematika, dimana


kecepatan berkaitan dengan keadaan bergerak beraturan dalam garis lurus suatu benda
yang didefinisikan:

𝐸 = ℰ𝑣

sehingga tentunya menciptakan efek-efek material di dalam ruang dan waktu. Dalam
istilah yang dikenal luas, 𝐸 adalah energi. Sedangkan definisi antikecepatan berkaitan
dengan keadaan diam suatu benda:

𝑚 = ℰ𝑖

yang tentunya juga menciptakan efek-efek material di dalam ruang dan waktu. Variabel
dengan simbol 𝑚 tak lain adalah apa yang kita kenal sebagai massa.

Efek-efek yang diciptakan energi dan massa begitu familiar dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga seolah-olah mereka adalah fenomena nyata yang rigid dan berdiri sendiri.
Konstanta momentum ℰ 2 lah yang menjadikan energi dan massa memiliki satuan metrik

2
Baca paper “Konstanta momentum dan percobaannya” untuk referensi.
2
tersendiri sehingga seolah-olah menjadi variabel pokok (terutama massa), dimana energi
adalah Joule atau kgm2/s2 dan massa adalah kilogram.

Dalam dunia makro, kehidupan sehari-hari dan perputaran benda-benda antariksa di luar
angkasa, Hukum Gerak II Newton yang berlaku adalah:

𝐹 = 𝑚𝑎

dengan 𝐹 adalah simbol untuk variabel gaya yang terkenal.

Dan dalam dunia kuantum yang merupakan lapisan dunia yang lebih dalam dan halus,
hukum tersebut dapat diganti dengan menambahkan konstanta momentum ℰ menjadi:

𝐹 = ℰ𝑓

dengan 𝑓 adalah frekuensi yang sama dengan frekuensi pada formulasi Planck untuk
energi dalam lompatan-lompatan kuantum:

𝐸 = ℎ𝑓

dengan ℎ adalah konstanta Planck.

Sudah sangat maklum dalam fisika, definisi energi untuk keadaan materi yang bergerak
beraturan dalam garis lurus dan definisi massa untuk keadaan materi yang diam adalah
sama sesuai dengan persamaan ekuivalensi energi-massa Einstein yang terkenal:

𝐸 = 𝑐 2𝑚

sehingga konstanta cahaya 𝑐 pun dapat menjadi penentu satuan metrik energi dan massa
itu sendiri.

Semua formulasi yang saya tuliskan di atas mengacu pada saya (sebagai pengamat) yang
berdiri dalam suatu kerangka acuan inersial atau saya dalam keadaan diam ketika
mengamatinya sesuai dengan transformasi Galileo. Dalam kerangka acuan yang tidak
inersial, formulasinya harus ditambah dengan faktor 𝛽 dan faktor 𝛾 sesuai dengan
transformasi Lorentz:

Kecepatan 𝑟
𝑣′ = 𝛽2𝑣 = 𝛽2
𝑡

Antikecepatan 𝑡
𝑖′ = 𝛾2𝑖 = 𝛾2
𝑟

3
Energi 𝑟
𝐸 ′ = 𝛽 2 𝐸 = 𝛽 2 ℰ𝑣 = 𝛽 2 ℰ
𝑡

Massa 𝑡
𝑚′ = 𝛾 2 𝑚 = 𝛾 2 ℰ𝑖 = 𝛾 2 ℰ
𝑟


Gaya 𝐹𝑚𝑎𝑘𝑟𝑜 = 𝛽𝐹 = 𝛽𝑚𝑎

𝐹𝑘𝑢𝑎𝑛𝑡𝑢𝑚 = 𝛽𝐹 = 𝛽ℰ𝑓

Muatan-muatan materi berkaitan dengan basis-basis transformasi yang


digunakan

Untuk mengatasi problem tidak konsistennya Mekanika Kuantum dan Mekanika


Relativitas Umum, prinsip dualitas atau identitas ganda materi menjadi sangat krusial dan
harus diperluas untuk semua identitas materi yang kita miliki. Prinsip dualitas kali
pertama diusulkan dalam hipotesis Louis de Broglie sebagai solusi dari berbagai hasil
percobaan yang membuktikan bahwa materi-materi yang menyusun alam semesta kita
dapat berkelakukan ganda, bahwa di satu sisi ia seperti partikel sekaligus di sisi lain ia
seperti gelombang.

Untuk mempermudah pemahaman, identitas materi yang ganda tersebut terjadi karena
basis-basis transformasi yang digunakan berbeda, yang satu menggunakan basis ruangan
dan yang lainnya menggunakan basis peristiwa. Selanjutnya, hukum-hukum fisika dalam
dunia kuantum dapat dikembangkan dari definisi energi di dalam ruangan tersebut dan
dalam dunia non-kuantum dikembangkan dari definisi massa di dalam peristiwa tersebut.

Sesuai dengan berlakunya kaidah berpasangan, ruangan dan peristiwa adalah konsep
sistem koordinat tiga dimensi yang berbeda dan bahkan basis-basisnya saling bertolak-
belakang. 3 Oleh karena itu, relativitas umum yang menangani dunia non-kuantum tidak
akan pernah konsisten dengan mekanika kuantum apabila kaidah berpasangan diabaikan.

Dalam hal ini, konsep ruangan yang dimaksud berkaitan dengan suatu transformasi atau
pergerakan benda yang diambil dari salah satu basis ruang, disebut garis medan 𝑙 dan
kebalikannya 𝑘:

𝑙 = 𝑣𝑟

3
Baca paper “Proposisi matematika” untuk referensi.
4
1
𝑘=
𝑣𝑟

Dan konsep peristiwa yang dimaksud berkaitan dengan suatu transformasi atau
pergerakan benda yang diambil dari salah satu basis waktu, disebut percepatan 𝑎 atau
kebalikannya 𝑏:

1
𝑎=
𝑖𝑡

𝑏 = 𝑖𝑡

Jika suatu materi yang bercirikan selalu dalam keadaan bergerak beraturan dalam suatu
garis lurus (yakni materi-materi kuantum yang berbentuk fungsi-fungsi gelombang)
bertransformasi dalam suatu ruangan, maka ia akan membentuk muatan listrik 𝑞:

1
𝑞 = ℰ𝑙 = ℰ
𝑘

Dan jika suatu materi yang bercirikan selalu dalam keadaan diam (yakni materi-materi
makro yang berbentuk massa benda-benda) bertransformasi dalam suatu peristiwa, maka
dapat dikatakan ia akan membentuk suatu muatan yang sama, namun sifatnya bertolak-
belakang, yakni muatan gravitasi 𝑗:

1
𝑗 = ℰ𝑏 = ℰ
𝑎

Seperti halnya materi-materi yang bergerak beraturan dalam garis lurus atau materi-
materi yang diam seolah-oleh rigid atau berdiri sendiri, maka muatan listrik dan muatan
gravitasi pun seolah-oleh berdiri sendiri (meskipun sebetulnya mereka juga merupakan
mutasi dari variabel asli ruang dan waktu). Kedua muatan tersebut secara metrik sesuai
dengan persamaan ekuivalensi muatan listrik dan gravitasi:

𝑞 = 𝑐 3𝑗

dimana satuan muatan listrik 𝑞 adalah Coulomb atau kgm3/s2 dan satuan muatan gravitasi
𝑗 adalah kgs.

Semua persamaan yang saya tuliskan di atas pun mengacu pada saya sebagai pengamat
dalam kerangka acuan inersial (transformasi Galileo). Dalam kerangka acuan yang tidak
inersial, formulasinya ditambah dengan faktor 𝛽 dan faktor 𝛾 yang merupakan faktor-
faktor relativitas dalam transformasi Lorentz:

Garis medan 𝑙 ′ = 𝛽 3 𝑙 = 𝛽 3 𝑣𝑟

5
Garis antimedan 1
𝑘′ = 𝛾3𝑘 = 𝛾3
𝑣𝑟

Percepatan 1
𝑎′ = 𝛽 3 𝑎 = 𝛽 3
𝑖𝑡

Antipercepatan 𝑏′ = 𝛾 3 𝑏 = 𝛾 3 𝑖𝑡

Muatan listrik 𝑞 ′ = 𝛽 3 𝑞 = 𝛽 3 𝐸𝑟 = 𝛽 3 ℰ𝑣𝑟

Muatan gravitasi 𝑗 ′ = 𝛾 3 𝑗 = 𝛾 3 𝑚𝑡 = 𝛾 3 ℰ𝑖𝑡

Materi dan muatannya memiliki jumlah total di awal dan di akhir yang
selalu tetap

Jumlah total materi dan muatannya harus sesuai dengan hukum kekekalan. Hukum
tersebut mengatur bahwa jumlah total energi yang mengisi suatu sistem alam semesta di
awal dan di akhir harus selalu tetap. Oleh karena itu, jumlah materi dan muatannya pun
haruslah selalu tetap, dimana mereka harus memenuhi persamaan sebagai berikut:

𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑚𝑒𝑘𝑎𝑛𝑖𝑘 = 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚

𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑘𝑖𝑛𝑒𝑡𝑖𝑘 + 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑝𝑜𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑎𝑙 = 𝑀𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑙𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘 + 𝑀𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑔𝑟𝑎𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖

𝑑𝑞 𝑑𝑗
𝐸 + 𝑐 2𝑚 = + 𝑐2
𝑑𝑟 𝑑𝑡

Sudah maklum, dalam suatu sistem yang relativistik, faktor 𝛽 dan 𝛾 harus disertakan
dalam perhitungan apabila dilakukan dalam kerangka acuan yang tidak inersial sesuai
transformasi Lorentz, sehingga menjadi:

𝑑𝑞 𝑑𝑗
𝛽2𝐸 + 𝛾 2 𝑐 2𝑚 = 𝛽2 + 𝛾2𝑐2
𝑑𝑟 𝑑𝑡

yang tak lain adalah persamaan Lagrange yang terkenal. Persamaan ini sangat powerful
untuk menghitung kelakuan sebuah sistem baik kuantum maupun non-kuantum sehingga
efek-efeknya dapat dipahami.

Semua penjabaran dan asal-usul matematis untuk semua formulasi yang saya tuliskan di
atas akan diterbitkan dalam buku khusus untuk kalangan akademis.

6
Kesimpulan

Untuk sementara, jawaban untuk pertanyaan legendaris Thales dari Miletus bahwa sesuai
dengan semua formulasi yang telah diturunkan di atas, materi adalah variabel-variabel
yang termasuk di dalam ruang, waktu, energi, massa, listrik dan gravitasi. Lebih mendasar
dari semua itu, semua susunan variabel alam semesta sejatinya hanya terdiri dari dua
variabel asli, yakni ruang yang merupakan basis-basis yang dibentuk oleh bilangan real
dan waktu yang merupakan basis-basis yang dibentuk oleh bilangan imajiner. Oleh
karena itu, cara berhitung kita sangat mempengaruhi cara kita memahami alam semesta
yang begitu luas ini, termasuk materi-materi di dalamnya.

Anda mungkin juga menyukai