30101
ABSTRAK
Sistem pengelolaan sampah perkotaan di Indonesia pada umumnya masih menerapkan metode konvensional. Lain
pihak volume sampah terus mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pola hidup
masyarakat. Hal itu juga terjadi di wilayah Kota Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat, di mana sistem pengelolaan
sampah belum berjalan dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik sampah dan sistem
pengelolaannya, serta membuat rencana pengembangan sistem pengelolaan sebagai suatu solusi penanganan
permasalahan sampah. Penelitian ini menggunakan pendekatan rasional dengan teknik analisis yang digunakan adalah
analisis kualitatif dan kuantitatif yaitu berdasarkan standar normatif dan distribusi frekuensi. Hasil dari penelitian
tersebut menunjukkan bahwa komponen sistem pengelolaan sampah di Kota Bima masih di bawah standar pengelolaan
sampah perkotaan. Hal itu diperoleh dari hasil analisis pendapat masyarakat dan analisis berdasarkan standar normatif.
Perencanaan sistem pengelolaan sampah perkotaan di Kota Bima dengan konsep non-konvensional mampu mengurangi
timbulan sampah yang dibuang ke TPA sebesar 46,23% dan memperoleh keuntungan yang dimulai pada tahun ke 13
umur proyek dengan keuntungan total pada hingga akhir periode proyek sebesar Rp. 78.949.779.000.
Kata kunci: sampah, perkotaan, pengelolaan, sistem, pengembangan, perencanaan.
ABSTRACT
Commonly, Municipal Solid Waste (MSW) management in urban life, Indonesia still applies conventional system.
Otherwise, solid waste volume gets higher as population and lifestyle, but not supports its management well. It also
occurs in Bima City West Nusa Tenggara Province, where the waste management system has not gone well. The
purpose of this study is to find out the characteristics of waste and its management system, as well as to make a plan for
developing a management system as a solution for handling waste problems. This research applies rational approach
with the analysis techniques used are qualitative and quantitative analysis based on normative standards and frequency
distribution. The results of this study indicate that the components of the waste management system in the city of Bima
are still below the standard of MSW Management. This was obtained from the results of the analysis of public opinion
and analysis based on normative standards. The planning of MSW management system in Bima City with non-
conventional concept can reduce the amount of waste disposed to the landfill by 46.23% and earn profits starting on the
13th year of project age with total profit at the end of the project period of Rp. 78,949,779,000.
Keywords: solid waste, municipal, management, system, development, planning.
penduduk. Hal ini dapat menghasilkan kota Heruman, 2016). Hal ini dapat menjadi acuan
menjadi tempat yang tidak nyaman. untuk pengelolaan kota lain seperti di Bima ini.
Penanganan persoalan persampahan Berdasarkan dari latar belakang masalah
menjadi sangat penting untuk setiap daerah, tersebut, maka yang menjadi tujuan dari
karena berdampak pada citra daerah itu sendiri. penelitian ini adalah melakukan evaluasi
Pengelolaan sampah perkotaan yang baik, manajemen pengelolan sampah Kota Bima
seperti yang diterapkan di Daerah Istimewa dengan mengetahui karakteristik sampah dan
Yogyakarta (DIY) yakni dengan menetapkan sistem pengelolaannya. Selanjutnya
suatu kebijakan daerah baik berupa dikembangkan dengan membuat rencana
kelembagaan pengelola, perkembangan pengembangan sistem pengelolaan sebagai
kualitas lingkungan dan masyarakat, serta suatu solusi penanganan permasalahan sampah,
pelaksanaan pemantauan dan evaluasi prioritas pengelolaan, menghitung biaya dan
pelaksanaan. Dampaknya adalah meningkatkan pendapatan dari pengolahan sampah..
kualitas lingkungan, perekonomian, sosial
kemasyarakatan, dan budaya lingkungan. METODE PENELITIAN
(Mulasari dkk., 2014). Untuk pengelolaan
sampah perkotaan di Kota Bima masih banyak Waktu dan Lokasi
kendala, yang paling mendasar adalah pola Pelaksanaan penelitian pengelolaan
pengelolaan yang masih bersifat konvensional. sampah perkotaan di Kota Bima dimulai pada
Kondisi permasalahan diperparah dengan bulan Februari sampai dengan bulan Juli tahun
jumlah timbulan sampah yang meningkat 2013. Pemilihan lokasi penelitian yakni di
drastis yakni pada tahun 2010 yang berjumlah wilayah Kota Bima, dikarenakan Kota Bima
59.137 m3, dan pada tahun 2011 menjadi merupakan salah satu pusat pertumbuhan di
71.175 m3 (Anonim, 2012). Lain pihak wilayah provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
ketersediaan TPA Oi Fo’o sebagai sarana khususnya di Pulau Sumbawa, sehingga sistem
pembuangan akhir sampah di Kota Bima seluas pengelolaan sampah harus siap menghadapi
8 Ha dan tersisa 5 Ha, dengan sistem open tingginya aktivitas dan fungsi kota tersebut.
dumping. Selain itu, buruknya kondisi pengelolaan serta
Berdasarkan kondisi pengelolaan sampah rendahnya kesadaran masyarakat, sehingga
perkotaan di Kota Bima tersebut, diyakini diperlukan analisis dan perencanaan
masih jauh dari standar pengelolaan sampah pengelolaan sampah Kota Bima.
yang baik. Hal itu menjadi sulit dicapai oleh
Kota Bima, karena kesadaran masyarakat yang Prosedur
masih rendah, yakni sebagian besar masyarakat Penelitian ini menggunakan pendekatan
menangani sampah dengan cara dibakar, rasionalistik (deduktif). Proses penelitian
dibuang di sungai, dan dimbuang sampah di dimulai dengan mengidentifikasi permasalahan
sembarang tempat. (Darmawan, 2014). pengelolaan sampah di Kota Bima.
Salah satu contoh daerah dengan kesadaran Permasalahan tersebut kemudian dikaji secara
masyarakat yang tinggi adalah di daerah teoritis serta mengkaji berdasarkan standar
Tasikmalaya. Kebijakan yang diterapkan normatif yang telah di tentukan guna
adalah dengan merubah paradigma masyarakat menemukan dasar-dasar rasionalitasnya.
mengenai sampah secara berkelanjutan. Berdasarkan kajian teoritis yang ada kemudian
Edukasi kesadaraan dan keterampilan warga dirumuskan pertanyaan penelitian, yang
untuk pengelolaan sampah dengan penerapan selanjutnya dilakukan pengumpulan data
prinsip reduce, reuse, recycle dan replant (4R) empiris untuk dilakukan proses analisis.
penting dalam penyelesaian masalah sampah Selanjutnya setelah proses analisis dan
melalui pengelolaan sampah sejak dari perencanaan diambil kesimpulan guna
sumbernya. Kebijakan itu memberikan dampak menjawab pertanyaan penelitian tersebut.
terbentuknya kemandirian dan keswadayaan Adapun data dalam penelitian ini berupa data
warga melalui terbentuknya kesadaran, kuantitatif maupun kualitatif.
pengetahuan, dan kemampuan yang mendorong Jenis data yang diperlukan, mulai dari
partisipasi mengelola lingkungan (Asteria dan gambaran umum wilayah Kota Bima, kondisi
eksisting pengelolaan sampah yang meliputi
September 2017 WAHYUDIN DKK.: SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN 105
data timbulan dan komposisi sampah, serta Tabel 2. Komposisi sampah di Kota Bima
aspek-aspek dalam pengelolaan sampah Komposisi sampah Persentase berat (%)
Organik 71,40
perkotaan. Data-data tersebut diperoleh baik
Anorganik
dengan cara observasi, kuesioner, wawancara, Plastik 4,70
dan dokumentasi. Kemudian dianalisis dengan Kaca 1,50
cara analisis kualitatif dan kuantitatif. Jenis Kertas 2,30
data yang diperoleh dengan cara penyebaran Karet 2,20
Logam 3,70
kuesioner akan dianalisis dengan metode
Kain 0,83
analisis distribusi frekuensi (kuantitatif), Lain-lain 13,37
sehingga dapat diperoleh persentase pendapat Jumlah 100
responden. Untuk jenis data yang diperoleh Sumber: Anonim, 2013
dengan cara observasi dan pengumpulan data Tabel 3. Sarana dan prasana pengelolaan sampah pada
tahun 2011
sekunder akan dianalisis menggunakan metode
Sarana dan prasarana Jumlah unit
atau teknik analisis kualitatif dengan Dump truck 16
membandingkan dengan standar normatif Arm roll truck 4
seperti berdasarkan Standar Nasional Indonesia Compactor 1
(SNI), Standar Pelayanan Minimum (SPM), Alat berat 3
Peraturan atau Undang-undang, pedoman Kontainer 12
Motor tiga roda 32
pengelolaan sampah perkotaan, dan teori-teori TPA 1
lain yang relevan dengan pengelolaan sampah. Transfer depo 1
Gerobak 40
HASIL DAN PEMBAHASAN Sumber: Anonim, 2013
Tabel 4. Proyeksi timbulan sampah berdasarkan perkiraan jumlah penduduk tahun 2011-2032
Jumlah Volume Timbulan Sampah Berat Timbulan Sampah
Tahun
Penduduk* (m3/hr)** (Ton/hr)***
2011 144,018 288.04 43.21
2012 151,219 308.53 46.36
2017 192,998 435.07 65.91
2022 246,320 613.52 93.72
2027 314,373 865.14 133.25
2032 401,229 1219.98 189.46
Keterangan:
* : Proyeksi dengan metode geometri
** : Proyeksi timbulan sampah dengan timbulan dasar 2 l/o/h (Anonim, 2003)
*** : Proyeksi berat sampah dengan berat dasar 0,3kg/o/h (Anonim, 2003)
Tabel 5. Perkiraan jumlah kendaraan pengangkut sampah dan tenaga operasional di Kota
Bima tahun 2011-2032
Kota Bima
Uraian
2011 2012 2017 2022 2027 2032
Dump truck 16 16 16 22 33 46
Arm roll truck 4 9 12 16 24 34
Kontainer 12 26 36 49 72 102
Motor roda tiga 32 67 94 127 187 198
Gerobak 40 54 76 68 101 142
Tenaga kerja 216 267 355 442 655 791
Sumber: Hasil analisis, 2013
prasarana adalah hal penting dalam menunjang Proyeksi Kebutuhan Sarana dan Prasarana
kegiatan tersebut. Adapun sarana-prasarana Proyeksi kebutuhan sarana dan prasarana
yang dimiliki DKPP Kota Bima dalam persampahan berdasarkan jumlah sampah yang
pengelolaan sampah ditunjukkan pada Tabel 3. dihasilkan pada tahun yang akan datang dapat
dilihat pada Tabel 5.
Analisis sistem pengelolaan sampah Peningkatan kebutuhan sarana
Proyeksi Timbulan Sampah pengangkutan sampah dipengaruhi oleh jumlah
Timbulan sampah perkotaan di Kota Bima timbulan sampah dan target pelayanan.
diperkirakan berdasarkan jumlah dan Menurut Raharjo, dkk. (2016) peningkatan
persentase pertumbuhan penduduk serta kebutuhan sarana pengangkut sampah,
pertumbuhan kota. Pertumbuhan kota dilihat ditentukan oleh pola pengelolaan dan tahapan
dari perkembangan sektor pertanian, industri aspek teknis digunakan. Oleh karena itu,
dan pertumbuhan PDRB. Total proyeksi jumlah kebutuhan saran pengangkut sampah di
sampah perlu memperkirakan pengurangan atas dapat berkurang dari perkiraan, apabila
sampah dari hasil pemilahan dan pemanfaatan pengolahan sampah sejak dari sumbernya
sampah. Proyeksi kuantitas sampah di Kota dioptimalkan.
Bima ditunjukkan pada Tabel 4.
Hasil proyeksi menunjukkan terjadinya Sistem Pengelolaan Sampah
peningkatan timbulan sampah tiap tahunnya, Subsistem kelembagaan
hal itu berbanding lurus dengan pertumbuhan Menurut Enri (2010), subsistem
penduduk, di mana pertumbuhan penduduk kelembagaan merupakan suatu kegiatan yang
Kota Bima sebesar 5,52%. Hal yang sama multi disiplin yang bertumpu pada prinsip
diungkapkan oleh Wardhana (2007) bahwa teknik dan manajemen yang menyangkut
pertumbuhan timbulan sampah diasumsikan aspek-aspek ekonomi, sosial, budaya, dan
sebanding dengan pertumbuhan jumlah kondisi fisik wilayah kota, dan memperhatikan
penduduk dan tingkat pertumbuhan sosial pihak yang dilayani yaitu masyarakat kota.
ekonomi/ tingkat konsumsi masyarakatnya Berdasarkan Perda Kota Bima No. 3
yang direpresentatifkan dengan pertumbuhan Tahun 2008 tentang pembentukan susunan,
PDRB. kedudukan tupoksi dinas-dinas daerah Kota
Bima. Tugas Dinas Kebersihan, Pertamanan
September 2017 WAHYUDIN DKK.: SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN 107
dan Pemakaman (DKPP) Kota Bima adalah dan indah dengan terlaksananya setiap tahapan
melaksanakan tugas pemerintahan dan operasional pengelolaan sampah.
pembangunan dan dekonsentrasi. Dengan a. Daerah dan tingkat pelayanan
demikian, pembentukan DKPP sudah memiliki Daerah pelayanan persampahan di Kota
kekuatan hukum secara jelas dalam Bima berdasarkan data sekunder adalah
melaksanakan tugasnya sebagai instansi sebanyak 25 kelurahan yang sudah terlayani
pengelolaan sampah di Kota Bima. dari total 38 kelurahan. Dengan demikian,
Secara struktur organisasi, pengelolaan pelayanan persampahan belum secara merata di
sampah masih ditangani secara terpusat oleh seluruh wilayah Kota Bima. Menurut Enri
DKPP, di mana DKPP menangani secara (2010), di mana pihak pengelola sampah
langsung pengelolaan di masing-masing bertanggung jawab untuk memberikan
kecamatan ataupun kelurahan. Dengan kondisi pelayanan kepada semua wilayah layanannya,
seperti itu, sehingga pengelolaan di lingkup paling tidak sampah didaerah tersebut diangkut
kecamatan ataupun kelurahan yang jauh dari menuju pengolahan atau pemrosesan akhir.
pusat kota belum optimal seperti di Kelurahan Daerah yang tidak dilayani diharapkan
Kolo dan Kelurahan Lampe yang secara menangani sampahnya secara mandiri baik
administrasi terletak jauh dari pusat kota. secara individu, maupun secara komunal.
Namun secara umum kinerja instansi pengelola Penilaian tingkat pelayanan persampahan
sampah di Kota Bima masuk dalam kategori adalah perbandingan antara jumlah sampah
bagus. Hal itu ditunjukkan dengan pendapat yang terangkut dan total timbulan sampah yang
responden yang menyatakan bagus adalah ada di Kota Bima. Berdasarkan data persentase
sebesar 61%, sedangkan yang menyatakan pelayanan masih rendah yaitu 53,16% yang
tidak bagus adalah hanya 31%. terlayani, sedangkan yang belum terlayani
adalah sebanyak 46,84%, sedangkan standar
Subsistem teknik operasional pelayanan persampahan pada suatu daerah
Secara umum kondisi maupun kinerja dari sekitar 80-100% (Anonim, 1998).
aspek teknik operasional pengelolaan sampah b. Penyapuan jalan
Kota Bima tidak bagus, hal ini dapat dilihat Kegiatan penyapuan jalan di Kota Bima
dari hasil analisis distribusi frekuensi di mana masih terfokus pada jalan-jalan utama yang
responden menyatakan tidak bagus yaitu berada di pusat pemerintahan dan di wilayah
sebesar sebesar 48%, sedangkan yang komersial dengan panjang ruas penyapuan 49,5
menyatakan tidak bagus adalah sejumlah 52%. km. Penyapuan jalan dilakukan satu kali dalam
Pendapat responden tersebut dinilai sangat sehari dan dilakukan tiap pagi hari sekitar jam
wajar dengan melihat kondisi operasional 00.00 – 07.00 WITA.
pengelolaan sampah di Kota Bima. Rendahnya Penyapuan jalan di Kota Bima belum
kesadaran masyarakat menjadi salah satu faktor optimal karena hanya dilakukan 1 (satu) kali
utama penyebab terhambatnya pelaksanaan per hari. Menurut standar dalam Pedoman
pengelolaan sampah di Kota Bima (Darmawan, Pengelolaan Sampah Perkotaan bagi Pelaksana
2014). (Anonim, 2003), penyapuan jalan harus
Puspitawati dan Rahdriawan (2012), dilakukan sebanyak dua sampai tiga kali sehari.
menyatakan bahwa karakter sosial dan budaya Oleh karena itu, kedepannya kegiatan
memiliki pengaruh yang lebih besar dalam penyapuan jalan harus ditingkatkan dan
kegiatan tersebut dibandingkan dengan memperluas wilayah penyapuan.
karakter sosial ekonomi. Partisipasi yang c. Pewadahan
terjadi bersifat bottom‐up, dimulai dengan Pola pewadahan yang baik dan perlu
identifikasi masalah dan kebutuhan oleh diterapkan adalah dengan melakukan
masyarakat hingga merasakan kemanfaatannya pewadahan sesuai jenis sampah yaitu sampah
secara bersama. Proses ini dimulai dengan organik dan anorganik, sehingga dibutuhkan
pemberdayaan masyarakat melalui minimal 2 (dua) buah tempat pewadahan.
pembangunan kapasitas. Terciptanya budaya Lokasi penempatan juga harus diperhatikan
hidup bersih, sangat membantu pemerintah guna mempermudah petugas dalam melakukan
dalam mewujudkan lingkungan yang bersih pengumpulan, dianjurkan dalam SNI 19-2454-
108 J. MANUSIA & LINGKUNGAN Vol. 24, No. 3
2002 adalah agar menempatkan di depan pengangkutan yang berbeda. Pertama, proses
halaman rumah. Selain pola dan lokasi pengangkutan di lokasi transfer depo
pewadahan, jenis bahan pewadahan juga diatur menggunakan kendaraan dump truck sebanyak
dalam SNI 19-2454-2002, di mana bahan 14 unit dan 2 unit dump truck lainnya
pewadah harus memenuhi kriteria tidak mudah dioperasikan ditempat lain, seperti melayani
rusak dan kedap air, ekonomis, dan mudah kegiatan gotong-royong kebersihan. Lokasi
dikosongkan. Apabila memperhatikan standar transfer depo di Kota Bima terdapat hanya 1
tersebut diatas, maka perbaikan pewadahan di unit, sehingga kendaraan dump truck memiliki
wilayah kota Bima sangat diperlukan, terutama jadwal antri untuk pengangkutan. Kedua, pola
pengadaan peawadah pemilahan sampah. pengangkutan kontainer adalah menggunakan
d. Pengumpulan sistem pengangkutan kontainer cara satu, yaitu
Pola pengumpulan dan frekuensi kendaraan berangkat ke lokasi kontainer isi
pengumpulan akan tergantung pada jumlah pertama, lalu diangkut ke TPA. Setelah
sampah, waktu, status sosial ekonomi daerah kembali dari TPA, kendaraan langsung menuju
yang dilayani, dan tanggung jawab pemerintah kontainer isi berikutnya, dan pola
(Tchobanoglous, 2002). Proses pengumpulan pengangkutannya sama pada kontainer
sampah di wilayah Kota Bima dilakukan pertama.
dengan menggunakan kendaraan roda tiga yang g. Pengolahan dan pemanfaatan
sudah tersedia pada masing-masing kelurahan, Berdasarkan hasil wawancara dan
namun belum seluruh kelurahan memperoleh pengamatan di lapangan, kegiatan pengolahan
kendaraan tersebut. Pola pengumpulan adalah sampah sama sekali belum diterapkan baik oleh
dengan menerapkan sistem door to door yaitu pemerintah maupun masyarakat Kota Bima.
mengambil langsung ke rumah-rumah Dengan kondisi seperti itu, seperti yang
masyarakat. Frekuensi pengumpulan yang dimandatkan dalam undang-undang
dilakukan oleh petugas kebersihan sebanyak pengolahan sampah bahwa tidak ada lagi
tiga kali dalam seminggu. Pola pengumpulan pembuangan akhir sampah, tapi pengolahan
yang diterapkan di Kota Bima sudah bagus, akhir sampah. Pengolahan sampah layaknya
namun yang perlu peningkatan baik pola dilakukan mulai dari sumber sampah hingga ke
pengangkutan berdasarkan jenis sampah TPA sampah-sampah tersebut harus diolah dan
maupun frekuensi pengangkutannya. dimanfaatkan (Cecep, 2012).
e. Pemindahan h. Pembuangan/pemrosesan akhir
Kegiatan pemindahan pada saat ini hanya TPA di Kota Bima mempunyai luas area
terdapat di tempat transfer depo, yang berlokasi sekitar 8 Ha dan sudah tertimbun sekitar 5 Ha.
di wilayah DKPP. Proses pemindahan yang TPA yang terdapat di Kota Bima menerapkan
dilakukan adalah sampah yang di kumpulkan sistem open dumping, sedangkan menurut
dengan kendaraan roda tiga di pindahkan ke undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang
truk pengangkut sampah untuk di buang ke persampahan, di mana pada pasal 44 bahwa
TPA. Kondisi fasilitas pemindahan sampah pemerintah daerah harus menutup TPA dengan
perlu didesain ulang, di mana kondisi sistem open dumping.
pemindahan sekarang ketinggian antara motor Menurut Sahil, dkk. (2016) dalam
roda tiga sebagai sumber sampah sejajar penelitiannya mengemukakan bahwa metode
dengan penempatan dump truk, sehingga pengumpulan sampah dengan metode secara
proses pemindahannya cenderung mengalami langsung dan langsung ditampung di TPA
kesulitan. Usulan untuk desain fasilitas dibiarkan secara open dumping tanpa ada
pemindahan yang baru, seperti lokasi motor pengolahan lanjutan, metode ini akan
roda 3 sebagai sumber sampah yang akan berdampak buruk karena dengan peningkatan
dipindahkan ke dump truk harus lebih tinggi jumlah penduduk pertahunnya juga
dari posisi penempatan dump truknya. meningkatnya jumlah timbulan sampah,
f. Pengangkutan sehingga lahan TPA yang mempunyai luas
Proses pengangkutan sampah di Kota terbatas tidak dapat lagi menampung sampah.
Bima menggunakan 2 jenis kendaraan, yang Berdasarkan kondisi TPA di Kota Bima
masing-masing menerapkan jenis dan kebijakan yang mengatur tentang TPA,
September 2017 WAHYUDIN DKK.: SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN 109
maka Pemerintah Kota Bima harus menutup Subsistem peran serta masyarakat
TPA lama, dan membangun TPA sesuai Tingkat partisipasi masyarakat pada saat
dengan peraturan yang berlaku. Proyeksi ini masih sangat minim, di mana hanya
kebutuhan lahan untuk 20 tahun yang akan sebagian masyarakat yang berpartisipasi dalam
datang perlu dilakukan untuk kebutuhan membayar retribusi kebersihan dan kesadaran
perencanaan dan desain TPA. Proyeksi dalam pemanfaatan/pengolahan sampah belum
kebutuhan lahan TPA berdasarkan petunjuk ada. Salah satu potensi yang ada pada
teknis nomor CT/S/Re-CT/004/98, maka masyarakat Kota Bima adalah adanya faktor
kebutuhan lahan TPA untuk 20 tahun yang kebersamaan dan kesadaran gotong-royong
akan datang yaitu seluas 9,22 Ha. yang kuat. Potensi ini dapat dimanfaatkan
dalam pengolahan sampah baik skala rumah
tangga maupun skala kota.
Subsistem pembiayaan Partisipasi sebagai salahsatu faktor yang
Anggaran pengelolaan sampah mempengaruhi dalam keberhasilan pengelolaa
berdasarkan SKPD tahun 2011 adalah Rp. persampahan, oleh karena itu diperlukan
11.207.276.900 dan mengalami peningkatan langkah-langkah pemecahan masalah, seperti
pada tahun 2012 dengan jumlah Rp. meningkatkan sosialisasi, melakukan
12.258.489.900. Posisi anggaran pengelolaan pendekatan-pendekatan pada tokoh
sampah pada tahun 2011 sebesar 2,55% dari masyarakat, meningkatkan kerjasama dengan
total APBD Kota Bima tahun 2011, di mana seluruh stakeholders (Rizal, 2011).
angka tersebut sangat kecil bila melihat standar
dalam Pedoman Pengelolaan Sampah Rencana pengembangan sistem pengelolaan
Perkotaan bagi Pelaksana (Anonim, 2003) sampah
biaya pengelolaan sampah perkotaan yaitu Konsep penanganan dan sasaran
sebesar 10% dari total APBD. pengembangan
Konsep penanganan sampah di Kota Bima
Subsistem hukum dan peraturan adalah dengan menerapkan metode
Regulasi yang mengatur pengelolaan nonkonvensional, yaitu pengelolaan tidak
sampah di Kota Bima belum dibuat dan hanya melalui proses pengumpulan,
ditetapkan oleh pemerintah Kota Bima. Sampai pengangkutan dan pembuangan, tetapi terdapat
pada saat ini, perda yang ada hanya untuk penanganan lebih lanjut yaitu pemilahan dan
mengatur retribusi sampah, sedangkan pengolahan sampah. Konsep penanganan
peraturan yang mengatur manajemen sampah di Kota Bima dapat dilihat pada
pengelolaan sampah dan sanksi-sanksi terhadap Gambar 1.
pelanggaran dalam pengelolaan sampah belum
ditetapkan. Dengan demikian, untuk Pengembangan pengumpulan dan
memaksimalkan kinerja pengelolaan sampah di pengangkutan
Kota Bima, maka diperlukan suatu peraturan Rencana pola pengumpulan dan
yang mengatur sepenuhnya tentang pengangkutan sampah di Kota Bima, tidak
pengelolaan sampah. menerapkan pola yang baru, karena pola yang
Menurut Chalik dkk. (2011), bahwa berjalan sekarang sudah bagus. Namun,
sampah selama ini masih dianggap masalah penambahan sarana dan prasarana serta efektif
yang trivial dan belum menjadi sentra dalam pengangkutan perlu ditingkatkan. Pola
kebijakan pemerintah yang serius. Padahal pengumpulan dan pengangkutan dapat dilihat
tanpa penanganan sampah yang baik kehidupan pada Gambar 2.
sosial ekonomi masyarakat perkotaan akan Berdasarkan pembahasan diatas, sistem
merasakan dampak negatif yang cukup besar pengumpulan dan pengangkutan sampah
seperti kesehatan dan lingkungan serta konflik berikut diusulkan sebagai tahap awal, namun
spasial menyangkut konflik atas lahan dan sistem ini perlu direvisi sesuai dengan
wilayah lainnya. Oleh karena itu sudah saatnya perubahan kondisi sosial dan fisik. Rencana
kebijakan sampah ini ditangani dengan serius. penempatan dan pemanfaatan sarana
persampahan dapat dilihat pada Tabel 6.
110 J. MANUSIA & LINGKUNGAN Vol. 24, No. 3
Timbulan sampah
Pengumpulan
TPA
Timbulan Sampah
1219,98 m3/hr
.
Gambar 6. Konseptual desain unit pengolahan sampah di TPA baru
penyanggah (buffer zone) untuk mengurangi berupa Material Recovery Facility (MRF) yang
efek bau atau bakteri, perlindungan terhadap difungsikan sebagai unit pengolahan sampah di
kualitas air tanah atau air permukaan dengan lokasi TPA Kota Bima. Unit pengolahan
mempersiapkan pelapis atau tanggul, sampah di lokasi TPA baru, seperti unit
melakukan penimbunan dengan tanah setiap pengomposan dan unit MRF dapat dilihat pada
hari, dan pengenalan langkah pengoperasian Gambar 6.
TPA sehat lainnya.
Berdasarkan pertimbangan pada rencana Pengembangan subsistem kelembagaan
TPA, maka pembangunan TPA baru berlokasi Penataan organisasi pelaksanaan dilakukan
dekat dengan TPA yang lama. Berdasarkan dengan melakukan restrukturisasi tugas pokok
hasil perhitungan proyeksi kebutuhan lahan dan fungsi yang lebih jelas dan tegas dalam
hingga tahun 2032, diketahui jumlah lahan TPA bentuk PERDA. Pendelegasian kewenangan
yang dibutuhkan adalah seluas 9,22 Ha. Secara pengelolaan kebersihan dari Dinas Kebersihan
rinci perencanaan pengembangan TPA dapat dan kecamatan dan kelurahan harus disertai
dilihat pada Gambar 5. dengan pelimpahan sumber daya yang
Unit pengolahan sampah di TPA perlu mencukupi. Pengelolaan sampah antar lembaga
dipertimbangkan menimbang jumlah timbulan harus ada kesatuan, komando dengan membuat
sampah semakin meningkat tiap tahunnya serta struktur organisasi yang eksplisit untuk
kesediaan lahan TPA yang terbatas. memperjelas alur komando penanganan
Perencanaan fasilitas pengolahan sampah permasalahan sampah.
September 2017 WAHYUDIN DKK.: SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN 113