OLEH :
2. Kemasan Mirip
No. NAMA OBAT
1 Histapan Heptasan
2 Bio ATP Pehavral
3 Tomit Tab Trifed Tab
4 Omeprazole inj Ceftizoxime inj
5 Rhinos sirup Rhinofed sirup
6 Tilflam tab Vaclo tab
7 Ubesco tab Imesco tab
8 Ikalep sirup Lactulac sirup
9 Iliadin drop Iliadin spray
10 Mertigo tab Nopres tab
(Rusli, 2018)
III. Obat Emergensi
Obat emergensi adalah obat yang pengelolaannya termasuk dalam kategori
kewaspadaan tinggi. Dalam upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien,
rumah sakit wajib memiliki sediaan farmasi dan alat kesehatan yang dapat
digunakan dalam penanganan kasus emergensi. Sediaan emergensi yang dimaksud
adalah obat-obat yang bersifat life saver (obat yang digunakan untuk kondisi
kegawatdaruratan) atau life threatening beserta alat kesehatan yang mendukung
kondisi emergensi (Rusli, 2018). Berikut ini merupakan contoh obat emergensi.
No. Nama Obat
1 Diazepam inj 5mg/ml
2 Deksametahason inj 5mg/ml
3 Difenilhydramin HCl inj 10mg/ml
4 Dextrose infuse 5%
5 Efinefrin (adrenalin) inj 0,1%
6 NaCl infuse 0,9%
7 Stesolid rectal 5mg/ml
8 Ringer Laktat infuse
9 Lidocain inj
10 Heparin Inj
11 Dopamin inj
12 Atropin Sulfat inj
13 Aminofilin inj
14 Luminal inj
15 Magnesium Sulfat inj
16 Morfin inj
17 Furosemida inj
(Rusli, 2018)
Daftar BMHP
LASA
LASA LASA
HIGH
ALERT
VI. MANAJEMEN RESIKO PERBEKALAN KEFARMASIAN
Manajemen risiko merupakan aktivitas pelayanan kefarmasian yang
dilakukan untuk identifikasi, evaluasi, dan menurunkan risiko terjadinya
kecelakaan pada pasien, tenaga kesehatan dan keluarga pasien, serta risiko
kehilangan dalam suatu organisasi. Dalam pelaksanaan standar pelayanan
kefarmasian di rumah sakit, Apoteker bertanggung jawab menerapkan manajemen
risiko terutama dalam upaya meningkatkan patient safety (keselamatan pasien).
Dalam upaya pengendalian risiko, praktek konvensional farmasi telah berhasil
menurunkan biaya obat namun belum mampu menyelesaikan masalah sehubungan
dengan penggunaan obat. Pesatnya perkembangan teknologi farmasi yang
menghasilkan obat baru juga membutuhkan perhatian akan kemungkinan terjadinya
risiko pada pasien (Kemenkes RI, 2019).
Manajemen risiko bertujuan untuk meningkatkan mutu layanan,
meningkatkan keselamatan pasien dan meminimalkan kerugian. Manfaat adanya
manajemen risiko bagi pasien yaitu mendapatkan pelayanan yang bermutu dan
meningkatnya keselamatan. Sedangkan manfaat bagi rumah sakit yaitu
perlindungan reputasi dan kepercayaan, mengurangi komplain dan tuntutan serta
menghindari kerugian finalsial (Kemenkes RI, 2019).
Tahapan dalam manajemen risiko yaitu
1. Identifikasi Risiko
Risiko dapat diidentifikasi dari berbagai sumber antara lain: Laporan
medication error, komplain, hasil audit, hasil survey, capaian indikator, Medical
Record Review, hasil ronde/tracer, FMEA (Failure Mode and Effect Analysis),
RCA (Root Cause Analysis). Risiko dapat dikelompokkan menjadi risiko
eksternal serta risiko internal, dimana risiko internal lebih dapat dikendalikan
dibandingkan risiko eksternal. Contoh risiko internal: organisasi, SDM, Fasilitas
dan sarana.
Contoh Identifikasi Risiko pada pengelolaan sediaan farmasi yaitu :
a. Ketidaktepatan perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai selama periode tertentu
b. Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai tidak melalui jalur resmi
c. Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang belum/tidak teregistrasi
d. Keterlambatan pemenuhan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
e. Kesalahan pemesanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai seperti spesifikasi (merek, dosis, bentuk sediaan)
dan kuantitas
f. Ketidaktepatan pengalokasian dana yang berdampak terhadap
pemenuhan/ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai
g. Ketidaktepatan penyimpanan yang berpotensi terjadinya kerusakan dan
kesalahan dalam pemberian
h. Kehilangan fisik yang tidak mampu telusur
i. Pemberian label yang tidak jelas atau tidak lengkap
j. Kesalahan dalam pendistribusian
(Kemenkes RI, 2019)
Contoh Identifikasi Risiko pada pelayanan farmasi klinik yaitu :
a. Faktor risiko yang terkait karakteristik kondisi klinik pasien Faktor
risiko yang terkait karakteristik kondisi klinik pasien akan berakibat
terhadap kemungkinan kesalahan dalam terapi. Faktor risiko tersebut
adalah umur, gender, etnik, ras, status kehamilan, status nutrisi, status
sistem imun, fungsi ginjal, fungsi hati.
b. Faktor risiko yang terkait terkait penyakit pasien Faktor risiko yang
terkait penyakit pasien terdiri dari 3 faktor yaitu: tingkat keparahan,
persepsi pasien terhadap tingkat keparahan, tingkat cidera yang
ditimbulkan oleh keparahan penyakit.
c. Faktor risiko yang terkait farmakoterapi pasien Faktor risiko yang
berkaitan dengan farmakoterapi pasien meliputi: toksisitas, profil reaksi
Obat tidak dikehendaki, rute dan teknik pemberian, persepsi pasien
terhadap toksisitas, rute dan teknik pemberian, dan ketepatan terapi.
(Kemenkes RI, 2019)
2. Analisis Risiko
Menganalisa Risiko Analisa risiko dapat dilakukan kualitatif, semi
kuantitatif, dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan
memberikan deskripsi dari risiko yang terjadi. Pendekatan kuantitatif
memberikan paparan secara statistik berdasarkan data sesungguhnya
(Kemenkes RI, 2019).
3. Evaluasi Risiko
Membandingkan risiko yang telah dianalisis dengan kebijakan pimpinan
Rumah Sakit (contoh peraturan perundangundangan, Standar Operasional
Prosedur, Surat Keputusan Direktur) serta menentukan prioritas masalah
yang harus segera diatasi. Evaluasi dapat dilakukan dengan pengukuran
berdasarkan target yang telah disepakati (Kemenkes RI, 2019).
4. Pengendalian terjadinya Risiko
Pengendalian risiko dilakukan dengan cara:
a. Melakukan sosialisasi terhadap kebijakan pimpinan Rumah Sakit
b. Mengidentifikasi pilihan tindakan untuk mengatasi risiko
c. Menetapkan kemungkinan pilihan (cost benefit analysis)
d. Menganalisa risiko yang mungkin masih ada
e. Mengimplementasikan rencana tindakan, meliputi menghindari risiko,
mengurangi risiko, memindahkan risiko, menahan risiko, dan
mengendalikan risiko
(Kemenkes RI, 2019)
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI, 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 8
Tahun 2013 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Obat Dengan
Prosedur E-Purchasing Berdasarkan E-Catalogue, Jakarta, Peraturan
Menteri Republik Indonesia.
Kemenkes RI, 2019, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2019 Tentang Perencanaan dan Pengadaan Obat berdasarkan
Katalog Elektronik, Jakarta, Peraturan Menteri Republik Indonesia.
Menkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 63
Tahun 2014 tentang Pengadaan Obat Berdasarkan Katalog Elektronik (E-
Catalogue). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Menkes RI. 2019. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Menkes RI. 2019. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/813/2019 Tentang Formularium Nasional. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Permenkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Presiden RI. 1997. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997
tentang Psikotropika. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian
dan Alat Kesehatan.
Rusli. 2016. Bahan Ajar Farmasi: Farmasi Klinik. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Rusli. 2018. Bahan Ajar Farmasi Klinik. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.