DISUSUN OLEH:
ADE RYANDHONO
08.001
AKADEMI KEPERAWATAN
JAKARTA PUSAT
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah inidapat disusun dan selesai tepat waktu. Makalah ini dibuat
Makalah ini diharapkan bisa menjadi tambahan referensi untuk mahasiswa keperawatan.Kami
sadar bahwa makalah masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun khususnya dari dosen penanggung jawab mata kuliah agar
dalam pembuatanmakalah berikutnya bisa lebih sempurna.Akhir kata kami berharap makalah ini
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Infeksi merupakan salah satu penyebab terpenting morbiditas dan mortalitas pada bayi
baru lahir. Sepsis berhubungan dengan angka kematian 13% - 50% dankemungkinan morbiditas
yang kuat pada bayi yang bertahan hidup. (Fanaroff & Martin,1992). Infeksi pada neonatus di
negeri kita masih merupakan masalah yang gawat. Di Jakarta terutama di RSCM, infeksi
merupakan 10 – 15% dari morbidilitas perinatal.
Infeksi pada neonatus lebih sering di temukan pada BBLR. Infeksi lebih sering ditemukan
pada bayi yang lahir di rumah sakit dibandingkan dengan bayi yang lahir diluar rumah sakit.
Dalam hal ini tidak termasuk bayi yang lahir di luar rumah sakit dengancara septik.
Sepsis neonatus, sepsis neonatorum, dan septikemia neonatus merupakan istilah yang
telah digunakan untuk menggambarkan respon sistemik terhadap infeksi pada bayi baru lahir.
Ada sedikit kesepakatan pada penggunaan istilah secara tepat, yaitu apakah harus dibatasi pada
infeksi bakteri, biakan darah positif, atau keparahan sakit. Kini, ada pembahasan yang cukup
banyak mengenai definisi sepsis yang tepat dalam kepustakaan perawatan kritis.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan Sepsis neonatorum dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam :
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan metode Studi Kasus, dengan
pendekatan proses keperawatan guna mengumpulkan data, analisa data dan menarik kesimpulan
untuk memperoleh bahan atau materi yang digunakan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Sedangkan tehnik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah cara penelitian dengan mengumpulkan data secara
komprehensif untuk mendapatkan data atau bahan yang berhubungan dengan penderita Sepsis
Hepatis dalam rangka mendapatkan dasar teoritis dengan jalan membaca buku catatan kuliah,
makalah literatur, atau referensi.
2. Tinjauan kasus
Dengan cara mengadakan observasi pada pasien yang di rawat di Ruang Penyakit Dalam
C3 lantai 1 di Rumah Sakit dr. Karyadi Semarang khususnya pada penderita Sepsis neonatorum.
3. Dokumenter
Dokumenter diambil dari catatan medis untuk menyesuaikan pelaksanaan kegiatan teori.
Dengan tehnik studi dokumenter ini akan lebih mendukung pada data yang telah diambil dengan
cara lain sebagai data yang diperoleh lebih bisa dipercaya.
BAB I : Pendahuluan yang berisi Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode dan Tehnik
Penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka yang berisi Pengertian, Anatomi dan Fisiologi, Etiologi,
Patofisiologi, Menifestasi Klinik, Komplikasi,Penatalaksanaan, Pengkajian,
Pemeriksaan Penunjang, PathwaysKeperawatan serta Fokus Intervensi dan
Rasional.
BAB IV : Pembahasan yang berisi membahas kesenjangan antara BAB II dan BAB III.
BAB V : Kesimpulan dan Saran, Daftar Pustaka.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Sepsis adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi pada bulan
pertama kehidupan. (Muscari, Mary E. 2005. hal 186). Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri
pada aliran darah bayi selama empat minggu
pertama kehidupan.(Bobak, 2005)
Sepsis adalah infeksi berat dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah.
(Surasmi, Asrining. 2003, hal 92).
Sepsis Neonatorum adalah suatu infeksi bakteri berat yang menyebar ke seluruh tubuh
bayi baru lahir.(http://www.indonesiaindonesia.com/f/12912-sepsis-neonatorum)
Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala
infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik. (Doenges,
Marylyn E. 2000, hal 871).
Septisemia menunjukkan munculnya infeksi sistemik pada darah yang disebabkan oleh
penggandaan mikroorganisme secara cepat dan zat-zat racunnya yang dapat mengakibatkan
perubahan psikologis yang sangat besar.
Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan
jaringan lain. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab dari
30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir
yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi laki-laki.
Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir,
tetapi kebanyakan muncul dalam waktu 72 jam setelah lahir.Sepsis yang baru timbul dalam
waktu 4 hari atau lebih kemungkinan disebabkan oleh infeksi nasokomial (infeksi yang
didapat di rumah sakit).
B. ETIOLOGI
a. Semua infeksi pada neonatus dianggap oportunisitik dan setiap bakteri mampu
menyebabkan sepsis.
b. Zat-zat pathogen dapat berupa bakteri, jamur, virus atau riketsia. Penyebab paling
sering dari sepsis Escherichia Coli dan Streptococcus grup B (dengan angka kesakitan
sekitar 50 – 70 %. (http://healthycaus.blogspot.com/2009/07/askep-bayi-sepsis.html)
diikuti dengan malaria, sifilis, dan toksoplasma. Streptococcus grup A, dan
streptococcus viridans, patogen lainnya gonokokus, candida alibicans, virus herpes
simpleks (tipe II) dan organisme listeria, rubella, sitomegalo, koksaki, hepatitis,
influenza, parotitis.
c. Pertolongan persalinan yang tidak higiene, partus lama, partus dengan tindakan.
d. Kelahiran kurang bulan, BBLR, cacat bawaan.
Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya sepsis pada
neonatus antara lain :
· Perdarahan
· Demam yang terjadi pada ibu
· Infeksi pada uterus atau plasenta
· Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)
· Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan)
· Proses kelahiran yang lama dan sulit.
C. Pembagian Sepsis:
1. Sepsis dini
terjadi 7 hari pertama kehidupan.
Karakteristik : sumber organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion,
biasanya fulminan dengan angka mortalitas tinggi.
2. Sepsis lanjutan/nosokomial
yaitu terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan pasca lahir.
Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan organisme yang
ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering mengalami komplikasi.
D. PATOFISIOLOGI
Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan endotoksin
oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan
penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang
progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, complement cascade menimbulkan banyak
kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis
metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated intravaskuler coagulation (DIC) dan
kematian (Bobak, 2005).
Faktor- factor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga
kelompok, yaitu :
1. Faktor Maternal
a. Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi kecenderungan
terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus
sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan
tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi
berkulit putih.
b. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari
20 tahun atua lebih dari 30 tahun
c. Kurangnya perawatan prenatal.
d. Ketuban pecah dini (KPD)
e. Prosedur selama persalinan.
2. Faktor Neonatatal
a. Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko
utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari
pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi
pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum
terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga
melemahkan pertahanan kulit.
b. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya
terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati
plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal
tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak
diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi
imun dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan
fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi.
c. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat kali lebih
besar dari pada bayi perempuan.
3. Faktor Lingkungan
a. Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan
prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama.
Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan tempat
masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi
akibat alat yang terkontaminasi.
b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko pada
neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga
menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat
ganda.
c. Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran mikroorganisme
yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak tangan.
d. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam
tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh E.colli.
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa
cara yaitu :
a. Pada masa antenatal atau sebelum lahir pada masa antenatal kuman dari ibu setelah
melewati plasenta dan umbilicus masuk kedalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin.
Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta, antara lain virus
rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat
melalui jalur ini antara lain malaria, sifilis dan toksoplasma.
b. Pada masa intranatal atau saat persalinan infeksi saat persalinan terjadi karena kuman
yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai kiroin dan amnion akibatnya, terjadi
amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilkus masuk ke tubuh bayi.
Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi
oleh bayi dan masuk ke traktus digestivus dan traktus respiratorius, kemudian
menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain melalui cara tersebut diatas infeksi pada
janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau “port de entre” lain saat bayi melewati jalan
lahir yang terkontaminasi oleh kuman (mis. Herpes genitalis, candida albican dan
gonorrea).
c. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran
umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan diluar rahim (mis, melalui
alat-alat; pengisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasagastrik, botol minuman
atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan
terjadinya infeksi nasokomial.
Rangsangan endo/eksotoksin
sistem imunologi
disfungsi&kerusakan endotel
Sepsis
E. MANIFESTASI KLINIS
a. Umum : panas, hipotermi, tampak tidak sehat, malas minum, letargi, sklerema
b. Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali
c. Saluran napas : apnea, dispnea, takipnea, retraksi, napas cuping hidung, merintih,
sianosis.
d. Sistem kardiovaskuler : pucat, sianosis, kulit marmorata, kulit lembab, hipotensi,
takikardi, bradikardia.
e. Sistem saraf pusat : irritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan
tidak teratur, ubun-ubun menonjol,high-pitched cry
f. Hematologi : ikterus,splenomegali, pucat, petekie, purpura, pendarahan.
(Kapita selekta kedokteran Jilid II,Mansjoer Arief 2008)
Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat
menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala lainnya
dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut kembung
Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan
penyebarannya:
a. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar
b. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma, kejang,
opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun
c. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan atau
tungkai yang terkena
d. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan sendi
yang terkena teraba hangat
e. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare
berdarah.
F. KOMPLIKASI
· Meningitis
· Hipoglikemia, asidosis metabolik
· Koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan intrakranial
· ikterus/kernikterus
G. DIAGNOSIS
Diagnosis sepsis ditegakkan pada isolasi agen etiologik dari darah, cairan spinal, air kemih atau
cairan tubuh lain dengan cara melakukan biakan dari bahan-bahan tersebut.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Bila sindrom klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis secara
menyeluruh.
Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan neutropemia dengan pergeseran ke
kiri(imatur: total seri granolisik > 0,2).
a. Kultur darah dapat menunjukkan organisme penyebab.
b. Analisis kultur urine dan cairan sebrospinal (CSS) dengan lumbal fungsi dapat
mendeteksi organisme.
c. DPL menunjukan peningkatan hitung sel darah putih (SDP) dengan peningkatan neutrofil
immatur yang menyatakan adanya infeksi.
d. Laju endah darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan meningkat menandakan adanya inflamasi.
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Suportif
– Lakukan monitoring cairan elektrolit dan glukosa
– Berikan koreksi jika terjadi hipovolemia, hipokalsemia dan hipoglikemia
– Bila terjadi SIADH (Syndrome of Inappropriate Anti Diuretik Hormon) batasi cairan
– Atasi syok, hipoksia, dan asidosis metabolic.
– Awasi adanya hiperbilirubinemia
– Lakukan transfuse tukar bila perlu
– Pertimbangkan nurtisi parenteral bila pasien tidak dapat menerima nutrisi enteral.
2. Kausatif
Antibiotic diberikan sebelum kuman penyebab diketahui. Biasanya digunakan golongan
Penicilin seperti Ampicillin ditambah Aminoglikosida seperti Gentamicin. Pada sepsis
nasokomial, antibiotic diberikan dengan mempertimbangkan flora di ruang perawatan,
namun sebagai terapi inisial biasanya diberikan vankomisin dan aminoglikosida atau
sefalosforin generasi ketiga. Setelah didaapt hasil biakan dan uji sistematis diberikan
antibiotic yang sesuai. Tetapi dilakukan selama 10-14 hari, bila terjadi Meningitis,
antibiotic diberikan selama 14-21 hari dengan dosis sesuai untuk Meningitis.
J. PENCEGAHAN
· Pada masa Antenatal
Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, imunisasi,
pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai,
penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin.
Rujuk ke pusat kesehatan bila diperlukan.
· Pada masa Persalinan
Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik.
· Pada masa pasca Persalinan
Rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, jaga lingkungan dan
peralatan tetap bersih, perawatan luka umbilikus secara steril.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. BIODATA
– Pengkajian
– Identitas orang tua
B. RIWAYAT KESEHATAN
a) Keluhan utama
Klien datang dengan tubuh berwarna kuning, letargi, kejang, tak mau menghisap, lemah.
b)Riwayat penyakit sekarang
Pada permulaannya tidak jelas, lalu ikterik pada hari kedua , tapi kejadian ikterik
iniberlangsung lebih dari 3 mg, disertai dengan letargi, hilangnya reflek rooting, kekakuanpada
leher, tonus otot meningkat serta asfiksia atau hipoksia.
c)Riwayat penyakit dahulu.
Ibu klien mempunyai kelainan hepar atau kerusakan hepar karena obstruksi.
d)Riwayat penyakit keluarga
Orang tua atau keluarga mempunyai riwayat penyakit yang berhubungan dengan hepar
atau dengan darah.
3.Riwayat Tumbuh Kembang
a) Riwayat prenatal
Anamnesis mengenai riwayat inkompatibilitas darah, riwayat transfusi tukar atau
terapisinar pada bayi sebelumnya, kehamilan dengan komplikasi, obat yang diberikanpd
ibuselama hamil / persalinan, persalinan dgntindakan / komplikasi.
b) Riwayat neonatal
Secara klinis ikterus pada neonatal dapat dilihatsegera setelah lahir atau beberapa
harikemudian. Ikterus yang tampakpun ssngat tergantung kepada penyebeb ikterus itu
sendiri.Bayi menderita sindrom gawat nafas, sindrom crigler-najjar, hepatitis neonatal,
stenosispilorus, hiperparatiroidisme, infeksi pasca natal dan lain-lain.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
– Kesadaran
– Vital sign
– Antropometri
2. Kepala
Adakah trauma persalinan, adanya caput, cepat hematan, tanda ponsep
3. Mata
Apakah ada Katarak congenital, blenorhoe, ikterik pada sclera, konjungtiva perdarahan
dan anemis.
4. Sistem Gastrointestinal
Apakah palatum keras dan lunak, apakah bayi menolak untuk disusui, muntah, distensi
abdomen, stomatitis, kapan BAB pertama kali.
5. Sistem Pernapasan
Apakah ada kesulitan pernapasan, takipnea, bradipneo, teratur/tidak, bunyi napas
6. Tali Pusat
Periksa apakah ada pendarahan, tanda infeksi, keadaan dan jumlah pembuluh darah (2
arteri dan 1 vena)
7. Sistem Genitourinaria
Apakah terdapat hipospadia, epispadia, testis, BAK pertama kali
8. Ekstremitas
Apakah ada cacat bawaan, kelainan bentuk, jumlah, bengkak, posisi/postur,
normal/abnormal.
9. Muskuloskletal
Tonus otot, kekuatan otot, apakah kaku, apakah lemah, simetris/asimetris
10. Kulit
Apakah ada pustule, abrasi, ruam dan ptekie.
D. PEMERIKSAAN SPESIFIK
1. Apgar Score
2. Frekuensi kardiovaskuler
Apakah ada takikardi, bradikardi, normal
3. Sistem Neurologis
– Refleks moro : tidak ada, asimetris/hiperaktif
– Refleks menghisap : kuat, lemah
– Refleks menjejak : baik, buruk
– Koordinasi refleks menghisap dan menelan
E. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Sampel darah tali pusat
2. Fenil ketonuria
3. Hematokrit
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kebutuhan Nutrisi: kurang dari kebutuhan b.d intoleransi terhadap minuman
2. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan tingkat metabolisme penyakit
3. Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang perjalanan penyakit dan therapi yang
diberikan pada bayi.
4. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler.
5. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin.
6. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan system imun
7. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan reduksi aliran
darah.
G. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun
– Berikan isolasi/pantau pengunjung sesuai indikasi
– Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
– Batasi penggunaan alat/prosedur invasive jika memungkinkan
– Gunakan sarung tangan/pakai kain steril pada waktu perawatan
– Buang balutan/bahan yang kotor dalam kantong ganda
2. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan tingkat metabolisme penyakit
– Pantau suhu tubuh (derajat dan pola), perhatikan menggigi/diaforosis
– Pantau suhu lingkungan, batasi, tambah linen tempat tidur sesuai indikasi
– Berikan selimut pendingin dan kompres hangat
– Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiretik (aspirin, asemtaminofen
(Tylenol)
3. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan reduksi aliran
darah
– Pertahankan tirah baring, bantu dengan aktivitas perawatan
– Pantau tekanan darah, catat perkembangan hipotensi
– Pantau frekuensi dan irama jantung
– Perhatikan kualitas/kekuatan dari denyut perifer
– Kaji kulit terhadap perubahan warna, suhu kelembaban
– Catat pemasukan dan pengeluaran urin setiap jam dan berat jenisnya
– Evaluasi kaki dan tangan bagian bawah untuk pembengkakan jaringan lokal, eritema
– Catat efek obat-obatan, dan pantau tanda-tanda keracunan
– Kolaborasi dngan dokter untuk pemberian cairan pariteral
– Pantau pemeriksaan laboratorium.
4. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler.
– Catat/ukur pemasukan pengeluaran urin dan berat jenisnya
– Pantau tekanan darah dan denyut jantung
– Kaji membrane mukosa, turgor kulit dan rasa haus
– Amati edema dependen/perifer pada sacrum, skurutum, punggung kaki
– Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan IV
– Pantau nilai laboratorium.
5. Kebutuhan Nutrisi: kurang dari kebutuhan b.d intoleransi terhadap minuman
6. Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang perjalanan penyakit dan therapi yang
diberikan pada bayi.
-Kaji pengetahuan keluarga tentang perawatan bayi ikterus
-Berikan penjelasan tentang:Penyebab ikterus, proses terapi, dan perawatanya.
-Berikan penjelasan setiap akan melakukan tindakan .
-Diskusikan tentang keadaan bayi dan program-program yang akan dilakukan selama di rumah
sakit
-Ciptakan hubungan yang akrab dengan keluarga selama melakukan perawatan
-Memberikan bahan masukan bagi perawat sebelum me- lakukan pendidikan kesehatan kepada
keluarga
-Dengan mengerti penyebab ikterus, program terapi yang diberikan keluarga dapat
-menerima segala tindakan yang diberikan kepada bayinya.
-Informasi yang jelas sangat penting dalam membantu mengurangi kecemasan keluarga
-Komunikasi secara terbuka dalam memecahkan satu per-masalahan dapat mengurangi
kecemasan keluarga.
-Hubungan yang akrab dapat meningkatkan partisipasi keluarga dalam merawat bayi ikterus.
- Catat kondisi selama diberikan sinar setiap 6 jam dan laporkan bila perlu.
TINJAUAN KASUS
1. IDENTISTAS PASIEN
Nama bayi yaitu by ny. D dengan jenis kelaminn laki-laki lahir di rumah sakit hermina pada
tanggal 11 Agustus 2019, nama Ayah Tn. S.
Pasien di kaji pada tanggal 26 agustus 2019, tempat dan tanggallahi di Rumah Sakit
Hermina Makassar jam 23.53 WITA, jenis persalinan SC dengan Apgar score 5/7, Down Score
5, BB waktu lahir 1920 gram, panjang badan 42 cm, lingkar kepala 31 cm, lingkar dada 27 cm,
lingkar perut 26 cm.
3. RESUME
Bayi lahir dengan berat badan rendah 1920 gram. Pada saat lahir bayi tidak segera menangis,
sesak sejak lahir, respirasi air entry keras, retraksi dalam, sianosis perifer. Saat lahir bayi segera
di berikan tindakan resusitasi dengan pemberian VTP dan diberikan rangsang taktil. Bayi
kemudian di rawat dalam inkubator dan segera di bawa ke NICU.
4. PEMERIKSAAN FISIK
A. Kepala
Ubun – ubun cembung, posisi mata simetris, tidak ada kotoran di mata, posisi telinga
simetris, lobang telinga (+) mulut simetris palantum mole (+) palantum durum (+) gigi (-) lubang
hidung (+) tidak keluar secret, pernapasan cuping hidung, pergerakan leher (+).
B. Tubuh
Kulit warna kuning, pergerakan aktif, lanugo (+), verniks (+), pengeluaran mekonium(+) setelah
colostomy. Dada simetris, retraksi dada (+), ngorok (-), perut lembek, bising usus 7 x/m.
C. Tungkai
Jari tangan dan kaki lengkap, pergerakan kurang aktif, tidak ada tremor, posisi kaki simetris.
D. Punggung
E. Genetalia
bayi tidak ada kelainan alat genetalia, Bak dan Bab pertama setelah operasi colostomy tanggal 19
– 05 – 2011, jenis makan susu formula laktogen, menggunakan ogt, reflek menghisap (-), tidak
ada reflek menggenggam tangan, menangis kuat.
5. Riwayat Kelahiran
Ibu klien baru memiliki anak pertama, dengan jenis kelamin laki – laki, lahir dengan berat 2950
gr umur sekarang sudah 34 hari, lahir dengan cara spontan, klien minum susu formula yaitu
pregistimil, kulit klien kekuningan tanda – tanda vital s 36.7 C, nadi 140 x/m, respirasi 45 x/m.
Bapak Ibu klien tidak memiliki latar belakang kesehatan yang jelek Ibu klien tidak memiliki
penyakit yang mungkin akan menularkan kepada klien.
Catatan khusus
Golongan darah Ibu B, dan golongan darah bapak O, golongan darah bayi O. Bapak atau Ibu
klien tidak memiliki penyakit hepatitis, hubungan tali kasih sementara ini sudah ada namun
hanya sesekali saja, karena bayi ada di ruang peristi.
Klien lahir dengan cara spontan setelah 2 hari diberikan ASI, klien di bawa ke PKM
Jagakarsa, karena tidak keluar feses setelah 2 hari kelahiran. lalu dari sana klien dirujuk ke
RSPAD GATOT SUBROTO dengan dx post colostomy dan ateresiani.
8. PENATALAKSANAAN
1. Fototherapy
2. Incubator
3. Oksigenasi O2 3 litter
4. Transfuse tukar
5. Flagyl 22.5 mg
6. Injeksi meropenen 3 x 75 mg
7. Lasik 2.5 mg
8. Amino fusin
9. OGT
10. Infuse syring pump IVFD D 10% : Nacl 0.9% 4 : 1 + 1mg kcl /50 cc.
11. Aminofusin paed 2.5 gr/ kg/ hari 145 cc/ jam
Pemeriksaan labolatorium
Darah lengkap:
- MCV 86 fl 80 – 96 fl
- MCH 28 pg 27 – 32 pg
- Hematokrit 43 % 40 – 52 %
a. Data subjektif :( - )
b. Data objektif :
Keadaan klien lemah, kesadaran CM, klien bedrest, TTV : TD 120/70 mmHg, N 120x/menit, Rr
45x/menit, S 370C
Klien mengalami penuruna berat badan dari 2950 gr dari awal lahir sekarang 2150 gr, tinngi
badan saat ini 47 cm, konjungtiva anemis, wana kulit ikterik, membrane mukosa pucat, skelera
ikterik, bising usus 7 x/m, klien sedang menjalani fototerapi, tugor kulit jelek, lapisan kulit tipis,
tamapak retraksi dada, pernapasan dangkal, cepat.klien teraba panas, mukosa bibir kering, klien
tampak menggunakan otot bantu napas, suara napas vesikuler.
Pemeriksaan labolatorium
Darah lengkap:
- MCV 86 fl 80 – 96 fl
- MCH 28 pg 27 – 32 pg
- Hematokrit 43 % 40 – 52 %
Imunologi :
1. Fototherapy
2. Incubator
3. Oksigenasi O2 3 litter
4. Transfuse tukar
5. Flagyl 22.5 mg
6. Injeksi meropenen 3 x 75 mg
7. Lasik 2.5 mg
8. Amino fusin
9. OGT
10. Infuse syring pump IVFD D 10% : Nacl 0.9% 4 : 1 + 1mg kcl /50 cc.
11. Aminofusin paed 2.5 gr/ kg/ hari 145 cc/ jam
- bb awal 2950 gr
- bb sekarang 2150 gr
- rr 45 x/m,
- napas cepat
paru.
Kriteria hasil :
4. Tidak sianosis
Intervensi :
Jam 09.00 mengkaji pernapasan klien hasil irama tidak teratur , napas cepat, pendek,
pergerakan dada tidak simetris, suara napas ronchi.
Jam 10.00 memposisikan pasien hasil pasien dalam posisi semi fowler.
Jam 11.00 memberikan o2 sesuai program hasil head box terpasang dengan kekuatan oksigen
2 litter.
Evaluasi:
Tanggal 18-6-2011 Jam 12.00
S :-
O : rr dalam batas normal, irama napas tidak teratur, suara napas ronchi, klien tampak sesak,
Kriteria hasil :
N 70 – 190 x/m.
3. Tidak menggigil.
Intervensi :
Jam 07 .00 mengukur tanda – tanda vital, hasil s 36.5 C Rr 45 x/m, n 90 x/m
Jam 07.05 memonitor hidrasi cairan, hasil tugor kulit baik, membrane mukosa bibir lembab.
Jam 09.00 memberikan makan dan minum susu formula, hasil habis 20 cc, klien tidak
muntah.
Jam 09.30 memberikan oksigenasi sesuai program, hasil klien terpasang head box 2 litter.
Jam 10.00 memberikan makan dan minum susu formula, hasil habis 20 cc tidak ada muntah.
Jam 11.00 mengukur tanda – tanda vital, hasil s 36.5 C, n 45 x/m, rr 45 x/m
EVALUASI
S:-
O : suhu dalam batas normal 36 C, Rr 45 x/m, N 90 x/m, tidak terjadi perubahan warna
kulit, anak tidak rewel, tugor kulit dalam keadaan baik
3. Nutrisi klurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan sekunder akibat
kriteria hasil :
4. Bb dapat ditingkatkan
Intervensi:
Jam 06.00 mengkaji keadaan umum klien, hasil kesadaran CM, bayi kurang aktif, terpasang
Jam 08.00 mengkaji reflek menghisap, hasil reflek menghisap lemah tidak mampu menelan.
Jam 09.00 memberikan makan / minum dengan susu formula, hasil masuk 60 cc, tidak ada
muntah
Jam 12.00 menimbang berat badan, hasil berat badan 2150 gr.
Jam 14.00 mengkaji keadaan umum klien, hasil hasil kesadaran CM, bayi kurang aktif,
Jam 15.00 00 memberikan makan / minum dengan susu formula, hasil masuk 60 cc, tidak ada
muntah
Jam 16.00 menimbang berat badan, hasil berat badan 2150 gr.
Jam 17. 00 memposisikan klien dalam posisi semi fowler, hasil klien lebih mudah untuk
menelan.
Jam 21.30 memberikan makan/ minum per OGT, hasil susu formula masuk 60 cc.
Jam 07.00 mengkaji keadaan umum klien, hasil klien tampak tidur dengan tenang.
Jam 08.00 memberikan makan/ minum per OGT, hasil susu formula masuk 60cc
Jam 08.30 menimbang berat badan, hasil berat badan 2150 gr.
EVALUASI
Tanggal 20 – 6 – 2011
S:-
O:
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan yang ditemukan antara
teori dan kasus yaitu “ asuhan keperawatan pada By. Ny D dengan sepsis neonatorum di
perawatan resiko tinngi RSPAD Gatot Soebroto”. Penulis mencoba mencoba membahas dari
hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan dan membandingkan dengan tinjauan teori.
Uraian pembahasan ini disesuaikan berdasarkan tahap proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan.
A. PENGKAJIAN
Dalam teori dikatakan bahwa salah satu penyebab terjadinya sepsis neonatorum adalah
dari orang tua yang mengidam suatu penyakit infeksi yang kemudian ditrurnkan kepada anaknya,
lalu infeksi berkembang menjadi sepsi dalam tubuh bayi. Namun pada kasus berdasarkan hasil
pengkajian dari status klien kedua orang tua dalam keadaan baik selama proses kehamilan dan
melahirkan, sepsis sendiri tejadi karena masuknya mikroorganisme akibat luka tindakan operasi
post colostomi
Dalam pengkajia penulis mengalami hambatan dalam mengumpulkan data subjektif dari
orang tua klien, karena selama dilakukan asuhan keperawatan oleh penulis orang tua klien jarang
menjenguk klien selama dirawat di peristi, sehingga data subjektif dalam pengkajian tidak ada.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Cemas berhubungan dengan ketidak tahuan orang tuan mengenai proses penyakit,
dignosa ini tidak di temukan dalam mkasus karena selama dilakukanya asuhan
keperawatan oleh penulis, orang tua klien tidak pernah mengunjungi klien. Sehingga
penulis tidak bisa mengkaji pengetahuan orang tua klien.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun, diagnosa ini tidak
ditemukan dalam kasus karena bayi sudah terjadi infeksi bahkan sudah mencapai sepsis.
d. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan reduksi aliran darah,
diagnosa ini tidak ditemukan dalam kasus karena berdasarkaan pengkajian sirkulasi darah
klien dalam keadaan baik.
C. PERENCANAAN
Kemudian prioritas masalah yang kedua adalah Gangguan keseimbangan suhu tubuh
hipertermi berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih sekunder akibat pemanasan
fototherapy, mengapa penulis menjadikan prioritas masalalah yang kedua. Karena efek dari
pemansan foto terapi menyebabkan peningkatan evaporasi bayi oleh karena itu cairan dalam
tubuh bayi bisa mengalami kekurangan, sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh.
Prioritas masalah yang ke tiga adalah Nutrisi klurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kesulitan menelan sekunder akibat tidak adanya relfek menelan sekunder akibat tidak adanya
reflek menghisap. Di prioritaskan ketiga karena pada bayi yang mengalami sepsis terjadi
peningkatan metabolism besar – besaran dalam tubuh bayi, olehkarena itu asupan nutrisi dan
cairan harus terpenuhi. Untuk membangun seluruh system pada bayi nyang belum matang.
D. PELAKSANAAN
Pada pelaksanaan semua rencana tindakan dapat dilaksanakan sesuai rencana yang telah
disusun dan disesuaikan dengan kondisi klien. Semua tindakan yang dilakukan dan respon klien
terhadap setiap tindakan untuk mengatasi diagnosa keperawatan yang ditemukan
didokumentasikan pada catatan keperawatan. Selain itu juga setiap perawat yang melakukan
dokumentasi dengan mencatat semua tindakan yang diintervensi, waktu pelaksanaan tindakan
dan menandatangani catatan perawatan yang dilakukan.
E. EVALUASI
Setelah melakukan tindakan keperawatan, maka langkah yang terakhir adalah evaluasi
terhadap diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien. Dari 3 diagnosa keperawatan yang
ditemukan pada klien, baru ada satu diagnosa keperawatan yang teratasi. Sedangkan diagnosa
keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, tujuan tercapai sebagian karena Berat Badan
klien meningkat 0,5 kg dalam waktu 3 hari. Untuk itu diharapkan perawat ruangan untuk lebih
memperhatikan kebutuhan klien. dan Tidak efektif pola napas berhubungan dengan ketidak
mampuan untuk mempertahankan jalan napas yang adekuat sekunder akibat punurunan expansi
paru, tindakan masih dilanjutkan karena sampai saat ini masih tampak gangguan pola napas.
EVALUASI
Pada bab ini penulis akan akan menyimpulkan hasil pembahasan yang telah dilakukan untuk
selanjutnya memberikan amsukan berupa saran yang nantinya dapat bermanfaat.
A. Kesimpulan
Setelah memberikan askep dan melakukan pembahasan antara teori dan kasus, maka penulis
dapat menyimpulkan sebagai berikut.
1. Pada pengkajian data yang ditemukan hanya berdasarkan pemeriksaaan fisik dan status
klien, sedangkan data dari orang tua sama sekali tidak ada, karena selama dalam
melakukan asuhan keperwatan orang tua jarang mengunjungi anaknya, terlebih lagi di
peristi selain petugas di larang masuk kedalam ruangnga tersebut, kecuali ada urusan
yagn sangat penting.
2. Diagnose keperawatna yang ditemukan pada kasus disesuaikan dengan data yang
diperoleh dari pengkajian, dan dari pengkajian yang telah dilakukan oleh penulis
ditemukan tiga diagnose.
3. Perencanaan dibuat dan disesuaikan dengan kondisi klien dan dari dignosa yang telah
ditemukan, penentuan prioritas, penetapan tujuan dan criteria hasil serta menyususn
rencana tindakan.
4. Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana yabg telah dibuat. Dan
seluruh pelaksanaan tindakan didokumentasikan dala catatan keperawatan.
5. Evaluasi asuhan keperawatna dari dua diagnosan, baru ada satu diagnose yang dapat
tertasi. Dalam evaluasi pendokumentasian yang kurang lengkap seperti respon klien
terhadap tindakan sehingga penulis mengalami hambatan dalam melakukan evaluasi.
B. SARAN
Setelah penulis menguraikan dan menyimpulkan, penulis dapat menyampaikan sara yang
ditujukan untuk semua perawat dan mahasiswa, dan klien sebagai berikut:
1. Kerjasama antara orang tua dan perawat harus lebih ditingkatkan agar hasil yang
didapat lebih baik sehiingga tujuan dapat tercapai.
2. Pagi para petugas untuk dalam melakukan semua tindakan keperawtan agar langsung
mendokumentasikan hasil kerjanya dan respon klien, agar tidak lupa pada saat
pendokumentasian nanti.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.indonesiaindonesia.com/f/12912-sepsis-neonatorum