Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PSIKOLOGI AGAMA
“Kriteria Orang Yang Matang Beragama”

DOSEN PENGAMPU :
Abd. Hamid, S. Pd, I., M. Pd. I

Kelompok : 6 (Enam )
Indah Sari
Anggraini
Faturrahman

Pendidikan Agama Islam


Semester : VI A
YAYASAN PENDIDIKAN DAN AMAL SOSIAL AN-NADWAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AN - NADWAH KUALA TUNGKAL
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji sukur kepada Allah swt yang telah memberikan kesehatan kepada kami
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Psikologi Agama yang berjudul
"Kriteria Orang yang Matang Beragama”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu
penulis meminta kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun, itu
selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Bapak Abd. Hamid, S. Pd.
I. M. Pd. I yang telah memberikan referensi serta masukan sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG………………………………………………. . .1
B. RUMUSAN MASALAH……………………………………………. .1
C. TUJUAN……………………………………………………………....1

BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KEMATANGAN BERGAMA.....................................2
B.CIRI-CIRI ORANG YANG MATANG BERAGAMA..........................4
C.KRITERIA ORANG YANG MATANG BERAGAMA.........................7

BAB III PENUTUP


1. KESIMPULAN………………………………………............................8
2. SARAN………........................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemampuan seseorang untuk mengenali atau memahami nilai agama


yang terletak pada nilai-nilai luhurnya serta menjadikan nilai-nilai dalam
bersikap dan bertingkah laku merupakan ciri kematangan beragama.
Sedangkan thoriqot adalah suatu jalan untuk mendekatkan diri kepada
Allah. Tentunya dalam sebuat thoriqot ini mempunyai ajaran tersendiri
yang mana akan berpengaruh pada ketaatan dalam menjalankan agama,
karena inti dari thoriqot adalah menjalankan ajaran yang kemudian
akan berpengaruh pada ketaatan dalam menjalankan agamanya
(kematangan beragama), selai itu juga akan berimbas pada sikap
keberagamaan seseorang.
Untuk menjadi menjadi pribadi yang matang dalam beragama banyak
faktor yang menyebabkannya, ajaran dalam thoriqot salah satu yang
menjadikan seseorang matang dalam beragama. Untuk lebih jelasnya dapat
dibaca dalam penjelasan dibawah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu kematangan beragama ?
2. Apa saja ciri-ciri kematangan beragama ?
3. Bagaimana kriteria orang yang matang beragama ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kematangan beragama
2. Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri orang yang matang beragama
3. Untuk memahami kriteria orang yang matang beragama
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kematangan Beragama

Manusia mengalami dua macam perkembangan yaitu


perkembangan jasmani dan rohani. Perkembangan jasmani diukur
berdasarkan umur kronologis. Puncak perkembangan jasmani yang dicapai
manusia disebut kedewasaan, sebaliknya perkembangan rohani diukur
berdasarkan tingkat kemampuan (abilitas). Pencapaian tingkat abilitas
tertentu bagi perkembangan rohani disebut istilah kematangan (maturity) 14
atau dapat juga diartikan bahwa kematangan adalah satu keadaan yang
menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai akibat daripertumbuhan dan
perkembangan fisik1

Menurut Hafi Anshari dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar


Ilmu Jiwa Agama” sebagaimana dikutip oleh Sururin, kematangan
beragama biasanya ditunjukan dengan kesadaran dan keyakinan agama
yang teguh karena menganggap benar akan agama yang dianutnya dan ia
memerlukan agama dalam hidupnya. Apabila kematangan beragama
telah ada pada diri seseorang, segala perbuatan dan tingkah laku
keagamaannya senantiasa dipertimbangkan betul-betul dan dibina atas rasa
tanggung jawab, bukan atas dasar peniruan dan sekedar ikut-ikutan saja2.

Ada beberapa kemungkinan yang mengawali perkembangan


kematangan beragama. Antara lain kebutuhan fisik ekstrem yang mendorong
individu untuk mencari dan meramalkan arti dari kematangan beragama
sebagai proses pencarian makna kebenaran.

1
Jalaludin, Psikologi Agama (Jakarta: PT Raja Gravindo Persada,2012) hal. 123
2
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya ( Jakarta, Rineka Cipta, 1995 ), hal.115
Namun, jika agama berkembang dari kebutuhan manusia seharusnya
akan ada kematangan ekspresi, sebagai contoh, ekspresi intelektual agama
ditunjukkan oleh minat dalam teologi yang dapat memeperkuat keinginan
untuk menjalankan salah satu ajaran agama. Konsep-konsep kematangan dari
sifat Tuhan dapat memenuhi kebutuhan kematangan beragama orang dewasa.
Rasa ingin tahu tentang misteri keberadaan-Nya akan meningkatkan rasa
percaya dengan adanya pengalaman mistik.
Untuk dapat menentukan kematangan beragama, ada dua cara.
Pertama, dari sudut pandang individu dapat kita anggap sebagai titik
tertinggi perkembangan kematangan keberagamaan yang mungkin berbeda
antara satu individu dengan individu yang lain. Kedua, perkembangan
keagamaan dijadikan sebagai konsep ideal yang dapat diukur dan
dibandingkan.
Kematangan beragama tidak terjadi secara tiba-tiba karena tingkat
kematangan beragama merupakan suatu perkembangan individu yang
memerlukan waktu. Perilaku keagamaan yang dibina dengan kebiasaan
sejak kecil, biasanya akan senantiasa hidup dalam kehidupan seseorang,
sehingga untuk menyempurnakan kebiasaan tersebut diperlukan suatu
pengertian dan pemahaman yang mendalam dan betul-betul diyakini
kebenarannya. Ini dapat dijadikan sebagai landasan membuat kebiasaan baru
yang lebih stabil dan bisa dipertanggungjawabkan serta memiliki
kedewasaan beragama.
Menurut James Wiliams agama adalah perasaan dan pengalaman dari
insan secara individual yang menganggap bahwa mereka berhubungan dengan
apa yang dipandang sebagai Tuhan.3
Kemampuan seseorang untuk mengenali atau memahami nilai agama yang terletak
pada nilai-nilai luhurnya serta menjadikan nilai-nilai dalam bersikap dan bertingkah

3
Sururin, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 94.
laku merupakan cirri kematangan beragama.4 Dari beberapa pendapat tokoh diatas
maka bisa di simpulkan bahwa kematangan beragama adalah kemampuan seseorang
dapat terhubung dengan Tuhannya serta menjadikan ajaran dari Tuhannya sebagai
dasar motivasi dalam setiap tindakannya.

B. Ciri-ciri dan Sikap Keberagamaan

Dalam bukunya The Varieties Of Religious Experience, William James


menilai secara garis besar sikap dan prilaku keagamaan itu dapat dikelompokkan
menjadi dua tipe, yaitu tipe orang yang sakit jiwa dan tipe orang yang sehat
jiwa. Kedua tipe ini menunjukkan perilaku dan sikap keagamaan berbeda :

1. Tipe Orang yang Sakit Jiwa


Menurut William James, sikap keberagamaan orang yang sakit jiwa
ini ditemui pada mereka yang pernah mengalami latar belakang kehidupan
keagamaan yang terganggu. Maksudnya orang tersebut meyakini suatu
agama dan melaksanakan ajaran agama tidak didasarkan atas kematangan
beragama yang berkembang secara bertahap sejak usia kanak-kanak
hingga menginjak usia dewasa seperti lazimnya yang terjadi pada
perkembangan secara normal. Mereka meyakini suatu agama dikarenakan
oleh adanya penderitaan batin antara lain mungkin diakibatkan oleh
musibah, konflik batin ataupun sebab lainnya yang sulit diungkapkan secara
ilmiah. Latar belakang itulah yang kemudian menyebabkan perubahan
sikap yang mendadak terhadap keyakinan agama.5

Faktor intern yang diperkirakan akan menjadi penyebab dari timbulnya


sikap keagamaan yang tidak lazim adalah :6 Temperamen, gangguan jiwa, jauh
dari tuhan , keraguan dan konflik.

4
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama(Jakarta: Bulan Bintang,1996) hal. 18
5
Jalaludin, Psikologi Agama,… hal. 125
6
Jalaludin, Psikologi Agama,… hal. 127
Faktor ekstern yang diperkirakan akan menjadi penyebab dari
timbulnya sikap keagamaan yang tidak lazim adalah 7:
1) Musibah
2) Kejahatan
Adapun ciri-ciri tindak keagamaan mereka yang mengalami kelainan
kejiwaan itu umumnya cenderung menampilkan sikap sebagai berikut 8:
a. Pesimis
Dalam mengamalkan ajaran agama mereka cenderung bersikap pasrah diri
kepada nasib yang telah mereka terima. Penderitaan yang mereka alami
menyebabkan peningkatan ketaatannya.

b. Intovert
1) Sifat pesimis membawa mereka untuk bersikap objektif. Segala marabahaya
dan penderitaan selalu dihubungkannya dengan kesalahan diri dan dosa
yang telah diperbuat.
2) Menyenangi paham yang ortodoks
Sebagai pengaruh sifat pesimis dan introvert kehidupan jiwanya menjadi
pasif. Hal ini lebih mendorong mereka untuk menyenangi paham keagamaan
yang lebih konservatif dan ortodoks.
3) Mengalami proses keagamaan secara non-graduasi
Proses timbulnya keyakinan terhadap ajaran agama umumnya tidak
berlangsung melalui prosedur yang biasa. Tindak keagamaan yang mereka
lakukan didapat dari proses pendadakan dan perubahan secara tiba-tiba.

7
Rohmalina Wahab, Psikologi Agama, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2015), hal. 158
8
Ibid.hal159
2. Ciri – ciri dan Agama orang yang Sehat Jiwa
Ciri dan sifat agama pada orang yang sehat jiwa menurut W. Starbuck
yang dikemukakan oleh W. Houston Clark dalam bukunya Religion
Psychology adalah9:
a. Optimis dan gembira
Orang yang sehat jiwa menghayati segala bentuk ajaran agama dengan
perasaan optimis.
b. Ektrovet dan tak mendalam

Sikap optimis dan terbuka yang dimiliki orang yang sehat jasmani ini
menyebabkan mereka mudah melupakan kesan-kesan buruk dan luka hati
yang tergores sebagai ekses agamis tindakannya
c. Menyenangi ajaran ketauhidan yang liberal
Sebagai pengaruh kepribadaian yang ekstrovet maka mereka cenderung :
 Menyenangi teologi yang luwes dan tidak kaku.
 Menunjukkan tingkah laku keagamaan yang lebih bebas.
 Menekankan ajaran cinta kasih dari pada kemurkaan dan dosa.
 Mempelopori pembelaan terhadap kepentingan agama secara sosial.
 Tidak menyenangi implikasi penebusan dosa dan kehidupan kebiaraan.
 Bersifat liberal dalam menafsirkan pengertian ajaran agama.
 Selau berpandangan positif.

d. Berkembang secara graduasi.


Walaupun keberagamaan orang dewasa ditandai dengan keteguhan dalam
pendirian serta ketetapan dalam kepercayaan baik dalam bentuk positif maupun
negatif, namun dalam kenyataan yang ditemui banyak juga orang dewasa yang
berubah keyakinan dan kepercayaan. Perubahan tersebut bisa saja ke arah acuh

9
Rohmalina Wahab, Psikologi Agama,…hal. 158
tak acuh terhadap agama atau ke arah ketaatan terhadap agama.10

Sikap keberagamaan seseorang memang ada 2 faktor yang mempengaruhi


namun setiap orang berbeda-beda yang paling berpengaruh terhadap sikap
keberagamaan bisa jadi faktor yang paling berpengaruh adalah faktor internal, faktor
eksternal maupun kedua faktor itu saling berpengaruh terhadap sikap keberagamaan
seseorang.11

C. Kriteria Kematangan Beragama


Kriteria Orang yang Matang Beragama yang dikateorikan oleh Al- Qur'an cukup
bervariasi. Seperti pada sepuluh ayat pertama pada Surah Al-Mu'minun dan bagian
akhir dari Surah Al-Furqan, disana di sebutkan kriteria orang yang matang beragama
antara lain :
 Mereka yang khusyu' shalatnya
 Menjauhkan diri dari (perbuatan- perbuatan) tiada berguna
 Menunaikan zakat
 Menjaga kemaluannya kecuali kepada isteri-isteri yang sah Jauh dari perbuatan
melampaui batas (zina, homoseksual, dan lain- lain)
 Memelihara amanat dan janji yang - dipikulnya
 Memelihara shalatnya (QS. Al- Mu'minun : 1 - 10)
 Suka bertaubat
 Tidak memberi - persaksian palsu dan jauh dari perbuatan sia-sia
 Memperhatikan Al-Qur'an, bersabar, dan mengharap keturunan yang bertaqwa
(QS. Al- Furqan : 63 - 67)

10
Rohmalina Wahab, Psikologi Agama,…hal. 158
11
Ibid, hal. 159
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
 kematangan beragama adalah kemampuan seseorang dapat terhubung dengan
Tuhannya serta menjadikan ajaran dari Tuhannya sebagai dasar motivasi dalam
setiap tindakannya.
 Ciri-ciri orang yang matang dan sehat dalam beragama antara lain :
o Optimis dan gembira
o Ektrovet dan tak mendalam
o Menyenangi ajaran ketauhidan yang liberal
o Berkembang secara graduasi

 Kriteria orang yang matang beragama


o Mereka yang khusyu' shalatnya
o Menjauhkan diri dari (perbuatan- perbuatan) tiada berguna
o Menunaikan zakat Menjaga kemaluannya kecuali kepada isteri-isteri yang sah
Jauh dari perbuatan melampaui batas (zina, homoseksual, dan lain- lain)
o Memelihara amanat dan janji yang - dipikulnya Memelihara shalatnya (QS. Al-
Mu'minun : 1 - 10)
o Suka bertaubat
o Tidak memberi - persaksian palsu dan jauh dari perbuatan sia-sia
o Memperhatikan Al-Qur'an, bersabar, dan mengharap keturunan yang bertaqwa
(QS. Al- Furqan : 63 - 67)

B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat kita, terutama dalam memahami
tentang kematangan beragama. Namun kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, baik dari segi bahasa, sistematika penulisan, dan lain
lain. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca.
Kami mohon maaf atas semua kekurangan dan keterbatasan. Terima kasih
atas kerjasama dan saran dari pembaca semua. Wassalam
DAFTAR PUSTAKA

Drajat, Zakiah. 1996. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang


Jalaludin. 2012. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta
Sururin. 2004. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada
Wahab, Rohmalina. 2015. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada

Anda mungkin juga menyukai