serta pengendalian diri untuk menjadi pribadi yang memiliki daya saing,
daya juang dan daya pikat
Disusun Oleh:
2021
DAFTAR ISI
Cover
C.Tujuan ...................................................................................................... 2
A.Kesimpulan ........................................................................................... 12
B.Saran ..................................................................................................... 12
PENDAHULUAN
Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk mampu mengatasi segala masalah yang
timbul sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan sosial dan harus mampu menampilkan
diri sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku. Untuk itulah setiap individu dituntut untuk
menguasai beberapa keterampilan seperti keterampilan pribadi, keterampilan sosial,
keterampilan akademik dan keterampilan dalam bidang tertentu.
Dengan memiliki keterampilan sosial individu akan mampu bergaul dengan orang lain.
Menurut Shapiro (1999) kemampuan untuk bergaul dengan orang lain ini akan paling banyak
membantunya merasakan keberhasilan dan kepuasan dalam hidup. Agar dapat berkiprah secara
efektif dalam dunia sosial, individu perlu belajar mengenali, menafsirkan, dan bereaksi secara
tepat terhadap situasi-situasi sosial. Individu memerlukan kemampuan untuk mencari titik
temu antara kebutuhan dan harapan orang lain.
Menurut Mu’tadin (2006) ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi
semakin penting dan krusial manakala anak sudah menginjak masa remaja. Hal ini disebabkan
karena pada masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana
pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan. Kegagalan remaja
dalam menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial akan menyebabkan dia sulit menyesuaikan
diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan
dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normative misalnya asosial ataupun anti
sosial, dan bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim bisa menyebabkan terjadinya
gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dan sejenisnya.
Maka dari itu amatlah penting bagi remaja untuk dapat mengembangkan keterampilan sosial.
Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja dalam fase perkembangan
remaja madya dan remaja akhir adalah memiliki keterampilan sosial untuk dapat menyesuaikan
diri dengan kehidupan sehari-hari. Keterampilan sosial tersebut meliputi kemampuan
berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri dan orang lain,
mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau menerima kritik, bertindak
sesuai norma dan aturan yang berlaku, dan sebagainya. Karena pada usia ini remaja sudah
mulai dianggap mampu untuk berperilaku sesuai nilai-nilai, norma-norma yang ada di dalam
masyarakat atau sesuai dengan harapan masyarakat.
Kontrol diri merupakan satu potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan individu
selama proses-proses dalam kehidupan, termasuk dalam menghadapi kondisi yang terdapat di
lingkungan yang berada di sekitarnya, para ahli berpendapat bahwa kontrol diri dapat
digunakan sebagai suatu intervensi yang bersifat preventif selain dapat mereduksi efek-efek
psikologis yang negatif dari stressor-stresor lingkungan. Di samping itu kontrol diri memiliki
makna sebagai suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan
lingkungannya serta kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku
sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi
(Calhoun, 1990).
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui mengenai Keterampilan Sosial dan Pelayanan sepenuh hati serta
pengendalian diri untuk menjadi pribadi yang memiliki daya saing, daya juang dan daya
pikat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keterampilan Sosial
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan manfaat memiliki keterampilan sosial
adalah individu mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya, mengembangkan
kepribadian dan identitas, mengembangkan kemampuan karir, meningkatkan kualitas hidup,
meningkatkan kesehatan, serta mampu mengatasi stres.
B. PELAYANAN SEPENUH HATI
1. Pengertian Pelayanan Sepenuh Hati
Dalam pelayanan dikenal pelayanan sepenuh hati, yakni pelayananyang berasal dari
dalam "sanubari" diri kita. Sanubari merupakan tempat bersemayamnya emosi-
emosi, watak, keyakinan-keyakinan, nilai-nilai,sudut pandang dan perasaan-perasaan
(Patton, dalam Boediono, 1999: 49).Pelayanan sepenuh hati dilakukan berdasarkan pada
pertimbangan- pertimbangan logis (pikiran) dan sentimentalitas (perasaan). Untuk itu,dala
m pelayanan sepenuh hati, menurut Patricia Pattan (1998, dalamBoediono, 1999: 50)
diperlukan:
1. Memahami perasaan-perasaan diri sendiri tentang siapa sebenarnya iadan apa yang kita
sumbangkan pada kehidupan profesional dan pribadi.
2. Memahami kekuatan batin kita, seperti: kepercayaan diri, harga diri,dan pematangan
emosional
3. Mempelajari selling-point emosional produksi kita untuk menambahkredibilitas dan
daya tarik pada presentasi layanan.
4. Menitik beratkan pada kebutuhan pada konsumen dan perasaanmereka terhadap produk
dan duta-duta perusahaan, serta membangunhubungan dan sikap saling menghargai
dengan konsumen.
5. Menyesuaikan diri dengan produk, sehingga produksi itu tidak lainmerupakan
ungkapan diri kita sendiri, bukan sebaliknya.
6. Menemukan kesenangan dan kegembiraan dalam peran kita sebagaiduta-duta
perusahaan, produksi atau pelayanan.Dalam pelayanan sepenuh hati terdapat tiga sudut
pandang yangmengikuti, yaitu bagaimana memandang diri sendiri, memandang orang
laindan memandang pekerjaan, yang oleh Patricia Pattan disebut dengan paradigma
(Boediono, 1999: 52).Dalam memandang diri sendiri, ia memiliki penuh kepercayaan
diriterhadap dirinya sendiri. Ia memiliki kemampuan dalam berhubungandengan orang
lain. Suka menyenangkan hati pelanggan dan tidakmemandang dirinya rendah karena
pekerjaannya. Memandang orang lain, iamenghargai barang-barang yang dibelinya. Ia
tidak hanya ramah dan profesional, tetapi juga mampu menjalin hubungan
emosional dengan setiap pelanggan.
2. Bentuk-Bentuk Pelayanan
Pemerintah merupakan pihak yang memberikan pelayanan bagimasyarakat.
Adapun didalam pelaksanaannya pelayanan ini terdiri dari beberapa bentuk. Menurut
Moenir (2002:190) , bentuk pelayanan itu terdiri dari :
1.Pelayanan lisan
Pelayanan dengan lisan dilakukan oleh petugas-petugas di bidang hubungan
masyarakat (HUMAS), dibidang layanan informasi dan di bidang-bidang
lain yang tugasnya memberikan penjelasan atau keterangan kepada
masyarakat mengenai berbagai fasilitas yang tersedia. Agar layanan
lisan berhasil sesuai dengan yang diharapkan, ada syarat-
syarat yang harusdipenuhi oleh pelaku pelayanan yaitu : Memahami benar
masalah-masalah yang termasuk dalam bidang tugasnya.Mampu
memberikan penjelasan apasaja yang perlu dengan lancar, singkat tetapi
cukup jelas sehinggamemuaskan bagi mereka yang ingin memperoleh
kejelasan mengenai sesuatu.
Pengendalian diri diungkapkan oleh Colhoun dan Acocella, Tangney, Averill (2011).
Calhoun dan Acocella (1990) pengendalian diri adalah pengaturan proses-proses fisik, psikologis,
dan perilaku seseorang, dengan kata lain serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri.
Pengertian yang di maksud menekankan pada kemampuan dalam mengelolah yang perlu di
berikan sebagai bekal untuk membentuk pola prilaku pada individu yang mencakup dari
keseluruhan proses yang membentuk dalam diri individu ynag berupa pengaturan fisik, psikologis,
dan perilaku. Pengendalian diri merupakan kemampuan individu untuk menentukan perilakunya
berdasarkan standar tertentu seperti moral, nilai dan aturan dimasyarakat agar mengarah pada
perilaku positif. Dapat diartikan bahwa seseorang secara mandiri mampu memunculkan perilaku
positif. Kemampuan pengendalian diri yang terdapat pada seseorang memerlukan peranan
penting interaksi dengan orang lain dan lingkungannya agar membentuk pengendalian diri yang
matang, hal tersebut dibutuhkan karena ketika seseorang diharuskan untuk memunculkan
perilaku baru dan mempelajari perilaku tersebut dengan baik. Sedangkan menurut Averill
(Ghufron & Risnawati, 2011) pengendalian diri adalah kemampuan individu untuk memodifikasi
perilaku, kemampuan individu dalam mengelola informasi yang diinginkan dan yang tidak
diinginkan, dan kemampuan individu untuk memilih salah satu tindakan berdasarkan sesuatu yang
diyakini. Pengertian yang dikemukakan oleh Averill menitikberatkan pada seperangkat
kemampuan mengatur dalam memilih tindakan yang sesuai dengan yang diyakini nya. Oleh
karena itu, pengendalian diri sebagai kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan
mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa ke arah konsekuensi positif serta merupakan
salah satu potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan individu selama proses proses dalam
kehidupan, termasuk dalam mengahadapi kondisi yang terdapat dilingkungan sekitarnya.
2. Aspek-aspek Pengendalian Diri
Dalam hal ini perilaku sangat penting peranannya sehingga apabila perilaku seseorang tidak
terkontrol maka dapat terjadi perilaku yang menyimpang meskipun kemampuan mengontrol
perilaku pada tiap-tiap individu berbeda.
b. Kemampuan mengontrol stimulus
Kemampuan mengontrol stimulus juga menjadi salah satu aspek dari control diri atau
pengendalian diri karena dalam kehidupan sesorang terdapat berbagai stimulus yang diterima.
Dari berbagai macam stimulus yang masuk tersebut individu harus mempunyai kemampuan untuk
mengontrol stimulus-stimulus tersebut yaitu dengan memilah stimulus yang mana yang harus
diterima dan stimulus yang harus ditolak.
c. Kemampuan mengantisipasi peristiwa
Individu dalam menghadapi suatu masalah atau suatu peristiwa harus memiliki
kemampuan untuk mengantispasi masalah tersebut agar tidak menjadi masalah yang semakin
besar dan rumit
Individu juga harus mempunyai kemampuan untuk menafsirkan peristiwa artinya individu
harus dapat mengartikan semua peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya sehingga dapat
dengan mudah untuk menjalani peristiwa tersebut dan dapat memikirkan langkah-langkah apa
yang akan dilakukan selanjutnya.
Dalam setiap peristiwa pasti ada sesuatu yang harus diputuskan. Setiap individu harus
mempunyai kemampuan untuk mengambil suatu keputusan yang baik, dimana keputusan yang
diambil tersebut baik untuk diri sendiri, orang lain dan sekitarnya juga tidak merugikan diri sendiri
dan orang lain.
Aspek-aspek tersebut di atas jika dimiliki oleh setiap individu maka akan mempunyai
kemampuan untuk pengendalian diri sebaik mungkin dan akan terhindar dari masalah yang tidak
dinginkan.
Faktor yang Mempengaruhi
Dalam hal ini, pengendalian diri sangatlah berperan penting bagi kehidupan siswa.
Pengendalian diri yang terdapat pada dalam diri tidaklah sama, hal tersebut dipengaruhi
faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembentukannya. Pengendalian diri sebagai
mediator psikologis dan berbagai perilaku. Kemampuan untuk menjauhkan dari perilaku yang
mendesak dan memuaskan keinginan adaptif, orang yang memiliki pengendalian diri yang
baik maka individu tersebut dapat mengarahkan perilakunya, sebaliknya jika individu yang
memiliki pengendalian diri yang rendah akan berdampak pada ketidakmampuan mematuhi
perilaku dan tindakan, sehingga individu tidak lagi menolak godaan dan implus. Menurut
Ghufron & Risnawati (2012) membagi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengendalian
diri menjadi 2 (dua), yaitu:
a. Faktor Internal
Faktor internal yang ikut andil terhadap pengendalian diri adalah usia. Cara
orang tua menegakkan disiplin, cara orang tua merespon kegagalan anak, gaya
berkomunikasi, cara orang tua mengekspresikan kemarahan (penuh emosi atau
mampu menahan diri) merupakan awal anak belajar tentang pengendalian diri.
Seiring dengan bertambahnya usia anak, bertambah pula komunitas yang
mempengaruhinya, serta banyak pengalaman sosial yang dialaminya, anak belajar
merespon kekecewaan, ketidak sukaan, kegagalan, dan belajar untuk
mengendalikannya, sehingga lama-kelamaan kontrol tersebut muncul dari dalam
dirinya sendiri.
Menurut Baumeister & Boden mengemukakan bahwa faktor kognitif yaitu
berkenaan dengan kesadaran berupa proses-proses seseorang menggunakan pikiran
dan pengetahuannya untuk mencapai suatu proses dan cara-cara yang tepat atau
strategi yang sudah dipikirkan terlebih dahulu. Individu yang menggunakan
kemampuan diharapkan dapat memanipulasi tingkah laku sendiri melalui proses
intelektual. Jadi kemampuan intelektual individu dipengaruhi seberapa besar individu
memiliki pengendalian diri.
b. Faktor Ekternal
a. Orang tua, hubungan dengan orang tua memberikan bukti bahwa ternyata
orang tua mempengaruhi pengendalian diri anak-anaknya. Pada orang tua yang
mendidik anakanaknya dengan keras dan otoriter akan menyebabkan anak-anaknya
kurang dapat mengendalikan diri serta kurang peka terhadap peristiwa yang dihadapi.
Sebaiknya orang tua sejak dini sudah mengajari anak untuk mandiri memberikan
kesempatan untuk menentukan keputusannya sendiri, maka anak-anak akan lebih
mempunya pengendalian diri yang baik
b. Faktor budaya, setiap inividu yang berada dalam suatu lingkungan akan
terkait budaya dilingkungan tersebut. Setiap lingkungan akan mempunyai budaya
yang berbeda-beda dengan budaya dari lingkungan lain. Hal demikian mempengaruhi
pengendalian diri seseorang sebagai anggota lingkungan tersebut.
a) Lingkungan Sekolah
c) Lingkungan Masyarakat