Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN NY. “A” DENGAN CA RECTUM DI RUANG


INSTALASI ONKOLOGI TERPADU RUMAH SAKIT UNIVERSITA
AIRLANGGA SURABAYA
TANGGAL 18 S/D 24 APRIL 2022

DISUSUN OLEH :
IIN PUTRIAULIA
042STYJ21

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM PENDIDIKAN NERS TAHAP AKADEMIK
T.A 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN NY. “M” DENGAN CA OVARIUM DI
RUANG INSTALASI ONKOLOGI TERPADU RUMAH SAKIT
UNIVERSITA AIRLANGGA SURABAYA
TANGGAL 18 S/D 24 APRIL 2022

ASKEP ini di sahkan pada :


Hari :
Tanggal :

MENGETAHUI

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik


LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI

Ca Rekti adalah kanker yang terjadi pada rektum.Secara anatomi rektum


terbentang dari vertebre sakrum ke-3 sampai garis anorektal. (Patrick C.D.
Gagola,dkk.2015)
Arsinoma recti adalah keganasan yang menyerang pada daerah rektum.
Keganasan ini banyak menyerang laki-laki usia 40-60 tahun, jenis keganasan yang
terbanyak adalah adenoma carsinoma 65%. Kanker colorectal berasal dari jaringan
kolon (bagian terpanjang di usus besar) atau jaringan rektum (beberapa inci terakhir di
usus besar sebelum anus). ( Nelson,1999:212)
 Ca Rekti adalah kanker yang terjadi pada rektum. Rektum terletak di
anterior sakrum dan coccygeus panjangnya kira kira 15 cm. Rectosigmoid
junctionterletak pada bagian akhir mesocolon sigmoid. Bagian sepertiga atasnya
hampir seluruhnya dibungkusoleh peritoneum. Di setengah bagian bawah rektum
keseluruhannya adalahektraperitoneal. (Arisman,2004:157)

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Secara anatomis, rektum berada setinggi vertebrae sakrum ke-3 sampai ke garis
anorektal. Secara fungsional dan endoskopis, rektum dibagi menjadi bagian ampula
dan spinchter. Bagian spinchter disebut juga annulus hemoroidalis, dikelilingi oleh
muskulus levator ani dan fascia coli dari fascia supra ani. Bagian ampula terbentang
dari vertebra sakrum ke-3 sampai diafragma pelvis pada insersio muskulus levator ani.
Panjang rektum berkisar antara 10-15 cm dengan keliling 15 cm pada bagian
rectosigmoid junction, dan 35 cm pada bagian yang terluas yaitu ampula. Pada
manusia, dinding rektum terdiri dari 4 lapisan, yaitu mukosa, submukosa, muskularis
(sirkuler dan longitudinal), serta lapisan serosa.

Vaskularisasi daerah anorektum berasal dari arteri hemoroidalis superior,


media, dan inferior. Arteri hemoroidalis superior (arteri rektalis superior) merupakan

3
kelanjutan dari arteri mesentrika inferior, arteri ini memiliki 2 cabang yaitu dekstra
dan sinistra. Arteri hemoroidalis media (arteri rektalis media) merupakan cabang dari
arteri iliaka interna, dan arteri hemoroidalis inferior (arteri rektalis inferior)
merupakan cabang dari arteri pudenda interna.3,8
Vena hemoroidalis superior berasal dari pleksus hemoroidalis interna dan
berjalan ke arah kranial ke dalam vena mesenterika inferior untuk selanjutnya melalui
vena lienalis dan menuju vena porta. Vena ini tidak memiliki katup, sehingga tekanan
dalam rongga perut atau intraabdominal sangat menentukan tekanan di dalam vena
tersebut. Hal inilah yang dapat menjelaskan terjadinya hemoroid interna pada pasien-
pasien dengan kebiasaan sulit buang air besar dan sering mengejan. Vena
hemoroidalis inferior mengalirkan darah ke vena pudenda interna, untuk kemudian
melalui vena iliaka interna dan menuju sistem vena kava.
Proses defekasi diawali oleh terjadi refleks defekasi akibat ujung – ujung
serabut saraf rectum terangsang ketika dinding rectum teregang oleh massa feses.
Sensasi rectum ini berperan penting pada mekanisme continence dan juga sensasi
pengisian rectum merupakan bagian integral penting pada defekasi normal. Hal ini
dapat digambarkan sebagai berikut : pada saat volume kolon sigmoid menjadi besar,
serabut saraf akan memicu kontraksi dengan mengosongkan isinya ke dalam rectum.
Studi statistika tentang fisiologi rectum ini mendeskripsikan tiga tipe dari kontraksi
rectum yaitu : (1) Simple contraction yang terjadi sebanyak 5 – 10 siklus/menit ; (2)
Slower contractions sebanyak 3 siklus/menit dengan amplitudo diatas 100 cmH2O ;
dan (3) Slow Propagated Contractions dengan frekuensi amplitudo tinggi. Distensi
dari rectum menstimulasi reseptor regang pada dinding rectum, lantai pelvis dan
kanalis analis. Bila feses memasuki rektum, distensi dinding rectum mengirim signal
aferent yang menyebar melalui pleksus mienterikus yang merangsang terjadinya
gelombang peristaltik pada kolon desenden, kolon sigmoid dan rectum sehingga feses
terdorong ke anus. Setelah gelombang peristaltik mencapai anus, sfingter ani interna
mengalami relaksasi oleh adanya sinyal yang menghambat dari pleksus mienterikus;
dan sfingter ani eksterna pada saat tersebut mengalami relaksasi secara
volunter,terjadilah defekasi.Pada permulaan defekasi, terjadi peningkatan tekanan
intraabdominal oleh kontraksi otot–otot kuadratus lumborum, muskulus rectus
abdominis, muskulus obliqus interna dan eksterna, muskulus transversus abdominis
dan diafraghma.
Muskulus puborektalis yang mengelilingi anorectal junction kemudian akan
relaksasi sehingga sudut anorektal akan menjadi lurus. Perlu diingat bahwa area
anorektal membuat sudut 900 antara ampulla rekti dan kanalis analis sehingga akan
tertutup. Jadi pada saat lurus, sudut ini akan meningkat sekitar 1300 – 1400 sehingga
kanalis analis akan menjadi lurus dan feses akan dievakuasi. Muskulus sfingter ani
eksterna kemudian akan berkonstriksi dan memanjang ke kanalis analis. Defekasi
dapat dihambat oleh kontraksi sfingter ani eksterna yang berada di bawah pengaruh
kesadaran ( volunteer ). Bila defekasi ditahan, sfingter ani interna akan tertutup,
rectum akan mengadakan relaksasi untuk mengakomodasi feses yang terdapat di
dalamnya. Mekanisme volunter dari proses defekasi ini nampaknya diatur oleh
susunan saraf pusat. Setelah proses evakuasi feses selesai, terjadi Closing Reflexes.

4
Muskulus sfingter ani interna dan muskulus puborektalis akan berkontraksi dan sudut
anorektal akan kembali ke posisi sebelumnya. Ini memungkinkan muskulus sfingter
ani interna untuk memulihkan tonus ototnya dan menutup kanalis analis.

C. ETIOLOGI
Pada dasarnya penyebab timbulnya carsinoma recti sampai sekarang belum
diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang menjadi pendukung timbulnya kanker recti,
seperti: polipotus, familial, defisiensi imonologik, kolitis, Ulserasi, granulomatis
kolitis. Insiden keganasan ini diberbagai daerah berbeda dan ternyata ada
hubungannya dengan faktor lingkungan terutama kebiasaan makan (diit). Masyarakat
yang diitnya rendah selulosa tinggi protein hewani dan lemak mempunyai insiden
yang tinggi terjadinya kanker recti, sebaliknya masyarakat yang diitnya banyak
mengandung serat, insiden terjadinya carsinoma recti rendah.
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor
risiko telah teridentifikasi termasuk riwayat kanker kolon atau polip pada keluarga,
riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak protein dan daging serta
rendah serat.
( Brunner & Suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1123 ).

1. Polip di usus (Colorectal polyps): Polip adalah pertumbuhan pada dinding


dalam kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke
atas. Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip
(adenoma) dapat menjadi kanker.

2. Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn: Orang dengan kondisi yang


menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau
penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar
3. Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena kanker 
colorectal dapat terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu,
wanita dengan riwayat kanker di indung telur, uterus (endometrium) atau
payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker
colorectal.
4. Riwayat kanker colorectal pada keluarga: Jika Anda mempunyai riwayat
kanker colorectal pada keluarga, maka kemungkinan Anda terkena penyakit
ini lebih besar, khususnya jika saudara Anda terkena kanker pada usia muda.
5. Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang
tinggi lemak dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko
yang lebih besar terkena kanker colorectal.

6. Usia di atas 50: Kanker colorectal biasa terjadi  pada mereka yang berusia
lebih tua. Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis
setelah usia 50 tahun ke atas.

5
D. KLASIFIKASI

Berdasarkan klasifikasi Dukes


1. Stadium 0
Pada stadium 0, kanker ditemukan hanya pada bagian paling dalam
rektum.yaitu pada mukosa saja. Disebut juga carcinoma in situ.
2. Stadium I
Pada stadium I, kanker telah menyebar menembus mukosa sampai lapisan
muskularis dan melibatkan bagian dalam dinding rektum tapi tidak menyebar
kebagian terluar dinding rektum ataupun keluar dari rektum. Disebut juga
Dukes A rectal cancer.
3. Stadium II
Pada stadium II, kanker telah menyebar keluar rektum kejaringan terdekat
namun tidak menyebar ke limfonodi. Disebut juga Dukes B rectal cancer.
4. Stadium III
Pada stadium III, kanker telah menyebar ke limfonodi terdekat, tapi tidak
menyebar kebagian tubuh lainnya. Disebut juga Dukes C rectal cancer.
5. Stadium IV
Pada stadium IV, kanker telah menyebar kebagian lain tubuh seperti hati, paru,
atau ovarium. Disebut juga Dukes D rectal cancer

6
E. PATHWAY
KARSINOMA RECTI
Diet Makanan Berzat Kimia Makanan Berlemak Daging Goreng / Panggang Lemak Hewan

TUMOR RECTI dan KOLON ASENDENS


- Pemeriksaa
Meluas ke Lumen
n feses - USG
putih Menembus Dinding Kolon dan Jaringan Sekitarnya
- Pemeriksaa - CT – SCAN
n darah Perdarahan Obtruksi Usus Halus
Perdarahan saluran cerna Koping Individu distensi abdomen - Timbang BB
Gangguan eliminasi bowel
Anemia peningkatan bunyi usus mual atau muntah
peningkatan defekasi cair peningkatan bunyiusus
Anseitas Perubahan warna feses
Nyeri abdomen peningkatan defekasi

Diare
Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan

7
F. MANIFESTASI KLINIK

Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada kanker rektal antara lain ialah :
1. Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses, baik itu
darah segar maupun yang berwarna hitam.
2. Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut tidak benar benar kosong saat
BAB
3. Feses yang lebih kecil dari biasanya
4. Keluhan tidak nyama pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa penuh
pada perut atau nyeri
5. Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya
6. Mual dan muntah,
7. Rasa letih dan lesu
8. Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan nyeri pada
daerah gluteus.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ada beberapa tes yang dapat dilakukan untuk mendeteksi kanker rektum, antara lain:
1. Biopsi
Konfirmasi adanya malignansi dengan pemeriksaan biopsi sangat penting. Jika
ditemukan tumor dari salah satu pemeriksaan diatas, biopsi harus dilakukan. Secara
patologi anatomi, adenocarcinoma merupakan jenis yang paling sering yaitu sekitar
90 sampai 95% dari kanker usus besar. Jenis lainnya ialah karsinoma sel skuamosa,
carcinoid tumors, adenosquamous carcinomas, dan undifferentiated tumors.2
2. Pemeriksaan Tumor marker : CEA (Carcinoma Embryonic Antigen), CA 242, CA
19-9 , uji FOBT (Faecal Occult Blood Test) untuk melihat perdarahan di
jaringan.18,22,23
3. Digital rectal examination atau biasa disebut rectal touche (colok dubur). Sekitar 75%
karsinoma rekti dapat dipalpasi pada pemeriksaan rektal. Pemeriksaan dengan rektal
touche akan mengenali tumor yang terletak sekitar 10 cm dari rektum, massa akan
4. teraba keras dan menggaung.
Pada pemeriksaan colok dubur ini yang harus dinilai adalah:
a. Keadaan tumor: ekstensi lesi pada dinding rektum serta letak bagian terendah
terhadap cincin anorektal, cervix uteri, bagian atas kelenjar prostat atau ujung os
coccygis.
b. Mobilitas tumor: hal ini sangat penting untuk mengetahui prospek terapi
pembedahan. Lesi yang sangat dini biasanya masih dapat digerakkan pada lapisan
otot dinding rektum. Pada lesi yang sudah mengalami ulserasi lebih dalam
umumnya terjadi perlekatan dan fiksasi karena penetrasi atau perlekatan ke
struktur ekstrarektal seperti kelenjar prostat, buli-buli, dinding posterior vagina
atau dinding anterior uterus.
c. Ekstensi penjalaran yang diukur dari besar ukuran tumor dan karakteristik
pertumbuhan primer dan sebagian lagi dari mobilitas atau fiksasi lesi.

8
5. Foto rontgen dengan barium enema yaitu cairan yang mengandung barium,
dimasukkan melalui rektum untuk kemudian dilakukan foro rontgen.

6. Endoskopi
a. Sigmoidoskopi
yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian dalam rektum dan sigmoid
apakah terdapat polip kanker atau kelainan lainnya. Alat sigmoidoscope
dimasukkan melalui rektum sampai kolon sigmoid, polip atau sampel jaringan
dapat diambil untuk biopsi.
Flexible sigmoidoscopi setiap 5 tahun dimulai pada umur 50 tahun
merupakan metode yang direkomendasikan untuk screening seseorang yang
asimptomatik yang berada pada tingkatan risiko menengah untuk menderita
kanker kolon. Sebuah polip adenomatous yang ditemukan pada flexible
sigmoidoscopi merupakan indikasi untuk dilakukannya kolonoskopi, karena
meskipun kecil (<10 mm), adenoma yang berada di distal kolon biasanya
berhubungan dengan neoplasma yang letaknya proksimal pada 6-10% pasien.
b. Kolonoskopi
Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran seluruh
mukosa kolon dan rectum Sebuah standar kolonoskopi panjangnya dapat
mencapai 160 cm. Kolonoskopi merupakan cara yang paling akurat untuk dapat
menunjukkan polip dengan ukuran kurang dari 1 cm dan keakuratan dari
pemeriksaan kolonoskopi sebesar 94%, lebih baik daripada barium enema yang
keakuratannya hanya sebesar 67%.2 Sebuah kolonoskopi juga dapat digunakan
untuk biopsi, polipektomi, mengontrol perdarahan dan dilatasi dari striktur.
Kolonoskopi merupakan prosedur yang sangat aman dimana komplikasi utama
(perdarahan, komplikasi anestesi dan perforasi) hanya muncul kurang dari 0,2%
pada pasien. Kolonoskopi merupakan cara yang sangat berguna untuk
mendiagnosis dan manajemen dari inflammatory bowel disease, non akut
divertikulitis, sigmoid volvulus, gastrointestinal bleeding, megakolon non toksik,
striktur kolon dan neoplasma. Komplikasi lebih sering terjadi pada kolonoskopi

9
terapi daripada diagnostik kolonoskopi, perdarahan merupakan komplikasi utama
dari kolonoskopi terapeutik, sedangkan perforasi merupakan komplikasi utama
dari kolonoskopi diagnostik. 18

Kolonoskopi

7. Virtual colonoscopy (CT colonography)


Kolonoskopi virtual merupakan diagnostik non-invasif yang baru, menggunakan X-
ray dan software komputer,untuk melihat dua dan tiga-dimensi dari seluruh usus
besar dan rektum untuk mendeteksi polip dan  kanker kolorektal.14
8. Imaging Tehnik
MRI, CT scan, transrectal ultrasound merupakan bagian dari tehnik imaging yang
digunakan untuk evaluasi, staging dan tindak lanjut pasien dengan kanker kolon,
tetapi tehnik ini bukan merupakan screening tes.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Berbagai jenis terapi tersedia untuk pasien kanker rektal. Beberapa adalah
terapi standar dan beberapa lagi masih diuji dalam penelitian klinis. Tiga terapi standar
untuk kanker rektal yang digunakan antara lain ialah :
1) Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling lazim digunakan terutama untuk stadium I
dan II kanker rektal, bahkan pada pasien suspek dalam stadium III juga dilakukan
pembedahan. Meskipun begitu, karena kemajuan ilmu dalam metode penentuan
stadium kanker, banyak pasien kanker rektal dilakukan pre-surgical treatment dengan
radiasi dan kemoterapi. Penggunaan kemoterapi sebelum pembedahan dikenal sebagai
neoadjuvant chemotherapy, dan pada kanker rektal, neoadjuvant chemotherapy
digunakan terutama pada stadium II dan III. Pada pasien lainnya yang hanya
dilakukan pembedahan, meskipun sebagian besar jaringan kanker sudah diangkat saat
operasi, beberapa pasien masih membutuhkan kemoterapi atau radiasi setelah
pembedahan untuk membunuh sel kanker yang tertinggal.
Tipe pembedahan yang dipakai antara lain :
a. Eksisi lokal : jika kanker ditemukan pada stadium paling dini, tumor
dapat dihilangkan tanpa tanpa melakukan pembedahan lewat abdomen.
Jika kanker ditemukan dalam bentuk polip, operasinya dinamakan
polypectomy.

10
b. Reseksi: jika kanker lebih besar, dilakukan reseksi rektum lalu dilakukan
anastomosis. Jiga dilakukan pengambilan limfonodi disekitan rektum
lalu diidentifikasi apakah limfonodi tersebut juga mengandung sel
kanker.
Gambar Reseksi dan Anastomosis

c. Reseksi dan kolostomi .

2) Radiasi
Sebagai mana telah disebutkan, untuk banyak kasus stadium II dan III
lanjut, radiasi dapat menyusutkan ukuran tumor sebelum dilakukan
pembedahan. Peran lain radioterapi adalah sebagai sebagai terapi tambahan
untuk pembedahan pada kasus tumor lokal yang sudah diangkat melaui
pembedahan, dan untuk penanganan kasus metastasis jauh tertentu. Terutama
ketika digunakan dalam kombinasi dengan kemoterapi, radiasi yang
digunakan setelah pembedahan menunjukkan telah menurunkan resiko
kekambuhan lokal di pelvis sebesar 46% dan angka kematian sebesar 29%.
Pada penanganan metastasis jauh, radiesi telah berguna mengurangi efek lokal
dari metastasis tersebut, misalnya pada otak. Radioterapi umumnya digunakan
sebagai terapi paliatif pada pasien yang memiliki tumor lokal yang
unresectable
3) Kemoterapi
Adjuvant chemotherapy, (menengani pasien yang tidak terbukti memiliki
penyakit residual tapi beresiko tinggi mengalami kekambuhan),
dipertimbangkan pada pasien dimana tumornya menembus sangat dalam atau
tumor lokal yang bergerombol ( Stadium II lanjut dan Stadium III). terapi
standarnya ialah dengan fluorouracil, (5-FU) dikombinasikan dengan
leucovorin dalam jangka waktu enam sampai dua belas bulan. 5-FU
merupakan anti metabolit dan leucovorin memperbaiki respon. Agen lainnya,
levamisole, (meningkatkan sistem imun, dapat menjadi substitusi bagi
leucovorin. Protopkol ini menurunkan angka kekambuhan kira – kira 15% dan
menurunkan angka kematian kira – kira sebesar 10%.

11
Asuhan keperawatan

A. Pengkajian

Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu


dikaji adalah:
1) Aktivitas/istirahat:
 Gejala:
a) Kelemahan, kelelahan/keletihan
b) Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat malam hari.
c) Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat
stres tinggi.
2) Sirkulasi:
 Gejala:
a) Palpitasi, nyeri dada pada aktivitas
 Tanda:
b) Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah.
3) Integritas ego:
 Gejala:
a) Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi
stres (merokok, minum alkohol, menunda pengobatan, keyakinan
religius/spiritual)
b) Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi cacat, pembedahan)
c) Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu,
tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
 Tanda:
a) Menyangkal, menarik diri, marah.
4) Eliminasi:
 Gejala:
b) Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada defekasi
 Tanda:
c) Perubahan bising usus, distensi abdomen
d) Teraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah
5) Makanan/cairan:
 Gejala:
e) Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, pemakaian zat
aditif dan bahan pengawet)
f) Anoreksia, mual, muntah
g) toleransi makanan
 Tanda:
h) Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot
6) Nyeri/ketidaknyamanan:

12
 Gejala:
i) Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat tergantung
proses penyakit
7) Keamanan:
 Gejala:
j) Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika.
 Tanda:
k) Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia
8) Interaksi sosial
 Gejala:
l) Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)
m) Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan perubahan
status kesehatan.
9) Penyuluhan/pembelajaran:
n) Riwayat kanker dalam keluarga
o) Masalah metastase penyakit dan gejala-gejalanya
p) Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan sitostatika.
q) Masalah pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari

B. Diagnosa keperawatan
1) Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial lumen
usus sekunder terhadap proses keganasan usus.
Ditandai dengan:
a) Peningkatan bunyi usus/peristaltik
b) Peningkatan defekasi cair
c) Perubahan warna feses
d) Nyeri/kram abdomen
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien,
status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.
Ditandai dengan:
a) Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus otot
buruk
b) Peningkatan bunyi usus
c) Konjungtiva dan membran mukosa pucat
d) Mual, muntah, diare
3) Ansietas (uraikan tingkatannya) b/d faktor psikologis (ancaman perubahan
status kesehatan, status sosio-ekonomi, fungsi-peran, pola interaksi) dan
rangsang simpatis (proses neoplasma)
Ditandai dengan:
a) Eksaserbasi penyakit tahap akut
b) Penigkatan ketegangan, distres, ketakutan
c) Iritabel

13
4) Koping individu tak efektif b/d intensitas dan pengulangan stesor melampaui
ambang adaptif (penyakit kronis, ancaman kematian, kerentanan individu, nyeri
hebat, sistem pendukung tak adekuat)
Ditandai dengan:
a) Menyatakan ketidakmampuan menghadapi masalah, putus asa, ansietas
b) Menyatakan diri tidak berharga
c) Depresi dan ketergantungan
5) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d
kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.
Ditandai dengan:
a) Mengajukan pertanyaan, meminta informasi atau kesalahan pernyataan
konsep
b) Tidak akurat mengikuti instruksi
c) Terjadi komplikasi/eksaserbasi yang dapat dicegah

C. Intervensi Keperawatan

N SDKI SLKI SIKI


o
1 Ansietas b/d Setelah dilakukan Reduksi Ansietas
kurang terpapar tindakan keperawatan Observasi
informasi dalam jangka waktu a. Identifikasi tingkat ansietas
( D.0080) 2x24 jam Tingkat b. Monitor tanda-tanda ansietas
Ansietas menurun Terapeutik
dengan kriteria: a. Ciptakan suasana terapeutik
unutk menumbuhkan
1. menurun kepercayaan
2. cukup menurun b. Pahami situasi yang membuat
3. sedang ansietas
4. cukup meningkat c. Gunakan pendekatan yang
5. meningkat tenang dan meyakinkan
Edukasi
a. dukungan sosial a. Jelaskan prosedur, termasuk
b. harga diri sensasi yang mungkin dialami
c. kesadaran diri b. Anjurkan mengungkapkan
d. kontrol diri perasaan dan persepsi
e. proses informasi c. Latih kegiatan pengalihan
f. status kognitif untuk mengurangi ketegangan
g. tingkat agitasi Kolaborasi
h. tingkat pengetahuan Kolaborasi pemberian

2 Resiko defisit Setelah dilakukan Observasi


nutrisi b/d tindakan keperawatan 1. monitor asupan dan
kurangnya selama 1x24 jam keluarnya makanan dan
asupan makanan menunjukkan : cairan serta kebutuhan
(D.0032) 1. menurun kalori

14
2. cukup menurun Terapeutik
3. sedang 1. timbang berat badan secara
4. cukup meningkat rutin
5. meningkat 2. diskuskan perilaku makan
a. berat badan dan jumlah aktivitas fisik
b. eliminasi fekal termasuk olahraga yang
c. fungsi sesuai
gastrointestinal 3. lakukan kontak perilaku
d. nafsu makan (mis. target berat badan,
e. perilaku tanggung jawab perilaku)
meningkatkan 4. didampingi kekamar mandi
berat badan untuk pengamatan perilaku
f. status menelan memuntahkan kembali
g. tingkat depresi makanan
h. tingkat nyeri 5. berikan penguatan positif
terhadap keberhasilan target
dan perubahan perilaku
6. beri konsekuensi jika tidak
mencapai target sesuai
kontrak
7. rencanakan pengobatan
untuk perawatan dirumah
(mis. medis, konselng)
Edukasi
1. anjurkan membuat catatan
harian tentang perasaan dan
situasi pemicu pengeluaran
makanan (mis. pengeluaran
yang disengaja, muntah,
aktivitas berlebihan)
2. ajarkan pengaturan diet
yang tepat
3. ajarkan keterampilan koping
untuk menyelesaikan
masalah perilaku makan
kolaborasi
1. kolaborasikan dengan ahli
gizi tentang target berat
badan, kebutuhan kalori dan
pilihan makanan

3 Diare b/d kanker Dalam x 24 jam Observasi


kolon setelah dilakukan 1. Identifikasi penyebab diare
(D.0020) tindakan keperawatan (mis. inflamasi gastrointinal,
klien diharapkan dapat iritasi pastrointinal, proses
menunjukan : infeksi, malabsorbsi, ansietas
stress, efek obat-obatan,
6. menurun pemberian botol susu
7. cukup menurun 2. identifikasi riwayat pemberian
8. sedang makanan

15
9. cukup meningkat 3. identifikasi gejala invaginasi
10. meningkat (mis. tangisan keras, kepucatan
a. tingkat gastrointinal pada bayi)
b. keseimbangan cairan 4. monitor warna volume ,
c. keseimbangan frekuensi, dan konsistensi tinja)
elektrolit 5. monitor tanda dan gejala
d. kontinensia fekal hipovolemia (mis. takikardi,
e. motilitas nadi teraba lemah, tekanan
gastrointinal darah turun, turgor kulit turun,
f. status cairan mukosa bibir kering, CRT
g. tingkat infeksi lambat, BB menurun)
h. tingkat nyeri 6. monitor iritasi dan ulterasi kulit
di daerah perineal
7. monitor jumlah pengeluaran
diare
8. monitor keamanan penyiapan
makanan
Terapeutik
1. berikan asupan cairan oral (mis.
larutan garam gula, oralit,
peadialyte, renalyte)
2. anjurkan jalur intravena
3. berikan cairan intravena (mis.
ringer asetat, ringer laktat) jika
perlu
4. ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah lengkap dan
elektrolit
5. ambil sampel feses untuk kultur
Edukasi
1. Anjurkan makan porsi kecil tapi
sering
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkhodilator, jika perlu

2.5 Implementasi
Tahap implementasi keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan di susun
dan ditujukan pada nursing order untuk membantu klien mendapat tujuan yang
diharapkan. Karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi
factor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.

16
2.6 Evaluasi
Pada data analisa/assessment kita dapat menuliskan beberapa poin-poin sperti
dibawah ini:

a. Tafsirkan dari hasil tindakan yang telah diambil adalah penting untuk menilai
keefektifan asuhan yang diberikan
b. Analisa dari hasil yang dicapai menjadi focus dari penilaian ketepatan tindakan.
c. Kalau criteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat menjadi dasar untuk
mengembangkan tindakan alternative sehingga dapat mencapai tujuan.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Hassan, Isaac., 2006. Rectal carcinoma. Available from www.emedicine.com. Download :


18 Juni 2009)
2. Cirincione, Elizabeth., 2005. Rectal Cancer. Available from www.emedicine.com.
(Download : 18 Juni 2009).
3. Anonim, 2006. Mengatasi Kanker Rektal. Republika online. Available from
www.republika.co.id . (Download : 18 Juni 2009)
4. American Cancer Society, 2006. Cancer Facts and Figures 2006. American Cancer Society
Inc. Atlanta
5. Anonim, 2006. A Patient’s Guide to Rectal Cancer. MD Anderson Cancer
Center,University of Texas.

18

Anda mungkin juga menyukai