Anda di halaman 1dari 22

REVISI MAKALAH

ISLAMISASI DI NUSANTARA
Diajukan untuk Menyelesaikan Tugas Individu pada Mata
Sejarah Sosial Pendidikan Islam

DISUSUN OLEH:
SATRIA WIGUNA, S.Pd.I
NIM : 3003163002
MODERATOR : RAHMANSYAH
PRODI: PENDIDIKAN ISLAM

DOSEN PEMBIMBING:
Prof. Dr. DJA’FAR SIDIK, M.A
Dr. SITI ZUBAIDAH, M.A

PASCASARJANA
UINVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

1
Makalah ini telah tahap revisi dan perbaikan.
BAB I
PENDAHULUAN

Pendekatan sejarah merupakan salah satu hal terpenting dalam memahami dan
mengkaji Islam secara mendalam. Dengan pendekatan sejarah, manusia akan
mengungkap kebenaran-kebenaran yang ada di masa lalu untuk selanjutnya diambil
pengajaran-pengajaran dalam kehidupan yang sekarang ini dan menjaadi pengetahuan
bagi mereka.
Nusantara merupakan kepulauan yang tersebar dari sabang sampai marauke,
nama lain Nusantara itu sendiri ialah Indonesia digunakan sejak awal abad XX.
Masuknya Islam ke Nusantara pada abad ke VII M yaitu melaui jalur perdagangan,
perkawinan, tasawuf, pendidikan, dan politik. Pada masa itu adanya pengaruh budaya
hindu-Budha di Nusantara, sehingga Islamisasi terjadi berawal melalui perdagangan
dari daerah Arab, Persia, dan India yang berhubungan langsung para raja dan
bangsawan. Artinya kedatangan Islam dan Penyebarannya pada umumnya dilakukan
secara damai.
Terbentuknya kerajaan bercorak Islam mempunyai pengaruh yang besar dan
berperan penting, misalnya di Sumatera adanya kerajaan Samudera Pasai yang
pendiri kerajaan adalah
penyebaran
Islam di Nusabtara melalui jalur ulama atau tokoh sufi(tasawuf) yang dikenal dengan
wali songo. Islam tersebar terkhususnya Jawa.
Selanjutnya, Penulis mencoba merumuskan masalah makalah ini, sebagai
berkiut:
1. Apa yang di maksud dengan istilah Islam dan Nusantara?
2. Bagaimana dengan proses Islamisasi di Nusantara?
3. Bagamaimana dengan Kerajaan bercorak Islam ?
4. Gerakan Permbaharuan Islam di Indonesia?

2
Makalah ini telah tahap revisi dan perbaikan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna Islam dan Islamisasi,


1.MaknaIslam
Ada dua cara yang dapat dipergunakan dalam melihat apakah makna Islam,
etimologi dan terminologi. Secara etimologi (bahasa) islam berasal dari bahasa arab,
Islam berasal dari kata aslama-yuslimu-islaman yang berarti patuh, tunduk,
menyerah, selamat.Sedangkan dengan Islam dariakar kata salima yang berarti
selamat, sentosa dan damai. Dari kata salima ini kemudian diubah menjadi kata
aslama yang berarti berserah diri dan masuk dalam kedamaian.1Dalam hal ini senada
dengan Syahrin Harahap bahwa Islam dari bahasa Arab bermakna damai, maksudnya
keyakinan dan perbuatan baik untuk mendapatkan ridhoinya Allah swt . Sesuai
dengan firman allah yang artinya : “Sesungguhnya agama di sisi Allah swt adalah
Islam (tunduk pada kehendaknya). Mereka yang telah diberi kitab tidak akan
berselisish kecuali karena dengki satu sama lain, setelah memperoleh ilmu, dan
barang siapa yang ingkar terhadap tanda-tanda Allah, Allah swt maham cepat dalam
perhitungan.2
Mengenai fitrah beragama didefiniskan sebagai karakteristik individu yang
diciptakan Allah swt yang tidak dapat dipisahkan dari manusia itu sendiri, dapat
ditingkatkan karena usaha dan kehendak bebas manusia atau karena pengaruh
lingkungan (orang tua, sahabat, pelajaran, dan lainnya). Dalam al-quran kata
fitrahdisebutkan Q.S. Ar-rum ayat 30kata fitrahdiartikan dengan ma’rifat al-iman
(pontensi untuk beriman) pada diri manusia yang bersamaan dengan proses
penciptaannya disebutkan pada Q.S.Al-araf:172. dan diperjelaskan lagi dengan hadis
diriwayatkanhadits riwayat bukhori mengenai fitrah, sebagai berikut :

‫كل مؤلود يولد على الفطرة فابوا ي و دانه اؤ ي صرانه ا يمجسانه‬

1
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progresif, 2002), h.
655. lihat juga Nashruddin Razak, Dien al-Islam (Bandung: al-Ma’rif, 1977), h. 56.
2
Lihat Q.S.Al-Imran/3: 19 dan lihat juga Q.S.Al-Maidah/5 : 3

3
Makalah ini telah tahap revisi dan perbaikan.
Artinya : “Apapun yang dilahirkan, semuanya dilahirkan di atas fitrahnya,
maka orang tuanya lah yang membuat yahudi dan nasrani (H.R. Bukhari).3
Menurut terminologi (Istilah) Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya
diwahyukan tuhan kepada manusia melalui Muhammad. Islam pada hakikatnya tidak
hanya mengatur satu sisi kehidupan manusia akan tetapi berbagai sisi dalam
kehidupan manusia tersebut.4 Atau dari konteks Islam, muslim adalah orang yang
memberikan keseluruhan jiwa ragannya kepada Allah swt, maksudnya dari
menyerahkan jiwa raga menujukkan curahan cinta kepada Allah swt atau perubahan
yang menyebabkan orang beriman dan bertaqwa.5KeIslaman seseorang ditandai
dengan syahadatain, pernyataan, persaksian, dan keyakinan sepenuhnya menyembah
dan beribadah kepada Allah swt. Syahadat tidak saja diucapkan tapi harus
dibukuktikan dimana seorang muslim menyatakan kehambannya dan penyembahanya
serta keyakinannya kepada Rasulullah saw melalui rukun Islam terkhususnya shalat
lima waktu.6
Harun Nasution berpendapat bahwa makna Islamditinjau dari segi kebahasaan
berdekatan artinya dengan agama, yaitu menguasai, menundukkan, patuh, hutang,
balasan dan kebiasaan.7 Senada dengan itu Nurcholish Madjid bahwa sikap pasrah
kepada tuhan merupakan hakikat dari pengertian Islam.8
Kesimpulannya bahwa Islam adalah sikap tunduk dan patuh atas perintah
allah swt (bertauhid). Sebab seorang muslim sudah bersaksi atau bersyahadat secara
fitrahnya kepada allah swt seperti yang telah tercantum Q.S.Al-araf:172. Perlu
ditekan kembali hakikat manusia adalah ruh, sudah menjadi konsekuensi
penerapannya untuk menyembah Allah swt. Terlebih lagi manusia diciptakan lebih

3
Imam Bukhari, Shahih Bukhari, (Mesir : Maktabah al-Bab al-Halaby , 1993), h. 96
4
Harun Nasution, Islam Ditijnau Dari Berbagai Aspeknya(Jakarta: UI Press, 2001) h. 7.
5
Syahrin Harahap, Jalan Islam : Menuju Muslim Paripurna ( Jakarta : Prenada Media Group,
2016), h. 19
6
Ibid, h. 22
7
Harun Nasution, Islam Ditijnau Dari Berbagai Aspeknya, h. 3.
8
Nurcholish Madjid, Islam Doktrin Dan Peradaban, Sebuah Telaah Kritis Tentang Masalah
Keimanan, Kemanusiaan Dan Kemodernan (Jakarta: Paramdina: 1992) h. 426.

4
Makalah ini telah tahap revisi dan perbaikan.
mulia dari makhluk lainnya karena manusia dianugerahi dengan akal,nafsu,dan hati
untuk menjadi khalifah/pemimpin di bumi.
Dengan demikian, seorang yang menyatakan dirinya sebagai muslim belum
tentu muslim dalam arti sesungguhnya, jika seseorang berperilaku, bersikap patuh
dan taat kepada allah swt dan mengamalkan ajaran agama yang dibawa oleh nabi.
Sedangkan pendekatan adalah cara pandang, orang juga sering
menyamakannya dengan paradigma, yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang
selanjutnya digunakan untuk memahami agama Islam.9Menurut Abuddin Nata bahwa
ada beberapa pendekatan yang bisa digunakan dalam kajian-kajian ke-Islaman:10
a. Pedekatan Teologis: pendekatan yang menekankan pada bentuk forma atau
simbol-simbol kegamaan yang masing-masing mengklaim dirinya sebagai
yang paling benar.
b. Pendekatan Antropologis: suatu upaya dalam memahami agama dengan cara
melihat wujud praktek keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat.
c. Pendekatan Sosiologis: yakni dengan melihat kepada keadaan masyarakat
lengkap dengan strukturnya, lapisan serta berbagai gejala sosial yang saling
berkaitan.
d. Pendekatan Filosofis: upaya untuk mencari inti, hakekat dan hikmah dalam
memahami sesuatu di balik formanya.
e. Pendekatan Historis: yaitu mempelajari Islam melalui kajian peristiwa masa
lalu dengan melacak kapan peristiwa tersebut terjadi, dimana, prosesnya,
partisipannya. Dengan menggunakan pendekatan sejarah, maka seorang akan
diajak untuk melihat realita yang terjadi dalam masyarakat, baik itu sejalan
dengan ide-ide agama ataupun yang senjang dari ide-ide agama tersebut.
Pendekatan sejarah tidak hanya meneliti peristiwa sukses, tapi juga peristiwa
kegagalan.

9
Mulyanto, Islamisasi Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Pustaka Cidesindo, 2000), h. 51.
10
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003),h.31-51.

5
Makalah ini telah tahap revisi dan perbaikan.
f. Pendekatan Kebudayaan: yaitu penelitian yang dilakukan terhadap
pengamalan agama yang terdapat dalam masyarakat yang diproses oleh
penganutnya dari sumber-sumber agama.
g. Pendekatan Psikologis: dimana dengan pendekatan ini akan diketahui tingkat
keagamaan seseorang, pengamalannya, bahkan dapat digunakan untuk
memasukkan agama ke dalam jiwa seseorang sesuai dengan umur dan
bakatnya.
Pendekatan yang disebutkan di atas merupakan cara atau sudut pandang
dalam memahami makna Islam baik dari teologi, antropologi, sosiologis, filosofis,
historis, kebudayaan, psikologi. Dan penatalaksanaan ajaran Islam memberikan
kejelasan kepada umat Islam tentang berbagai aspek yaitu aspek akidah, aspek
ibadah, aspek akhlak, dan aspek muamalah.
2. Islamisasi
Mengawali dari proses Islamisasi melalui jalur perdagangan, perkawinan,
tasawuf, pendidikan, kesenian, dan politik merupakan cara mengIslamkan di
penduduk Nusantara.
Adapun pengaruh sejarah di Nusantara seperti kepercayaan, adat berasal dari
pra hindu-Budha di mana mempercayai segala macam arwah dan benda-benda yang
disebut dengan animisme dan dinamisme.11 Dan melalui pengaruh peradaban
kerajaan di Nusantara, di Sumatera Barat ada dua Kerajaan terbesar yaitu Kerajaan
Sriwijaya (600-1100 M) beragama Budha dan Kerajaan Majapahit (1292-1527 M)
beragama siwa-Budha, setelah kerajaan Majapahit runtuh muncullah kerjaan-kerajaan
Islam. Lalu kerjaan Samudra Pasai dengan segera berkembang baik dalam bidang
politik maupun perdagangan dan mendapatkan puncak kekuasaanya hingga abad ke
XVI M.Telah disebutkan sesudah bahwa Islam datang ke Nusantara pada abad ke VII
M dengan dibuktikannya makam Fatimah binti

11
Mohamad Guntur Romli, Islam Kita , Islam Nusantara : Lima Dasar Islam Nusantara,
(Tangerang :Publisher Ciputat School, 2016), h. 28
12
Ibid, h.29

6
Makalah ini telah tahap revisi dan perbaikan.
Pada abad ke XIII M di pesisir Aceh terjadinya perdagangan pribumi dengan
pedagang muslim seperti Arab, Persia, dan India. Dengan demikian kerajaan Islam
pertama di Nusantara berdiri di Aceh adalah Samudera Pasai, Pada awal abad ke XV
M masyarakat di malaka semakin meluas dan merupakan kerjaana yang kedua di
Asia Tenggara. Kerjaaan ini cepat berkembang, dan kalah saing dengan kerjaan
Samudra Pasai dari perdagangan, namun setelah malaka jatuh ke portugis, mata
rantau penting beralih ke ceh yaitu kejayaan Samuderai Pasai.13
Pada abad ke XI M di Jawa sudah berlangsungnya proses Islamisasi, namun
pada sejak akhir abad ke XIII M prose islamisasi sudah banyak di temukan makm-
makam muslim. Melihat makam-makam muslim yang terdapat di Majapahit,
dianggap bahwa Islam di Jawa pada mulanya menyabar semasa merosostnya kerjaaan
Hindu-Budha. Lalu Islam menyebar ke pesisir pulau Jawa melalui perdagangan.
Perkembangan Islam di pulau Jawa bersamaan waktunya dengan melemahnya posisi
raja majapahit, hal itu membuat peluang raja-raja Islam pesisir untuk membuat pusat
kekuasaan, di bawah bimbingan sunan Kudus dari walisongo, hingga akhirnya
Demak menggatikan majapahit menjadi Kraton Pusat.14
Islamisi di Sumatera Utara, disekitar kota Medan dan Barus banyak dijumpai
situs makam kuno yang membuktikan agama Islam sudah lama bertapak di daerah
ini. Dengan menganalisis tipologi dan kronologi nisan Aceh, batu nisan di Kota
Rantang, dan Barus, diketahui bahwa proses Islamisasi di sumater utara sejak abad ke
XIII yang pada akhirnya membentuk komunitas politik bercorak Islam yaitu
menculnya kerjaan Haru di kota Rantang, Hamparan Perak.15
Masyarakat Pesisir Timur Sumater Utara telah menerima pengaruh Islam
melalui perkenalannya dengansaudagar dari Arab, Persia, dan India. Islamisasinya
akhirnya membentuk sebuah komunitas politik yang munculnya kerajaan haru. Pada
abad ke XV posisi kekuasaan diraih oleh kerajaan pasai dan malaka, pada masa ini
Islam sudah menyebar Islam ke wilayah pendalaman di hulu Sungai Deli. Memasuki

13
Taufik Abdullah, Sejarah Umat Islam di Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1984),h. 125
14
Ibid, h 73
15
Supriyanto, Islamisasi di Sumatera : Studi Tentang Batu Nisan di Kota Rantang dan Barus,
MIQOT. Vol.XXXVI No 1 Januari-Juni 2012, h. 154

7
Makalah ini telah tahap revisi dan perbaikan.
abad ke XVI sampai XVII agama Islam memasuki wliayah daratan tinggi Karo,
Simalungun, Dairi, dan sebahagian tanah Batak. Islamisasi berjalan bersamaan
dengan Aceh sebagai Islam yang berdominan di Asia Tenggara. Namun Perubahan
kekuatan politik atas serangan Aceh atas Haru menimbulkan perubahan politik.
Kemudian Pada abad ke XVII munculnya Kerajaan Melayu bercorak Islam seperti
Kerajaan Asahan, Langkat, dan Serdang yang menjadi perubahan penyebaran di
Sumatera Utara. Kerajaan ini meninggalkan bukti sejarahnya dari banguna masjid
megah sebagai simbol perkembangan agama Islam di Sumatera Utara.16
Indonesia bagian timur tidak dapat dipisahkan dengan jalur perdagangan lalu
lintas dari jalur Malaka, Jawa, dan Maluku. Sejak abad ke XIV Islam datang ke
daerah Maluku Raja ternate bersahabat dekat dengan Arab. Hal ini menujukkan
bahwa di ternate sudah ada Masyarakat Islam sebelum rajanya masuk Islam. Orang-
orang Islam datang menyebarkan agama Islam memelalui perdagangan, dakwah, dan
perkawainan.17
Kalimatan Timur pertama kali diIslamkan dengan datuk Ri Bandang dan
Tunggang Parangan. Mereka berdua mubaliq datang ke kutai setelah orang-orang
makasar masuk Islam.
Sulawesi, pada abad ke XV sudah didatangi oleh pedagang-pedagang muslim
dari Malaka, Jawa, dan Sumatera. Pada awal abad ke XVI di Sulawesi banyak
kerjaaan yang masih beragama berhala, tapi pada daerah Gowa, sebuah kerajaaan
terkenal telah terdapat masyarakat muslim, Rajanya masuk Islam pada tanggal 22
Desember 1605 H.18 Proses Islamisasi tahap pertama di kerajaan Gowa di lakukan
dengan damai, oleh dato Gowa dan Dato’ Sulaiman keduannya memberikan ajaran
Islam kepada raja dan masyarakat.19
VII M sampai abad ke XV M Islam
adanya peran penyebaran ajaran Islam di Nusantara melalui jalur ulama atau tokoh
sufiyang dikenal dengan wali songo. Islam tersebar terkhususnya Jawa. Walisongo

16
Ibid, h. 172
17
Taufik Abdullah, Sejarah Umat Islam di Indonesia h.25
18
Ibid
19
Ibid

8
Makalah ini telah tahap revisi dan perbaikan.
pertama dibentukan oleh Sultan Turki Muhammad I yang menerima laporan dari
saudagar dari Gujarat (India) bahwa di pulau Jawa jumlah pemeluk agama Islam
sangat sedikit.20
Walisongo diartikan sembilan orang wali. Mereka adalah Maulana Malik
Ibrabim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga,
Sunan Kudus, Sunan Muria, Dan Sunan Gunung Jati. Di masa Walisongo adalah
berakhirnya suasana Hindu-Budha dalam budaya Nusantara, untuk digantikan dengan
kebudayaan Islam. VII M sampai abad ke XV M merupakan wilayah
penyebaran Islam di Jawa Timur (Gresik, Surabaya, dan Lamongan), Jawa tengah
(Demak, Kudus, Muria), Jawa Barat (Cirebon).
Mengutip dari Jurnal dari pendapat Saiful Mustafa ada beberapa tugas-tugas
pokok lain para Walisongo yang menyebarkan agama Islam, di antaranya: Pertama,
Sunan Ampel membuat peraturan-peraturan yang islami untuk masyarakat Jawa.
Kedua, Raja Pandhita di Gresik merancang pola kain batik, tenun lurik dan
perlengkapan kuda. Ketiga, Sunan Majagung mengajarkan mengolah berbagai
macam jenis makanan, lauk-pauk, memperbarui alat-alat pertanian dan membuat
gerabah. Keempat, Sunan Gunung Jati di Cirebon mengajarkan tata cara berdoa dan
membaca mantra, tata cara pengobatan dan tata cara membuka hutan. Kelima, Sunan
Giri membuat tatanan pemerintahan di Jawa, mengatur perhitungan kalender siklus
perubahan hari, bulan, tahun, windu, menyesuaikan siklus pawukon, juga merintis
pembukaan jalan. Keenam, Sunan Bonang mengajar ilmu suluk, membuat gamelan
dan cara mengubah irama gamelan. Ketujuh, Sunan Drajat mengajarkan tatacara
membangun rumah, membuat tandu dan joli. Kedelapan, Sunan Kudus mengajarkan
bagaimana membuat keris, peralatan pande besi, kerajinan emas, juga membuat
peraturan undang-undang hingga sistem peradilan yang diperuntukkan bagi orang
Jawa.21

20
Saiful Mustafa ,Meneguhkan Islam Nusantara : Melacak Akar Epistemologi dan Historis
Islam di Nusantara.Jurnal Episteme. Vol X, No.2 Desember 2015
21
Ibid, h. 425

9
Makalah ini telah tahap revisi dan perbaikan.
B. Makna Nusantara
Menurut Anwar Harjono istilah “Nusantara” merupakan nama lama bagi
kepulauan yang tersebar dari sabang sampai marauke, nama lain Nusantara itu sendiri
ialah Indonesia digunakan sejak awal abad XX.22Istilah nama lainnya dari Nusantara
yaitu nusa artinya pulauantaralain atau seberang yakni pulau-pulau di seberang Jawa.
Artinya Nusanatara bukan Jawa.23Namun menjadi tiga persoalan pokok yaitu berasal
dari mana asal kedatangan Islam, para pembawanya, dan waktu atau tahun
kedatangan Islam ke Nusantara.
Perbedaan dan perdebatan pendapat terjadi oleh sarjana muslim dengan
orientalis yang mengkaji Nusantara, seperti halnya pendapat:
a. Abbas Pulunganbahwa kapan masuk dan siapa pembawa agama Islam ke
Nusantara, belum ada ahli yang memebawanya secara pasti, namun perkiraan
masuk Islam ke Nusantara pada abad ke VII M melalui Perdaganag. Sebagai
kepulauan dan mempunyai hasil bumi yang banyak, maka adanya daya tarik
para pedagang dari berbagi bangsa misalnya bangsa eropa, cina, india, arab,
dan persia. Setelah berkembangnya Islam di Nusantara tumbuhlah kerajaan
yang bercorak Islam memberikan pengaruh di Nusantara.24
b. Menurut Rickles seorang ilmu sejarah di Australia mengemukakan bahwa
penyebaran agama Islam di Indonesia sebagai suatu proses yang sangat
penting, namun ada tidak kejelasan mengenai kapan, mengapa, dan
bagaimana penduduk Indonesia mulai menganut agama Islam, karena
sedikitnya informasi sumber yang diperoleh tentang Islamisasi.25
c. Berbagai teori dan pembahasan yang berusaha menjawab ketiga masalah
pokok ini jelas belum tuntas, tidak hanya kurangnya data yang dapat
mendukung suatu teori tertentu, tetapi juga karena sifat sepihak dari berbagai
teori yang ada. Terdapat kecenderungan kuat, suatu teori tertentu

22
Anwar Harjono, Perjalanan Politik Bangsa, (Jakarta : Gema Insani Press, 1997), h.18
23
Mohamad Guntur Romli, Islam Kita , Islam Nusantara, h. 4
24
Abbas Pulungan, Islam di Kepulauan Nias : Sebuah Pulau terluar di Sumatera Utara, (Medan
:Perdana Publishing, 2016) h. 1
25
M.C. Rickles, Sejarah Indonesia Modern, alih bahasa Dharmono Hardjowidjono (Jokyakarta:
Gajah Mada Universitiy Press, 1991), h.3

10
Makalah ini telah tahap revisi dan perbaikan.
menekankan hanya aspek-aspek khusus dari ketiga masalah pokok, sementara
mengabaikan aspek-aspek lainnya.26
d. Thomas W. Arnold menjelaskan bahwa telah dibawa ke Nusantara oleh
pedagang-pedagang Arab sejak abad pertama hijriah, lama sebelum adanya
catatan sejarah. Pernyataan ini diperkuat dengan adanya perdagangan yang
luas oleh orang-orang Arab dengan dunia timur sejak masa awal Islam.27
e. Adanya tiga teori tentang masuknya Islam ke Nusantara yaitu teori Gujarat,
Teori Makkah, dan Teori Persia.28
Hasil dari seminar yang dilaksanakan di Medan pada tahun 1963, di Banda
Acehpada tahun 1978, dan tanggal 30 september 1980 di Rantau Kuala Simpang,
sepakat bahwa masuknya Islam ke Indonesia langsung dari Arab melalui Aceh, bukan
dari India, dan tidak pula abad XII dan XIII, tetapi pada abad 1 H atau abad VII
Masehi.29
Sebagai pengumpulan data mempastikan luasnya wilayah nusantara
masuknya Islam ke Nusantara, yang meliputi:30
Sumatera dengan pulau sekitarnya :473.605,9 Km2
Kalimatan (bagian Indonesia) : 539.460 Km2
Sulawesi dengan pulau sekitarnya : 189.034.9 Km2
Nusa Tenggara Barat dan Timur : 73.614.5 Km2
Maluku : 114.316.3 Km2
Irian Jaya : 382.140 Km2
Jawa dan Madura : 132.174.1 Km2
Timur-timur : 14.874 Km2
Jumlah : 1.919.443 Km2

26
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan
XVIII , Cet ke III (Bandung: Mizan, 1995), h. 24.
27
Thomas W. Arnold, The Preaching Of Islam, terj (Jakarta: Penernit Widiya, 1981) h. 317-
318.
28
Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah Wacana Pergerakan Islam di Indonesia,
Cet ke III (Bandung: Mizan, 1996), h.74
29
Hasil Seminar atau diskusi mengenai sejarah kedatagan Islam ke Nusantara, lihat juga buku
dari A. Hasymi, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia ,(Bandung: Al-Maarif, 1989)
h. 48-57.
30
Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah Wacana Pergerakan Islam di Indonesia, h.
74

11
Makalah ini telah tahap revisi dan perbaikan.
Dari berbagai pendapat para ahli sejarah di atas dapat disimpulkan dari
beberapa hal, di antaranya: pertama, benar bahwa Islam sudah diperkenalkan dan ada
di Nusantara pada abad pertama Hijrah, akan tetapi proses Islamisasi mengalami
akselarasi (percepatan/perubahan) pada abad ke XII dan XIII M. Ajaran-ajaran Islam
dalam kehidupan sosial penduduk Nusantara terdapat perbedaan dari kereteria
kecilnya pengucapan dua kalimat syahadat, penggunaan nama-nama muslim,
penggunaan aksara arab di batu nisan, atau pengambilan kata/istilah dari pusat dunia
Islam seperti timur tengah dan persia. Kedua, Islam dibawa oleh langsung dari Arabia
melalaui pedagang Arab, tetapi peran para pedagang muslim India tidak dapat
dinafikan, ketiga, pertama sekali Islam diperkenalkan oleh para pedagang kemudian
berkembang pesat setelah kedatagan para sufi sejak abad ke XII.
Proses masuknya Islam di wilayah Nusantara tidak terlepas dari kegiatan
perdagangan. Kedatangan mereka melalui selat malaka yang tumbuh dan berkembang
sebagai salah satu jalur perdagangan internasional.Pala, cengkeh, dan rempah-rempah
berasal dari maluku, diperdagangkan di daerah Jawa dan Sumatera. Pada abad ke I
dan ke VII M pelabuhan di Sumatera dan Jawa di singgahi oleh pedagang dari aceh,
barus, dan palembang di Sumatera, begitu juga pedagang muslim asar Arab, Persia,
da India kepulauan Indonesia pada abad ke I dan ke VII M.31
C. Proses Islamisasi di Nusantara
Dari beberapa peristiwa Islamisasi yang terjadi di nusantara maka secara
umum proses Islamisasi terjadi lewat berbagai jalur, sebagai berikut:
1. Jalur Perdagangan, pada mulanya proses Islamisasi terjadi melalui kontak
antara pedagang dengan pribumi di Indonesia. Pemukiman muslim yang
mereka dirikan di pesisir pantai cepat berkembang karena tingkat ekonomi
mereka rata-rata bertambah baik dengan ikut sertanya goglongan bangsawan
dalam perdagangan.
2. Jalur Perkawinan, ketika jumlah umat Islam semakin bertambah, sementara
penghasilan mereka relatif tinggi, banyak diantara putri pribumi dari keluarga
bangsawan maupun masyarakat tertarik dan ingin menikahi dengan mereka
(para pedagang bangsawan muslim dari arab, eropa, cina, india, dan persia).
Namun sebelumnya menikah, para wanita pribumi di Islamkan.

31
Abbas Pulungan, Islam di Kepulauan Nias: Sebuah Pulan Terluar di Sumatera Utara,
(Medan: Perdana Publishing, 2016), h. 1

12
Makalah ini telah tahap revisi dan perbaikan.
3. Jalur tasawuf, para penyebar Islam, yaitu sufidalam sistem pengajarannya
melakukan adaptasi dengan kepercayaaan-kepercayaan lokal, sehingga Islam
mudah dimengerti dan difahami.
4. Jalur pendidikan, dengan berdirinya lembaga-lembaga pendidikan Islam ini
mempercepat proses Islamisasi. Di lembaga inilah diadakan pengkaderan calon-
calon ulama. Setelah mereka menyelesaikan pendidikan, mereka kembali ke
desannya untuk mendidirkan pesantren, madrsah, merantau, menyebarkan
Islam atau menjadi juru dakwah.
5. Jalur kesenian, memlalui wacana ini, misalnya wayang dalam kesenian jawa
para wali seperti sunan kalijaga selalu mementaskan kesenian ini dengan
menyelipkan pesan-pesan Islam lewat certia Mahabrata dan Ramayana.
6. Jalur politik, dalam jalur politik ini dapat dijumpai di Maluku dan Sulawesi
Selatan. Para penyiar agama Islam setelah berhasil menyebarkan Islam
memelalui kalangan penguasa, raja-raja, kerajaan-kerajaan Islam yang baru
berdiri memperluas wilayah kekuasaannya dengan menaklukkan daerah-daerah
lainnya lalu mengislamkannya.32
Dapat dipahami bahwa agama Islam masuk ke nusantara dari berbagai jalur dan
perkembangannya ditandai dengan adanya perubahan keyakinan atau kepercayaan
dalam bentuk sikap dan tindakan-tindakan sesorang, dalam proses agama dan
berkembangnya melalui :pertama, adanya orang dari luar daerahnya mengenalkan
suatu ajaran agama (sufi) kepada penduduk di Indonesia, kedua adanya diawali
sesorang yang mempunyai posisi, kekuasaan (kerajaan Islam), atau disuatu kawasan
kemudian diperkenalkan ajaran agama itu kepada masyarakatnya, ketiga, adanya
suatu kesengajaan untuk mengenalkan dan mengajak orang atau masyarakat untuk
memeluk dan masuk kepada agama yang dianutnya.keempat, bahwa berawal dari
pusat perekonomian yang pesat melalui perdagangan berahli ke pusat pendidikan ,
dimana ada namanya kerjaan samudra pasai terdapat pesantren yang menjadi pusat
dakwah Islam yang didatangi oleh para ulama sekitar, dan mengirim maulana malik
ibrahim ke jawa.
D. Kerajaan Islam bercorak Islam
Berdirinya kerajaan-kerajaan Islam itu, perkembangan agama Islam di
Indonesia dibagi menjadi tiga fase: pertama, pedagang-pedagang Islam yang singgah

32
Abdul Aziz Thaba, Islam dan Negara dalam Politik Orde Baru, (Jakarta : Gema Insani Press,
1996), h. 122-123

13
Makalah ini telah tahap revisi dan perbaikan.
dipelabuhan Nusantara, Kedeua, adanya komunitas-komunitas Islam di daerah
kepulauan Indonesia, ketiga berdirinya kerajaan-kerajaan Islam.33
Adapun kerajaan Islam di berbagai wilayah sebagai berikut: Kerajaan
Samudera Pasai dan Kerajaan Aceh Darussalam di Sumatera, Kerajaan Demak,
Kerajaan Pajang, Kerajaan Mataram, Kerajaan Cirebon ,Kerajaan Banten di Jawa,
Kerajaan Banjar di kalimatan Selatan, Kerajaan Kutai di Kalimatan Timur, Kerajaan
Maluku di Kalimatan, Kerajaan Gowa-Tallo, Bone, Wajo, Soppeng, dan Luwu di
Sulawesi.34
E. Gerakan Permbaharuan Islam diIndonesia
a. Persatuan Islam
Persatuan Islam (Persis) merupakan organisasi pembaharuan lain yang lahir di
Bandung, dua pendiri persatuan Islam ini adalah haji zamzam dan Muhammad
yunus. Haji zamzan adalah seorang pernah belajar selama tiga setengah tahun di
mekah dan menjadi guru sekembalinya dari bandung, sedangkan Muhammad yunus
adalah memiliki pengetahuan yang luas melalui otodidak, dalam menguasai bahasa
Arab, penyebaran Informasi pembaharuan dari berbagai media seperti Al-Manaar,
(Mesir) dan Al-Munir( Padan), turut melatar belakangi pendidrian Persis.35
Persis mempunyai asumsi-asumsi tertentu tentang keadaan umat Islam yang
dijadikan landasan ideologi adanya upaya pembaharuan di Indonesia, antara lain:36
a. Bahwa umat Islam sejauh ini kurang hati-hati berkenaan dengan kemurnian
ajaran dan pratek keagamannya, sehingga dalam perjalanan sejarah berbagai
inovasi tidak benar ajaran Islam tersebut.
b. Bahwa ajaran Islam haruslah didasarkan atas al-qura’an dan sunah.
c. Pandangan Islam semua orang berkedudukan sama dei hadapan Allah swt,
dan karena itu tidak ada ras, individu, keluarga, atau kelompok yang mengaku

33
Ibid, h. 35
34
Uka Tjandrasasmita, Sejarah Nasional Indonesia III (Jakarta : PN Balai Pustaka, 1984),h. 39
35
Hasan Asari, Modernisasi Islam :Tokoh, Gagasan, danGerakan (Bandung : Cita Pustaka
Media, 2007), h. 203
36
Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di indonesia, (Jakarta : LP3ES, 1988), h. 38-39

14
Makalah ini telah tahap revisi dan perbaikan.
lebih tingga dari yang lain. Kualitas dan ketinggian seorang muslim semata-
mata tergantung pada ketakwaannya.
d. Ajaran Islam merupakan panduan bagi pemikir dan tindakan yang benar.
e. Islam adalah ikatan tertinggi bagi muslim Indonesia, melebih rasa
nasionalisme dan kesetia terhadap tanah air. Bagi persis, nasionalisme
memiliki makna sebagai pendukung isentitas keIslaman.
f. Siapapun yang menyangkal keabsahan ajaran-ajaran Islam dipandang sebagai
orang yang sesat dan musuh, hingga mereka mengubah pendirinya.
Dalam pelaksanaan aktivitas dakwah, Persis merancang dan pelaksanaan
sejumlah aktivitas yang disimpulkan di bawah ini:pertama, Menerbitkan majalah-
majalah guna menyebarkan luas padangan keagamaan Persis. Kedua, melaksanakan
debat dengan pihak-pihak yang berbeda pendapat tentang masalah keagamaan.
Ketiga, melaksanakan tabliqh untuk menyebarkan informasi keIslaman dan program-
program Persis.Keempat, Mengelola Pendidikan formal.
b. Muhammadiyah
Organisasi pembaharuan di Indonesia selanjutnya adalah muhammadiyah
yang didirikan K.H. Ahmad Dahlan pada bulan Nopember 1912. Ahmad dahlan
memperoleh pendidikan di mekah dan kembali ke yogyakarta. Melihat keadaan
bangsa Indonesia yang sedang dijajah oleh belanda dan ia mempunyai pengalaman
pembaharuan berlangsung di Timur Tengah dengan gurunya bernama Syaikh Ahmad
Khatib.37
Melatar belakangi keperihatian Ahamd dahlan terhadap keadaan umat Islam
di Indonesia, antara lain:
a. Kehidupan agama yang tidak murni.
b. Pendidikan agama yang tidak efisin.
c. Kegiatan para misionaris Kristen.
d. Sikap masa bodoh dan bahkan anti agama kalangan inteligensia.
Tujuan awal muhammadiyah adalah pertama, menyebarkan ajaran-ajaran
Nabi Muhammada saw di kalangan pribumi Yogyakarta. Kedua, Meningkatkan

37
Hasan Asari, Modernisasi Islam, h. 213

15
Makalah ini telah tahap revisi dan perbaikan.
kehidupan agama di kalangan anggota-anggotanya. Perkembangan Muhammadiyah
termasuk mengagumkan dari 4.000 anggota dan 29 cabang di tahun 1925
berkembang menjadi memilki 852 cabang dengan 250.000 anggota di tahun
1938.Pada saat itu Muhammadiyah mengelola 1.774 sekolah, 834 Masjid, 31
Perpustakaan umum dan mempunyai lebih 7.000 da’i.38
c. Nahdlatul Ulama
Kelahiran Nahdlatul Ulama (NU) didirikan di Surabaya pada tahun 1914 atas
insiatif K.H. Abdulwahab Hasbullah, K.H. Hasyim Asy’ari, dan bersama Mas
Mansur.39Ada dua pandangan menarik yang dikemukakan para peneliti sehubung
dengan kelahiran NU sebagai akumalasi dari reaksi kaum ulama trandisional
terhadap perkembangan keagamaan saat itu. Secara lebih khusus berkaitan dengan
kegiatan dan pandangan yang disebar luaskan oleh kaum modernis, terutama
Muhamadiyah. Seorang penulis menegaskan bahwa NU “Muncul sebagai protes
terhadap gerakan reformasi, juga dari kebutuhan mempunyai organisasi yang
membela mazhab syafi’i serta menyayangi organisasi Muhammadiyah dan Al-
Irsyad.40
Para pendiri NU, yang terdiri dari para kiai, menjadikan mazhab secara
eksplist sebagai pegangan dan landasan NU. Padangan lainnya mencoba meletakkan
fenomena kelahiran NU pada konteks yang lebih luas dari sekedar konteks
keagamaan. Yusuf, Syam, dan Mas’udi menegaskan bahwa NU “Lahir dari tekad
para ulama untuk memberikan jawaban kepada berbagai masalah yang muncil di
kalangan umat Islam baik yang bersifat keagamaan, pendidikan, dan politik yang
berlingkup nasional maupun antar bangsa.
Menurut Dawam Rahardjo memandang mengenai kelahiran NU terdapat hal-
hal tertentu yang bisa menandai sebuah pergerakan yang dinamis dan modern :
Pertama, masyarakat Islam ketika itu masih relatif tertutup dengan lahir NU telah
berhasil membuka komunikasi dengan dunia luar serta mampu menciptakan
antisipasi terhadap masalah nasional maupun internasional, kedua dengan ciri
38
Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di indonesia, h. 95
39
Hasan Asari, Modernisasi Islam, h.225
40
Ibid

16
Makalah ini telah tahap revisi dan perbaikan.
pendekatan yang luwes NU berhasil mendorong terjadinya proses pembaharuan
dalam usaha-usaha pendidikan Islam memlalui pengaruh para kiai, ketiga, karena NU
memang lahir dari realitas sosial yang ada, sengan senidirinya NU telah memberikan
andilnya yang sangat besar terhadap usaha perawatan dan pengembangan nilai-nilai
nasional dan warisan budaya bangsa, keempat dengan berpedoman para ijma’ dan
Qiyas, selain al-qur’an dan hadis, berarti NU telah meletakkan diri pada alas berpijak
yang rasional.41
Sejarah mencatat bahwa NU kemudian mengalami pertumbuhan yang sangat
pesat di Jawa Timur yang terkenal dengan pesantren-pesantren besarnya merupakan
tempat lahir dan basis organisasi ini. Dari sini NU Menyebar ke seluruh pulau jawa
dan pada tahun 1930 membuka cabang pertama di luar Jawa, yaitu Martapura,
Kalimatan. Pada kongres Malang, dalam tahun 1942 telah berkembang yang pada
dasarnya sebuah organisasi keagamaan (Jam’iyah diniyah)42
Selain NU sebagai organisasi keagamaan , akan tetapi organisasi juga aktif
membina masyarakat Islam di bidang sosial, pendidikan, maupun perekonomian
dalam konteks perjuangan bangsa Indonsia menetang penjajah belanda. Untuk
sepesifik, usaha-usaha NU di awal sejarah mencakup, misalnya pembentukan panitia
waqaf di setiap bidang cabang NU pada tahun 1930. Badan ini berfungsi sebagai
sebagai pengelola harta waqaf umat Islam sebagai kemaslahatan sosial uamt
Islam.43Atas sara K.H. Mahfudz Siddiq, NU mendirikan usaha koperasi (syirkah
Mu’awamanah) di Surabaya, singosari, bangilan, dan Gresik.44
Pembaharuan sistem Pendidikan NU adalah insiatif dari dua orang tokoh :
K.H. Moh. Ilyas dan K.H Abdul Wahid Hasyim (lalu secara berurutan keponakan dan
anak K.H. Hasyim Asy’ari, ketua umum pertama NU). Mph. Ilyas lah, dengan
persetujuan Hasyim Asyari yang memasukkan pelajaran umum ke pesantren
Tebuireng. Seperti mencakup aksara latin, sistem pengajaran bahasa Arab juga

41
Slamet Efendi Yusuf, Dinamika Kaum Santri : Menelusuri Jejak & Pergolakan Internal NU
( Jakarta : Rajawali, 1983), h. 6-9
42
Ibid, h. 34
43
Ibid, h. 35
44
Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di indonesia, h252-253

17
Makalah ini telah tahap revisi dan perbaikan.
mengalami perubahan serius. Meskipun pada mulanya upaya reformasi pendidikan
ini mendapatkan tantangan berat pada tahun 1920 dan 1930 Tebuireng adalah
pesantren termansyhur di tanah air dan mengasuh sekitar 6.000 santri.45 Dan pada
tahun 1930 NU mulai merintis pendidikan madrasah-madrasah sistem klasik, pada
tahun 1940 mulai membuka sekolah menegah pertama dan atas.46
d. Al-Jam’iyatul Washiliyah
Membandingkan organisasi sosial keagamaan lain, semacam Nadhatul Ulama,
Muhammadiyah, Syarekat Islam. Al-Jam'iyatul Washiliyah yang didirikan di Medan
pada 1930.Berdirinya Al-Jam'iyatul Washiliyah tidak tergantung pada seorang tokoh
sentral sebagimana halnya Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah, Hasyim Asy’ari
dengan NU, atau Ahmad soorkati dengan Al-Irsyad.
Pendirian dan pertembuhan awalAl-Jam'iyatul Washiliyah merupakan hasil
upaya bersama beberapa orang dengan peran dan keistimewaannya masing-masing.
Seperti Syek Muhammad Yunus adalah tokoh yang di anggap pendiri Al-Jam'iyatul
Washiliyah, lalu ada Abdurarahman Syihab47 adalah tokoh lain yang merikutmen
anggota : Arsyad Talib, Lubis adalah ulama Al-Jam'iyatul Washiliyah dengan ilmu
pengetahuan agama Islam yang sangat mendalam, sementara Udin Syamsuddin
adalah adimistrastor dan ahli manajemennya.48Oraganisasi ini berkaitan dengan
memelihara hubungan manusia dengan tuhan, hubungan sesama manusia, antar suku,
antar bangsa, dan lainnya.
Kegiatan Utama Al-Jam’iyatul Washliyah yang disusun pada masa awal
berdirinya mencakup :
a. Tabliq (ceramah agama)
b. Tarbiyah (pendidikan)
c. Pustaka atau penerbitan

45
Hasan Asari, Modernisasi Islam, h.229
46
Ibid, h.230
47
Abdurarahman Syihabmemberikan gambaran umum dakwah di propinsi Sumatera Utara,
termasuk kiprah Al-Jam’iyatul Washiliyah dalam prosesnya. Lihat juga, A.Jalil Muhammad dan
Abdullah, Sejarah Da’wah Islamiyah dan Perkembangannya di Sumatera, (Medan: Majelis Ulama
Sumatera Utara, 1983)
48
Ibid, h.230

18
Makalah ini telah tahap revisi dan perbaikan.
d. Fatwa , penyiaran
e. Urusan anggota
f. Tolong menolong.49
Majelis-majelis tabliqh, yaitu majelis yang mengurus kegiatan dakwah Islam
dalam bentuk ceramah, Majelis tarbiyah, yaitumengurus masalah pendidikan dan
pengajaran, majelis studies yaitu fonds majelis yang mengurus beasiswa untuk
pelajar-pelajar di luar negeri, majelis fatwa yaitu majelis yang mengeluarkan fatwa
mengenai masalah sosial yang belum jelas status hukumnya bagi masyarakat, majelis
Hazanatul Islamiyah yaitu yang mengurus dana bantuan dana sosial untuk anak yatim
piatu dan fakir miskin, dan majelis penyiaran Islam di daerah Toba.
Lembaga pendidikan pertama sebagai hasil kerja majelis tarbiyah, baru berdiri
pada tahun 1932 di daerah petisah, medan, maktab Djam’iatoel Washliah, demikian
nama lembaga ini, sudah ditata dengan sistem klasikal, dan kurikulumnya terlihat
adanya orientasi kepada pendidikan Moderen.

49
Ibid, h.230lihat Hasanuddin , Al-Jam’iyatul Washiliyah, h. 77-78

19
Makalah ini telah tahap revisi dan perbaikan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Islam adalah sikap tunduk dan patuh atas perintah allah swt (bertauhid). Sebab
seorang muslim sudah bersaksi atau bersyahadat secara fitrahnya kepada allah swt
seperti yang telah tercantum Q.S.Al-araf:172. Perlu ditekan kembali hakikat manusia
adalah ruh, sudah menjadi konsekuensi penerapannya untuk menyembah Allah swt.
Sejarah menyebutkan bahwa adanya pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di
masa kerjaan sriwijaya dan majapahit. Maka masuknya Islam ke
Nusantaraberlangsung dari Arab melalui Aceh, bukan dari India, dan tidak pula abad
XII dan XIII, tetapi pada abad 1 H atau abad VII Masehi. Dan Proses Islamisasi di
Nusantar dengan jalar perdagangan, perkawainan, pendidikan, tasawuf /sufi, politik.
Adapun kerajaan Islam di berbagai wilayah Nusantara sebagai berikut:
Kerajaan Samudera Pasai dan Kerajaan Aceh Darussalam di Sumatera, Kerajaan
Demak, Kerajaan Pajang, Kerajaan Mataram, Kerajaan Cirebon ,Kerajaan Banten di
Jawa, Kerajaan Banjar di kalimatan Selatan, Kerajaan Kutai di Kalimatan Timur,
Kerajaan Maluku di Kalimatan, Kerajaan Gowa-Tallo, Bone, Wajo, Soppeng, dan
Luwu di Sulawesi. Namun tidak boleh dilupakan peran ulama yaitu walisongo dalam
Islamisasi di Nusantara, terkhusus di Jawa.
Di Indonesia, adanya pergerakan pembaharuan yang ada hubungkan dengan
Islam di anataranya Persatuan Islam, Muhammadiyah, Nadhatul Ulama, Al-
Jam’iyatul Washiliyah.

20
Makalah ini telah tahap revisi dan perbaikan.
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Harun .Islam Ditijnau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI Press, 2001.
Harahap, Syahrin .Jalan Islam : Menuju Muslim Paripurna, Jakarta : Prenada Media
Group, 2016.
Madjid, Nurcholish.Islam Doktrin Dan Peradaban, Sebuah Telaah Kritis Tentang
Masalah Keimanan, Kemanusiaan Dan Kemodernan
Mulyanto, Islamisasi Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Pustaka Cidesindo, 2000.
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003.
Guntur Romli,MohamadIslam Kita , Islam Nusantara : Lima Dasar Islam Nusantara,
Tangerang :Publisher Ciputat School, 2016.
Abdullah, Taufik.Sejarah Umat Islam di Indonesia , Jakarta: Balai Pustaka, 1984.
Supriyanto, Islamisasi di Sumatera : Studi Tentang Batu Nisan di Kota Rantang dan
Barus, MIQOT. Vol.XXXVI No 1 Januari-Juni 2012.
Mustafa,Saiful Meneguhkan Islam Nusantara : Melacak Akar Epistemologi dan
Historis Islam di Nusantara.Jurnal Episteme. Vol X, No.2 Desember 2015
Harjono, Anwar.Perjalanan Politik Bangsa, Jakarta : Gema Insani Press, 1997.
Abbas Pulungan, Islam di Kepulauan Nias : Sebuah Pulau terluar di Sumatera
Utara, Medan :Perdana Publishing, 2016.
M.C. Rickles, Sejarah Indonesia Modern, alih bahasa Dharmono Hardjowidjono,
Jokyakarta: Gajah Mada Universitiy Press, 1991.
Azra, Azyumardi.Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad
XVII dan XVIII , Cet ke III, Bandung: Mizan, 1995.
Thomas W. Arnold, The Preaching Of Islam, terj , Jakarta: Penernit Widiya, 1981.
Mansur Suryanegara, Ahmad.Menemukan Sejarah Wacana Pergerakan Islam di
Indonesia, Bandung: Mizan, 1996.
Abbas Pulungan, Islam di Kepulauan Nias: Sebuah Pulan Terluar di Sumatera
Utara,Medan: Perdana Publishing, 2016.
Abdul Aziz Thaba, Islam dan Negara dalam Politik Orde Baru, Jakarta : Gema
Insani Press, 1996.
Uka Tjandrasasmita, Sejarah Nasional Indonesia III , Jakarta : PN Balai Pustaka,
1984.
Asari,Hasan.Modernisasi Islam :Tokoh, Gagasan, danGerakan, Bandung : Cita
Pustaka Media, 2007.
Noer, Deliar .Gerakan Moderen Islam di indonesia, Jakarta : LP3ES, 1988.
Efendi Yusuf,Slamet.Dinamika Kaum Santri : Menelusuri Jejak & Pergolakan
Internal NU ( Jakarta : Rajawali, 1983.

21
Makalah ini telah tahap revisi dan perbaikan.
22
Makalah ini telah tahap revisi dan perbaikan.

Anda mungkin juga menyukai