Anda di halaman 1dari 17

Memahami pentingnya Keterampilan Sosial dan Pelayanan sepenuh hati

serta pengendalian diri untuk menjadi pribadi yang memiliki daya saing,
daya juang dan daya pikat

Disusun Oleh:

Ira Octova Lorenza

Ledy Diana Pardede

Nadia Bestaria Zebua

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS JAKARTA

2021
DAFTAR ISI

Cover

Kata Pengantar .......................................................................................... i

Daftar Isi ..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang ..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah .....................................................................................2

C.Tujuan ...................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 3

A. Keterampilan Sosial ............................................................................... 3

B. Pelayanan Sepenuh Hati ......................................................................... 8

C. Pengendalian Diri ................................................................................... 9

D.Manusia Berdaya Saing , daya juang yang tinggi …………………...... 10

BAB III PENUTUP ................................................................................. 12

A.Kesimpulan ........................................................................................... 12

B.Saran ..................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 13


BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk mampu mengatasi segala masalah yang
timbul sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan sosial dan harus mampu menampilkan
diri sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku. Untuk itulah setiap individu dituntut untuk
menguasai beberapa keterampilan seperti keterampilan pribadi, keterampilan sosial,
keterampilan akademik dan keterampilan dalam bidang tertentu.

Dengan memiliki keterampilan sosial individu akan mampu bergaul dengan orang lain.
Menurut Shapiro (1999) kemampuan untuk bergaul dengan orang lain ini akan paling banyak
membantunya merasakan keberhasilan dan kepuasan dalam hidup. Agar dapat berkiprah secara
efektif dalam dunia sosial, individu perlu belajar mengenali, menafsirkan, dan bereaksi secara
tepat terhadap situasi-situasi sosial. Individu memerlukan kemampuan untuk mencari titik
temu antara kebutuhan dan harapan orang lain.

Menurut Mu’tadin (2006) ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi
semakin penting dan krusial manakala anak sudah menginjak masa remaja. Hal ini disebabkan
karena pada masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana
pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan. Kegagalan remaja
dalam menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial akan menyebabkan dia sulit menyesuaikan
diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan
dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normative misalnya asosial ataupun anti
sosial, dan bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim bisa menyebabkan terjadinya
gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dan sejenisnya.
Maka dari itu amatlah penting bagi remaja untuk dapat mengembangkan keterampilan sosial.

Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja dalam fase perkembangan
remaja madya dan remaja akhir adalah memiliki keterampilan sosial untuk dapat menyesuaikan
diri dengan kehidupan sehari-hari. Keterampilan sosial tersebut meliputi kemampuan
berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri dan orang lain,
mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau menerima kritik, bertindak
sesuai norma dan aturan yang berlaku, dan sebagainya. Karena pada usia ini remaja sudah
mulai dianggap mampu untuk berperilaku sesuai nilai-nilai, norma-norma yang ada di dalam
masyarakat atau sesuai dengan harapan masyarakat.

Pengendalian diri merupakan kemampuan individu untuk mengarahkan tingkah


lakunya sendiri dan kemampuan untuk menekan atau menghambat dorongan-dorongan negatif
yang ada sehingga stimulus-stimulus yang datang bisa dikendalikan dan disikapi dengan
positif. Mengendalikan diri bukanlah perkara yang mudah namun banyak memberikan
manfaat, seseorang yang cenderung mampu dalam mengendalikan diri akan tunduk dan patuh
dalam norma dan aturan-aturan yang berlaku, sehingga kehidupannyapun akan selaras dengan
norma-norma yang ada di masyarakat. Seseorang yang memiliki kemampuan mengendalikan
diri yang tinggi akan cenderung proaktif (punya kesadaran untuk memilih yang positif) dan
memiliki rencana kehidupan untuk lebih baik. Perilaku antar sesama akan selalu terjaga, karena
seseorang yang mampu mengendalikan diri dengan baik akan mampu bersabar dan melihat
suatu kejadian dengan sisi positif dan mengambil sikap maupun respon dari stimulus-stimulus
yang datang dengan sikap positif. Dengan mengembangkan kemampuan untuk mengendalikan
diri sebaik-baiknya, maka seseorang akan dapat menjadi pribadi yang baik, hidup lebih
konstruktif, dapat merencanakan dan memilih tindakan yang berlatar belakang dengan masa
yang akan datang, mampu menghargai dan menerima diri sendiri serta disenangi dan mudah
diterima di lingkungannya berada.

Kontrol diri merupakan satu potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan individu
selama proses-proses dalam kehidupan, termasuk dalam menghadapi kondisi yang terdapat di
lingkungan yang berada di sekitarnya, para ahli berpendapat bahwa kontrol diri dapat
digunakan sebagai suatu intervensi yang bersifat preventif selain dapat mereduksi efek-efek
psikologis yang negatif dari stressor-stresor lingkungan. Di samping itu kontrol diri memiliki
makna sebagai suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan
lingkungannya serta kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku
sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi
(Calhoun, 1990).
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Manfaat Keterampilan Sosial?


2. Apa Manfaat Pengendalian diri?
3. Apa Karakteristik dari Pelayanan Sepenuh Hati?
4. Bagaimana menerapkan sikap yang memiliki daya juang, daya saing?

C. TUJUAN PEMBAHASAN

1. Untuk mengetahui mengenai Keterampilan Sosial dan Pelayanan sepenuh hati serta
pengendalian diri untuk menjadi pribadi yang memiliki daya saing, daya juang dan daya
pikat
BAB II

PEMBAHASAN

A. Keterampilan Sosial

1. Pengertian Keterampilan Sosial


Menurut Cartledge dan Milburn dalam Maryani (2011:17) menyatakan bahwa
keterampilan sosial merupakan perilaku yang perlu dipelajari, karena memungkinkan
individu dapat berinteraksi, memperoleh respon positif atau negative. Sedangkan
menurut Hargie, Saunders, & Dickson dalam Gimpel & Merrell (1998) Keterampilan
sosial adalah kemampuan individu untuk berkomunikasi efektif dengan orang lain baik
secara verbal maupun nonverbal sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat
itu, di mana keterampilan ini merupakan perilaku yang dipelajari. Remaja dengan
keterampilan sosial akan mampu mengungkapkan perasaan baik positif maupun negatif
dalam hubungan interpersonal, tanpa harus melukai orang lain. Libet dan Lewison
dalam Cartledge dan Milburn (1995) mengemukakan keterampilan sosial sebagai
kemampuan yang kompleks untuk menunjukkan perilaku yang baik dinilai secara
positif atau negatif oleh lingkungan, dan jika perilaku itu tidak baik akan diberikan
punishment oleh lingkungan. Kelly dalam Gimpel dan Merrel (1998) mendefinisikan
keterampilan sosial sebagai perilaku-perilaku yang dipelajari, yang digunakan oleh
individu pada situasi-situasi interpersonal dalam lingkungan. Matson dalam Gimpel
dan Marrel (1998) menjelaskan bahwa keterampilan sosial, baik secara langsung
maupun tidak, membantu remaja untuk dapat menyesuaikan diri dengan standar
harapan masyarakat dalam norma-norma yang berlaku di sekililingnya.
Menurut Maryani (2011:20) keterampilan sosial dapat dikelompokkan atas
empat bagian, namun ketiganya saling berkaitan yaitu:
1) Keterampilan dasar berinteraksi: berusaha untuk saling mengenal, ada
kontak mata, berbagi informasi atau material;
2) Keterampilan komunikasi: mendengar dan berbicara secara bergiliran,
melembutkan suara (tidak membentak), meyakinkan orang untuk dapat
mengemukakan pendapat, mendengarkan sampai orang tersebut
menyelesaikan pembicaraannya;
3) Keterampilan membangun tim/kelompok: mengakomodasi pendapat orang,
bekerjasama, saling menolong, saling memperhatikan;
4) Keterampilan menyelesaikan masalah: mengendalikan diri, empati,
memikirkan orang lain, taat terhadap kesepakatan, mencari jalan keluar
dengan berdiskusi, respek terhadap pendapat yang berbeda.
Dari beberapa pengertian keterampilan sosial yang dikemukakan para ahli di atas,
penulis dapat menyimpulkan bahwa keterampilan sosial adalah keterampilan dalam
berinteraksi, berkomuniasi, dan bekerjasama antara manusia dengan manusia lainnya.
Keterampilan sosial harus dimiliki oleh setiap individu karena keterampilan sosial akan
membantu setiap individu dalam mengkomunikasikan informasi yang akan
disampaiakan, keterampilan sosial akan membantu individu bekerjasama dalam
kelompoknya.

2. Ciri-Ciri Keterampilan Sosial


Gresham & Reschly dalam Gimpel dan Merrell (1998) mengidentifikasikan
keterampilan sosial dengan beberapa ciri, yaitu:
1) Perilaku Interpersonal Perilaku interpersonal adalah perilaku yang
menyangkut
keterampilan yang digunakan selama melakukan interaksi sosial yang
disebut dengan keterampilan menjalin persahabatan.
2) Perilaku yang Berhubungan dengan Diri Sendiri Perilaku ini merupakan ciri
dari seorang yang dapat mengatur dirinya sendiri dalam situasi sosial,
seperti: keterampilan menghadapi stress, memahami perasaan orang lain,
mengontrol kemarahan dan sebagainya.
3) Perilaku yang Berhubungan dengan Kesuksesan Akademis Perilaku ini
berhubungan dengan hal-hal yang mendukung prestasi belajar di sekolah,
seperti: mendengarkan
guru, mengerjakan pekerjaan sekolah dengan baik, dan mengikuti aturan-
aturan yang berlaku di sekolah.
4) Penerimaan Teman Sebaya Hal ini didasarkan bahwa individu yang
mempunyai keterampilan sosial yang rendah akan cenderung ditolak oleh
teman-temannya,
karena mereka tidak dapat bergaul dengan baik. Beberapa bentuk perilaku
yang dimaksud adalah: memberi dan menerima informasi, dapat
menangkap dengan tepat emosi orang lain, dan sebagainya.
5) Keterampilan Berkomunikasi Keterampilan ini sangat diperlukan untuk
menjalin hubungan sosial yang baik, berupa pemberian umpan balik dan
perhatian terhadap lawan bicara, dan menjadi pendengar yang responsif.
3. Manfaat Keterampilan Sosial
Gilay, dkk dalam Hertinjung (2008: 10) menjelaskan manfaat keterampilan
sosial untuk mendukung pembelajaran individu, yaitu mendukung keterampilan
komunikasi, keberhasilan akademik, adaptasi di sekolah, hubungan pertemanan, dan
mendukung lingkungan pembelajaran yang positif. Seven & Yolda dalam Matson
(2009) menyebutkan keterampilan sosial diperlukan untuk berbagi ide, berkomunikasi
sederhana, perilaku patuh pada peraturan, dan mengikuti arahan, kemampuan
menyusun target dan membuat keputusan.
Sorias dalam Hersen & Bellack (2007) menyebutkan manfaat dari keterampilan
sosial bagi individu adalah untuk mengekspresikan emosi yang sesuai dengan konteks
sosial, memperoleh hak dengan cara yang baik dan tidak mengganggu hak orang lain,
meminta bantuan orang lain apabila membutuhkan, serta menolak permintaan atau
ajakan yang tidak baik.
Menurut Samaci dalam Matson (2009) keterampilan sosial sangat penting untuk
beradaptasi dengan baik dan untuk melakukan proses sosialisasi dengan lingkungan.
Sementara itu Gresam dalam Matson (2009) menyatakan manfaat keterampilan sosial
untuk meningkatkan penerimaan dan penilaian orang lain. Sedangkan Johnson dan
Johnson (1999) mengemukakan 6 manfaat memiliki keterampilan sosial bagi individu,
yaitu :
1. Perkembangan Kepribadian dan Identitas Keterampilan sosial dapat
mengembangkan kepribadian dan identitas karena kebanyakan dari
identitas masyarakat dibentuk dari hubungannya dengan orang lain.
Sebagai hasil dari berinteraksi dengan orang lain, individu mempunyai
pemahaman yang lebih
baik tentang diri sendiri.
2. Mengembangkan Kemampuan Kerja, Produktivitas, dan Kesuksesan Karir
Keterampilan sosial dapat mengembangkan kemampuan kerja,
produktivitas, dan
kesuksesan karir, yang merupakan keterampilan umum yang dibutuhkan
dalam dunia kerja nyata. Hal ini karena keterampilan sosial dapat
digunakan untuk mengajak orang lain untuk bekerja sama, memimpin
orang lain, mengatasi situasi
yang kompleks, dan menolong mengatasi permasalahan orang lain yang
berhubungan dengan dunia kerja.
3. Meningkatkan Kualitas Hidup Keterampilan sosial dapat meningkatkan
kualitas hidup karena setiap individu membutuhkan hubungan yang baik,
dekat, dan intim dengan individu lainnya.
4. Meningkatkan Kesehatan Fisik Keterampilan sosial dapat meningkatkan
Kesehatan fisik karena hubungan yang baik dan saling mendukung akan
mempengaruhi kesehatan fisik. Johnson & Johnson (1999) mengatakan
penelitian menunjukkan hubungan yang berkualitas tinggi berhubungan
dengan hidup yang panjang dan dapat pulih dengan cepat dari sakit.
5. Meningkatkan Kesehatan Psikologis Keterampilan sosial dapat
meningkatkan kesehatan psikologis karena kesehatan psikologis yang kuat
dipengaruhi oleh hubungan positif dan dukungan dari orang lain.
Ketidakmampuan mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang
positif dengan orang lain dapat mengarah pada kecemasan, depresi,
frustasi, dan kesepian.
6. Kemampuan Mengatasi Stress Memiliki keterampilan sosial berguna untuk
mengatasi stres. Hubungan yang baik dapat membantu individu dalam
mengatasi stres dengan memberikan perhatian, informasi, dan feedback.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan manfaat memiliki keterampilan sosial
adalah individu mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya, mengembangkan
kepribadian dan identitas, mengembangkan kemampuan karir, meningkatkan kualitas hidup,
meningkatkan kesehatan, serta mampu mengatasi stres.
B. PELAYANAN SEPENUH HATI
1. Pengertian Pelayanan Sepenuh Hati

Dalam pelayanan dikenal pelayanan sepenuh hati, yakni pelayananyang berasal dari
dalam "sanubari" diri kita. Sanubari merupakan tempat bersemayamnya emosi-
emosi, watak, keyakinan-keyakinan, nilai-nilai,sudut pandang dan perasaan-perasaan
(Patton, dalam Boediono, 1999: 49).Pelayanan sepenuh hati dilakukan berdasarkan pada
pertimbangan- pertimbangan logis (pikiran) dan sentimentalitas (perasaan). Untuk itu,dala
m pelayanan sepenuh hati, menurut Patricia Pattan (1998, dalamBoediono, 1999: 50)
diperlukan:

1. Memahami perasaan-perasaan diri sendiri tentang siapa sebenarnya iadan apa yang kita
sumbangkan pada kehidupan profesional dan pribadi.
2. Memahami kekuatan batin kita, seperti: kepercayaan diri, harga diri,dan pematangan
emosional
3. Mempelajari selling-point emosional produksi kita untuk menambahkredibilitas dan
daya tarik pada presentasi layanan.
4. Menitik beratkan pada kebutuhan pada konsumen dan perasaanmereka terhadap produk
dan duta-duta perusahaan, serta membangunhubungan dan sikap saling menghargai
dengan konsumen.
5. Menyesuaikan diri dengan produk, sehingga produksi itu tidak lainmerupakan
ungkapan diri kita sendiri, bukan sebaliknya.
6. Menemukan kesenangan dan kegembiraan dalam peran kita sebagaiduta-duta
perusahaan, produksi atau pelayanan.Dalam pelayanan sepenuh hati terdapat tiga sudut
pandang yangmengikuti, yaitu bagaimana memandang diri sendiri, memandang orang
laindan memandang pekerjaan, yang oleh Patricia Pattan disebut dengan paradigma
(Boediono, 1999: 52).Dalam memandang diri sendiri, ia memiliki penuh kepercayaan
diriterhadap dirinya sendiri. Ia memiliki kemampuan dalam berhubungandengan orang
lain. Suka menyenangkan hati pelanggan dan tidakmemandang dirinya rendah karena
pekerjaannya. Memandang orang lain, iamenghargai barang-barang yang dibelinya. Ia
tidak hanya ramah dan profesional, tetapi juga mampu menjalin hubungan
emosional dengan setiap pelanggan.

Dalam memandang pekerjaannya, ia mengangap penting dankhusus. Ia bangga terhadap


dirinya, karena selama ini belum pernahmerugikan orang lain karena satu kealpaan. Ia tidak
ragu-ragu lagimenganggap pekerjaan itu sebagai bagian bagi dirinya sendiri dan
telahmenemukan cara-cara untuk manambah makna terhadap pekerjaannya. Selain itu,
pelayanan sepenuh hati mencakup lima komponen penting,yakni (Boediono, 1999: 52)

1. Memahami emosi. Dalam pelayanan sepenuh hati, kuncikeberhasilannya adalah


memahami penyebab-penyebab pemicuemosi, mampu mengenali dan mampu
mengungkap-kan perasaan- perasaan dengan tepat.
2. Kompetensi. Pelayanan sepenuh hati memerlukan kepercayaan diriyang besar dalam
rangka mendekati pelanggan. Untuk itu hilangkanrendah diri, dan rasa malu. Karena
sikap itu membuat sikap tidakmemperdulikan pelanggan dan acuh tak acuh.
3. Mengelola emosi-emosi. Kemampuan mengungkapkan emosi secaraefektif dan
mengontrol suasana hati dalam bertindak merupakanukuran kecerdasan emosional.
Kemampuan menjaga keseimbanganmerupakan tujuan yang positif dan produktif.
Itulah pentingnyamengelola emosi sebagai komponen dalam pelayanan sepenuh hati.
4. Bersikap kreatif dan memotivasi diri sendiri. Pelayanan sepenuh
hati berasal dari diri sendiri. Perasaan bisa berfungsi sebagai pendoronguntuk
menyesuaikan emosi-emosi, baik pada petugas
maupun pelanggan, sehingga dapat menangani situasi-
situasi sulit. Untuk itudiperlukan jiwa kreatif agar dapat menemukan penyelesaian
yang positif.
5. Menyelaraskan emosi-emsosi orang lain. Hampir semua pihakmengakui bahwa yang
mudah dikelola adalah mengelola emosi dirisendiri. Namun, mengelola emosi orang
lain memerlukan kerjasamadari orang yang terlibat agar segala sesuatunya bisa berjalan
denganlancar. Menyelaraskan berarti membangun jembatan emosi-
emosi, baik pada pemberi pelayanan maupun pelanggan. Cara terbaik dalammenanga
ni emosi orang lain adalah dengan mencoba danmenyelaraskan emosi-emosi tersebut,
baik emosi pemberi jasamaupun emosi-emosi pelanggan.

2. Bentuk-Bentuk Pelayanan
Pemerintah merupakan pihak yang memberikan pelayanan bagimasyarakat.
Adapun didalam pelaksanaannya pelayanan ini terdiri dari beberapa bentuk. Menurut
Moenir (2002:190) , bentuk pelayanan itu terdiri dari :
1.Pelayanan lisan
Pelayanan dengan lisan dilakukan oleh petugas-petugas di bidang hubungan
masyarakat (HUMAS), dibidang layanan informasi dan di bidang-bidang
lain yang tugasnya memberikan penjelasan atau keterangan kepada
masyarakat mengenai berbagai fasilitas yang tersedia. Agar layanan
lisan berhasil sesuai dengan yang diharapkan, ada syarat-
syarat yang harusdipenuhi oleh pelaku pelayanan yaitu : Memahami benar
masalah-masalah yang termasuk dalam bidang tugasnya.Mampu
memberikan penjelasan apasaja yang perlu dengan lancar, singkat tetapi
cukup jelas sehinggamemuaskan bagi mereka yang ingin memperoleh
kejelasan mengenai sesuatu.

2. Pelayanan berbentuk tulisan


Ini merupakan jenis pelayanan dengan memberikan penjelasan melalui
tulisan di dalam pengelolahan masalah masyarakat. Pelayanan dalam
bentuk tulisan ini terdiri dari dua jenis yakni:
a.Pelayanan yang berupa petunjuk, informasi dan yang sejenis
ditujukankepada orang-orang yang berkepentingan agar
memudahkan merekadalam berurusan dengan institusi atau lembaga.
b. Pelayanan yang berupa reaksi tertulis atas permohonan,
laporan,keluhan, pemberian/penyerahan, pemberitahuan dan lain
sebagainya.

3.Pelayanan yang berbentuk perbuatan.Pelayanan yang berbentuk perbuatan


adalah pelayanan yang diberikandalam bentuk perbuatan atau hasil
perbuatan, bukan sekadar kesanggupandan penjelasan secara lisan. Oleh
sebab itu faktor keahlian dan keterampilan petugas tersebut
sangat menentukan terhadap hasil perbuatan atau pekerjaantersebut
C. PENGENDALIAN DIRI
1. Pengertian Pengendalian Diri

Pengendalian diri diungkapkan oleh Colhoun dan Acocella, Tangney, Averill (2011).
Calhoun dan Acocella (1990) pengendalian diri adalah pengaturan proses-proses fisik, psikologis,
dan perilaku seseorang, dengan kata lain serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri.
Pengertian yang di maksud menekankan pada kemampuan dalam mengelolah yang perlu di
berikan sebagai bekal untuk membentuk pola prilaku pada individu yang mencakup dari
keseluruhan proses yang membentuk dalam diri individu ynag berupa pengaturan fisik, psikologis,
dan perilaku. Pengendalian diri merupakan kemampuan individu untuk menentukan perilakunya
berdasarkan standar tertentu seperti moral, nilai dan aturan dimasyarakat agar mengarah pada
perilaku positif. Dapat diartikan bahwa seseorang secara mandiri mampu memunculkan perilaku
positif. Kemampuan pengendalian diri yang terdapat pada seseorang memerlukan peranan
penting interaksi dengan orang lain dan lingkungannya agar membentuk pengendalian diri yang
matang, hal tersebut dibutuhkan karena ketika seseorang diharuskan untuk memunculkan
perilaku baru dan mempelajari perilaku tersebut dengan baik. Sedangkan menurut Averill
(Ghufron & Risnawati, 2011) pengendalian diri adalah kemampuan individu untuk memodifikasi
perilaku, kemampuan individu dalam mengelola informasi yang diinginkan dan yang tidak
diinginkan, dan kemampuan individu untuk memilih salah satu tindakan berdasarkan sesuatu yang
diyakini. Pengertian yang dikemukakan oleh Averill menitikberatkan pada seperangkat
kemampuan mengatur dalam memilih tindakan yang sesuai dengan yang diyakini nya. Oleh
karena itu, pengendalian diri sebagai kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan
mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa ke arah konsekuensi positif serta merupakan
salah satu potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan individu selama proses proses dalam
kehidupan, termasuk dalam mengahadapi kondisi yang terdapat dilingkungan sekitarnya.
2. Aspek-aspek Pengendalian Diri

Menurut Ghufron aspek-apek yang terdapat dalam pengendalian diri adalah:


a.Kemampuan mengontrol perilaku

Dalam hal ini perilaku sangat penting peranannya sehingga apabila perilaku seseorang tidak
terkontrol maka dapat terjadi perilaku yang menyimpang meskipun kemampuan mengontrol
perilaku pada tiap-tiap individu berbeda.
b. Kemampuan mengontrol stimulus

Kemampuan mengontrol stimulus juga menjadi salah satu aspek dari control diri atau
pengendalian diri karena dalam kehidupan sesorang terdapat berbagai stimulus yang diterima.
Dari berbagai macam stimulus yang masuk tersebut individu harus mempunyai kemampuan untuk
mengontrol stimulus-stimulus tersebut yaitu dengan memilah stimulus yang mana yang harus
diterima dan stimulus yang harus ditolak.
c. Kemampuan mengantisipasi peristiwa

Individu dalam menghadapi suatu masalah atau suatu peristiwa harus memiliki
kemampuan untuk mengantispasi masalah tersebut agar tidak menjadi masalah yang semakin
besar dan rumit

d. Kemampuan menafsirkan peristiwa

Individu juga harus mempunyai kemampuan untuk menafsirkan peristiwa artinya individu
harus dapat mengartikan semua peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya sehingga dapat
dengan mudah untuk menjalani peristiwa tersebut dan dapat memikirkan langkah-langkah apa
yang akan dilakukan selanjutnya.

e. Kemampuan mengambil keputusan

Dalam setiap peristiwa pasti ada sesuatu yang harus diputuskan. Setiap individu harus
mempunyai kemampuan untuk mengambil suatu keputusan yang baik, dimana keputusan yang
diambil tersebut baik untuk diri sendiri, orang lain dan sekitarnya juga tidak merugikan diri sendiri
dan orang lain.

Aspek-aspek tersebut di atas jika dimiliki oleh setiap individu maka akan mempunyai
kemampuan untuk pengendalian diri sebaik mungkin dan akan terhindar dari masalah yang tidak
dinginkan.
Faktor yang Mempengaruhi

Dalam hal ini, pengendalian diri sangatlah berperan penting bagi kehidupan siswa.
Pengendalian diri yang terdapat pada dalam diri tidaklah sama, hal tersebut dipengaruhi
faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembentukannya. Pengendalian diri sebagai
mediator psikologis dan berbagai perilaku. Kemampuan untuk menjauhkan dari perilaku yang
mendesak dan memuaskan keinginan adaptif, orang yang memiliki pengendalian diri yang
baik maka individu tersebut dapat mengarahkan perilakunya, sebaliknya jika individu yang
memiliki pengendalian diri yang rendah akan berdampak pada ketidakmampuan mematuhi
perilaku dan tindakan, sehingga individu tidak lagi menolak godaan dan implus. Menurut
Ghufron & Risnawati (2012) membagi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengendalian
diri menjadi 2 (dua), yaitu:

a. Faktor Internal
Faktor internal yang ikut andil terhadap pengendalian diri adalah usia. Cara
orang tua menegakkan disiplin, cara orang tua merespon kegagalan anak, gaya
berkomunikasi, cara orang tua mengekspresikan kemarahan (penuh emosi atau
mampu menahan diri) merupakan awal anak belajar tentang pengendalian diri.
Seiring dengan bertambahnya usia anak, bertambah pula komunitas yang
mempengaruhinya, serta banyak pengalaman sosial yang dialaminya, anak belajar
merespon kekecewaan, ketidak sukaan, kegagalan, dan belajar untuk
mengendalikannya, sehingga lama-kelamaan kontrol tersebut muncul dari dalam
dirinya sendiri.
Menurut Baumeister & Boden mengemukakan bahwa faktor kognitif yaitu
berkenaan dengan kesadaran berupa proses-proses seseorang menggunakan pikiran
dan pengetahuannya untuk mencapai suatu proses dan cara-cara yang tepat atau
strategi yang sudah dipikirkan terlebih dahulu. Individu yang menggunakan
kemampuan diharapkan dapat memanipulasi tingkah laku sendiri melalui proses
intelektual. Jadi kemampuan intelektual individu dipengaruhi seberapa besar individu
memiliki pengendalian diri.
b. Faktor Ekternal

Faktor eksternal ini diantaranya adalah lingkungan dan keluarga. Faktor


lingkungan dan keluarga merupakan faktor eksternal dari pengendalian diri. Orang
tua yang menentukan kemampuan mengontrol diri seseorang. Salah satunya yang
diterapkan oleh orang tua adalah disiplin, karena sikap disiplin dapat menentukan
kepribadian yang baik dan dapat mengendalikan prilaku pada individu. Kedisiplinan
yang diterapkan pada kehidupan dapat mengembangkan pengendalian diri dan self
directions sehingga seseorang dapat mempertanggungjawabkan dengan baik segala
tindakan yang dilakukan. Lebih lanjut faktor pengendalian diri menurut menurut
Baumeister & Boden adalah sebagai berikut:

a. Orang tua, hubungan dengan orang tua memberikan bukti bahwa ternyata
orang tua mempengaruhi pengendalian diri anak-anaknya. Pada orang tua yang
mendidik anakanaknya dengan keras dan otoriter akan menyebabkan anak-anaknya
kurang dapat mengendalikan diri serta kurang peka terhadap peristiwa yang dihadapi.
Sebaiknya orang tua sejak dini sudah mengajari anak untuk mandiri memberikan
kesempatan untuk menentukan keputusannya sendiri, maka anak-anak akan lebih
mempunya pengendalian diri yang baik

b. Faktor budaya, setiap inividu yang berada dalam suatu lingkungan akan
terkait budaya dilingkungan tersebut. Setiap lingkungan akan mempunyai budaya
yang berbeda-beda dengan budaya dari lingkungan lain. Hal demikian mempengaruhi
pengendalian diri seseorang sebagai anggota lingkungan tersebut.

Dalam kehidupan sehari-hari setiap individu sangatlah dituntut dalam


mengendalikan dirinya sendiri. Hal tersebut karena manusia ialah makhluk sosial,
yang tidak bisa berdiri sendiri tanpa bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang-
orang dilingkunganya, pengendalian diri sangat berperan penting dalam bersosialisasi
tersebut. Individu yang memiliki pengendalian diri yang tinggi akan dapat
bersosialisasi dengan baik dan dapat mengantisipasi stimulus dari luar. Tinggi
rendahnya pengendalian diri pada individu dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa pembentukan
pengendalian diri tidak semata-mata dibangun secara praktis, namun secara
berangsung dan berlanjut sehingga menjadi sesuatu yang melekat pada individu.
Contoh Perilaku dalam Pengendalian Diri :

a) Lingkungan Sekolah

• Patuh dan taat pada peraturan disekolah

• Menghormati dan menghargai teman, guru, karyawan, dll

• Hidup penuh kesederhanaan, tidak sombong dan tidak gengsi


b) Lingkungan Keluarga

• Hidup sederhana tidak suka pamer harta kekayaan dan kelebihannya.

• Tidak mengganggu ketentraman anggota keluarga lain.

• Tunduk dan taat terhadap aturan serta perintah orang tua

c) Lingkungan Masyarakat

• Mencari sahabat sebanyak-banyaknya dan membenci permusuhan

• Saling menghormati dan menghargai orang lain

• Mengikuti segera aturan yang berlaku dalam masyarakat

Anda mungkin juga menyukai